Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN

GEOID LOKAL (Studi Kasus


: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Geoid adalah bidang ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka
laut rerata (mean sea level / msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1994).
Geoid dapat digunakan untuk aplikasi di bidang ilmiah maupun praktis. Aplikasi
geoid di bidang ilmiah diantaranya untuk penentuan datum tinggi, sedangkan di
bidang praktis diantaranya untuk memperoleh tinggi ortometrik dari tinggi geometrik
hasil pengukuran GPS (Global Positioning System).
Penentuan tinggi ortometrik (H) dari tinggi geometrik (h) dapat dilakukan
apabila diketahui data tinggi/undulasi geoid (N). Undulasi geoid merupakan jarak
vertikal antara bidang geoid dan elipsoid (Bajracharya, 2003). Hubungan geometris
antara tinggi ortometik, tinggi geometrik dan undulasi dapat dilihat pada Gambar I.1.

Gambar I.1. Hubungan geometrik antara topografi, geoid dan ellipsoid


(Barthelmes, 2009)
Ada beberapa metode dalam penentuan model geoid, diantaranya yaitu metode
geometrik dan gravimetrik (Risdianto, 2014). Metode geometrik dilakukan dengan
menggunakan data GPS-levelling, yaitu selisih antara tinggi elipsoid dari pengukuran
GPS dengan tinggi ortometrik dari pengukuran sipat datar (Hofmann dan Moritz,
2006). Metode gravimetrik, yaitu penentuan model geoid dengan menggunakan data
gayaberat.

1
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 2
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penentuan geoid lokal secara gravimetrik teliti membutuhkan data yang


meliputi tiga komponen, yaitu komponen gelombang panjang (long-wavelength),
komponen gelombang menengah (medium-wavelength) dan komponen gelombang
pendek (short-wavelength). Komponen gelombang panjang bersumber dari, data
Model Geopotensial Global (MGG). Komponen gelombang menengah, bersumber
dari data gayaberat teristris. Komponen gelombang pendek bersumber dari, data
DTM (Digital Terrain Model). Dari ketiga komponen tersebut data MGG
memberikan kontribusi nilai dan kesalahan yang paling signifikan. Sedangkan dari
dua komponen yang lain relatif kecil (Schwartz et al, dalam Vanicek dan
Christou,1994).
Data MGG yang digunakan dalam pemodelan geoid dipengaruhi oleh
penggunaan nilai degree dari MGG tersebut. Penggunaan nilai degree 120 MGG
EGM96 pada pemodelan geoid kota semarang dengan jarak distribusi antar titik
gayaberat sekitar 1,9 kilometer, memberikan kontribusi ketelitian yang lebih baik
dibandingkan penggunaan degree maksimal MGG EGM96 dan EGM2008
(Rastawira, 2013). Penggunaan degree maksimum MGG EGM2008, pada wilayah
yang memiliki data gayaberat yang sangat renggang memberikan kontribusi yang
baik pada ketelitian model geoid lokal yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena
kekosongan data akan tertutupi dengan nilai gayaberat yang didapat dari kontribusi
gelombang panjang (Prima, 2010).
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam penelitian ini telah dilakukan evaluasi
pengaruh penggunaan variasi degree MGG sebagai komponen gelombang panjang,
terhadap ketelitian geoid lokal untuk wilayah cukup luas dengan distribusi gayaberat
terestris relatif merata dengan studi kasus provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY).

I.2. Identifikasi Masalah


Dalam penelitian ini masalah yang dapat diidentifikasi adalah belum diketahui
nilai degree EGM2008 yang memberikan kontribusi optimal pada ketelitian model
geoid lokal wilayah cukup luas dengan distibusi gayaberat terestris relatif merata.
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 3
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.3. Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan yang bisa disusun dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik data anomali free air yang tersebar di provinsi DIY?
2. Bagaimana model geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG dengan studi
kasus provinsi DIY?
3. Berapa nilai degree yang paling optimal untuk geoid lokal dengan studi kasus
provinsi DIY?

I.4. Cakupan Penelitian


Cakupan dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: Secara geografis
Provinsi Daerah
1. Daerah penelitian meliputi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dengan koordinat 1100 0„ BT – 1100 55„ BT dan 7031‟ LS – 80 14‟ LS.
2. Variasi degree yang digunakan adalah degree 360, 540, 720, 1080, 1440,
1800, 2160 dan 2190.
3. Nilai undulasi geometrik dari GPS-Sipat Datar diasumsikan sebagai nilai
geoid yang benar dan tidak terdapat kesalahan dalam penghitungannya
selanjutnya digunakan sebagai kontrol pemodelan geoid gravimetrik.
4. Metode hitungan geoid gravimetrik provinsi DIY dilakukan menggunakan
2D FFT (Fast Fourier Transform) dengan pendekatan bidang spheris.

I.5. Tujuan Penelitian


Tujuan atau produk akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik data anomali free air yang tersebar di provinsi DIY
2. Menentukan model geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG pada studi
kasus provinsi DIY
3. Menentukan nilai degree yang paling optimal untuk geoid lokal pada studi
kasus provinsi DIY
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 4
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.6. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai degree yang tepat dalam pemodelan geoid lokal yang akan
membantu untuk memperoleh ketelitian model geoid yang optimal.
2. Dapat membantu praktisi dalam proses transformasi tinggi geometrik ke
tinggi ortometrik.
3. Menyediakan model geoid lokal dari berbagai variasi degree MGG
EGM2008 pada wilayah provinsi DIY yang bisa dimanfaatkan untuk aplikasi
geodesi.

I.7. Tinjauan Pustaka


Sideris, dkk., pada tahun 1997 melakukan penelitian terhadap penghitungan
defleksi vertikal menggunakan metode FFT (Fast Fourier Transform) dengan
pendekatan bidang datar dan bola (spheris). Dalam penelitian tersebut dilakukan
dengan cara membandingkan penghitungan metode 1D FFT pendekatan spheris, 2D
FFT pendekatan bidang datar, dan 2D FFT pendekatan bidang spheris. Dalam
penelitiannya diperoleh bahwa metode 1D FFT dengan pedekatan bidang spheris
memiliki keunggulan hasil penghitungan defleksi vertikal memiliki tingkat akurasi
yang tinggi, namun kelemahannya dalam proses data membutuhkan waktu yang lama
dibandingkan metode FFT lain. Penghitungan dengan Metode 2D FFT dengan
pendekatan bidang datar memiliki keunggulan dalam proses data yang sangat cepat
sehingga tidak membutuhkan waktu lama, namun kelemahannya tingkat presisi
penghitungan yang dihasilkan rendah. Sedangkan penghitungan dengan metode 2D
FFT pendekatan bidang spheris memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi dan
kecepatan proses data yang tinggi. Sehingga dengan penelitian ini diperoleh hasil
bahwa penghitungan dengan metode 2D FFT pendekatan spheris lebih tepat dan
cepat bila dibandingkan dengan metode lain.
Fitri (2008) melakukan penelitian tentang evaluasi model geoid global terbaik
untuk wilayah sumatera, jawa, sulawesi selatan dan sulawesi tenggara. Dalam
penelitian tersebut model geopotensial global yang digunakan meliputi EGM96,
EIGEN-CG03C, EIGEN-GL04C, ITG-GRACE03, AIUB-CHAMPOIS, GGM02C
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 5
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

DAN EGM2008. Evaluasi model geoid global dilakukan dengan membandingkan


nilai undulasi global dengan undulasi geometrik secara absolut maupun relatif. Hasil
dari penelitian tersebut didapatkan model geoid global terbaik untuk semua wilayah
adalah EGM2008.
Prima (2010) melakukan penelitian tentang penentuan model geoid jawa
dengan variasi degree EGM2008. Metode yang digunakan dalam pemodelan adalah
2D FFT (Two Dimension Fast Fourier Transform) dengan pendekatan spheris, yang
diterapkan dengan teknik remove-store. Variasi degree yang digunakan, yaitu 360,
720, 1080, 1440, 1800, 2160 dan 2190. Kemudian model geoid yang dihasilkan dari
masing-masing degree yang digunakan untuk mencari korelasi antara kenaikan nilai
degree dan sebaran data gaya berat terhadap ketelitian model geoid. Hasil ketelitian
menunjukkan bahwa ketelitian maksimum geoid jawa adalah 0,596 m yang diperoleh
dari degree 2190.
Pada penelitian ini, penentuan geoid lokal berdasarkan variasi degree MGG
dengan studi kasus provinsi DIY menggunakan data gayaberat teristris sebagai
komponen gelombang menengah dengan interval ± 1,5 kilometer. Sebagai komponen
gelombang panjang yang digunakan adalah model geoid global EGM2008,
sedangkan komponen gelombang pendek menggunakan data SRTM30plus. Proses
penghitungan geoid gravimetrik menggunakan metode 2D FFT dengan pendekatan
bidang spheris.

I.8. Landasan Teori

I.8.1. Sistem Tinggi


Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi (Basuki, 2006). Bidang referensi yang biasa digunakan adalah bidang
elipsoid dan bidang geoid (Anam, 2005). Bidang geoid merupakan bidang
ekipotensial gayaberat bumi yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level /
msl) yang tidak terganggu (Vanicek dan Christou, 1993). Bidang geoid digunakan
untuk keperluan praktis di lapangan. Tinggi diukur sepanjang garis arah gayaberat
(unting-unting) yang melalui titik yang bersangkutan (abidin, 2000). Tinggi yang
bereferensi terhadap bidang geoid disebut dengan tinggi ortometrik (H), sedangkan
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 6
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tinggi yang bereferensi terhadap bidang elipsoid disebut tinggi geometrik (h) (Anam,
2005).
Gambar I.1. menunjukkkan hubungan dua buah sistem tinggi yaitu tinggi
ortometrik (H) dan tinggi geometrik (h). Beda jarak antara dua sistem tinggi tersebut
adalah nilai undulasi (N). Nilai undulasi merupakan jarak vertikal antara bidang
geoid dan elipsoid atau hasil pengurangan antara tinggi geometrik (h) dengan tinggi
ortometrik (H), dapat dituliskan seperti persamaan 1.1 (Barthelmes, 2009):
N = h –H ………………………………………………………………..... (I.1)

I.8.2. Gayaberat
Hukum gravitasi newton menyatakan setiap benda yang mempunyai massa
yang ada di alam semesta akan saling tarik menarik satu sama lainnya dengan gaya
yang besarnya sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jika massa bumi ME , unit massa mo ,
dan K konstanta gravitasi yang besarnya 6,6742 x 10-11 m3 kg-1s-2 , dan r jarak antara
ME dan mo , maka besar gaya gravitasi bumi ditulis sebagai berikut (modifikasi
Hofmann dan Moritz, 2006) :
𝑀𝐸 𝑚 𝑜
𝐺=𝐾 ...………………….……………………………..................... (I.2)
𝑟2

Satuan internasional untuk gaya gravitasi adalah newton (Hofmann dan


Moritz, 2006). Gayaberat adalah resultan antara gaya gravitasi dan gaya sentrifugal
yang terjadi pada suatu titik (Heiskanen and Moritz, 1967). Satuan gayaberat
dinyatakan dengan cm/detik2 = 1 gal, untuk harga yang biasanya dijumpai dalam
pengukuran digunakan satuan miligal (1 mgal), 1 mgal = 10 -3 Gal (Siagian, 1992).
Gambar I.2 menunjukkan garis arah gaya berat (g) searah dengan unting-unting
(plumbline), garis arah gravitasi (G) menuju pusat massa bumi dan garis arah gaya
sentrifugal (f) tegak lurus dengan sumbu rotasi bumi.
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 7
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar I.2. Gaya sentrifugal (modifikasi Hofmann dan Moritz, 2006).

Keterangan Gambar I.2. :


1. Elipsoid.
2. Meridian Greenwich.
3. Bidang ekuator.
Gaya sentrifugal pada unit massa didefinisikan (Hofmann dan Moritz, 2006) :
f = ω2 p ………………………….…………………………….................. (I.3)
ω adalah kecepatan sudut rotasi bumi (rad/s) dan
p = (x2 + y2)1/2 …………..........….…………………………….................. (I.4)
adalah jarak dari sumbu rotasi bumi. Vektor f memiliki arah vektor
p = [x, y, 0]........…………………….……………………………................ (I.5)

I.8.3. Anomali Gayaberat


Definisi Anomali gayaberat secara umum adalah perbedaan gayaberat ukuran
dengan gayaberat teoritis (Pick dkk, 1973). Gayaberat ukuran tidak dapat secara
langsung dibandingkan dengan gayaberat normalnya, maka gayaberat ukuran perlu
direduksi ke geoid.

1.8.3.1. Reduksi gayaberat. Hasil pengukuran gayaberat merupakan nilai gayaberat


yang berada di permukaan bumi. Dalam studi penentuan geoid yang diperlukan
adalah nilai gayaberat yang berada di geoid, oleh karena itu nilai gayaberat hasil
pengukuran harus direduksi. Metode reduksi yang digunakan pada penelitian ini
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 8
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

adalah reduksi free air. Reduksi free air hanya memperhitungkan ketinggian tanpa
memperhitungkan massa batuan antara geoid dan topografi (Hofmann dan Moritz,
2006). Nilai gayaberat di geoid ditulis dalam rumus berikut (Hofmann dan Moritz,
2006) :
ɡ0= ɡ + F ……………………….……………………................... (I.6)
keterangan :
ɡ0 : gayaberat di geoid (mgal)
ɡ : gayaberat di permukaan bumi (mgal)
F : reduksi free air (mgal)
Persamaan reduksi free air adalah :
F= + 0,3086H ……………………….……………………................... (I.7)
Keterangan :
F : reduksi free air (mgal)
H : tinggi ortometrik (m)

1.8.3.2. Gayaberat normal. Gayaberat normal adalah nilai gayaberat yang dihitung
menggunakan ellipsoid sebagai bidang referensinya. Pada penelitian ini model
ellipsoid yang digunakan adalah ellipsoid WGS84. Menurut Clair dan Michell
(1979), rumus umum gayaberat normal adalah :
ɤ = ɤE (1 + β1sin2φ - β2sin22φ) ..……………………………………….... (I.8)
Keterangan :
ɤ : gayaberat normal
ɤE : gayaberat normal di ekuator
φ : lintang
β1 dan β2 : konstanta yang besarnya berbeda untuk setiap model ellipsoid

1.8.3.3. Anomali gayaberat free air. Untuk memperoleh gayaberat di geoid dikenal
beberapa cara reduksi, maka penamaan anomali gayaberat sesuai dengan nama
reduksinya. Untuk penelitian ini digunakan reduksi free-air sehingga anomali yang
digunakan adalah anomali gayaberat free-air. Menurut Pick dkk (1973) anomali
gayaberat rumusnya adalah :
∆ɡ = ɡ0 - ɤ …………………….…………………………..................... (I.9)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 9
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Anomali gayaberat free air (∆ɡFA) :


∆ɡFA = (ɡ + 0,3086H) - ɤ ……….………...……………….................. (I.10)

I.8.4. Penentuan Geoid Gravimetrik


Penentuan geoid secara gravimetrik dilakukan dengan menggunakan data
gayaberat. Pada Gambar I.3, suatu titik P di geoid diproyeksikan menjadi titik Q di
elipsoid referensi. Jarak PQ merupakan undulasi atau tinggi geoid (N), sedangkan
sudut yang terbentuk antara garis n dan n‟ merupakan defleksi vertikal (ε).

Gambar I.3. Hubungan antara geoid dan elipsoid referensi.


(Hofmann dan Moritz, 2006)
Pada hubungan antara geoid dan elipsoid terdapat perbedaan kecil antara
potensial gayaberat di permukaan bumi/titik pengukuran (W) dan potensial gayaberat
normal (U) yang disebut dengan anomali potensial (T), sehingga pada titik P berlaku
persamaan berikut (Hofmann dan Moritz, 2006),
TP = WP – UP .................................…………………………................. (I.11)
𝜕𝑈
UP = UQ + QN = UQ – γN ......….…………………………………. (I.12)
𝜕𝑛

WP = UP + TP = UQ – γN + TP …………..…………………………….... (I.13)
Pada Gambar I.3, titik Q merupakan proyeksi titik P sepanjang normal elipsoid
dan karena elipsoid didefinisikan mewakili geoid sehingga keduanya akan memiliki
potensial yang sama (UQ=WP=WO), maka diperoleh persamaan berikut,
T = γN atau N = T/γ …………………………………………...……….. (I.14)
Persamaan (1.14) ini terkenal dengan nama persamaan Brun‟s (Hofmann dan
Moritz, 2006) yang menyatakan hubungan antara undulasi geoid (N) dengan anomali
potensial (T). Selanjutnya dengan memperhatikan Gambar I.3 maka gP adalah vektor
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 10
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

gaya berat dari P dan γQ adalah vektor gayaberat normal dari Q, sehingga besarnya
perbedaan antara kedua vektor tersebut merupakan anomali gayaberat (∆g) dengan
persamaan sebagai berikut (Hofmann dan Moritz, 2006),
∆g = gP - γQ .……………………………………………………………. (I.15)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung anomali potensial sebagai fungsi
anomali gayaberat adalah persamaan matematis Stokes‟ sebagai berikut (Hofmann
dan Moritz, 2006),
𝑅
T = 4𝜋 𝜎
∆𝑔. 𝑆 𝛹 𝑑𝜎 ………………………………………….…….. (I.16)

Bila nilai T pada persamaan (I.16) disubtitusi ke persamaan Brun‟s (I.14) maka
akan diperoleh persamaan berikut (Hofmann dan Moritz, 2006),
𝑅
N = 4𝜋γ 𝜎
∆𝑔. 𝑆 𝛹 𝑑𝜎 ……………………..………………………… (I.17)

Persamaan (I.17) disebut sebagai persamaan Stokes‟ yang dapat digunakan


dalam menghitung undulasi geoid (N) dari data anomali gayaberat.

I.8.5. Penentuan Geoid Lokal


Dalam perhitungan undulasi geoid dilakukan dengan menggunakan persamaan
Stokes‟. Persamaan Stokes‟ yang digunakan untuk menghitung nilai undulasi pada
area yang kecil menggunakan pendekatan bidang datar. Persamaan Stokes‟ perlu
dimodifikasi terlebih dahulu, sehinga menjadi persamaan berikut (Vanicek dan
Christou, 1994) :
g o

1 1
N dxdy  Sg o …………………………………….…… (I.18)
2 l l
E

Dalam hal ini,



l  x  x P 2   y  y P 2 
1/ 2

…………………………………..…..… (I.19)
Keterangan (Vanicek dan Christou, 1994) :
g o : anomali gayaberat

(x,y ) : koordinat titik-titik data yang dimiliki

( x P , y P ) : koordinat titik hitung


S : operator stokes‟
E : luas
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 11
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pada persamaan (I.18) ini belum optimal dalam penghitungan, sehingga harus
dilengkapi dengan data dari komponen lainnya. Dalam memodelkan geoid lokal
maka tiga komponen harus diperhitungkan (Gambar I.4). Komponen tersebut adalah
komponen gelombang panjang (long-wavelength) yang diperoleh dari model
geopotensial global (MGG); komponen gelombang menengah (medium-wavelength)
yang diperoleh dari data gayaberat lokal; dan komponen gelombang pendek (short-
wavelength) yang diperoleh dari data tinggi topografi dalam bentuk model terrain
digital (MTD).

Gambar I.4. Kontribusi berbagai jenis data terhadap penentuan geoid regional
(Modifikasi Vanicek dan Christou, 1994)
Keterangan :
NGM : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang panjang (m)
N∆G : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang menengah (m)
NH : indirect effect (m)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 12
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pada gambar I.4 merepresentasikan kontribusi ketiga jenis data untuk


menentukan undulasi. Penentuan undulasi geoid N dapat dilakukan menggunakan
metode remove restore (Vanicek dan Christou, 1994) yang dapat ditulis dalam
persamaan,
g = g FA - g GM - g H ………………………...............…………..… (I.20)
N  N GM  N g  N H ………………………………..............…… (I.21)

Persamaan (I.20) disebut remove dan persamaan (I.21) disebut restore. Metode
remove merupakan pengurangan data anomali free air dari efek komponen
gelombang panjang (MGG) dan gelombang pendek (topografi). Undulasi geoid
gravimetrik N dapat diperoleh dengan melakukan restore persamaan (I.21). Metode
restore dilakukan dengan cara memasukkan kembali kontribusi MGG dan topografi
(indirect effect) terhadap nilai residual undulasi sehingga menghasilkan nilai
undulasi.
Residual anomali gayaberat diperoleh dari data anomali free air dikurangi efek
komponen gelombang panjang (MGG) dan efek gelombang pendek (topografi).
Persamaan untuk menghitung residual anomali gayaberat dapat ditulis (Srinivas dkk,
2012),
∆gres = ∆gobs - ∆gGGM -∆gRTM ………………………………..............…… (I.22)
Keterangan (Srinivas dkk, 2012):
∆g : residual anomali gayaberat
∆gobs : anomali gayaberat free air
∆gGGM : anomali gayaberat dari komponen gelombang panjang
∆g : anomali gayaberat dari komponen gelombang pendek

I.8.5.1 Hitungan kontribusi MGG. Model geopotensial yang digunakan sebagai data
masukan adalah EGM2008. EGM2008 merupakan model geopotensial global terbaru
yang memiliki degree dan orde 2159 dan tambahan koefisien sampai degree 2190
(Borge, 2013). Kontribusi dari g dan N model geopotensial sebagai berikut
(Vanicek dan Christou, 1994),

……….... (I.23)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 13
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

nmax n
N GM  R  C nm cos m  S nm sin m Pnm sin   ……………..……… (I.24)
n  2 m 0

Keterangan:
Cnm, Snm : koefisien potensial fully normalized geopotential dari potensial
anomali
Pnm : fully normalized Legendre function
nmax : derajat maksimal dari model geopotensial
n,m : derajat dan orde dari model geopotensial
ǵ : gayaberat rata-rata
R : jari-jari rerata bumi (6371008 meter)
( φ, λ) : lintang dan bujur geosentrik.
1.8.5.2 Hitungan kontribusi terrain. Koreksi terrain merupakan koreksi yang
diberikan karena pengaruh penyebaran densitas batuan yang tidak teratur pada suatu
wilayah. Salah satu metode koreksi terrain yang biasa digunakan pada penentuan
geoid adalah Residual Terrain Model (RTM) (Forsberg, 1984). Metode RTM ini
dikenalkan oleh Forsberg tahun 1984 (Bajracharya, 2003). Pada metode RTM,
densitas topografi akan diseimbangkan antara anomali densitas negatif dan anomali
densitas positif, yang merepresentasikan area topografi yang berada di atas atau di
bawah bidang topografi referensi (Forsberg, 1984). Pada metode RTM permukaan
tinggi rerata yang halus digunakan sebagai referensi untuk mendefinisikan densitas
batuan sampai dengan bidang referensi. Metode RTM dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut (Forsberg, 1994) :

….. (I.25)
Keterangan :
P(x, y, z) : titik yang dihitung (pada topografi)
Q(x, y, z) : titik pada tinggi muka rata-rata (titik integrasi)
ρ : massa jenis batuan
z : nilai tinggi pada tinggi muka rata-rata
K : konstanta gravitasi
href : nilai tinggi referensi
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 14
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hp : nilai tinggi pada titik yanng dihitung

Selain koreksi terrain dengan RTM, dirumuskan pula formula untuk


menghitung koreksi akibat adanya ketidakseragaman massa batuan penyusun bumi.
Koreksi ini disebut dengan indirect effect (Kasenda, 2009). Koreksi indirect effect ini
diberikan kepada data gayaberat yang telah direduksi sebelum menjadi geoid (co-
geoid) (Bajracharya, 2003).

Gambar I.6. Ilustrasi Indirect effect (Modifikasi Bajracharya, 2003)


Keterangan :
NH : Indirect effect
P : titik pengamatan dibidang topografi

Indirect effect pada geoid dapat dihitung dengan formula Brun‟s (Bajracharya,
2003) :
∆T
NH = ….………………………………...……………………..….. (I.26)
γ

Keterangan :
NH : Indirect effect
∆T : beda potensial gayaberat di geoid
γ : gayaberat normal
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 15
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.8.6. Penghitungan Undulasi Geoid dengan 2D FFT


Nilai undulasi geoid dapat dihitung menggunakan formula Stokes‟ dengan
metode 2D FFT pendekatan bidang spheris (Sideris, 2008). Formula Stokes‟ yang
telah diturunkan dengan menggunakan pendekatan bidang spheris atau bola dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan berikut (Sideris, 2008) :

............... (I.27)
Keterangan :
φj,λi : koordinat data ukuran
φl,λk : koordinat titik dari undulasi yang dihitung
∆φ, ∆λ : spasi grid dari lintang dan bujur
O : jumlah paralel pada grid
M : jumlah meridian pada grid
R : jari-jari rerata bumi (6371008 meter)
S : operator stokes‟

I.8.7. Kontrol Nilai Undulasi Gravimetrik


Undulasi dapat ditentukan dengan 2 metode, yaitu :
Ngeometrik = h –H .................................................................... (I.28)
1 g o 1
Ngravimetrik = 
2 E l
dxdy  Sg o ........................................................ (I.29)
l
Kedua nilai tersebut idealnya sama. Ngeometrik memiliki ketelitian tinggi
sehingga banyak digunakan sebagai kontrol untuk penentuan geoid gravimetrik
(yildiz dkk, 2011), sehingga dalam penelitian ini untuk menentukan ketelitian nilai
undulasi gravimetrik yang dihasilkan maka dikontrol dengan nilai undulasi
geometrik.

I.8.8. Interpolasi Kriging


Interpolasi kriging adalah metode geo-statistik yang digunakan untuk
memprediksi nilai sebuah titik dari nilai observasi di sekitarnya dan memiliki bobot
sesuai dengan kovarian spasialnya. Interpolasi kriging dapat mengestimasi titik baru
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 16
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dari titik-titik yang ada dengan cara melakukan pembobotan secara linear(Bohling,
2005). Interpolasi kriging dapat digunakan untuk memprediksi nilai yang belum
diketahui dengan menggunakan persamaan matematis :
𝑛
Z 𝑥0 = 𝑖=1 w 𝑥0 Z 𝑥𝑖 .................................................................... (I.30)
Keterangan
Z 𝑥0 : nilai prediksi yang belum diketahui.
Z 𝑥𝑖 : nilai yang sudah diketahui.
w 𝑥0 : bobot interpolasi.

I.8.9. Model Geopotensial Global EGM2008


Model geopotensial global EGM2008 merupakan Model geopotensial global
yang dipublikasikan oleh National Geospatial-Intellegence Agency (NGA). Model
geopotensial global ini, mengandung informasi mengenai data koefisien harmonik
bola, yaitu orde (n), degree (m), koefisien potensial normal penuh (C, S) dan standar
deviasinya (sigma C, sigma S) (Pavlis, dkk, 2008). Model geopotensial ini, lengkap
dengan koefisien harmonik degree dan orde 2159 dan memuat tambahan sampai
degree 2190. EGM2008 sudah memiliki anomali gayaberat dengan grid 5‟x5‟ yang
telah ditingkatkan berdasarkan pengukuran dari satelit GRACE (Pavlis, 2012, dalam
Borge 2013).
Konstanta WGS84 digunakan untuk mendefinisikan referensi ellipsoid dan
bidang gayaberat normal. Konstanta tersebut adalah (NGA, 2008) :
a. Setengah sumbu panjang ellipsoid WGS 84 (a) = 6378137.00 m
b.Flattening ellipsoid WGS 84 (f) = 1/298, 257223563
c. Konstanta gayaberat (GM) = 3,986004418 x 1014 m3s-2
d.Kecepatan sudut rotasi bumi (ω) = 7292115 x 10-11 radian/sec

I.8.10. Standar Deviasi


Varian dinyatakan dengan rumus (Walpole, 1993),
𝑛
𝑖=1 (𝑥 𝑖 – 𝜇 )2
τ2 = .................................................................... (I.31)
𝑛

Standar deviasi dinyatakan dengan rumus (Walpole, 1993),


PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 17
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2
𝑛 (𝑥 – 𝜇)
𝑖=1 𝑖
τ= ................................................................... (I.32)
𝑛

Keterangan rumus :
τ2 : Varian
τ : Standar Deviasi
xi : data ke i
μ : rerata data
n : jumlah data

Standar deviasi digunakan sebagai kriteria untuk menilai ketelitian data


pengamatan. Terdapat dua istilah tentang ketelitian, yaitu akurasi dan presisi.
Akurasi atau kesaksamaan adalah tingkat kedekatan nilai-nilai pengamatan terhadap
nilai sebenarnya. Presisi atau ketelitian adalah tingkat kedekatan nilai-nilai
pengamatan satu sama lain, yang dapat dihitung besar-kecilnya standar deviasi (τ)
dari pengamatan. Apabila data pengamatan mempunyai nilai standar deviasi yang
kecil, berarti data tersebut teliti (Basuki, 2006).

I.8.11. Gravsoft
Gravsoft adalah sebuah paket program yang dikembangkan oleh Rene
Forsberg dari National Space Institute(DTU-Space) Denmark dan C.C Tscherning
dari Niels Bohr Institute, University of Copenhagen. Program gravsoft dalam
menghitung data masukan (input) dan keluaran (output) dengan format list file atau
grid. beberapa program dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel. I.1
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 18
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel I.1. Contoh program pada gravsoft dan fungsinya


Kelompok Nama Fungsi
program program

Interpolasi GEOGRID kuadrat terkecil kolokasi (kriging) atau prediksi


dan bobot rata-rata dari format titik-titik ke grid-
gridding grid. termasuk juga menginterpolasi nilai yang
tidak diketahui pada grid, prediksi titik atau
profil
GEOIP interpolasi (linier atau spline) dari grid-grid ke
titik-titik atau grid ke grid
Integrasi TCGRID program pendukung untuk membuat grid-grid
prisma
rerata dan rerata permukaan terrain untuk
terrain
metode RTM pada TC
TC integrasi prisma dari efek terrain (topografi,
topografi-isostasi, RTM dan koreksi terrain
klasik
GEOEGM Evaluasi model gayaberat
Metode- SPFOUR Spherical multi-band FFT untuk penentuan
metode geoid, upward continuation dan efek terrain
Fourier
Seleksi dan GCOMB menambahkan atau mengurangi dan
format mengkombinasikan dua grid meliputi koreksi
ulang data khusus seperti pemisahan geoid-quasi geoid
G2SUR konversi dari format grid pada Gravsoft ke
format data surfer (*.grd)

I.9. Hipotesis
Pada pemodelan geoid, komponen gelombang panjang dari data MGG
memberikan kontribusi nilai dan kesalahan yang paling signifikan. Ketelitian
undulasi geoid dapat ditingkatkan dengan penggunaan degree MGG yang rendah,
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 19
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengambilan data gayaberat yang dirapatkan dengan rerata jarak 3 kilometer (km),
dan penggunaan DTM dengan spasi 1 km atau lebih kecil pada seluruh wilayah
pegunungan (Schwartz et al, dalam Vanicek dan Christou,1994).
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis penelitian adalah pada wilayah dengan data
gayaberat yang terdistribusi merata dan rapat, nilai degree MGG rendah yang
digunakan akan menghasilkan ketelitian geoid yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai