PENDAHULUAN
tektonik. Pada tahun 2006, terjadi gempa tektonik dengan skala yang besar di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Bencana alam tahun 2006 ini dapat mempengaruhi posisi dan
kestabilan titik-titik yang ada di wilayah DIY. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan ITRF 2008 dan ITRF 2005 dalam pengolahan data pengamatan CORS
dan perhitungan transformasi datum.
Proses transformasi datum bisa dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
adalah Lauf, Molodensky-Badekas, Bursa Wolf dan Affine. Penelitian ini
menggunakan metode Molodensky-Badekas karena metode ini mempertimbangkan
elemen tinggi dengan memasukkan koordinat pendekatan titik berat dalam proses
hitungan. Selain itu, metode Molodensky-Badekas mengasumsikan bahwa nilai
translasi, rotasi, dan faktor skala dari transformasi antar datum bernilai kecil. Untuk
itu, penelitian ini akan membahas tentang perbandingan antara nilai tujuh parameter
transformasi datum dari ITRF 2008 ke ITRF 2005 metode Molodensky-Badekas
dengan nilai tujuh parameter transformasi global yang dikeluarkan oleh IERS.
pada epoch 2008,147 dan epoch 2008,182 dengan diikatkan pada ITRF 1997, ITRF
2000, ITRF 2005, dan ITRF 2008. Pengolahan data pengamatan base station ini
dengan menggunakan software GAMIT/GLOBK dan diikatkan ke 7 stasiun IGS,
yaitu KUNM, PIMO, GUAM, TOW2, KARR, DGAR, dan BAN2. Hasil yang
diperoleh dari penelitian Yoga adalah realisasi ITRF 2008 menghasilkan nilai
ketelitian koordinat terkecil dibandingkan dengan ITRF 1997, ITRF 2000, dan ITRF
2005. Ketelitian kecepatan pada realisasi ITRF 2008 memiliki nilai paling kecil
dibandingkan dengan ITRF 1997, ITRF 2000, dan ITRF 2005.
Penelitian juga dilakukan oleh Handayani (2011) dengan tujuan menghitung
transformasi datum dari UTM Bessel 1841 ke UTM WGS 1984 di titik-titik sumur
bor PT.Pertamina. Proses transformasi ini menggunakan metode Molondensky-
Badekas dan proses hitungan dilakukan dengan perangkat lunak Matlab dan
Microsoft Excel. Hasil penelitian ini adalah titik sekutu yang memberikan ketelitian
yang baik merupakan titik-titik yang terdistribusi merata dan mewakili titik yang
akan ditransformasi. Hasil transformasi yang baik dapat ditunjukkan dari nilai
varians yang kecil dan residu kurang dari 1 meter.
Penelitian dilakukan oleh Sunantyo dan Basuki (2013) yang bertujuan untuk
mendefinisikan koordinat jaring kerangka geodetik aktif di Kantor Pertanahan
Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul Kanwil DIY BPN RI ke
dalam ITRF. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengamatan
CORS BPN DIY yang berjumlah 4 stasiun pada doy 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 tahun
2012. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software GAMIT/GLOBK
versi 10.40. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah koordinat geodetik dan
UTM dari masing-masing CORS BPN DIY serta masing-masing ketelitian koordinat
kartesi 3 dimensi yang dapat dilihat dari nilai simpangan bakunya. Koordinat
geodetik CORS Bantul adalah 7o 53 43,74182 LS, 110o 20 46,90248 BT dan
tinggi geometrik 78,4463 m. CORS Gunung Kidul 7o 57 42,8888988 LS, 110o 36
3,10896 BT dan tinggi geometrik 205,8177 m. CORS Kulon Progo 7o 50
47,33394 LS, 110o 10 4,58688 BT dan tinggi geometrik 59,6208 m. Sedangkan
CORS Sleman 7o 42 25,179138 LS, 110o 20 50, 86284 BT dan tinggi geometrik
256,7821 m. Sedangkan untuk koordinat UTM CORS Bantul adalah 9127200,087 m
Northing dan 427949,8595 m Easting, CORS Gunung Kidul adalah 9119891,434 m
5
Internet Protocol). NTRIP adalah sebuah metode untuk mengirim koreksi data
GPS/GLONASS melalui internet. Data format RINEX disediakan untuk pengolahan
data secara post-processing, sedangkan data NTRIP untuk pengamatan posisi secara
real-time.
Ai X i
t X A 2 Y i t YA 2 Zit Z A 2 ........................................... (I.1)
Bj X j
t X B 2 Y j t YB 2 Z j t Z B 2 ......................................... (I.2)
Dengan koordinat pendekatan titik A adalah X A0 , YA0 , Z A0 maka:
X A X A0 dX A
Y A Y A0 dY A
................................................................................................. (I.3)
Z A Z A0 dZ A
Selanjutnya dilakukan proses linearisasi persamaan I.1 dan persamaan I.2. Hasilnya
adalah
Ai t Ai 0 cx i t .dX A cy i t .dYA cz i t .dZ A ........................................... (I.4)
Bj t Bj 0 cx j t .dX B cy j t .dYB cz j t .dZ B
Sehingga diperoleh solusi dari double difference seperti yang ditunjukkan pada
persamaan I.6.
Dalam hal ini, merupakan jarak antara satelit ke titik pengamatan dan merupakan
panjang gelombang sinyal pembawa.
I.7.6.2. Evaluasi hasil pengolahan GAMIT. Untuk mengevaluasi hasil
pengolahan GAMIT dapat dilakukan dengan menganalisis nilai fract dan postfit nrms
sebagai output dari pengolahan GAMIT.
Postfit nrms = dan x2 = ........................................................... (I.7)
stastistik chi-squared increament per degree of freedom x2/f dimana nilai x2/f tidak
boleh lebih dari 10 dan limit maksimal adalah 30 (Lestari,2006).
Z(+)
X(-)
Y(-)
(0,0) Y(+)
X(+)
Z(-)
baku rotasi memiliki nilai yang lebih besar dari pada nilai rotasinya. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rotasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
hitungan transformasi datum.
Tabel.I. 0-I. Nilai parameter transformasi global dari ITRF 2008 ke ITRF 2005
Parameter Parameter global IERS Simpangan baku Keterangan
Tx (mm) -0,5 0,2 Translasi sb. X
Ty (mm) -0,9 0,2 Translasi sb. Y
Tz (mm) -4,7 0,2 Translasi sb. Z
ds 9,4x 10-10 3 x 10-11 Faktor skala
Rx (rad) 0 3,87851 x 10-11 Rotasi sb. X
Ry (rad) 0 3,87851 x 10-11 Rotasi sb. Y
Rz (rad) 0 3,87851 x 10-11 Rotasi sb. Z
................................................................................ (I.9)
................................................................................. (I.10)
................................................................................ (I.11)
lebih mudah karena ukuran matriksnya lebih kecil dari pada metode parameter.
Sedangkan metode kombinasi lebih mudah digunakan untuk menyelesaikan
perhitungan dengan data pengukuran yang masih mengandung kesalahan dan
parameter yang dicari adalah fungsi pengukuran.
F(L,X0) + V+ X=0
AX + BV + W = 0 .............................................................................. (I.15)
Penyelesaian dengan matriks bobot (P)
= VTPV = VTPV 2KT (BV + A X + W) = 0
= 2VTP 2 KT B =0
PTV + BT K = 0
V = P-1 BT K ......................................................................................... (I.16)
Karena matriks simetris maka PT = P
= - 2 KTA = 0
Dari persamaan I.17 dan I.18 didapatkan persamaan I.19 untuk menghitung
parameter.
AT (BP-1BT)-1 (AX + W) = 0
AT (BP-1BT)-1 AX + AT (BP-1BT)-1 W = 0
X = - (AT (B P-1 BT)-1 A)-1 (AT (B P-1 BT)-1 W ..................................... (I.19)
V = - P-1 BT (B P-1 BT)-1 (AX + W) ....................................................... (I.20)
x = 2 (AT (B P-1 BT)-1 A)-1 ................................................................. (I.21)
2 = ........................................................................................... (I.22)
c = r + u .................................................................................................. (I.23)
r = n no ................................................................................................. (I.24)
v = P-1 BT (B P-1 BT)-1 ((B P-1 BT) A (AT (B P-1 BT)-1 A)-1 AT)
(B P-1 BT)-1 B P-1 .......................................................................... (I.25)
( ) ( ) ( ) (
) ................................................................................................................. (I.26)
[ ] [ ] [ ] [ ][ ] [ ]
[ ] ..................................................................................................... (I.27)
........................ (I.29)
[ ]
21
.............. (I.30)
[ ]
[ ]
........................ (I.31)
[ ]
............................................................................................... (I.32)
[ ]
Matriks 6nV1T = [ ] ..... (I.33)
[ ]
1/(X2i)^2 0 0 0 0 0 0
0 1/(Y2i)^2 0 0 0 0 0
0 0 1/(Z2i)^2 0 0 0 0
0 0 0 ... 0 0 0
0 0 0 0 1/(X2n)^2 0 0
0 0 0 0 0 1/(Y2n)^2 0
0 0 0 0 0 0 1/(Z2n)^2
Matriks = (I.37)
1/(X1i)^2 0 0 0 0 0 0
0 1/(Y1i)^2 0 0 0 0 0
0 0 1/(Z1i)^2 0 0 0 0
0 0 0 ... 0 0 0
0 0 0 0 1/(X1n)^2 0 0
0 0 0 0 0 1/(Y1n)^2 0
0 0 0 0 0 0 1/(Z1n)^2
Ho 2 = ............................................................................................. (I.38)
Ha 2 > ............................................................................................ (I.39)
.............................................................................................. (I.40)
Penolakan hipotesis nol (Ho) terjadi apabila 2 (df) > 2. Penolakan ini
mengindikasikan bahwa dalam model yang digunakan terdapat kesalahan. Dan
sebaliknya penerimaan Ho mengindikasikan bahwa model yang digunakan sudah
benar dan lengkap.
t= ................................................................................ (I.44)
25
I.8. Hipotesis
Berdasarkan nilai simpangan baku rotasi parameter global IERS yang lebih
besar dari pada nilai rotasinya, maka nilai rotasi parameter global tidak secara
signifikan mempengaruhi hasil hitungan transformasi datum, sehingga hipotesis yang
dipakai dalam penelitian ini adalah nilai rotasi hasil hitungan transformasi datum dari
ITRF 2008 ke ITRF 2005 menggunakan koordinat empat CORS BPN DIY hasil
pengolahan GAMIT/GLOBK diduga tidak akan berbeda secara signifikan dengan
nilai rotasi parameter global yang dikeluarkan oleh IERS.