Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran merupakan kegiatan menentukan besaran,dimensi ataupun kapasitas


yang biasa dilakukan dalam suatu standard pengukuran tertentu. Mengukur adalah
kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya menghitung panjang sebuah benda atau menghitung volume sebuah balok
maka harus mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok terlebih dahulu , setelah itu
baru dapat menghitung volumenya.

Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu


fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan
untuk mencari data-data yang mendukung.setelah melakuakn mengukuran akan ada
hasil hasil yang diperoleh dan dinyatakan dalam angka-angka yang kemudian dinyatakan
dalam suatu besaran tertentu.

Ada banyak jenis pengukuran yang dilakukan oleh manusia dari mulai pengukuran
langsung atau tak langsung maupun pengukuran sederhana yang hanya mengukur tinggi
sebuah batang pohon hingga pengukuran yang rumit sekalipun semua dilakukan untuk
menentukan nilai pasti yang dimiliki suatu benda atau objek tertentu .

1.2 Tujuan
Tujuan survey yang dilakukan adalah
 Memahami cara penggunaan alat- alat ukur sederhana.
 Mengetahui aplikasi alat-alat ukur sedehana secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari.
 Mempelajari dan mengaplikasikan langsung prinsip-prinsip dasar dari suatu
pengukukuran.
 Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang akan di ukur.
 Menentukan tinggi jembatan, panjang lintasan, lebar sungai dizona tempat
pengukuran dilakukan, dengan menggunkan alat-alat ukur sederhana.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian pengukuran

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu


besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah
diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan
tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan
pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan
dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali
jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di
inginkan. (Matondang,2010).

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S, 2006 dalam Dwi).

Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terestrial
dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan
yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan
dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut
Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur (Jarak
dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah
tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. (Dwi,2014).

Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak
antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara
langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran. Sebagai
contoh alat tersebut adalah pita ukur, bak ukur, yalon dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang dikenal
dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi
oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis.
Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit. Penggunaan dan
perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang penting dan harus
diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat mengakibatkan hasil pengukuran
yang salah. Cara perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak.
Alat ukur tanah merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal. (Dwi,2014).

Pengukuran di atas permukaan bumi dilakukan dengan mempertimbangkan


bentuk lengkung permukaan bumi dan proses perhitungannya pun akan lebih sulit
dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Jadi pengukuran
yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut geodesi,
sedangkan pengukuran yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkung
bumi disebut ukur tanah datar. Pengukuran sudut berarti mengukur suatu sudut yang
terbentuk antara suatu titik dan dua titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari
pada dua titik atau lebih yang dibidik dari satu titik kontrol dan jarak antara titik-titik
diabaikan (Sosrodarsono dan Takasaki, 1992 dalam Dopi).

2.2 Pengukuran jarak Langsung

 Jarak antara dua titik dipermukaan bumi dalam ukur tanah didefinisikan
sebagai jarak dalarn bidan horisontal yang merupakan jarak terpendek antara
dua titik
tersebut.
 Pengukuran jarak langsung dilakukan dengan dua tahap utama pekerjaan, (1)
pelurusan arah antara dua titik yang akan diukur, dan (2) pelaksanaan
pengukuran, itu sendiri Jarak (D) = d1 + d2 + d3.
 Pelurusan arah antara dua titik dilakukan apabila jarak yang akan diukur dapat
dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur(panjang pita ukur berkisar
antara 20 – 50 tersebut dipenggal – penggal; setiap penggal dapat dilakukan
pengukuran jarak dengan sekali bentangan pita ukur secara mendatar.
 Pengukuran jarak dilakukan dengan menepatkan skala 0 pita ukur pada ujung
awal dan menarik pita ukur secara kencang dan mendatar hingga ujung akhir
jarak ( penggalan jarak), serta membacanya skala pada pita ukur pada ujung
akhir jarak (penggalan jarak)
 Ketelitian pengukuran jarak dihitung sebagai selisih pengukuran pergi dan
pulang dibagi jarak rerata dari pengukuran pergi dan pulang.

BAB III
ANALISA DATA

3.1 Waktu pelaksanaan


Pelaksanaan pengukuran jarak langsung di daerah bawah jembatan
lamnyong Darussalam, Banda Aceh dilaksanakaan pada hari sabtu 31 Oktober
2015. Zona pengukuran berada pada lokasi 3.

3.2 Pengukuran Langsung

3.2.1 Alat dan Bahan

N
Alat dan Bahan Jumlah
o
1 Meteran 1 buah
2 Jalon 6 buah
3 Alat Tulis 1 set

3.2.2 Langkah Kerja

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.


2. Pilih dua titik sembarang dengan ketentuan kira-kira jarak antara keduanya 1-
50 meter, kemudian tandai titik-titik tersebut dengan patok atau paku payung
3. Setiap orang masing – masing berdiri di kedua titik tersebut dengan jalon
yang didirikan secara vertical diatas titik yang besangkutan.
4. Seorang dengan memegang jalon dengan posisi vertikal, berdiri diantara
kedua titik diatas dan dengan diarahkan oleh pemegang rambu dikedua ujung
(atau salah satu ujung), menempatkan jalon yang dibawa tersebut sedemikian
sehingga keenam jalon tampak dari ujung-ujung pengukuran sebagai satu
jalon serta dalam posisi yang mempu diukur dengan satu bentangan pita ukur
yang digunakan.
5. Kegiatan pelurusan sebagaimana No 4 dilakukan terhadap bentangan-
bentangan lainnya.
6. Lakukan pengukuaran langsung dengan menggunakan pita ukur dalam posisi
horizontal sebagaimana ditunjukkan pada skema pengukuran (baik dalam
kondisi permukaan tanah yang datar maupun miring).
7. Lakukan kegiatan pengukuran jarak langsung diatas kondisi permukaan tanah
yang bervariasi (datar, miring, dan antara dua gedung yang lebih dari satu
bentangan pita ukur).
8. Catat hasil pengamatan

3.2.3 Pengukuran Jarak Datar pada Lokasi Tiga

Tabel 3.1 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak
langsung pada lintasan pertama.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 1
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 49,31 6-5 6,22
2-3 49,79 5-4 4,75
3-4 5,30 4-3 5,27
4-5 4,89 3-2 49,83
5-6 6,27 2-1 49,40
∑ = 115,56 ∑ = 115,47
Pergi−¿ ∑ Pulang

Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
115,56−¿ ∑ 115,47

Ketelitian = ∑¿ =
0,09
x 100 =
¿ 115,515
¿
¿
0,00077 %
% = 100 – 0,00077 = 99,99923 %

Tabel 3.2 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak
langsung pada lintasan kedua.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 2
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 48,31 6-5 5,22
2-3 45,79 5-4 4,63
3-4 3,30 4-3 3,27
4-5 4,89 3-2 45,83
5-6 5,27 2-1 48,20
∑ = 107,56 ∑ = 107,15
Pergi−¿ ∑ Pulang

Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
107,56−¿ ∑ 107,15

Ketelitian = ∑¿ =
0,41
x 100 = %
¿ 107,55
¿
¿
% = 100 – 0,38121 = 99,61879 %
Tabel 3.3 Data pengukuran panjang jarak datar melalui pengukuran jarak langsung
pada lintasan ketiga.
Pengukuran Peratama pada Lintasan 3
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 49,41 6-5 5,12
2-3 49,30 5-4 3,26
3-4 3,30 4-3 3,27
4-5 3,17 3-2 49,32
5-6 5,27 2-1 49,27
∑ = 110,38 ∑ = 110,17
Pergi−¿ ∑ Pulang

Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
110,38−¿ ∑ 110,17

Ketelitian = ∑¿ =
1,00
x 100 =
¿ 110,275
¿
¿
0,00077 %

3.3 Pengukuran Lebar Sungai

3.3.1 Alat dan Bahan

N
Alat dan Bahan Jumlah
o
1 Meteran 1 buah
2 Unting – Unting 2 Buah
3 Jalon 3 Buah
4 Alat Tulis 1 Set

3.3.2 Langkah Kerja

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.


2. Pilih dua titik sembarang dengan ketentuan kira-kira jarak antara keduanya
1-50 meter, kemudian tandai titik-titik tersebut dengan patok atau paku
payung.
3. Letakkan unting – unting dari atas jembatan ke tepi sungai dan ujung sungai
4. Setiap orang masing – masing berdiri di kedua titik tersebut dengan jalon
yang didirikan secara vertical diatas titik yang besangkutan.
5. Seorang dengan memegang jalon dengan posisi vertikal, berdiri diantara
kedua titik diatas dan dengan diarahkan oleh pemegang rambu dikedua
ujung (atau salah satu ujung), menempatkan jalon yang dibawa tersebut
sedemikian sehingga ketiga jalon tampak dari ujung-ujung pengukuran
sebagai satu jalon serta dalam posisi yang mampu diukur dengan satu
bentangan pita ukur yang digunakan.
6. Kegiatan pelurusan sebagaimana No 4 dilakukan terhadap bentangan-
bentangan lainnya.
7. Lakukan pengukuran dengan menggunakan pita ukur dalam posisi
horizontal dari atas jembatan.
8. Lakukan kegiatan pengukuran jarak langsung diatas jembatan yang
bervariasi menggunakan pita ukur dengan mebuat slag – slag.
9. Catat hasil pengamatan.

3.3.3 Pengukuran Lebar Sungai di Sungai Kr. Cut

Tabel 3.4 Data pengukuran lebar sungai pada.


Pengukuran Lebar Sungai Kr. Cut
Jarak Pergi Jarak Pulang
Slag Panjang (m) Slag Panjang (m)
1-2 48,31 6-5 44,77
2-3 44,89 5-4 48,29
∑ = 93.2 ∑ = 93,06
Pergi−¿ ∑ Pulang

Ketelitian = ∑¿ x 100 %
¿
¿
¿
93,2−¿ 93,06

Ketelitian =
∑¿ =
0,14
x 100 = 0,15032 %
¿ 93,13
¿
¿
% = 100 – 0,15032 = 99,84968 %

3.4 Pengukuran Beda Tinggi

3.4.1 Alat dan Bahan

Alat dan
No Jumlah
Bahan
1 Klinometer 1 buah
2 Alat Tulis 1 Set

3.4.2 Langkah Kerja Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Cara Langsung

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.


2. Tandai titik-titik dengan tiga titik dengan setiap masing-masing titik
letakkan unting-unting dari atas jembatan ke bawah permukan tanah.
3. Ukurlah beda tinggi dengan mengukur mengunakan meteran yang
dijatuhkan dari atas jembatan ke bawah permukaan tanah.
4. Catalah setiap pengukuran dari titik pertama hingga akhir.

3.4.3 Langkah Kerja Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Cara Tidak


Langsung

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.


2. Berdiri di satu titik yang akan diukur dengan menggunakan
klinometer
3. Ukurlah beda tinggi dari titik yang tetap ke atas jembatan dititik
pertama dan catat sudut.
4. Lakukan perulangan No 3 ke atas jembatan ditik kedua dan ketiga
dan catat hasil pengamatan.

Tabel 3.8 Data pengukuran tidak langsung beda tinggi jembatan Lamnyong
menggunakan klinometer
Tinggi
Sudut yang Jembatan
Jenis Jarak d
Beda Tinggi Terbentuk Tan Lamnyong (m)
Pengukuran (m)
( a ) x = d.Tan a

Langsung Titik awal - - 6,57


(Meteran/Pit Titik tengah - - 5,33
a ukur) Titik akhir - - 6,30
Dari zona tetap
10,54 27 5,27
ke titik awal
Tidak
Dari zona tetap
Langsung 48,51 5 4,22
ke titik tengah
(Klinometer)
Dari zona tetap
103,04 3 2.0608
ke titik akhir
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari data yang kami lakukan pada pratikum di lapangan, hasil yang didapat pada
pengukuran jarak langsung mengunakan alat sederhana seperti meteran dan jalon. Pada
pengukuran jarak lintasan pertama hasil yang diperoleh saat pengukuran pergi ada senilai
115,56 m dan pulang senilai 115,47 m. pada pengukuran jarak lintasan kedua diperoleh data
pengukuran pergi dan pulang sebesar 107,56 dan 107,15. Pada pengukuran jarak lintasan
ketiga hasil yang diperoleh 110,38 dan 110,17. Pada pengukuran lebar sungai data yang di
peroleh pada pergi dan pulang dengan menggunakan alat ukur sederhana seperti jalon,
unting-unting dan meteran yang di ukur dari atas jembatan ke permukaan sungai dengan
menggunakan unting-unting dan mengukur dengan meteran hasil yang diperoleh sebesar 93,2
m dan 9,06 m.

Pada pengukuran beda tinggi yang kami kerjakan terdapat dua acara pengukuran yaitu
cara langsung dan pengukuran dan tidak langsung. Pada cara langsung kami menggunakan
alat sederhana dengan menggunakan unting-unting dan meteran dan data yang didapa dari
titik awal, titik tengah dan titik akhir adalah 6.57, 5.33 dan 6.30 dan pada pengukuran tidak
langsung disini kami menggunakan alat sederhana klinometer yang didapat sudut dari hasil
pengukuran dengan klinometer pada titik pengamat pertama, kedua dan terakhir dengan sudut
27, 5 dan 3 diperoleh ketinggian setelah dicari menggunakan rumus x = d tan a titik pertama
5,27 m kedua 4,22 dan terakhir 2,0608.
BAB V
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui nilai kepastian yang dimiliki suatu


objek atau suatu wilayah dengan memperhatikan bentuk topografi wilayah tersebut,
pengukuran yang dilaksanakan kali ini adalah jenis pengukuran jarak langsung, di
daerah bawah jembatan lamnyong dan pengukuran lebar sungai kr.cut .Ilmu ukur tanah
sendiri memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara dua titik,
beda tinggi dan sudut arah. Ilmu ukur tanah sendiri merupakan bagian dari ilmu
geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah
tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan.
LAMPIRAN I

Dokumentasi

1. Pengukuran datar pada 3 lintasan

Gambar 1.1 pengukuran jarak langsung pada lintasan 1

Gambar 1.2 pengukuran jarak langsung lintasan 2


Gambar 1.3 pengukuran jarak langsung pada lintasan 3

2. Dokumentasi pengukuran lebar sungai

Gambar 2.1 pengukuran lebar sungai


Gambar 2.2 pengukuran lebar sungai

Gambar 2.3 pengulangan pengukuran lebar sungai

3. Pengukuran beda tinggi

Gambar 3.1 pegukuran beda tinggi

4. Dokumentasi lapangan
Foto 4.1

Foto 4.2
LAMPIRAN II

Anda mungkin juga menyukai