Adapun metode pemetaan yang kami lakukan akan melalui tahapan sebagai berikut:
A. Persiapan
B. Pemasangan dan Pengukuran Titik Kontrol
C. Identifikasi Lahan
D. Pemotretan Foto Udara
E. Pemrosesan Foto
F. Interpretasi (Digitasi)
G. Pembuatan output sesuai yang dibutuhkan (DEM, DSM, Orthophoto, klasifikasi pohon sengon,
klasifikasi jumlah pohon berdasarkan tingkat kesehatan, dan Kontur CAD)
H. Pelaporan
PERSIAPAN
Premark adalah satu tanda yang ditempatkan di permukaan tanah, dengan bentuk menyerupai
huruf “X”, sehingga dapat diidentifikasi dalam foto udara. Setelah premark dipasang, posisinya di
permukaan bumi (koordinat lintang dan koordinat bujur) diukur dengan menggunakan GPS geodetik
berketelitian di atas satu meter (sub-meter). Titik-titik premark yang telah diukur ini adalah Ground
Control Point (GCP) atau Titik Kontrol Darat, yang akan digunakan pada saat post-processing untuk
membantu proses koreksi geometri pada orthophoto mosaic, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan
akan lebih baik.
Contoh GCP pada salah satu foto udara
Pada dasarnya, GCP merupakan opsi dalam kegiatan survei udara. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, GCP digunakan untuk menghasilkan peta dengan akurasi tinggi. Namun, jika GCP tidak
digunakan, survei tetap dapat dilakukan dan peta tetap dapat dihasilkan.
Kami menggunakan wahana DJI Phantom 4 Pro dan Skywalker X8 dengan kamera Sony HX90V
yang dilengkapi GPS
Sebelum proses pekerjaan pengukuran GCP dilakukan ada beberapa tahapan yang perlu
dipersiapkan, salah satunya adalah pembuatan Patok dan Premark sebagai referensi yang nantinya akan
digunakan dalam proses adjustment coordinate hasil foto udara dan jumlahnya mengikuti titik rencana
sesuai desain triangulasi GPS yaitu sejumlah 3 Set.
- Patok atau Tugu terbuat dari bahan yang kokoh dan dapat bertahan sampai dengan proses foto udara
selesai.
- Premark dibuat dari bahan yang tidak mudah pudar dan tidak mudah robek.
- Warna premark harus kontras dengan warna disekitarnya.
Berdasarkan kriteria diatas maka berikut adalah material yang digunakan dalam proses
pembuatan Patok dan Premark :
PENGUKURAN GCP
METODE PENGAMATAN
Metode Pengukuran yang dilakukan adalah Static Relative Positioning dengan pengamatan GPS
Carier Beat Phase, yaitu pengamatan terhadap phase gelombang pembawa ( L1 / L2 ) untuk menentukan
panjang vektor baseline.
Waktu pengamatan ditentukan sesuai dengan Jarak/Panjang Baseline seperti tabel berikut :
PERSIAPAN PENGAMATAN
Dengan menggunakan 3 (tiga) Receiver dalam satu session pengamatan akan didapatkan minimal 2 (dua)
baseline non-trivial yang akan digunakan dalam perhitungan perataan jaringan.
Mobilitas antar Tim dalam pelaksanaan pengematan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada Session pertama tim menempati Station dimana salah satu Titik Referensi yang mempunyai
ketelitian lebih tinggi.
2. Pada Session berikutnya dilakukan perpindahan tim yaitu pindah ke stasiun/titik berikutnya
sedangkan satu surveyor tetap pada posisinya sehingga titik sekutu (Common Point).
3. Pada saat tertentu sesuai dengan rencana jaringan, tim yang bergerak / pindah posisi hanya 1 (satu)
tim sehingga didapat baseline sekutu (Common Baseline).
Jumlah Common Baseline dari seluruh pengamatan adalah 5% dari total baseline, dimana
distribusinya menyebar merata untuk seluruh jaringan sehingga pengukuran konsistensi dan kekuatan
jaringan baik.
Pengolahan Data dilakukan pada setiap selesainya pengamatan dilapangan di mana pada saat
telah membentuk jaringan langsung dilakuakan pemrosesan data. Sehingga dapat dilakukan pengecekan
di lapangan. Dan apabila data-data tersebut tidak memenuhi syarat pada spesifikasi teknis maka dapat
langsung dilakukan pengamatan ulang.
Secara umum proses pengolahan data dapat digambarkan dalam diagram terlampir.
1. Pra Processing
Software hitungan baseline dipilih yang mampu menghitung koreksi ionosfer data pengamatan,
Software yang dipakai adalah GPSurvey / TRIMVEC-PLUS dari trimble sesuai dengan GPS-Receiver
yang dipakai dalam pengamatan yaitu Trimble 4600 LS.
Apabila pada proses baseline terdapat hasil yang masih FLOAT Solution maka dilakukan
pengamatan ulang pada titik yang bersangkutan dan dilakukan proses produksi baseline kemJawa
Barat sehingga didapat hasil reduksi baseline yang FIXED Solution. Hasil proses reduksi baseline dalam
format SSF file yang diassistensikan kepada pemberi pekerjaan untuk dilakukan pengecekan.
Pengecekan kualitas vektor baseline yang didapat, dengan memperhatikan beberapa hal, antra
lain:
RMS (Root Mean Square), harga minimum dan maksimum, serta deviasi standard atau deviasi baku dari
residual.
Faktor variansi a posteriori
Matriks Variance dan Covariance dari vektor baseline
Hasil dari test statistik terhadap residual maupun vektor baseline
Kesuksesan dari penentuan ambiguitas phase serta tingkat kesuksesannya
Jumlah data yang ditolak
Jumlah Cycle Slips.
Tahapan reduksi baseline dapat digambarkan dalam alir diagram sebagai berikut:
Diagram Alir Tahapan Reduksi Baseline
Perataan seluruh jaringan dilakukan secara simultan dengan menggunakan seluruh titik-titik ikat yang
ada menggunakan SoftWare GP Survey 2.35
Hasil yang dicapai dalam perataan jaringan mencakup hal-hal sebagai berikut:
Test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan, dapat melalui Confidence level 68%
(Pass pada Confidence level 68%).
Koordinat hasil perataan
Baseline hasil perataan, berikut hasil koreksi baseline hasil pengamatan
Analisa statistik Residual baseline termasuk hasil koreksi yang ditemukan pada Confidence Interval yang
digunakan
Ellips kesalahan titik setiap titik yang diukur
Ellips kesalahan garis
Dari hasil uji statistik dapat ditentukan tindakan optimasi perataan agar didapatkan hasil hitungan
yang optimal, apabila hasil belum optimal maka dilakukan proses reduksi baseline kemJawa Barat.
1) Kontrol-Kualitas
Sebelum dapat digunakan sebagai input dalam suatu perataan agar dapat digunakan (network-
adjustment), hasil suatu vektor baseline harus dicek dan dikontrol terlebih dahulu kualitasnya.
Dalam hal ini pengechekan dan pengontrolan dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut
ini :
✓ Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk konsistensi data)
✓ Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat pada titik referensi yang mempunyai
Orde lebih tinggi ( untuk menilai konsisten data )
b) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellips kesalahan garis 2D
yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas untuk setiap baseline yang diamati, Kriteria akurasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Hasil hitungan vektor baseline dan koordinat seluruh titik/stasiun bereferensipada Ellipsoide WGS 84.
Secara Skematik proses perhitungan koordinat titik-titik dalam jaringan GPS dapat digambarkan dalam
diagram alir berikut :
Skema Proses Hitungan Titik-titik dalam Jaringan GPS
PEMOTRETAN UDARA
Foto udara adalah teknik pengambilan foto permukaan bumi dari ketinggian tertentu yang
merupakan metode penginderaan jauh yang paling tua dan paling banyak digunakan. Foto udara
memberikan inventarisasi visual dari sebagian permukaan bumi dengan cepat dan dapat digunakan untuk
membuat peta rinci, Kamera yang akan digunakan untuk foto udara dipasangkan pada wahana udara,
seperti pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicleatau UAV), pesawat ringan (Light Surveillance
Aircraft atau LSA), helikopter, balon udara, roket, parasut, dan wahana udara lainnya, yang kemudian
diterbangkan hingga mencapai ketinggian. Penggunaan dan pemanfaatan foto udara pun semakin
meningkat seiring dengan perkembangan teknologi sensor penginderaan jauh dan teknologi
wahana udara, yang antara lain dimanfaatkan untuk penyelidikan penggunaan lahan dan
pertanian, kehutanan, perencanaan kota dan wilayah, pemetaan daerah bencana, dan sebagainya
Sebelum proses pemotretan udara dilakukan dengan mempertimbangkan waktu dan luasan yang
akan dipetakan maka diperlukan rencana dari jalur terbang agar dapat lebih efisian didalam proses
pengambilan foto udara.
Dalam proses pembuatan rencana jalur terbang dengan mengacu dari data yang didapat Tim
identifikasi lahan dilapangan dimana data tersebut berdasarkan dengan menggunakan perangkat lunak
GIS dapat kita tentukan lokasi – lokasi mana saja yang perlu dipetakan.
Home Point sebagai sarana untuk take off dan landing wahana akan ditentukan kemudian, dengan
pertimbangan berada di tengah tengah lokasi yang responsif, landai, dan aman.
Kami menyediakan 2 wahana yang penggunaannya akan ditentukan di lapangan berdasarkan hasil
pengamatan yang mana yang lebih memungkinkan untuk digunakan.
Kamera Udara
Kamera yang
digunakan adalah Sony
HX90 dengan
spesifikasi sebagai
berikut:
Dimensions (W x H x D) Approx. 102.0 x 58.1 x 35.5 mm (CIPA compliant)
*8 You may not be able to shoot images in Burst mode depending on the Shooting mode.
*9 For movies, compatible Memory Stick PRO Duo (Mark2), Memory Stick PRO-HG Duo,Memory Stick
XC-HG Duo, Memory Stick Micro (Mark2), SD/SDHC/SDXC memory card or
microSD/microSDHC/microSDXC card (Class 4 or faster speed is recommended) can be used.
*10 with Adaptor (optional)
*11 The LCD screen is turned on, shooting once every 30 seconds, the zoom is switched alternately
between the W and T ends the flash strobes once every two times, the power turns on and off once
every ten times.
*12 Continuous shooting is possible for approximately 29 minutes (limited by product
specifications,default setting).
*13 Indication recording time, which is defined by repeating the cycle: Power on, start recording, zoom
(except RX1), stand-by, power off.
*14 Shooting interval of maximum recoded pixels.
*15 Speed will be slowing after taking some shots. *without CMOS models
*16 Supports Micro USB compatible device.
Selain itu kami juga menggunakan kamera udara phantom 4 Pro dengan resolusi 20 MP. Panjang fokus
nominal lensa adalah 24 mm, dengan manual aperture F2,8-F11. Kelebihan kamera ini adalah
menggunakan mechanical shutter, dimana dapat meminimalisir distorsi dan jello(kurang fokus pada saat
tertempa angin). Informasi internal dari kamera terekam secara otomatis pada file hasil exposure yang
terdiri dari :
Sistem pesawat udara nirawak yang digunakan untuk survei ini adalah Skywalker x8 dengan flight
control pixhawk, dilengkapi DJI Phantom 4 Pro untuk detail/cadangan. Wahana ini, dibandingkan dengan
wahana lain seperti pesawat berawak ataupun satelit, memiliki beberapa keunggulan. Pertama, wahana
ini dapat dengan mudah dikerahkan untuk proyek-proyek pada daerah tertentu.
Kemudian dapat dioperasikan pada ketinggian rendah (dibawah 300 meter) untuk menghindari awan
serta untuk memperoleh resolusi ketajaman gambar yang lebih tinggi.
Wahana ini dilengkapi sistem GPS dan GNSS untuk memantau navigasi dan proses pemotretan udara,
serta sensor Inertial Measurement Unit yang memanfaatkan sistem pengukuran seperti gyroskop dan
akselerometer untuk memperkirakan posisi relatif, kecepatan, dan akselerasi dari gerakan motor, yang
merupakan bagian dari sistem navigasi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan time
eksposure kamera udara sehingga foto yang dihasilkan mempunyai kualitas yang seragam, terbang
dengan kecepatan rendah (maksimal 10m/s) juga dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan gerak obyek.
Pada saat pelaksanaan pemotretan udara, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Koreksi Altitude, karena adanya perbedaan temperatur dan tekanan udara agar didapat ketinggian
sebenarnya sehingga didapat skala yang benar.
Koreksi-Drift, Tilt dan Tip karena adanya pengaruh angin di lokasi dan pada saat pemotretan yang
dikomponensasikan pada kamera udara sehingga didapat tepi Foto yang sejajar dengan lintasan jalur
terbang.
Indeks Jalur Terbang
Jalur-jalur pemotretan merupakan jalur yang lurus dan sejajar satu sama lain pada arah Barat-Timur
atau Utara-Selatan dengan penyimpangan maksimum 3 derajat. Pemotretan harus dilaksanakan
berurutan dan setiap terbang harus berkesinambungan sepanjang area pemotretan. Pemenggalan jalur
hanya terjadi bila tinggi terbang harus dirubah untuk memenuhi persyaratan navigasi dan skala foto,
dimana jalur sambungan akan dilaksanakan dengan bertampalan pada sedikitnya 3 foto.
Pusat- pusat dari 2 (dua) foto pertama dan 2 (dua) foto terakhir setiap jalur terbang akan diletakkan di
luar area pemotretan. Pertampalan antara dua exposure yang berurutan pada setiap strip 60 % + 5 %,
sedangkan pertampalan ke samping yaitu pertampalan antara dua strip yang bersebelahan adalah 30 % +
5 %.
Pada saat pemotretan, akan digunakan software jalur terbang yang memiliki kemampuan mendesain
jalur terbang sesuai sensor yang digunakan. Kami menggunakan DJI GSPRO yang terintegrasi secara
sempurna dengan wahana memanfaatkan teknologi yang terintegrasi. Aplikasi ini dapat mendesain jalur
terbang sekaligus terintegrasi secara otomatis dengan kamera DJI Phantom 4 Pro. Pada saat pelaksanaan
pemotretan, GPS pada wahana berguna untuk mengarahkan wahana drone agar terbang sesuai dengan
jalur yang direncanakan dan dengan GPS ini pula dapat ditentukan posisi awal ekposur kamera udara.
Pemotretan akan dilaksanakan pada saat keadaan cuaca cerah sehingga tidak mengurangi kualitas tone
dan jika memungkinkan tiap-tiap penerbangan dilakukan setiap hari pada jam-jam yang sama untuk
menghindari adanya perbedaan arah bayangan.
Metode yang digunakan untuk akuisisi data adalah penerbangan berulang dengan jalur grid. Metode
ini digunakan untuk mengambil gambar daerah dari berbagai sudut, sehingga dapat diperoleh gambar
saling tiban (overlap) untuk proses rektifikasi. Dengan memiliki gambar vertikal yang saling tiban, software
pemroses data dapat menggunakannya untuk koreksi geometri, untuk menghasilkan orthophoto dengan
menggabungkan beberapa foto tersebut. Untuk hasil yang baik untuk mendapatkan kualitas fotogrametri
yang akurat, dibutuhkan minimal 4 jalur terbang dengan rasio overlap dan sidelap yaitu 75% dan 60%.
Ilustrasi Proses pengambilan foto dengan metode overlap
Semua data pemotretan dicatat pada Flight Record yang memuat antara lain:
Tahapan selanjutnya setelah pekerjaan pengambilan foto udara dilakukan adalah proses pengolahan
foto udara dimana dalam pelaksanaanya akan menggunakan perangkat lunak pengolahan foto udara yaitu
salah satunya adalah Agisoft Photoscan
Agisoft Photoscan adalah software 3D modelling menggunakan citra / foto yang direkam secara
stereo/multi sudut, sehingga dari paralaks antar foto yang dihasilkan dapat disusun sebuah model tiga
dimensi dari foto.
Agisoft dapat digunakan untuk mengolah foto udara yang direkam menggunakan UAV/Drone,
sehingga dari hasil perekamannya dapat dihasilkan mosaic orthofoto, titik tinggi (elevation point clouds)
dan DEM resolusi tinggi serta dapat ditampilkan secara tiga dimensi.
Untuk memastikan proses ini bisa berjalan dengan baik, setidaknya ada 3 tahapan utama, yaitu :
Persiapan, Prosessing dan Export data, dibawah ini kita akan bahas satu persatu tahapan tersebut.
PERSIAPAN
Dalam tahapan ini, yang perlu dipersiapkan adalah bahan dan alat dimana hal ini penting diperhatikan,
sebab proses pengolahan data ini cukup lama, jadi perlu persiapan yang matang. adapun bahan dan
alat yang harus disiapkan adalah sebagai berikut adalah seperti dibawah ini :
Foto udara
PROCESSING
Proses pengolahan data akan secara otomatis dilakukan menggunakan perangkat lunak pengolahan
data foto udara, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
Jalan aplikasi
Import Foto kedalam aplikasi, lakukan pemilihan foto sesuai dengan waktu pengambilan data dilapangan.
✓ Pada gambar diatas terlihat sebaran titik berdasarkan posisi dari foto udara, hapus sebaran titik
– titik yang tidak diperlukan, seperti jalur terbang ke titik awal penerbangan dan titik – titik
overshot
✓ Align Photo, yaitu proses identifikasi titik – titik untuk dilakukan proses matching diatara 2 foto
atau lebih.
✓ Build Dense Cloud adalah kumpulan titik tinggi dalam jumlah ribuan hingga jutaan titik yang
dihasilkan dari pemrosesan fotogrametri dan berguna sebagai data untuk menghasilkan DSM
(Digital Surface Model), DTM (Digital Terrain Model).
✓ Build Mesh merupakan output akhir dari proses sebelumnya dan dapat digunakan sebagai
masukan software lain seperti ArcGIS, AutoCAD dan lainnya.
✓ Build Texture adalah model fisik 3D dari kenampakan – kenampakan yang terdapat pada area
cakupan.
EXPORT
Proses ini merupakan hasil final dari tahapan yang telah dilaksanakan, dimana selanjutnya dilakukan
pengolahan guna didapatkan informasi yang diharapkan.
INTERPRETASI (DIGITASI)
Bentuk muka bumi atau relief daratan dapat diamati secara langsung di lapangan, namun dapat
juga dengan melihat peta. Dari sebuah peta kita dapat mengetahui bentuk relief dari suatu
tempat/wilayah. Dari sebuah peta kita dapat melihat gunung, pegunungan, pantai, dataran rendah,
sungai, danau, laut, selat dan lain-lainnya. Itulah yang disebut interpretasi peta. Jadi interpretasi peta
adalah memahami symbol - simbol yang ada pada peta dan hubungannya dengan symbol - simbol lainnya.
Digitasi adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi data digital dimana dapat
ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek yang dimaksud. Pada saat ini proses digitasi
biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer atau sering disebut Digitasi on Screen dimana
komputer tesebut dilengkapi dengan software pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya.
Sumber data peta untuk digitasi dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain sebagai berikut:
✓ Image Remote Sensing adalah data yang diperoleh dari sebuah citra satelit maupun foto udara. Untuk
dapat melakukan digitasi dari data seperti ini, dibutuhkan kemampuan seorang pembuat peta untuk
dapat menginterpretasi objek-objek pada citra satelit.
✓ Image Scanning adalah data Scan/ Cetak berbentuk file raster dari Atlas atau peta analog lainnya.
Sebelum melakukan digitasi pada data seperti ini, maka kita harus melakukan tahap Georeferensi
terlebih dahulu agar image hasil scan sudah memiliki koordinat sesuai dengan aslinya.
Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format Shapefile (.Shp) yaitu format data vektor
yang digunakan untuk menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp
disimpan dalam satu set file terkait dan berisi dalam satu kelas fitur. Format data ini berisikan tentang
data referensi geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai, landamark, dll.
Data yang disimpan dapat berupa titik (point), garis (polyline) dan poligon (polygon). Penggunaan jenis
data tersebut bergantung dari objek yang akan kita rekam.
✓ Titik (point), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan suatu pusat. Contohnya kota,
fasilitas umum, dan lokasi lain.
✓ Garis (polyline), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan bentuk memanjang.
Contohnya jaringan sungai dan jalan.
✓ Poligon (polygon), digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang memiliki luasan atau wilayah.
Contohnya wilayah kota, tutupan lahan, batas areal konsesi, blok, petak, dll
LAYOUT
Layout peta adalah proses penyekalaan peta pada ukuran kertas dan skala tertentu misalnya :
layout peta skala peta 1 : 2.000 pada kertas A1.
Peta digital yang telah di layout merupakan peta digital yang siap untuk dicetak atau printing.
Pencetakan peta tematik dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
PC Desktop : Intel i7
OUTPUT
Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Orthophoto
Digital Surface Model (tampilan permukaan tanah termasuk objek diatasnya)
Digital Terrain Model ( tampilan permukaan tanah)
Kontur (Cetak dan CAD)
Klasifikasi pohon sengon
Klasifikasi jumlah pohon berdasarkan tingkat kesehatan
Contoh output:
Contoh orthophoto
Contoh DSM
Contoh DTM