Anda di halaman 1dari 11

A.

Topografi
1. Definisikan prosedur dan working instruction mana saja yg berkaitan
dengan kegiatan topografi dan fotogrametri!
MGS-OPR/QHSE-2/001 (Survey Data Acquisition and QC)
Prosedur ini menguraikan kegiatan selama pengumpulan data survei dan
kontrol kualitas data survei tersebut. Perolehan data berkualitas tinggi
dimulai dengan mobilisasi dan kalibrasi sistem survey, pengumpulan data,
dan pemeriksaan yang dapat melalui pengolahan data. Data dapat dianggap
tidak dapat diterima akibat beberapa hal:
- Kegagalan peralatan yang menyebabkan hilangnya data
- Data di luar toleransi yang ditetapkan oleh klien atau MGS
- Datanya 'berkualitas buruk
Dari ketiga sebab tersebut, yang terakhir adalah hal yang paling subyektif
dan biasanya melibatkan pendapat perwakilan klien yang mungkin
bertentangan dengan Party Chief MGS. Kegagalan pertama solusinya adalah
peralatan diperbaiki/diganti dan area dengan data yang buruk disurvei
ulang. Kegagalan kedua solusinya adalah survey ulang area atau pemrosesan
ulang data menggunakan parameter lain atau kumpulan data yang berbeda
yang dapat memberikan solusi. Untuk faktor ketiga, solusi harus diputuskan
di lapangan dengan semua pihak dan mungkin melibatkan pemrosesan ulang
atau survey ulang.
MGS-OPR/QHSE-2/002 (GPS Static Observation)
Prosedur ini bertujuan untuk memandu survei Pengamatan Statis guna
menetapkan titik-titik kontrol baru yang berasal dari titik-titik yang sudah
diketahui yang disediakan oleh BIG, BPN, atau klien menggunakan
adjustment jaringan triangulasi baseline dari titik-titik yang diamati.
Penetapan titik kontrol digunakan untuk mendukung pemosisian kapal dan
survei topografi. Prosedur ini juga menjelaskan cara menjalankan Survei
Statis GPS termasuk persiapan, pemasangan, verifikasi, dan pengoperasian
sistem GPS.
MGS-OPR/QHSE-2/013 (Traversing (Layout, As-Built, Topography
Procedure))
Prosedur ini berujuan untuk memandu traversing atau sistem pengukuran
untuk mendapatkan stasiun kontrol survei baru dan menggunakan
setidaknya dua stasiun kontrol survei yang sudah ada. Tujuan stasiun kontrol
survei adalah sebagai acuan untuk mengukur titik-titik detail dari lay out, as-
built, dan survei detail topografi di sekitarnya.
MGS-OPR/QHSE-2/014 (Precise Levelling-Elevation Transfer
Procedure)
Prosedur ini bertujuan untuk memandu dalam survei traverse pembuatan
BM baru yang berasal dari titik-titik elevasi yang telah diketahui dan
disediakan oleh pemerintah (BIG, BPN) atau Klien dengan akurasi tinggi.
Tujuannya adalah untuk menetapkan elevasi pada BM untuk pekerjaan-
pekerjaan yang akan datang, khususnya pekerjaan teknis yang membutuhkan
acuan vertikal.
MGS-OPR/QHSE-2/015 (Reconnaissance Survey Procedure)
Prosedur ini bertujuan untuk memandu dalam peninjauan pengumpulan
informasi kawasan mengenai akses, lingkungan, infrastruktur dan fasilitas
lainnya sebagai acuan informasi untuk perencanaan yang efektif, aman dan
ekonomis sebelum proyek dilakukan. Informasi yang akan dikumpulkan
termasuk aksesibilitas, lingkungan fisik, sumber daya lokal, potensi bahaya
dan hambatan yang berpotensi membahayakan proyek yang akan dilakukan
di area tersebut.
MGS-Opp/QHSE-2/030 (Datum Transformation and Geodetic Parameter
Verification Procedure)
Prosedur ini bertujuan untuk memandu dalam memastikan transformasi
datum dan parameter geodesi yang digunakan terverifikasi mengacu pada
datum dan parameter geodesi yang disediakan oleh Klien.
MGS-HSV/QHSE-3/109
Prosedur ini menjelaskan pengujian, pemasangan, dan verifikasi akurasi yang
harus dilakukan saat memobilisasi sistem ke kapal dan penggunaannya
selanjutnya di proyek Mahakarya Geo Survey. Real Time Kinematics (RTK)
adalah teknik yang digunakan dalam survei darat dan survei hidrografi
berdasarkan penggunaan pengukuran fase pembawa sinyal GPS, GLONASS
dan/atau Galileo di mana satu stasiun referensi memberikan koreksi real-
time hingga tingkat akurasi sentimeter.
MGS-SOP/QMS-3/-001 (Mobilitation)
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjelaskan metode yang tepat untuk
mempersiapkan, memobilisasi pengujian, kalibrasi dan demobilisasi
peralatan. Prosedur ini akan menjelaskan siapa yang bertanggung jawab
selama berbagai tahapan pekerjaan dan formulir relevan yang harus
diselesaikan. Karena setiap proyek akan berbeda sehubungan dengan
peralatan yang digunakan, referensi harus dibuat untuk masing-masing
Equipment Operating Procedures (EOP) dan manual pengoperasian milik
produsen, yang akan merinci bagaimana sistem dipasang diuji dan
dikalibrasi.
2. Ringkasan prosedur & working instructions yang berkaitan dengan
proses Topografi dan fotogrametri: mulai dari pembuatan benchmark,
menggunakan peralatannya hingga standard pelaporannya.
Sebelum survey topografi maupun fotogrametri dilakukan, BM perlu
diukur terlebih dahulu. BM dapat dibuat menggunakan peralatan GPS statik.
Metode pengamatan yang akan dilakukan adalah triangulasi baseline GPS
dengan menggunakan 2 titik minimal yang diketahui dan minimal 1 GPS
rover yang akan mengukur data GPS. Sistem koordinat yang digunakan
adalah model ellipsoid geosentris WGS 84 dan ditransformasikan ke dalam
sistem koordinat proyek lokal. Proses ini dilakukan pada bagian post-
processing menggunakan perangkat lunak pengolah data GPS Ilmiah. Alat
GPS yang digunakan adalah L1/L2 Receiver System 2-3 unit. Bahan yang
digunakan untuk BM adalah ulin atau beton dengan jumlah yang dibutuhkan
sesuai kebutuhan.
Alat yang akan digunakan (total station, GPS, drone) perlu dilakukan
kalibrasi. Kalibrasi peralatan survei bisa dilakukan melalui dua cara:
peralatan dengan kalibrasi beserta sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh
pabrik, perusahaan kalibrasi tersertifikasi atau peralatan yang dikalibrasi
oleh personel MGS sendiri. Untuk peralatan yang membutuhkan sertifikat
khusus, referensi harus dibuat untuk prosedur MGS-TCH/QHSE-2/001.
Langkah pengukuran BM menggunakan metode GPS Statik, yaitu
persiapan: Workshop Pengujian Peralatan, persiapan File Data Survei, daftar
periksa peralatan, dan pribadi yang diusulkan untuk proyek harus memiliki
pakaian pelindung (Hard Hat Safety, Boots Safety Glasses, Gloves Fire
retardant, Coveralls, Approved Medical Certificate). Setelah itu dilakukan
toolbox meeting. Jika peralatan sudah cukup, maka mobilisasi untuk akuisisi
data bisa dilakukan dengan pemeriksaan alat terlebih dahulu oleh HSE
mengenai prosedur apa yang akan dilakukan.
Sebelum akuisisi data BM menggunakan metode GPS maupun traverse,
reconnaissance field atau peninjauan lapangan untuk mengetahui
karakteristik lapangan. Peninjauan lapangan dilakukan setelah semua
informasi yang relevan telah diperoleh, yaitu:
• Distribusi ekosistem dan fitur lanskap yang dapat diamati di wilayah
studi, misalnya, titik kontrol, struktur, hambatan medan, dan rute akses
perjalanan
• hubungan antara fitur peta dan kondisi lapangan
• Akses dan logistik untuk pengambilan data lapangan
Work permit dari klien untuk melakukan peninjauan lapangan harus
diperoleh sebelumnya. Jika ijin sudah diberikan klien, maka persiapan yang
perlu dilakukan: semua peta yang ada dan menunjukkan area yang akan
ditinjau, batas area yang akan ditinjau, detail BM yang ada di area kerja
survey, informasi dari perwakilan klien tentang area kerja survey, dan
rencana rute peninjauan. Alat pendukung yang dibutuhkan untuk peninjauan
lapangan antara lain: notebook lapangan, peta lokasi terkini, kamera, GPS
handheld, helper, Sertifikat kalibrasi GPS. Setelah itu dilakukan toolbox
meeting untuk menentukan apakah persiapan sudah selesai sembari
menyiapkan pakaian pelindung. Mobilisasi bisa dilakukan untuk segera
dilakukan peninjauan lapangan terhadap berbagai data (Kondisi tanah dan
ketersediaan material konstruksi, rencana clearing, pengambilan foto, sketsa
titik referensi, sketsa titik kontrol, sketsa struktur lapangan, sketsa hambatan
medan, dan keadaan tidak biasa lainnya). Hasil peninjuan lapangan lalu
didokumentasikan dan dibuat dalam bentuk report.
Setelah peninjauan lapangan, rencanakan baseline yang akan digunakan
dengan melihat BM yang sudah tersedia dan merencanakan jumlah BM yang
akan dibuat sesuai rencana. Jika sudah, maka pengamatan bisa disimpan
dalam memory receiver maupun laptop dengan format RINEX dan XYZ.
Setelah itu, lakukan toolbox meeting kembali untuk mengetahui apakah
pekerjaan sudah selesai dan sesuai dengan pesanan klien. Jika sudah, lakukan
demobilisasi. Sebaliknya, lakukanlah pengamatan GPS ulang. Demobilisasi
dilakukan dengan mengunduh dan Back-up Data Pengamatan GPS, form
kalibrasi, observasi dan dokumentasi. Hasil pemrosesan titik dibuat deskripsi
report-nya.
Survey pembuatan BM dapat dilakukan pula menggunakan metode
traverse. Metode traverse membuat jaringan kontrol horizontal yang
menyebarkan penempatan stasiun survei dan kemudian menggunakan titik-
titik yang telah disurvei sebelumnya sebagai dasar untuk mengamati
titik/target berikutnya. Sebaran stasiun kontrol horizontal dan atau vertikal
harus dapat mencakup seluruh detail area yang akan disurvei. Akurasi data
dipengaruhi oleh beberapa hal:
o Akurasi Titik Kontrol Referensi
o Peralatan yang digunakan dalam pengukuran lintasan
o Setting total station oleh Surveyor Topografi (centering)
o Metode traverse (Pembacaan ganda Muka 1 dan Muka 2, Reflektor
menggunakan tripod atau pole, dll)
Untuk proyek rekayasa dan pemetaan, akurasi pengukuran jarak untuk
lintasan elektronik dan pita untuk orde pertama, kedua, dan ketiga masing-
masing adalah 1/35.000, 1/15.000, dan 1/7.500. Untuk penggunaan militer
seperti artileri lapangan, tingkat akurasi yang lebih rendah dari orde
keempat, kelima, dan keenam adalah 1/3.000, 1/1.000, dan 1/500. Survey
traverse menggunakan total station dan prisma pole untuk merekam kode
atau nama titik, sudut horizontal, sudut vertikal, jarak horizontal, tinggi
instrument, tinggi prisma, pembacaan dobel untuk face 1 dan face 2, foresight
dan backsight, form akuisisi, dan rekaman data digital. Akurasi survey
traverse harus mempertimbangkan akurasi melalui sudut tertutup dan
akurasi Linear. Saat demobilisasi perlu backup data dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy data diolah dengan software yang bisa terintegrasi dengan
alat langsung. Dari pengolahan diperoleh data file XYZ (Layout, As-built,
topografi) beserta reportnya.
Setelah semua titik kontrol horizontal terbentuk, levelling vertikal
dilakukan menggunakan double stand. Levelling yang tepat merekam tiga
pembacaan sipat datar stadia (benang atas, benang bawah, benang tengah)
untuk setiap backsight dan foresight. Tinggi instrumen harus diukur dengan
cermat dan benar. Jarak maksimum antara backsight dan foresight tidak
melebihi 75 meter dari pusat sipat datar. Jaringan kontrol vertikal harus
berupa loop tertutup, mulai dari BM pertama dan kembali ke BM tersebut.
Referensi levelling didasarkan pada titik elevasi yang diketahui di atas Mean
Sea Level (MSL), Low Astronomical Tide (LAT) atau mengacu pada tide pole
yang ada. Hasil akurasi levelling juga harus memperhatikan perbedaan
ketinggian. Setelah data JKH dan JKV dibuatkan, detil topografi dapat diambil
sesuai posisi keterlihatan BM.
Survey topografi dapat juga dilakukan menggunakan metode GPS RTK.
Sistem RTK menggunakan receiver base dan sejumlah rover. Stasiun base
menyiarkan ulang fase pembawa yang diukur, dan unit seluler
membandingkan pengukuran fase mereka sendiri dengan yang diterima dari
stasiun base. MGS menggunakan modem radio sebagai pilihan standar untuk
mencapai koreksi kinematik real time yang menggunakan band UHF. Hal ini
memungkinkan unit untuk menghitung posisi relatifnya hingga milimeter
dengan rentang 1 sentimeter ± 2 ppm secara horizontal dan 2 sentimeter ± 2
ppm secara vertikal. Sistem yang biasa digunakan oleh MGS terdiri dari
sebuah kotak yang berisi receiver GPS Trimble 4000Ssi dengan tautan
telemetri Radio Data UHF, dua antena kecil, satu antena Trimble GPS standar,
dan satu antena UHF pendek dua belas inci. Sistem ini menggunakan energi
listrik dari aki, baterai, atau panel Surya. Base dan Data radio keduanya harus
dijalankan dari satu baterai. Jika Base ditenagai dari satu baterai dan Data
radio dijalankan dari sumber energi yang lain, maka akan ada efek buruk
akibat perbedaan earthing dari setiap baterai yang mencegah transmisi radio
Data.
Dirikan receiver yang akan dijadikan sebagai base diatas BM yang telah
tersedia. Hubungkan base dengan receiver sinyal satelit melalui brass
adapter, sambungkan data collector ke stasiun baterai, sambungkan kabel
antena GPS ke port antena receiver, sambungkan kabel I/O data collector ke
port receiver #1, sambungkan data collecter ke ujung lain kabel I/O data
collector yang tersambung ke port penerima #1, dan hidupkan data collector.
Tempatkan receiver di dalam kotak agar tahan cuaca, pastikan tidak ada
tekukan pada kabel, dan jangan menjepit penutup kabel apa pun. Ukur tinggi
antena GPS menggunakan meteran. Ukur pada 3 titik yang terpisah sejauh
120 derajat), selalu ukur dari tanda BM, dan catat tiga pengukuran tersebut.
Jika perbedaannya lebih dari beberapa mm, periksa level dan cantering
antena GPS. Reratakan pembacaan tersebut dan masukkan rata-rata ke data
collector
Pasang GPS Atur jarak radio dengan GPS lebih dari 10' dari antena GPS.
Jangan memilih lokasi di dekat pohon, mobil, gedung, dll. Atur tripod dengan
tribrach, ratakan pada ketinggian stabil setinggi mungkin. Pasang kabel
antena radio ke tribrach dengan adaptor kuningan. Pasang antena radio
dengan ujung (0dB atau 5dB) ke kabel antena radio.
Setelah semua terpasang dengan baik, lakukan setting terhadap base
dengan mengatur output port (baud rate, bits, parity, stop parity), RTK
protocol (lokasi output cable RTK, fungsi receiver sebagai base, titik
koordinat base berdasarkan BM, tinggi antenna). Data radio tidak
memerlukan pengaturan untuk pengoperasian stasiun referensi. Pengaturan
telah ditentukan sebelumnya secara internal di Eprom. Lampu transmisi
harus berkedip menunjukkan bahwa data sedang dikirim.
Hasil perhitungan JKH, JKV, maupun detil dapat ditransformasikan.
Prosedur ini berlaku untuk transformasi datum dan parameter geodesi yang
menggunakan operasi survei terkait oleh Surveyor, terutama ketika
membuat datum proyek dan database parameter geodesi di sistem navigasi.
Party Chief juga harus mengetahui sebelum mendapatkan persetujuan dari
Klien. Prosedur transformasi datum harus dibaca bersama dengan manual
operasi sistem navigasi Qinsy dan prosedur Teknis Proyek yang disediakan
oleh Klien. Pastikan sebelum melakukan transformasi datum, parameter
sistem Geodesi Klien yang akan digunakan telah tersedia. Secara garis besar,
dalam program Qinsy, untuk melakukan transformasi datum, masukkan titik
koordinat ke dalam database, pilih jenis datum data yang dimasukkan dan
jenis datum yang akan ditransformasikan, pilih persamaan metode
transformasi, masukkan parameter datum output, dan lakukan proses
transformasi datum.
Setelah menyelesaikan input parameter transformasi datum geodesi ke
dalam sistem navigasi Qinsy, maka periksa dan verifikasi datum dan
parameter geodetik yang dimasukkan ke dalam navigasi Qinsy. Untuk
memverifikasinya, masukkan data titik koordinat suatu objek yang kita
gunakan dan transformasikan titik koordinat tersebut ke dalam datum klien.
Bandingkan nilai titik koordinat dari datum klien dan yang kita gunakan di
lapangan. Jika posisi objek yang dituju sama berarti transformasi datum dan
parameter geodesi sudah benar dan terverifikasi. Hal itu bisa dilakukan
sebaliknya, yaitu transformasi datum klien ke datum yang kita gunakan.
Untuk kegiatan fotogrametri, drone dapat dihubungkan dengan metode
RTK yang dihubungkan dengan drone, sehingga data drone tidak
membutuhkan data GCP. Namun, beberapa instansi masih mensyaratkan
untuk menggunakan GCP. Data koordinat foto mampu membantu meletakkan
GCP pada gambar yang telah terpasang. Drone RTK membawa serta GNSS
RTK receiver pada armada drone untuk mengumpulkan data dari satelit dan
stasiun base. Data satelit kerap kali mengalami error dikarenakan penundaan
troposfer dan menyediakan akurasi maksimal sekitar satu meter. Data dari
stasiun base diperhitungkan untuk mengoreksi kesalahan sinyal satelit,
membawa akurasi turun ke tingkatan centimeter (cm). Sebelum terbang,
ketahui terlebih dahulu area kerja yang akan dilakukan melalui survey
pendahuluan bersama klien. Setelah itu, tentukan jalur terbang dengan
melebihkan luasnya daripada AOI yang diberikan, tentukan pula overlap dan
sidelap yang rapat masing-masing sekitar 80% dan 60%.
Karena projek berdurasi pendek, kualitas data harus diperiksa dan
dipastikan dapat diterima selama tahap akuisisi data. Hal itu dilakukan untuk
membuktikan bahwa data sudah sesuai KAK dan pekerjaan survey telah
benar dilakukan. Post processor harus bertanggungjawab dalam mengoreksi
pemrosesan data dan mengetahui bias data. PC harus memastikan data sudah
terkumpul sebelum meninggalkan lokasi survey. Jika ada data yang ternyata
tidak dapat diterima, ada dua opsi, salah satunya adalah data dapat diproses
ulang,
Jika data sama sekali tidak memenuhi toleransi, maka lakukan survey
ulang. Pada projek fotogrametri, misalnya, bisa dilakukan alignment foto dan
pembuatan foto dengan kualitas yang rendah. Jika ditemukan data yang
kosong maka bisa dilakukan penggantian parameter alignment foto atau
dilakukan reflight. Pada projek topografi, bisa dilakukan survey ulang apabila
data yang didapat tidak rapat atau akurasi kesalahan sudut penutup kurang
bisa diperoleh.
Pastikan data yang dikumpulkan konsisten dan berkualitas tinggi agar
persiapan proyek dilakukan secara profesional dan didokumentasikan
dengan baik. Sistem filing data dilakukan sebagai berikut.
Survey Data File (SDF)
OS harus bertanggungjawab menjaga file data survey, melalui komunikasi,
faxes, komunikasi di lapangan, transmittal, mobilisasi, kalibrasi, diagram
offset, Mobilisation Check List/Report, Field Calibration data/reports,
Temp/salinity profile sheets, Online Information, Quality Control Forms/log
sheets
Party Chief File (PCF)
PCF harus berisi semua salinan dokumen yang berkaitan dengan
administrasi: Korespondensi, Faks Diterima / Dikirim, Komunikasi lapangan
yang disampaikan ke dan dari klien, Aspek Keamanan, Laporan Kemajuan
Harian (DPR), Detail personel, Peralatan (inventaris dan Faktur Pengiriman),
Biaya Terkait Proyek, Perbekalan/stempel, Log Telepon
On-line Log Book (OLB)
OS harus menyimpan log harian yang mencakup perincian semua
pekerjaan yang dilakukan selama proyek dengan penjelasan, seperti
pekerjaan yang dilakukan, pekerjaan sedang berlangsung pada perubahan
shift dan lokasi, kegagalan/malfungsi peralatan, tindakan yang diambil,
pergerakan personel/peralatan, perubahan data terkait posisi, modifikasi
peralatan, modifikasi perangkat lunak, disk data yang digunakan dan saat
diubah, disk data yang disiapkan dan nomor tersedia (diinisialisasi), serta
informasi lain seperti klien atau komentar PC. Semua entri harus rapi,
terbaca dan sedetil yang diperlukan dan harus disertai dengan waktu.
Halaman baru dimulai untuk setiap hari.
Standar pelaporan untuk survey bisa berupa data hardcopy yang dapat
didefinisikan sebagai hasil cetak komputer dari sistem digital. Data
elektronik biasanya digunakan pula selama tahap akuisisi data, data
elektronik yang dihasilkan dari sistem online dicatat ke hard drive computer.
Tahapan penerimaan data dirangkum sebagai berikut:
 Selama tahap akuisisi data dimonitor dan awalnya diterima oleh OS, SE
atau GE.
 Pengecekan Konfirmasi dilakukan oleh PC atau GE.
 Penerimaan akhir data ke CR di kapal.
OLB dan lembar log harus dilengkapi untuk menyortir data jelek atau
ditolak.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan sebelum mengirimkan data
ke darat, perwakilan klien akan diminta untuk meninjau data yang
dikumpulkan dan memastikan bahwa data tersebut telah memenuhi ruang
lingkup pekerjaan dan memenuhi KAK. Kemudian akan diminta untuk
menandatangani sertifikat penyelesaian. Salinan sertifikat yang
ditandatangani harus dikirim melalui faks ke Manajer Proyek.
Data dikirimkan dari lapangan ke Pusat Data. Pada tahap ini, data diyakini
sudah memiliki standar setinggi mungkin, yang dapat diterima oleh klien
pada saat pengumpulan data. Data kemudian dapat disiapkan untuk dikirim
ke Pusat Data.
OS atau PP bertanggung jawab untuk mengemas data dengan salinan
cetak dan salinan elektronik yang dikemas secara terpisah dan jika
memungkinkan diangkut dengan cara yang berbeda, dengan data elektronik
(file mentah dan file yang diproses) disalin untuk membuat salinan
'cadangan'.
Semua paket data harus menyertakan file terkait proyek (SDF, PCF, dan
OLB) dan paket tersebut harus diberi label yang jelas baik dengan isi paket,
No. Proyek, dan tujuannya, mengacu pada MGS-HDC/QHSE-2/002. PC
bertanggung jawab atas pengiriman data yang benar ke kantor Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai