Anda di halaman 1dari 25

Berdasarkan informasi terdahulu, berikut ini kami mengajukan proposal penawaran harga untuk

pemetaan kawasan di Jonggol seluas 50 hektar.

Adapun metode pemetaan yang kami lakukan akan melalui tahapan sebagai berikut:

A. Persiapan
B. Pemasangan dan Pengukuran Titik Kontrol
C. Identifikasi Lahan
D. Pemotretan Foto Udara
E. Pemrosesan Foto
F. Interpretasi (Digitasi)
G. Pembuatan output sesuai yang dibutuhkan (DEM, DSM, Orthophoto, klasifikasi pohon sengon,
klasifikasi jumlah pohon berdasarkan tingkat kesehatan, dan Kontur CAD)
H. Pelaporan

PERSIAPAN

PEMASANGAN DAN PENGUKURAN TITIK KONTROL GROUND CONTROL POINT (GCP)

PEMBUATAN TUGU DAN PREMARK

Premark adalah satu tanda yang ditempatkan di permukaan tanah, dengan bentuk menyerupai
huruf “X”, sehingga dapat diidentifikasi dalam foto udara. Setelah premark dipasang, posisinya di
permukaan bumi (koordinat lintang dan koordinat bujur) diukur dengan menggunakan GPS geodetik
berketelitian di atas satu meter (sub-meter). Titik-titik premark yang telah diukur ini adalah Ground
Control Point (GCP) atau Titik Kontrol Darat, yang akan digunakan pada saat post-processing untuk
membantu proses koreksi geometri pada orthophoto mosaic, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan
akan lebih baik.
Contoh GCP pada salah satu foto udara

Pada dasarnya, GCP merupakan opsi dalam kegiatan survei udara. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, GCP digunakan untuk menghasilkan peta dengan akurasi tinggi. Namun, jika GCP tidak
digunakan, survei tetap dapat dilakukan dan peta tetap dapat dihasilkan.
Kami menggunakan wahana DJI Phantom 4 Pro dan Skywalker X8 dengan kamera Sony HX90V
yang dilengkapi GPS
Sebelum proses pekerjaan pengukuran GCP dilakukan ada beberapa tahapan yang perlu
dipersiapkan, salah satunya adalah pembuatan Patok dan Premark sebagai referensi yang nantinya akan
digunakan dalam proses adjustment coordinate hasil foto udara dan jumlahnya mengikuti titik rencana
sesuai desain triangulasi GPS yaitu sejumlah 3 Set.

Kriteria dalam pembuatan Patok dan Premark adalah sebagai berikut :

- Patok atau Tugu terbuat dari bahan yang kokoh dan dapat bertahan sampai dengan proses foto udara
selesai.
- Premark dibuat dari bahan yang tidak mudah pudar dan tidak mudah robek.
- Warna premark harus kontras dengan warna disekitarnya.

Berdasarkan kriteria diatas maka berikut adalah material yang digunakan dalam proses
pembuatan Patok dan Premark :

✓ Pipa PVC 3” dan Panjang 50cm

✓ Pasir & Semen, sebagai material dalam Pipa

✓ Terpal Orange, ukuran 20 x 60cm

✓ Paku Payung, sebagai penanda titik tengah patok.


ilustrasi bentuk premark

Foto aktual dari Tugu dan Premark

PENGUKURAN GCP

Pekerjaan pengukuran kontrol diperlukan untuk sebagai dasar/referensi


pekerjaan pemetaan, Pengukuran titik kontrol tanah pada pekerjaan ini akan
dilaksanakan dengan menggunakan tehnik GPS, Titik-titik kontrol akan
diposisikan dengan sebaran yang merata, sehingga titik-titik tersebut kelak
dapat digunakan untuk pengikatan dalam pengukuran-pengukuran, Pada setiap
tugu yang telah diukur beserta koordinatnya dicantumkan untuk memudahkan
penggunaan lebih lanjut dari tugu tersebut. Sesuai dengan sistem referensi
nasional, pada pekerjaan ini digunakan sistem proyeksi UTM-WGS 84.
Pengukuran GPS dilakukan dengan metoda Rapid Static yang menghasilkan posisi relatif dari titik-titik
yang diukur dengan menggunakan alat GPS type Geodetic.

METODE PENGAMATAN

Metode Pengukuran yang dilakukan adalah Static Relative Positioning dengan pengamatan GPS
Carier Beat Phase, yaitu pengamatan terhadap phase gelombang pembawa ( L1 / L2 ) untuk menentukan
panjang vektor baseline.

Waktu pengamatan ditentukan sesuai dengan Jarak/Panjang Baseline seperti tabel berikut :

Panjang B-L Metode Waktu


Baseline Pengamatan

0 Km - 5 Km Rapid Static 40 Menit


5 Km - 8 Km Static 90 Menit
8 Km - 20 Km Static 120 Menit

PERSIAPAN PENGAMATAN

Dalam persiapan pengamatan dilakukan hal-hal sebagai berikut:


- Antena diletakan pada Tribrach diatas Tripod yang didirikan tepat diatas titik yang akan diukur dan
dilakukan Centering secara Optis
- Menghubungkan Antena dengan Receiver
- Pengukuran tinggi Antena pada saat sebelum dan sesudah pengamatan.

PENGAMATAN / PENGUMPULAN GPS

Waktu dan lama pengamatan dengan memperhatikan syarat sbb:

Satelite yang tersedia minimal 6 satelite


Geometri Dilution of Procession (GDOP) yang lebih kecil dari 8
Kondisi atmosfer dan ionosfer yang memadai
1. Peralatan digunakan Receiver secara simultan, dari jenis dan merk yang sama pada suatu session yang
sama.
2. Masing-masing Receiver dapat menyimpan data minimum selama 3 (tiga) jam
3. Pengukuran Tinggi Antena sebelum dan sesudah pengamatan tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm
dengan metode pengukuran yang sama.
4. Pengikatan pada Titik Referensi / Titik Ikat yang mempunyai ketelitian lebih tinggi

Dengan menggunakan 3 (tiga) Receiver dalam satu session pengamatan akan didapatkan minimal 2 (dua)
baseline non-trivial yang akan digunakan dalam perhitungan perataan jaringan.

Mobilitas antar Tim dalam pelaksanaan pengematan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada Session pertama tim menempati Station dimana salah satu Titik Referensi yang mempunyai
ketelitian lebih tinggi.
2. Pada Session berikutnya dilakukan perpindahan tim yaitu pindah ke stasiun/titik berikutnya
sedangkan satu surveyor tetap pada posisinya sehingga titik sekutu (Common Point).
3. Pada saat tertentu sesuai dengan rencana jaringan, tim yang bergerak / pindah posisi hanya 1 (satu)
tim sehingga didapat baseline sekutu (Common Baseline).
Jumlah Common Baseline dari seluruh pengamatan adalah 5% dari total baseline, dimana
distribusinya menyebar merata untuk seluruh jaringan sehingga pengukuran konsistensi dan kekuatan
jaringan baik.

PENGOLAHAN DATA UKURAN GPS

Pengolahan Data dilakukan pada setiap selesainya pengamatan dilapangan di mana pada saat
telah membentuk jaringan langsung dilakuakan pemrosesan data. Sehingga dapat dilakukan pengecekan
di lapangan. Dan apabila data-data tersebut tidak memenuhi syarat pada spesifikasi teknis maka dapat
langsung dilakukan pengamatan ulang.

Di dalam pengolahan data dibagi dalam tahap-tahap:


1) Pra Processing
2) Proses Reduksi Baseline / Data GPS
3) Hitungan Perataan Jaring
4) Hitungan Transformasi Koordinat dan Proyeksi

Secara umum proses pengolahan data dapat digambarkan dalam diagram terlampir.
1. Pra Processing

Di dalam pekerjaan Pra Processing dilakukan pekerjaan antara lain:


Download data ke harddisk
Pengecekan kualitas data
Transformasi Format Data

2.Proses Reduksi Baseline


Proses Reduksi Baseline dilakukan setiap pengamatan di lapangan selesai dilakukan. Proses dimulai
dari Baseline yang terikat denga Titik Referensi, secara bertahap sehingga baseline yang diproses
selalu terkait dengan baseline yang sudah diproses sebelumnya sesuai dengan arah jalannya
pengamatan yang telah direncanakan, dimana harga Koordinat pendekatan dari Titik Referensi tidak
lebih dari 10 meter dari nilai sebenarnya.

Dalam proses reduksi baseline memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:


Di dalam proses reduksi baseline, hanya baseline non-trivial pada sisi segi 4 yang diproses.
Di dalam proses reduksi baseline, hanya data satelite dengan evalasi lebih besar dari 15º
Di dalam session pertama, salah satu Alat menempati titik referensi yang telah diketahui koordinatnya,
dimana harga koordinat pendekatan titik referensi harus memenuhi ketelitian lebih kecil dari 10 m.
Untuk session berikutnya salah satu koordinatnya diambil dari hasil hitungan pada session pertama tadi.
Kemudian secara berangkai menuju titik referensi berikutnya (telah diketahui koordinatnya)

Tahapan pemrosesan baseline pada setiap session adalah sebagai berikut:


Pemrosesan awal yang mencakup antara lain tranformasi data, normalisasi data, pendeteksian dan
pembuangan data yang jelek/tidak baik.
Penentuan posisi secara absolut dengan dengan menggunakan data Pseudorange untuk mengkoreksi
Clock Error dan mengatasi time tage agar pengamatan benar-benar simultan.
Penentuan baseline secara pendekatan dengan Phase Tripple Defference Data Processing.
Pendeteksian dan Koreksi Cycle Slips untuk memperoleh hubungan yang kontinyu antar interval data yang
terpisah (jump) karena terputusnya signal.
Penentuan baseline dengan Double Defference Data Processing meliputi 2 tahap yaitu memecahkan nilai
cycle clip dari setiap komponen baseline
Penentuan (resolusi) ambiguitas dari data pengamatan phase
Hasil proses reduksi baseline adalah FIXED solution.

Software hitungan baseline dipilih yang mampu menghitung koreksi ionosfer data pengamatan,
Software yang dipakai adalah GPSurvey / TRIMVEC-PLUS dari trimble sesuai dengan GPS-Receiver
yang dipakai dalam pengamatan yaitu Trimble 4600 LS.

Apabila pada proses baseline terdapat hasil yang masih FLOAT Solution maka dilakukan
pengamatan ulang pada titik yang bersangkutan dan dilakukan proses produksi baseline kemJawa
Barat sehingga didapat hasil reduksi baseline yang FIXED Solution. Hasil proses reduksi baseline dalam
format SSF file yang diassistensikan kepada pemberi pekerjaan untuk dilakukan pengecekan.

Pengecekan kualitas vektor baseline yang didapat, dengan memperhatikan beberapa hal, antra
lain:
RMS (Root Mean Square), harga minimum dan maksimum, serta deviasi standard atau deviasi baku dari
residual.
Faktor variansi a posteriori
Matriks Variance dan Covariance dari vektor baseline
Hasil dari test statistik terhadap residual maupun vektor baseline
Kesuksesan dari penentuan ambiguitas phase serta tingkat kesuksesannya
Jumlah data yang ditolak
Jumlah Cycle Slips.

Tahapan reduksi baseline dapat digambarkan dalam alir diagram sebagai berikut:
Diagram Alir Tahapan Reduksi Baseline

Perataan jaringan / Network Adjustment

Perataan seluruh jaringan dilakukan secara simultan dengan menggunakan seluruh titik-titik ikat yang
ada menggunakan SoftWare GP Survey 2.35

Hasil yang dicapai dalam perataan jaringan mencakup hal-hal sebagai berikut:

Test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan, dapat melalui Confidence level 68%
(Pass pada Confidence level 68%).
Koordinat hasil perataan
Baseline hasil perataan, berikut hasil koreksi baseline hasil pengamatan

Analisa statistik Residual baseline termasuk hasil koreksi yang ditemukan pada Confidence Interval yang
digunakan
Ellips kesalahan titik setiap titik yang diukur
Ellips kesalahan garis

Dari hasil uji statistik dapat ditentukan tindakan optimasi perataan agar didapatkan hasil hitungan
yang optimal, apabila hasil belum optimal maka dilakukan proses reduksi baseline kemJawa Barat.

1) Kontrol-Kualitas

Sebelum dapat digunakan sebagai input dalam suatu perataan agar dapat digunakan (network-
adjustment), hasil suatu vektor baseline harus dicek dan dikontrol terlebih dahulu kualitasnya.

Dalam hal ini pengechekan dan pengontrolan dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut
ini :

✓ Statistik Reduksi Baseline


Untuk setiap baseline didalam jaringan, standar deviasi hasil perhitungan suatu vektor
baseline toposentrik ( dN,dE,dH ) yang didapat dari Software yang digunakan, harus
memenuhi hubungan sebagai berikut :
σN ≤ σM
σE ≤ σM
σH ≤ 2σM
Dimana
σM = [102 + (10d)2]½/1.96 mm
d = panjang baseline dalam km

✓ Baseline yang diamati dua kali


Jarak Baseline Aturan

✓ Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline


< 8 Km tidak boleh berbeda > 0,03 meter

✓ Komponen tinggi tidak boleh berbeda > 0,06 m

✓ Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline


>8 Km tidak boleh berbeda > 0,05 meter

✓ Komponen tinggi tidak boleh berbeda > 0,10 m

a) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

✓ Analisis dari baseline yang diamati dua kali ( penilaian keseragaman )

✓ Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk konsistensi data)

✓ Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat pada titik referensi yang mempunyai
Orde lebih tinggi ( untuk menilai konsisten data )

b) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellips kesalahan garis 2D
yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas untuk setiap baseline yang diamati, Kriteria akurasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Perataan kuadrat terkecil jaring bebas dan terikat :


Ellips kesalahan garis harus dihasilkan untuk setiap baseline yang diamati dan untuk setiap pasang titik.
Semi major axis dari Ellips garis (1σ) harus lebih kecil dari harga paprameter “ r ” yang dihitung sebagai
berikut :
r = 30 ( d + 0,2 )
dimana :
r = panjang maksimum untuk semi major axis (mm)
d = jarak dalam Km
Beberapa indikator yang dapat dipantau untuk pengechekan kualitas hasil pertaan jaringan antara
lain :
RMS (Root Mean Square), harga minimum dan maksimum, serta deviasi standard atau deviasi baku dari
residual.
Faktor variansi a posteriori
Matriks Variance dan Covarience dari koordinat
Hasil dari test statistik terhadap residual maupun koordinat
Jumlah vektor baseline yang ditolak
Perbedaan harga statistik antara yang diperoleh dari hitung perataan jaring bebas dan dari hitungan jaring
terikat.

2) Hitungan Tranformasi Koordinat dan Proyeksi

Hasil hitungan vektor baseline dan koordinat seluruh titik/stasiun bereferensipada Ellipsoide WGS 84.

Dilakukan tranformasi koordinat dengan hasil sebagai berikut :


Koordinat lintang bujur dan tinggi terhadap Spheroid dan System Koordinat Cartesian 3 dimensi (XYZ)
dengan pusat system pusat bumi (Geocentris) pada datum WGS’84.
Koordinat (XYH) dengan menggunakan Proyeksi UTM pada datum WGS’84 dengan ketentuan lebar zone
6° dengan parameter sbb:

✓ Titik Koordinat semu ( 500.000 N, 10.000.000 E)

✓ Scale factor pada meridian Central = 0,999


Hasil yang didapat dari pengukuran dan pengolahan data GPS ini adalah Koordinat dan tinggi masing
titk kontrol yang terikat pada titik kontrol yang mempunyai ketelitian lebih tinggi.

Secara Skematik proses perhitungan koordinat titik-titik dalam jaringan GPS dapat digambarkan dalam
diagram alir berikut :
Skema Proses Hitungan Titik-titik dalam Jaringan GPS

PEMOTRETAN UDARA

Foto udara adalah teknik pengambilan foto permukaan bumi dari ketinggian tertentu yang
merupakan metode penginderaan jauh yang paling tua dan paling banyak digunakan. Foto udara
memberikan inventarisasi visual dari sebagian permukaan bumi dengan cepat dan dapat digunakan untuk
membuat peta rinci, Kamera yang akan digunakan untuk foto udara dipasangkan pada wahana udara,
seperti pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicleatau UAV), pesawat ringan (Light Surveillance
Aircraft atau LSA), helikopter, balon udara, roket, parasut, dan wahana udara lainnya, yang kemudian
diterbangkan hingga mencapai ketinggian. Penggunaan dan pemanfaatan foto udara pun semakin
meningkat seiring dengan perkembangan teknologi sensor penginderaan jauh dan teknologi

wahana udara, yang antara lain dimanfaatkan untuk penyelidikan penggunaan lahan dan
pertanian, kehutanan, perencanaan kota dan wilayah, pemetaan daerah bencana, dan sebagainya

PERENCANAAN JALUR TERBANG

Sebelum proses pemotretan udara dilakukan dengan mempertimbangkan waktu dan luasan yang
akan dipetakan maka diperlukan rencana dari jalur terbang agar dapat lebih efisian didalam proses
pengambilan foto udara.

Dalam proses pembuatan rencana jalur terbang dengan mengacu dari data yang didapat Tim
identifikasi lahan dilapangan dimana data tersebut berdasarkan dengan menggunakan perangkat lunak
GIS dapat kita tentukan lokasi – lokasi mana saja yang perlu dipetakan.

PELAKSANAAN PEMOTRETAN UDARA

Pemotretan akan disesuaikan berdasarkan wilayah cakupan.

Home Point sebagai sarana untuk take off dan landing wahana akan ditentukan kemudian, dengan
pertimbangan berada di tengah tengah lokasi yang responsif, landai, dan aman.

Kami menyediakan 2 wahana yang penggunaannya akan ditentukan di lapangan berdasarkan hasil
pengamatan yang mana yang lebih memungkinkan untuk digunakan.

Dalam pelaksanaan pemotretan udara digunakan peralatan sebagai berikut:

Kamera Udara

Kamera yang
digunakan adalah Sony
HX90 dengan
spesifikasi sebagai
berikut:
Dimensions (W x H x D) Approx. 102.0 x 58.1 x 35.5 mm (CIPA compliant)

Features and specifications are subject to change without notice.


*4 Optical zoom from the wide side (except RX1).
*5 REI = Recommended Exposure Index
*6 Achieved by using “By Pixel Super Resolution” technology and overlay burst shooting.
*7 When ISO sensitivity is higher than IS0 3200, the slowest shutter speed limit is 1/4 sec. Manual
setting of ISO sensitivity to lower than ISO 3200 is necessary to set shutter speed slower than 1/4.
(except RX series models).

*8 You may not be able to shoot images in Burst mode depending on the Shooting mode.
*9 For movies, compatible Memory Stick PRO Duo (Mark2), Memory Stick PRO-HG Duo,Memory Stick
XC-HG Duo, Memory Stick Micro (Mark2), SD/SDHC/SDXC memory card or
microSD/microSDHC/microSDXC card (Class 4 or faster speed is recommended) can be used.
*10 with Adaptor (optional)
*11 The LCD screen is turned on, shooting once every 30 seconds, the zoom is switched alternately
between the W and T ends the flash strobes once every two times, the power turns on and off once
every ten times.
*12 Continuous shooting is possible for approximately 29 minutes (limited by product
specifications,default setting).
*13 Indication recording time, which is defined by repeating the cycle: Power on, start recording, zoom
(except RX1), stand-by, power off.
*14 Shooting interval of maximum recoded pixels.
*15 Speed will be slowing after taking some shots. *without CMOS models
*16 Supports Micro USB compatible device.

Selain itu kami juga menggunakan kamera udara phantom 4 Pro dengan resolusi 20 MP. Panjang fokus
nominal lensa adalah 24 mm, dengan manual aperture F2,8-F11. Kelebihan kamera ini adalah
menggunakan mechanical shutter, dimana dapat meminimalisir distorsi dan jello(kurang fokus pada saat
tertempa angin). Informasi internal dari kamera terekam secara otomatis pada file hasil exposure yang
terdiri dari :

Counter exposure berbentuk nama file


Posisi setiap exposure (lintang, bujur dan ketinggian terbang)
Panjang focus lensa.
Informasi exposure lainnya, seperti kecepatan exposure dan system perekaman data.

Wahana Nir-Awak / Drone

Sistem pesawat udara nirawak yang digunakan untuk survei ini adalah Skywalker x8 dengan flight
control pixhawk, dilengkapi DJI Phantom 4 Pro untuk detail/cadangan. Wahana ini, dibandingkan dengan
wahana lain seperti pesawat berawak ataupun satelit, memiliki beberapa keunggulan. Pertama, wahana
ini dapat dengan mudah dikerahkan untuk proyek-proyek pada daerah tertentu.

Kemudian dapat dioperasikan pada ketinggian rendah (dibawah 300 meter) untuk menghindari awan
serta untuk memperoleh resolusi ketajaman gambar yang lebih tinggi.

Wahana ini dilengkapi sistem GPS dan GNSS untuk memantau navigasi dan proses pemotretan udara,
serta sensor Inertial Measurement Unit yang memanfaatkan sistem pengukuran seperti gyroskop dan
akselerometer untuk memperkirakan posisi relatif, kecepatan, dan akselerasi dari gerakan motor, yang
merupakan bagian dari sistem navigasi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan time
eksposure kamera udara sehingga foto yang dihasilkan mempunyai kualitas yang seragam, terbang
dengan kecepatan rendah (maksimal 10m/s) juga dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan gerak obyek.
Pada saat pelaksanaan pemotretan udara, beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Koreksi Altitude, karena adanya perbedaan temperatur dan tekanan udara agar didapat ketinggian
sebenarnya sehingga didapat skala yang benar.
Koreksi-Drift, Tilt dan Tip karena adanya pengaruh angin di lokasi dan pada saat pemotretan yang
dikomponensasikan pada kamera udara sehingga didapat tepi Foto yang sejajar dengan lintasan jalur
terbang.
Indeks Jalur Terbang

Jalur-jalur pemotretan merupakan jalur yang lurus dan sejajar satu sama lain pada arah Barat-Timur
atau Utara-Selatan dengan penyimpangan maksimum 3 derajat. Pemotretan harus dilaksanakan
berurutan dan setiap terbang harus berkesinambungan sepanjang area pemotretan. Pemenggalan jalur
hanya terjadi bila tinggi terbang harus dirubah untuk memenuhi persyaratan navigasi dan skala foto,
dimana jalur sambungan akan dilaksanakan dengan bertampalan pada sedikitnya 3 foto.
Pusat- pusat dari 2 (dua) foto pertama dan 2 (dua) foto terakhir setiap jalur terbang akan diletakkan di
luar area pemotretan. Pertampalan antara dua exposure yang berurutan pada setiap strip 60 % + 5 %,
sedangkan pertampalan ke samping yaitu pertampalan antara dua strip yang bersebelahan adalah 30 % +
5 %.
Pada saat pemotretan, akan digunakan software jalur terbang yang memiliki kemampuan mendesain
jalur terbang sesuai sensor yang digunakan. Kami menggunakan DJI GSPRO yang terintegrasi secara
sempurna dengan wahana memanfaatkan teknologi yang terintegrasi. Aplikasi ini dapat mendesain jalur
terbang sekaligus terintegrasi secara otomatis dengan kamera DJI Phantom 4 Pro. Pada saat pelaksanaan
pemotretan, GPS pada wahana berguna untuk mengarahkan wahana drone agar terbang sesuai dengan
jalur yang direncanakan dan dengan GPS ini pula dapat ditentukan posisi awal ekposur kamera udara.
Pemotretan akan dilaksanakan pada saat keadaan cuaca cerah sehingga tidak mengurangi kualitas tone
dan jika memungkinkan tiap-tiap penerbangan dilakukan setiap hari pada jam-jam yang sama untuk
menghindari adanya perbedaan arah bayangan.

Metode yang digunakan untuk akuisisi data adalah penerbangan berulang dengan jalur grid. Metode
ini digunakan untuk mengambil gambar daerah dari berbagai sudut, sehingga dapat diperoleh gambar
saling tiban (overlap) untuk proses rektifikasi. Dengan memiliki gambar vertikal yang saling tiban, software
pemroses data dapat menggunakannya untuk koreksi geometri, untuk menghasilkan orthophoto dengan
menggabungkan beberapa foto tersebut. Untuk hasil yang baik untuk mendapatkan kualitas fotogrametri
yang akurat, dibutuhkan minimal 4 jalur terbang dengan rasio overlap dan sidelap yaitu 75% dan 60%.
Ilustrasi Proses pengambilan foto dengan metode overlap

Semua data pemotretan dicatat pada Flight Record yang memuat antara lain:

Nama Misi, Nomor Jalur


Koreksi Angin, Arah Jalur
Kondisi Cuaca, Koreksi Altitude
Koordinat “lintang bujur” dari masing-masing jalur terbang
Area Pemotretan, skala Foto

Contoh Hasil beberapa Foto udara


PEMROSESAN FOTO

Tahapan selanjutnya setelah pekerjaan pengambilan foto udara dilakukan adalah proses pengolahan
foto udara dimana dalam pelaksanaanya akan menggunakan perangkat lunak pengolahan foto udara yaitu
salah satunya adalah Agisoft Photoscan

Agisoft Photoscan adalah software 3D modelling menggunakan citra / foto yang direkam secara
stereo/multi sudut, sehingga dari paralaks antar foto yang dihasilkan dapat disusun sebuah model tiga
dimensi dari foto.

Agisoft dapat digunakan untuk mengolah foto udara yang direkam menggunakan UAV/Drone,
sehingga dari hasil perekamannya dapat dihasilkan mosaic orthofoto, titik tinggi (elevation point clouds)
dan DEM resolusi tinggi serta dapat ditampilkan secara tiga dimensi.

Perangkat lunak Agisoft Photoscan


LANGKAH – LANGKAH PEMROSESAN DATA

Untuk memastikan proses ini bisa berjalan dengan baik, setidaknya ada 3 tahapan utama, yaitu :
Persiapan, Prosessing dan Export data, dibawah ini kita akan bahas satu persatu tahapan tersebut.

PERSIAPAN

Dalam tahapan ini, yang perlu dipersiapkan adalah bahan dan alat dimana hal ini penting diperhatikan,
sebab proses pengolahan data ini cukup lama, jadi perlu persiapan yang matang. adapun bahan dan
alat yang harus disiapkan adalah sebagai berikut adalah seperti dibawah ini :

Foto udara

Parameter dari jenis wahana

Hardware dan software

PROCESSING

Proses pengolahan data akan secara otomatis dilakukan menggunakan perangkat lunak pengolahan
data foto udara, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

Jalan aplikasi

Import Foto kedalam aplikasi, lakukan pemilihan foto sesuai dengan waktu pengambilan data dilapangan.

✓ Pada gambar diatas terlihat sebaran titik berdasarkan posisi dari foto udara, hapus sebaran titik
– titik yang tidak diperlukan, seperti jalur terbang ke titik awal penerbangan dan titik – titik
overshot
✓ Align Photo, yaitu proses identifikasi titik – titik untuk dilakukan proses matching diatara 2 foto
atau lebih.
✓ Build Dense Cloud adalah kumpulan titik tinggi dalam jumlah ribuan hingga jutaan titik yang
dihasilkan dari pemrosesan fotogrametri dan berguna sebagai data untuk menghasilkan DSM
(Digital Surface Model), DTM (Digital Terrain Model).

✓ Build Mesh merupakan output akhir dari proses sebelumnya dan dapat digunakan sebagai
masukan software lain seperti ArcGIS, AutoCAD dan lainnya.

✓ Build Texture adalah model fisik 3D dari kenampakan – kenampakan yang terdapat pada area
cakupan.

EXPORT
Proses ini merupakan hasil final dari tahapan yang telah dilaksanakan, dimana selanjutnya dilakukan
pengolahan guna didapatkan informasi yang diharapkan.

INTERPRETASI (DIGITASI)

Bentuk muka bumi atau relief daratan dapat diamati secara langsung di lapangan, namun dapat
juga dengan melihat peta. Dari sebuah peta kita dapat mengetahui bentuk relief dari suatu
tempat/wilayah. Dari sebuah peta kita dapat melihat gunung, pegunungan, pantai, dataran rendah,
sungai, danau, laut, selat dan lain-lainnya. Itulah yang disebut interpretasi peta. Jadi interpretasi peta
adalah memahami symbol - simbol yang ada pada peta dan hubungannya dengan symbol - simbol lainnya.

Digitasi adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi data digital dimana dapat
ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek yang dimaksud. Pada saat ini proses digitasi
biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer atau sering disebut Digitasi on Screen dimana
komputer tesebut dilengkapi dengan software pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya.

Sumber data peta untuk digitasi dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain sebagai berikut:

✓ Image Remote Sensing adalah data yang diperoleh dari sebuah citra satelit maupun foto udara. Untuk
dapat melakukan digitasi dari data seperti ini, dibutuhkan kemampuan seorang pembuat peta untuk
dapat menginterpretasi objek-objek pada citra satelit.
✓ Image Scanning adalah data Scan/ Cetak berbentuk file raster dari Atlas atau peta analog lainnya.
Sebelum melakukan digitasi pada data seperti ini, maka kita harus melakukan tahap Georeferensi
terlebih dahulu agar image hasil scan sudah memiliki koordinat sesuai dengan aslinya.

Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format Shapefile (.Shp) yaitu format data vektor
yang digunakan untuk menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp
disimpan dalam satu set file terkait dan berisi dalam satu kelas fitur. Format data ini berisikan tentang
data referensi geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai, landamark, dll.

Data yang disimpan dapat berupa titik (point), garis (polyline) dan poligon (polygon). Penggunaan jenis
data tersebut bergantung dari objek yang akan kita rekam.

✓ Titik (point), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan suatu pusat. Contohnya kota,
fasilitas umum, dan lokasi lain.

✓ Garis (polyline), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan bentuk memanjang.
Contohnya jaringan sungai dan jalan.

✓ Poligon (polygon), digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang memiliki luasan atau wilayah.
Contohnya wilayah kota, tutupan lahan, batas areal konsesi, blok, petak, dll

LAYOUT

Layout peta adalah proses penyekalaan peta pada ukuran kertas dan skala tertentu misalnya :
layout peta skala peta 1 : 2.000 pada kertas A1.

Peta digital yang telah di layout merupakan peta digital yang siap untuk dicetak atau printing.
Pencetakan peta tematik dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :

Plotter : HP Design Jet

Media : Drafting film, glossy paper

PC Desktop : Intel i7
OUTPUT
Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Orthophoto
Digital Surface Model (tampilan permukaan tanah termasuk objek diatasnya)
Digital Terrain Model ( tampilan permukaan tanah)
Kontur (Cetak dan CAD)
Klasifikasi pohon sengon
Klasifikasi jumlah pohon berdasarkan tingkat kesehatan

Semua output dalam bentuk softcopy.

Contoh output:

Contoh orthophoto

Contoh DSM
Contoh DTM

Contoh kontur berdasarkan DTM (atas) dan elevasi untuk analisa

Cut & fill (kanan)

Anda mungkin juga menyukai