PENDAHULUAN
Ada banyak jenis pengukuran yang dilakukan oleh manusia dari mulai pengukuran
langsung atau tak langsung maupun pengukuran sederhana yang hanya mengukur tinggi
sebuah batang pohon hingga pengukuran yang rumit sekalipun semua dilakukan untuk
menentukan nilai pasti yang dimiliki suatu benda atau objek tertentu .
1.2 Tujuan
Tujuan survey yang dilakukan adalah
Memahami cara penggunaan alat- alat ukur sederhana.
Mengetahui aplikasi alat-alat ukur sedehana secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari.
Mempelajari dan mengaplikasikan langsung prinsip-prinsip dasar dari suatu
pengukukuran.
Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang akan di ukur.
Menentukan tinggi jembatan, panjang lintasan, lebar sungai dizona tempat
pengukuran dilakukan, dengan menggunkan alat-alat ukur sederhana.
BAB II
DASAR TEORI
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S, 2006 dalam Dwi).
Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terestrial
dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan
yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan
dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut
Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur (Jarak
dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah
tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. (Dwi,2014).
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak
antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara
langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran. Sebagai
contoh alat tersebut adalah pita ukur, bak ukur, yalon dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang dikenal
dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi
oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis.
Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit. Penggunaan dan
perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang penting dan harus
diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat mengakibatkan hasil pengukuran
yang salah. Cara perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak.
Alat ukur tanah merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal. (Dwi,2014).
Jarak antara dua titik dipermukaan bumi dalam ukur tanah didefinisikan
sebagai jarak dalarn bidan horisontal yang merupakan jarak terpendek antara
dua titik
tersebut.
Pengukuran jarak langsung dilakukan dengan dua tahap utama pekerjaan, (1)
pelurusan arah antara dua titik yang akan diukur, dan (2) pelaksanaan
pengukuran, itu sendiri Jarak (D) = d1 + d2 + d3.
Pelurusan arah antara dua titik dilakukan apabila jarak yang akan diukur dapat
dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur(panjang pita ukur berkisar
antara 20 – 50 tersebut dipenggal – penggal; setiap penggal dapat dilakukan
pengukuran jarak dengan sekali bentangan pita ukur secara mendatar.
Pengukuran jarak dilakukan dengan menepatkan skala 0 pita ukur pada ujung
awal dan menarik pita ukur secara kencang dan mendatar hingga ujung akhir
jarak ( penggalan jarak), serta membacanya skala pada pita ukur pada ujung
akhir jarak (penggalan jarak)
Ketelitian pengukuran jarak dihitung sebagai selisih pengukuran pergi dan
pulang dibagi jarak rerata dari pengukuran pergi dan pulang.
BAB III
ANALISA DATA
N
Alat dan Bahan Jumlah
o
1 Meteran 1 buah
2 Jalon 6 buah
3 Alat Tulis 1 set
Tabel 3.1 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak
langsung pada lintasan pertama.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 1
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 49,31 6-5 6,22
2-3 49,79 5-4 4,75
3-4 5,30 4-3 5,27
4-5 4,89 3-2 49,83
5-6 6,27 2-1 49,40
∑ = 115,56 ∑ = 115,47
Pergi−¿ ∑ Pulang
Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
115,56−¿ ∑ 115,47
Ketelitian = ∑¿ =
0,09
x 100 =
¿ 115,515
¿
¿
0,00077 %
% = 100 – 0,00077 = 99,99923 %
Tabel 3.2 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak
langsung pada lintasan kedua.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 2
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 48,31 6-5 5,22
2-3 45,79 5-4 4,63
3-4 3,30 4-3 3,27
4-5 4,89 3-2 45,83
5-6 5,27 2-1 48,20
∑ = 107,56 ∑ = 107,15
Pergi−¿ ∑ Pulang
Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
107,56−¿ ∑ 107,15
Ketelitian = ∑¿ =
0,41
x 100 = %
¿ 107,55
¿
¿
% = 100 – 0,38121 = 99,61879 %
Tabel 3.3 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak langsung
pada lintasan ketiga.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 3
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 49,41 6-5 5,12
2-3 49,30 5-4 3,26
3-4 3,30 4-3 3,27
4-5 3,17 3-2 49,32
5-6 5,27 2-1 49,27
∑ = 110,38 ∑ = 110,17
Pergi−¿ ∑ Pulang
Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
110,38−¿ ∑ 110,17
Ketelitian = ∑¿ =
1,00
x 100 =
¿ 110,275
¿
¿
0,00077 %
N
Alat dan Bahan Jumlah
o
1 Meteran 1 buah
2 Unting – Unting 2 Buah
3 Jalon 3 Buah
4 Alat Tulis 1 Set
Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
93,2−¿ 93,06
Ketelitian =
∑¿ =
0,14
x 100 = 0,15032 %
¿ 93,13
¿
¿
% = 100 – 0,15032 = 99,84968 %
Alat dan
No Jumlah
Bahan
1 Klinometer 1 buah
2 Alat Tulis 1 Set
Tabel 3.8 Data pengukuran tidak langsung beda tinggi jembatan Lamnyong
menggunakan klinometer
Tinggi
Sudut yang Jembatan
Jenis Jarak d
Beda Tinggi Terbentuk Tan Lamnyong (m)
Pengukuran (m)
( a ) x = d.Tan a
Dari data yang kami lakukan pada pratikum di lapangan, hasil yang didapat pada
pengukuran jarak langsung mengunakan alat sederhana seperti meteran dan jalon. Pada
pengukuran jarak lintasan pertama hasil yang diperoleh saat pengukuran pergi ada senilai
115,56 m dan pulang senilai 115,47 m. pada pengukuran jarak lintasan kedua diperoleh data
pengukuran pergi dan pulang sebesar 107,56 dan 107,15. Pada pengukuran jarak lintasan
ketiga hasil yang diperoleh 110,38 dan 110,17. Pada pengukuran lebar sungai data yang di
peroleh pada pergi dan pulang dengan menggunakan alat ukur sederhana seperti jalon,
unting-unting dan meteran yang di ukur dari atas jembatan ke permukaan sungai dengan
menggunakan unting-unting dan mengukur dengan meteran hasil yang diperoleh sebesar 93,2
m dan 9,06 m.
Pada pengukuran beda tinggi yang kami kerjakan terdapat dua acara pengukuran yaitu
cara langsung dan pengukuran dan tidak langsung. Pada cara langsung kami menggunakan
alat sederhana dengan menggunakan unting-unting dan meteran dan data yang didapa dari
titik awal, titik tengah dan titik akhir adalah 6.57, 5.33 dan 6.30 dan pada pengukuran tidak
langsung disini kami menggunakan alat sederhana klinometer yang didapat sudut dari hasil
pengukuran dengan klinometer pada titik pengamat pertama, kedua dan terakhir dengan sudut
27, 5 dan 3 diperoleh ketinggian setelah dicari menggunakan rumus x = d tan a titik pertama
5,27 m kedua 4,22 dan terakhir 2,0608.
BAB V
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Dokumentasi
4. Dokumentasi lapangan
Foto 4.1
Foto 4.2
LAMPIRAN II