BAB I
PENDAHULUAN
1
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 2
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tinggi yang bereferensi terhadap bidang elipsoid disebut tinggi geometrik (h) (Anam,
2005).
Gambar I.1. menunjukkkan hubungan dua buah sistem tinggi yaitu tinggi
ortometrik (H) dan tinggi geometrik (h). Beda jarak antara dua sistem tinggi tersebut
adalah nilai undulasi (N). Nilai undulasi merupakan jarak vertikal antara bidang
geoid dan elipsoid atau hasil pengurangan antara tinggi geometrik (h) dengan tinggi
ortometrik (H), dapat dituliskan seperti persamaan 1.1 (Barthelmes, 2009):
N = h –H ………………………………………………………………..... (I.1)
I.8.2. Gayaberat
Hukum gravitasi newton menyatakan setiap benda yang mempunyai massa
yang ada di alam semesta akan saling tarik menarik satu sama lainnya dengan gaya
yang besarnya sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jika massa bumi ME , unit massa mo ,
dan K konstanta gravitasi yang besarnya 6,6742 x 10-11 m3 kg-1s-2 , dan r jarak antara
ME dan mo , maka besar gaya gravitasi bumi ditulis sebagai berikut (modifikasi
Hofmann dan Moritz, 2006) :
𝑀𝐸 𝑚 𝑜
𝐺=𝐾 ...………………….……………………………..................... (I.2)
𝑟2
adalah reduksi free air. Reduksi free air hanya memperhitungkan ketinggian tanpa
memperhitungkan massa batuan antara geoid dan topografi (Hofmann dan Moritz,
2006). Nilai gayaberat di geoid ditulis dalam rumus berikut (Hofmann dan Moritz,
2006) :
ɡ0= ɡ + F ……………………….……………………................... (I.6)
keterangan :
ɡ0 : gayaberat di geoid (mgal)
ɡ : gayaberat di permukaan bumi (mgal)
F : reduksi free air (mgal)
Persamaan reduksi free air adalah :
F= + 0,3086H ……………………….……………………................... (I.7)
Keterangan :
F : reduksi free air (mgal)
H : tinggi ortometrik (m)
1.8.3.2. Gayaberat normal. Gayaberat normal adalah nilai gayaberat yang dihitung
menggunakan ellipsoid sebagai bidang referensinya. Pada penelitian ini model
ellipsoid yang digunakan adalah ellipsoid WGS84. Menurut Clair dan Michell
(1979), rumus umum gayaberat normal adalah :
ɤ = ɤE (1 + β1sin2φ - β2sin22φ) ..……………………………………….... (I.8)
Keterangan :
ɤ : gayaberat normal
ɤE : gayaberat normal di ekuator
φ : lintang
β1 dan β2 : konstanta yang besarnya berbeda untuk setiap model ellipsoid
1.8.3.3. Anomali gayaberat free air. Untuk memperoleh gayaberat di geoid dikenal
beberapa cara reduksi, maka penamaan anomali gayaberat sesuai dengan nama
reduksinya. Untuk penelitian ini digunakan reduksi free-air sehingga anomali yang
digunakan adalah anomali gayaberat free-air. Menurut Pick dkk (1973) anomali
gayaberat rumusnya adalah :
∆ɡ = ɡ0 - ɤ …………………….…………………………..................... (I.9)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 9
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
WP = UP + TP = UQ – γN + TP …………..…………………………….... (I.13)
Pada Gambar I.3, titik Q merupakan proyeksi titik P sepanjang normal elipsoid
dan karena elipsoid didefinisikan mewakili geoid sehingga keduanya akan memiliki
potensial yang sama (UQ=WP=WO), maka diperoleh persamaan berikut,
T = γN atau N = T/γ …………………………………………...……….. (I.14)
Persamaan (1.14) ini terkenal dengan nama persamaan Brun‟s (Hofmann dan
Moritz, 2006) yang menyatakan hubungan antara undulasi geoid (N) dengan anomali
potensial (T). Selanjutnya dengan memperhatikan Gambar I.3 maka gP adalah vektor
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 10
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
gaya berat dari P dan γQ adalah vektor gayaberat normal dari Q, sehingga besarnya
perbedaan antara kedua vektor tersebut merupakan anomali gayaberat (∆g) dengan
persamaan sebagai berikut (Hofmann dan Moritz, 2006),
∆g = gP - γQ .……………………………………………………………. (I.15)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung anomali potensial sebagai fungsi
anomali gayaberat adalah persamaan matematis Stokes‟ sebagai berikut (Hofmann
dan Moritz, 2006),
𝑅
T = 4𝜋 𝜎
∆𝑔. 𝑆 𝛹 𝑑𝜎 ………………………………………….…….. (I.16)
Bila nilai T pada persamaan (I.16) disubtitusi ke persamaan Brun‟s (I.14) maka
akan diperoleh persamaan berikut (Hofmann dan Moritz, 2006),
𝑅
N = 4𝜋γ 𝜎
∆𝑔. 𝑆 𝛹 𝑑𝜎 ……………………..………………………… (I.17)
…………………………………..…..… (I.19)
Keterangan (Vanicek dan Christou, 1994) :
g o : anomali gayaberat
Pada persamaan (I.18) ini belum optimal dalam penghitungan, sehingga harus
dilengkapi dengan data dari komponen lainnya. Dalam memodelkan geoid lokal
maka tiga komponen harus diperhitungkan (Gambar I.4). Komponen tersebut adalah
komponen gelombang panjang (long-wavelength) yang diperoleh dari model
geopotensial global (MGG); komponen gelombang menengah (medium-wavelength)
yang diperoleh dari data gayaberat lokal; dan komponen gelombang pendek (short-
wavelength) yang diperoleh dari data tinggi topografi dalam bentuk model terrain
digital (MTD).
Gambar I.4. Kontribusi berbagai jenis data terhadap penentuan geoid regional
(Modifikasi Vanicek dan Christou, 1994)
Keterangan :
NGM : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang panjang (m)
N∆G : Undulasi yang dihitung dari komponen gelombang menengah (m)
NH : indirect effect (m)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 12
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Persamaan (I.20) disebut remove dan persamaan (I.21) disebut restore. Metode
remove merupakan pengurangan data anomali free air dari efek komponen
gelombang panjang (MGG) dan gelombang pendek (topografi). Undulasi geoid
gravimetrik N dapat diperoleh dengan melakukan restore persamaan (I.21). Metode
restore dilakukan dengan cara memasukkan kembali kontribusi MGG dan topografi
(indirect effect) terhadap nilai residual undulasi sehingga menghasilkan nilai
undulasi.
Residual anomali gayaberat diperoleh dari data anomali free air dikurangi efek
komponen gelombang panjang (MGG) dan efek gelombang pendek (topografi).
Persamaan untuk menghitung residual anomali gayaberat dapat ditulis (Srinivas dkk,
2012),
∆gres = ∆gobs - ∆gGGM -∆gRTM ………………………………..............…… (I.22)
Keterangan (Srinivas dkk, 2012):
∆g : residual anomali gayaberat
∆gobs : anomali gayaberat free air
∆gGGM : anomali gayaberat dari komponen gelombang panjang
∆g : anomali gayaberat dari komponen gelombang pendek
I.8.5.1 Hitungan kontribusi MGG. Model geopotensial yang digunakan sebagai data
masukan adalah EGM2008. EGM2008 merupakan model geopotensial global terbaru
yang memiliki degree dan orde 2159 dan tambahan koefisien sampai degree 2190
(Borge, 2013). Kontribusi dari g dan N model geopotensial sebagai berikut
(Vanicek dan Christou, 1994),
……….... (I.23)
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 13
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nmax n
N GM R C nm cos m S nm sin m Pnm sin ……………..……… (I.24)
n 2 m 0
Keterangan:
Cnm, Snm : koefisien potensial fully normalized geopotential dari potensial
anomali
Pnm : fully normalized Legendre function
nmax : derajat maksimal dari model geopotensial
n,m : derajat dan orde dari model geopotensial
ǵ : gayaberat rata-rata
R : jari-jari rerata bumi (6371008 meter)
( φ, λ) : lintang dan bujur geosentrik.
1.8.5.2 Hitungan kontribusi terrain. Koreksi terrain merupakan koreksi yang
diberikan karena pengaruh penyebaran densitas batuan yang tidak teratur pada suatu
wilayah. Salah satu metode koreksi terrain yang biasa digunakan pada penentuan
geoid adalah Residual Terrain Model (RTM) (Forsberg, 1984). Metode RTM ini
dikenalkan oleh Forsberg tahun 1984 (Bajracharya, 2003). Pada metode RTM,
densitas topografi akan diseimbangkan antara anomali densitas negatif dan anomali
densitas positif, yang merepresentasikan area topografi yang berada di atas atau di
bawah bidang topografi referensi (Forsberg, 1984). Pada metode RTM permukaan
tinggi rerata yang halus digunakan sebagai referensi untuk mendefinisikan densitas
batuan sampai dengan bidang referensi. Metode RTM dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut (Forsberg, 1994) :
….. (I.25)
Keterangan :
P(x, y, z) : titik yang dihitung (pada topografi)
Q(x, y, z) : titik pada tinggi muka rata-rata (titik integrasi)
ρ : massa jenis batuan
z : nilai tinggi pada tinggi muka rata-rata
K : konstanta gravitasi
href : nilai tinggi referensi
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 14
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Indirect effect pada geoid dapat dihitung dengan formula Brun‟s (Bajracharya,
2003) :
∆T
NH = ….………………………………...……………………..….. (I.26)
γ
Keterangan :
NH : Indirect effect
∆T : beda potensial gayaberat di geoid
γ : gayaberat normal
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 15
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
............... (I.27)
Keterangan :
φj,λi : koordinat data ukuran
φl,λk : koordinat titik dari undulasi yang dihitung
∆φ, ∆λ : spasi grid dari lintang dan bujur
O : jumlah paralel pada grid
M : jumlah meridian pada grid
R : jari-jari rerata bumi (6371008 meter)
S : operator stokes‟
dari titik-titik yang ada dengan cara melakukan pembobotan secara linear(Bohling,
2005). Interpolasi kriging dapat digunakan untuk memprediksi nilai yang belum
diketahui dengan menggunakan persamaan matematis :
𝑛
Z 𝑥0 = 𝑖=1 w 𝑥0 Z 𝑥𝑖 .................................................................... (I.30)
Keterangan
Z 𝑥0 : nilai prediksi yang belum diketahui.
Z 𝑥𝑖 : nilai yang sudah diketahui.
w 𝑥0 : bobot interpolasi.
2
𝑛 (𝑥 – 𝜇)
𝑖=1 𝑖
τ= ................................................................... (I.32)
𝑛
Keterangan rumus :
τ2 : Varian
τ : Standar Deviasi
xi : data ke i
μ : rerata data
n : jumlah data
I.8.11. Gravsoft
Gravsoft adalah sebuah paket program yang dikembangkan oleh Rene
Forsberg dari National Space Institute(DTU-Space) Denmark dan C.C Tscherning
dari Niels Bohr Institute, University of Copenhagen. Program gravsoft dalam
menghitung data masukan (input) dan keluaran (output) dengan format list file atau
grid. beberapa program dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel. I.1
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 18
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
I.9. Hipotesis
Pada pemodelan geoid, komponen gelombang panjang dari data MGG
memberikan kontribusi nilai dan kesalahan yang paling signifikan. Ketelitian
undulasi geoid dapat ditingkatkan dengan penggunaan degree MGG yang rendah,
PENGARUH VARIASI DEGREE MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL (MGG) TERHADAP KETELITIAN
GEOID LOKAL (Studi Kasus 19
: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
RAMDHAN HIDAYAT
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pengambilan data gayaberat yang dirapatkan dengan rerata jarak 3 kilometer (km),
dan penggunaan DTM dengan spasi 1 km atau lebih kecil pada seluruh wilayah
pegunungan (Schwartz et al, dalam Vanicek dan Christou,1994).
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis penelitian adalah pada wilayah dengan data
gayaberat yang terdistribusi merata dan rapat, nilai degree MGG rendah yang
digunakan akan menghasilkan ketelitian geoid yang semakin besar.