Anda di halaman 1dari 16

JARING KONTROL GEODESI A

RM184158

Dosen Pengampu:

Yanto Budisusanto, ST, M.Eng


NIP. 197206132006041001

Disusun oleh :

DWI RAMADHANI (03311740000003)


RISA ERFIANTI (03311740000029)

PENGOLAHAN DATA RINEX VERSI 3


MENGGUNAKAN LAYANAN POST
PROCESSING InaCORS
PENGOLAHAN DATA RINEX VERSI 3

MENGGUNAKAN LAYANAN POST PROCESSING InaCORS

A. Selayang Pandang
InaCORS
InaCORS adalah Continuously Operating Reference Station (CORS) yang dikelola oleh
Badan Informasi Geospasial sebagai stasiun pengamatan geodetik tetap/kontinu.
InaCORS BIG merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa komponen yaitu
perangkat stasiun di lapangan, server, jaringan komunikasi, dan pengguna. Dari seluruh
stasiun InaCORS yang tersebar di seluruh Indonesia, semua data mengalir ke server BIG
melalui komunikasi internet. Setelah data masuk ke server BIG, maka proses pengelolaan
data dilaksanakan. Termasuk dalam pengelolaan data adalah proses pemantauan kondisi
stasiun InaCORS untuk memastikan seluruhnya berfungsi optimal. Data yang dihasilkan
di server BIG kemudian digunakan oleh pengguna, baik untuk layanan pengolahan secara
post processing atau layanan koreksi ketika pengukuran menggunakan metode RTK.

Layanan Post Processing InaCORS


Layanan Post Processing memfasilitasi pengguna mengolah data GNSS secara otomatis
dan hasilnya dapat langsung digunakan oleh pengguna. Setelah pengguna melakukan
perekaman data dengan GPS Geodetik, data observasi RINEX dapat langsung diunggah
pada fasilitas post processing di web nrtk.big.go.id. Saat ini layanan Post Processing
hanya tersedia di wilayah Pulau Jawa.

B. Langkah Pengolahan Postprocessing InaCORS


1. Membuka website nrtk.big.go.id
2. Klik post processing > Computation

3. Isi nama project > Add rover data


4. Masukkan file rinex format .O
5.

C. Analisa Data
 Data Rinex versi 3
Data rinex yang digunakan dalam pengolahan post processing ini adalah data rinex
versi 3.02. Perbedaan yang umum dari rinex versi 3 dengan versi lainnya yaitu rinex
3.02 ini dapat menangkap multi-konstelasi GNSS. Data rinex versi 3.02 digunakan
dalam observasi GNSS saat ini (GPS, GLONASS, Galileo, Quasi Zenith Satellite
System (QZSS) dan BeiDou) dan pengamatan Space Based Augmentation Systems
(SBAS) , data meteorologi, dan file navigasi. Rinex 3.02 merupakan konvensi
penamaan file RINEX baru dan dianggap sebagai standar untuk pertukaran data
GNSS dalam format RINEX 3.
Berikut ini header data rinex pada pengukuran BM J2814 (BM JIIPE E02)
Berikut ini header data rinex pada pengukuran BM J2815 (BM JIIPE E01)

Metadata pada data rinex ini berisikan informasi mulai dari versi rinex, jenis receiver,
tipe antena, sistem satelit yang digunakan, waktu pengamatan, dan hasil pengamatan
itu sendiri.

 Hasil perhitungan data rinex BM J2814 dan BM J2815


Dari hasil tersebut didapatkan hasil koordinat geodetik, koordinat kartesian, dan standar
deviasi dari data rinex masing-masing titik BM. Data ini merupakan data pengolahan dari 5
baseline dengan BM yang lainnya. Dari hasil tersebut diketahui bahwa BM JIIPE E02 relatif
memiliki standar deviasi yang relatif lebih besar dibandingkan BM JIIPE E01
Koordinat hasil pengolahan post processing tentu saja memiliki perbedaan dengan koordinat
pendekatan yang tercantum pada data rinex. Berikut perbandingan koordinat hasil
pengolahan post processing dengan koordinat pendekatan rinex:
 BM J2814

Di bawah ini adalah hasil panjang baseline yang dihitung dari titik referensi Lamongan,
Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, dan Sampang.

Dari data Point Occupation Result ini dapat diketahui bahwa pengukuran pada BM JIIPE E02
dilakukan selama 1 jam 45 menit 29 detik (11:54:12 s/d 13:39:41) pada tanggal 8 Oktober
2019 menggunakan receiver LEICA GS14 dengan tipe antena LEIGS14 NONE. Pada
pengukurn tersebut BM JIIPE E02 di-setting sebbagai rover sedangkan base-nya diambil dari
5 BM yang tersebar di kota-kota yang berbeda. Dari kelima BM tersebut, baseline terpanjang
adalah baseline yang dibentuk dengan BM di Sampang, sedangkan baseline terpendek
merupakan baseline yang dibentuk dengan BM di Surabaya.
Selain diperoleh data Point Occupation Result, juga diperoleh data “Baseline Result”. Dari
data ini dapat kita ketahui bahwa data pada pengukuran ini berupa data Broadcast ephemeris
yang menggunakan 3 sistem satelit yaitu, GPS, Glonass, dan Beidou. Gelombang yang
dimanfaatkan pada pengukuran ini yaitu gelombang frekuensi L1 dan L2.

 Baseline clmg-BM JIIPE E02


Jenis receiver yang digunakan pada stasiun CORS CLMG ini yaitu LEICA GR50 dengan tipe
antena TPSCR.G3 TPSH . Data di atas didapatkan panjang baseline clmg-BM JIIPE E02
yaitu 31240.2063 m dengan standar deviasi 0.0021 m.

 Baseline cmjt-BM JIIPE E02


Jenis receiver yang digunakan pada stasiun CORS CMJT ini yaitu LEICA GR10 dengan tipe
antena TPSCR.G3 TPSH . Data di atas didapatkan panjang baseline cmjt-BM JIIPE E02
yaitu 45770.9141 m dengan standar deviasi 0.0226 m.
 Baseline cpas-BM JIIPE E02

Jenis receiver yang digunakan pada stasiun CORS CPAS ini yaitu TPS NETG3A dengan tipe
antena TPSCR.G3 TPSH . Data di atas didapatkan panjang baseline cpas-BM JIIPE E02
yaitu 70235.3612 m dengan standar deviasi 0.0244 m.

 Baseline csby-BM JIIPE E02


Jenis receiver yang digunakan pada stasiun CORS CSBY ini yaitu LEICA GR50 dengan tipe
antena TPSCR.G3 TPSH . Data di atas didapatkan panjang baseline csby-BM JIIPE E02
yaitu 30156.7627 m dengan standar deviasi 0.0038 m.
 Baseline csby-BM JIIPE E02

Jenis receiver yang digunakan pada stasiun CORS CSMP ini yaitu LEICA GR50 dengan tipe
antena TPSCR.G3 TPSH . Data di atas didapatkan panjang baseline csmp-BM JIIPE E02
yaitu 71998.0709 m dengan standar deviasi 0.0025 m.
 BM J8215

Di bawah ini adalah hasil panjang baseline yang dihitung dari titik referensi Lamongan,
Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, dan Sampang.

Anda mungkin juga menyukai