Anda di halaman 1dari 15

Nama Anggota Kelompok

1) Ahmad Nafi’ul Lubab (18/428694/TK/47196)


2) Labisa Wafdan (18/431137/TK/47730)
3) Tutus Almeyda Mujahid (18/431155/TK/47748)
1. Pengertian Geodesi Satelit
Geodesi satelit terdiri dari 2 kata dasar, yaitu geodesi dan satelit. geodesi
merupakan ilmu yang mempelajari dimensi/ukuran bumi khususnya permukaan bumi,
khususnya permukaan bumi, sehingga dibutuhkan ilmu pendukung matematika &
fisika. Dalam Seeber (1983), berdasarkan definisi klasik dari Helmert (1880), geodesi
adalah ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi. Dalam Seeber
(1983), menurut Torge (1980), definisi ini juga mencakup permukaan dasar laut.
Sedangkan satelit merupakan benda yang mengitari pusat massa bumi. Jadi, geodesi
satelit dapat didefinisikan sebagai ilmu untuk mendefinisikan suatu satelit.
Dalam aplikasinya, ilmu geodesi satelit digunakan untuk penentuan sistem
waktu, seperti kalender jawa serta kalenden Julian & Gregoriam. Selain itu, oleh umat
Islam dalam hisab dan ru’yat untuk menentukan posisi tenggelamnya matahari dan
bulan untuk mengetahui tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Hisab menggunakan
metode perhitungan matematika, sedangkan ru’yat menggunakan pengamatan dan
pengukuran.
Menurut Abidin (2001), geodesi Satelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang
ilmu geodesi yang menggunakan buatan satelit (alam ataupun buatan manusia) untuk
menyelesaikan problem-problem geodesi. Menurut Seeber (1983) Geodesi Satelit
meliputi teknik-teknik pengamatan dan perhitungan yang digunakan untuk
memecahkan problem-problem geodesi dengan menggunakan pengukuran-
pengukuran yang teliti ke, dari, dan antara satelit buatan yang umumnya dekat dengan
permukaan bumi. Secara umum permasalahan mendasar yang ingin diselesaikan oleh
disiplin Geodesi Satelit adalah (Seeber, 1983):
a. penentuan posisi 3D yang teliti secara global, regional, maupun lokal
b. penentuan medan gaya berat bumi dan fungsi-fungsi linearnya (seperti geoid
yang teliti) dalam skala global, regional, maupun lokal
c. pengukuran dan pemodelan dari fenomena geodinamika, seperti pergerakan
kutub, rotasi bumi, dan deformasi kerak bumi,
dimana domain spasialnya adalah Bumi beserta benda-benda langit lainnya. Setiap
bidang kajian di atas mempunyai spektrum yang sangat luas, dari teoretis sampai
praktis, dari Bumi sampai benda-benda langit lainnya, dan juga mencakup darat, laut,
udara, dan juga luar angkasa.

Mengingat luasnya bidang kajian ilmu Geodesi, beberapa sub-bidang ilmu Geodesi
juga bermunculan. Beberapa contoh di antaranya adalah sub-sub bidang Geodesi
Geometrik, Geodesi Fisik, Geodesi Matematik, dan Geodesi Dinamik. Selanjutnya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang-bidang aplikasi
baru, dikenal sub-sub bidang baru seperti Geodesi Satelit, Geodesi Kelautan, Geodesi
Geofisik, dan lain-lainnya.

2. Jenis Satelit

Satelit terdapat dua jenis, yaitu satelit buatan dan alami. Satelit buatan terdapat
tiga jenis, yaitu satelit positioning, scanning, dan communication. Dalam geodesi
satelit lebih terfokus pada satelit positioning. Menurut Abidin (2001), satelit ini
dianggap sebagai target, titik kontrol, atau wahana pengukur banyak berperan dalam
penentuan posisi serta variasi spasial dan temporalnya. Dalam Djawahir dkk. (2009)
satelit ini menggunakan metode geometrik dan metode dinamik. Dalam metode
geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan posisi “fixed”
atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi
satelit-satelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk
jaringan segitiga dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi. Solusi
perhitungan jaring segitiga dalam ruang tersebut memberikan informasi posisi dan
jarak antar titik-titik pengamatan. Dalam metode dinamik, satelit-satelit dipandang
atau difungsikan sebagai sensor di dalam medan gayaberat bumi. Pengamatan
dilakukan di titik-titik kontrol di bumi terhadap lintasan orbit satelit yang hasilnya
kemudian dianalisis untuk menentukan parameter-parameter orbit satelit dan
variasinya. Jenis dan besar gaya-gaya atau percepatan yang bekerja pada satelit
diinterpretasi dari parameter-parameter orbit satelit dan variasinya tersebut. Salah satu
fokus analisis ialah hubungan antara realitas medan gayaberat bumi dengan
penyimpangan orbit satelit yang sesungguhnya terhadap orbit normal menurut teori
Kepler. Dengan metode dinamik ini dikaji perilaku orbit satelit dalam sistem acuan
(koordinat) geosentrik. Dalam analisis perilaku orbit satelit untuk menyimpulkan
gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi gerak satelit, selain dihitung parameter medan
gayaberat bumi, dapat pula dihitung parameter rotasi bumi (gerakan kutub, variasi
kecepatan rotasi) dan parameter-parameter yang lain, seperti parameter-parameter
geofisik/geodinamik dan atmosfer.

Satelit scanning merupakan satelit yang dikhusukan untuk menangkap citra


permukaan bumi. Satelit yang tergolong dalam satelit scanning antara lain Landsat 8,
IKONOS, SPOT, Sentinel-2, Orbview, dan lain-lain.

Satelit komunikasi merupakan satelit buatan yang ditempatkan di angkasa


dengan tujuan telekomunikasi. Sinyal pembawa diterima oleh satelit pada level daya
yang sangat rendah karena jauhnya jarak yang ditempuh oleh gelombang radio. Satelit
memerlukan tambahan level daya sinyal sebelum mentransmisikan kembali ke bumi
untuk memastikan bahwa sinyal tersebut dapat dideteksi oleh sebuah penerima stasiun
bumi. Satelit komunikasi dapat dianggap sebagai repeater jauh yang berfungsi untuk
menerima pembawa uplink, memrosesnya, dan mentransmisikan kembali informasi
tersebut ke downlink. Komunikasi satelit modern terdiri dari repeater Multikanal
(Transponder). Transponder adalah seperangkat unit satelit yang terdiri dari pesawat
penerima (receiver), penguat dan pemancar (transmitter). Transponder berfungsi
untuk menerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi dan kemudian
mengirimkan kembali sinyal tersebut ke bumi (Kusmaryanto, 2013)

3. Hukum Newton, Hukum Gravitasi Newton, Hukum Kepler


Beberapa hukum dasar yang dapat diterapkan untuk menjelaskan perilaku
orbit satelit bumi buatan Hukum Newton tentang gerak benda. Satelit yang melayang
diangkasa harus diberi kecepatan agar tidak tertarik oleh gaya gravitasi bumi. Jika
kecepatan satelit lebih kecil dari pada gaya gravitasi bumi, maka satelit dapat jatuh ke
pusat massa bumi. Hukum Newton ada 3, yaitu Hukum Newton I, Hukum Newton II,
dan Hukum Newton III. Hukum Newton tentang gerak benda adalah sebagai berikut:
a. Hukum Newton I: Tiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau
bergerak dengan kecepatan tetap pada arah garis lurus sampai ada gaya yang
memaksa merubah kedudukan tersebut. Contohnya, kotak kacamata yang semula
diam akan terus diam. Namun, jika kotak kacamata itu dilempar kotak kacamta
tersebut akan ikut terlempar juga.
b. Hukum Newton II: Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total
yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan
sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Persamaan yang
menggambarkan hukum ini adalah:
F= ma

Dimana:
F: gaya yang bekerja terhadap massa m
a: percepatan gerak massa m
c. Hukum Newton III: Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah: atau gaya dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar
dan berlawanan arah. Persamaan yang menggambarkan hukum ini adalah
Faksi = -Freaksi
Contoh perilaku hukum ini, antara lain roket satelit yang mendorong satelit agar
terbang menuju angkasa, kotak kacamata yang ditekan kepada layar handphone
(gaya aksi) tidak akan pecah karena kaca layar handphone memberi gaya reaksi.
Namun, untuk menerangkan pergerakan satelit tidak cukup hanya
dengan hukum Newton. Beberapa hukum dasar yang dapat diterapkan untuk
menjelaskan perilaku orbit satelit bumi buatan ialah hukum Newton, hukum
gravitasi Newton, dan hukum Kepler. Pada mulanya, hukum Kepler di rumuskan
untuk menjelaskan perilaku orbit planet mengelilingi matahari. Dalam
penerapannya, hukum Kepler bersama dengan hukum Newton digunakan untuk
mempelajari perilaku orbit satelit bumi buatan.
Hukum Gravitasi Newton menerangkan bahwa Dua benda saling tarik-
menarik dengan gaya yang sebanding dengan hasil kali massa kedua benda dan
berbanding terbalik dengan pangkat dua jarak antara kedua benda yang
bersangkutan. Hukum Newton tentang gravitasi ini diterapkan untuk benda-benda
yang dapat dianggap sebagai titik atau diwakili oleh titik massa.
Formula yang menggambarkan hukum ini sebagai berikut.

Dimana:
F: Gaya tarik antara massa M dan m
G: Konstanta gravitasi Newton (G = 6,673 × 10−11 m3 kg−1 s−2)
M: massa bumi
M: massa satelit
Jika kecepatan satelit sama dengan kecepatan rotasi bumi disebut satelit
geostasioner dan jika keceptan satelit lebih besar dari kecepatan rotasi bumi
disebut satelit orbital.
Hukum Kepler untuk menjelaskan gerak orbit satelit bumi buatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Orbit satelit berbentuk elips dengan bumi berada pada salah satu titik apinya.

Elips merupakan model matematika tertutup yang bersifat continue


(melengkung) yang mempunyai setengah sumbu panjang dan sumbu pendek
yang bisa digambarkan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
Dalam Anonim (2018), bentuk persamaan umum elips dengan pusat O(0, 0)
sebagai berikut.

Sedangkan persamaan elips pada P(a, b) sebagai berikut.

Elipsoid adalah permukaan kuadratik tertutup yang merupakan analog tiga-


dimensi dari elips. Persamaan standar dari sebuah elipsoid pada sistem
koordinat Kartesius dan selaras dengan sumbu adalah

2. Untuk selang waktu yang sama, garis hubung satelit ke pusat bumi menyapu
arsiran luasan yang sama pada bidang orbit elips.
3. Pangkat dua periode orbit satelit sebanding dengan pangkat tiga jarak rerata
satelit ke pusat bumi.

Apabila A12 adalah uasan yang disapu oleh garis hubung satelit-pusat bumi dari
waktu t1 ke t2 dan A34 : luasan yang disapu oleh garis hubung satelit-pusat bumi
dari waktu t3 ke t4 serta (t2 – t1 ) = (t4 – t3 ), maka : A12 sama dengan A34.

Apabila T1 dan T2 adalah masing-masing periode orbit satelit S1 dan S2 serta r1


dan r2 adalah masing-masing jarak rerata satelit S1 dan S2 ke pusat bumi, maka:
(T1 )2: (r1 )3 = (T2 )2 : (r2 )3.
4. Elemen Keplerian
Orbit satelit dapat dibagi menjadi dua, yaitu orbit normal/teoritis/sejati dan orbit
perturbasi. Orbit normal merupakan orbit satelit yang secara teoritis belum
terpengaruh oleh pengaruh fisis atau elemen keplerian, sedangkan orbit perturbasi
meerupakan elemen yang sudah terpengaruh atau diperhitungkan oleh gejala fisis
atau elemen keplerian. Menurut Abidin, Ukuran, bentuk, dan orientasi orbit suatu
satelit yang mengelilingi Bumi, serta lokasi dari satelit dalam orbit tersebut
biasanya dikarakterisasi dengan enam (6) elemen yang umum dinamakan elemen
keplerian, yaitu:
Enam Elemen Keplerian:
a: setengah sumbu panjang elips orbit
e: eksentrisitas elips orbit
i: inklinasi orbit (sudut antar bidang orbit satelit dan bidang ekuator)
Ω: asensio rekta Ascending Node
ω: argumen Perigee
M atau E atau f: anomali rerata atau anomali eksentrik atau anomali sejati
Djawahir dkk. (2013)

Abidin (2001)

Dalam Djawahir (2013), Sistem Koordinat Langit (SKL) berorigin pada pusat
massa bumi (geosentrik) dengan orientasi sumbu-X positif ke arah Vernal
Equinox (VE), sumbu-Z positif ke arah kutub utara langit (kutub utara sesaat),
dan sumbu-Y positif selengkapinya menjadi sistem tangan kanan koordinat
kartesi 3D. Posisi VE di langit mengalami variasi karena fenomena precessi dan
nutasi. Apabila hanya diperhitungkan precessi saja maka diperoleh posisi VE
menengah dan sistem koordinatnya disebut Conventional Celestial Reference
System (CCRS) atau SKL menengah, sedangkan apabila diperhitungkan precessi
dan nutasi, maka diperoleh posisi VE sejati dan sistem koordinatnya disebut True
Celestial Reference System (TCRS) atau SKL sejati. SKO terorientasi terhadap
SKL oleh tiga besaran, yaitu Asensio Rekta Ascending Node (Ω), kemiringan
bidang orbit (i), dan argumen perigee (ω). Ascending Node adalah titik lintas orbit
satelit pada bidang ekuator langit dalam manuvernya dari belahan langit selatan ke
belahan langit utara, sedangkan Descending Node adalah titik lintasnya pada
bidang ekuator langit dalam manuvernya dari belahan langit utara ke belahan
langit selatan.
Adapun masing-masing peran dari elemen Keplerian sebagai berikut.
a. Elemen Ω dan i mendefinisikan orientasi bidang orbit dalam ruang
b. elemen ω mendefinisikan lokasi perigee dalam bidang orbit
c. elemen a dan e mendefinisikan ukuran dan bentuk bidang orbit
d. elemen f mendefinisikan posisi satelit dalam bidang orbit

Setiap elemen keplerian, misalnya inklinasi satelit dengan 55⁰, harus didaftarkan
ke World Trade Organization (WTO) agar dapat diketahui publik dan tidak
menimbulkan masalah, seperti menabrak satelit lain, yang dapat diberi hukuman.
Perdata.

Hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hukuman sosial, pidana, dan perdata.
Hukaman sosial merupakan hukuman yang diberikan oleh masyarakat sendiri,
seperti dikucilkan. Pangaribuan (2017) menjelaskan pengertian hukum pidana dan
perdata. Hukuman pidana merupakan Hukum yang mengatur tentang
pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan
atau siksaan.. Misalkan, jika seseorang sedang mejalani hukuman selama 100
tahun dan di tengah waktu kemudian meninggal, maka hukuman itu selesai.
Sedangkan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil,
yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Misalkan, orang yang mengalami hukuman ganti rugi dan yang bersangkutan
kemudian meninggal dunia, maka tanggungannya akan diteruskan oleh
keluarganya.
5. N-Body Problem & Two-Body Problem
Dalam Djawahir dkk. (2013), yang dimaksud dengan N-body problems disini
ialah penentuan persamaan gerak benda (satelit) di dalam suatu sistem yang terdiri
dari banyak (n) benda, m1 , m2 , ... , mn. Jumlah vektor dari semua gaya yang
bekerja, baik yang gravitasional maupun non-gravitasional, diperhitungkanuntuk
menentukan persamaan gerak benda tersebut. Untuk satelit bumi buatan, gaya
yangberpengaruh terhadap gerak satelit meliputi:
a. Yang bersifat gravitasional: gaya tarik bumi, bulan, matahari, dan planet.
b. Yang bersifat non-gravitasional: gesekan atmosfer, radiasi matahari,
albedo, dan satellite thrusting

Dengan hukum gravitasi Newton, n-body problem dapat disajikan dengan


persamaan sebagai berikut:

m1= masa satelit; mj= masa bumi, bulan, matahari, planet-planet.

Sementara itu dengan Hukum Newton ke-2 dapat diturunkan persamaan sebagai
berikut:

Persamaan r1 di atas adalah bentuk solusi n-body problem yang dirumuskan


dalam persamaan diferensial orde-2. Suku pertama ruas kanan merupakan bagian
gaya yang bersifat gravitasional dan sisanya adalah gaya atau percepatan yang
bersifat non-gravitasional. Untuk solusi two body problem (satelit dan bumi),
maka persamaan r1dapat dituliskan sebagai berikut:

Suku pertama ruas kanan adalah gaya gravitasional yang bekerja sepanjang garis
hubung antara (pusat gayaberat) bumi - satelit. Gaya gravitasional seperti ini
menganggap bumi sebagai titik massa, yang berarti memandang bumi sebagai
bola dengan masa homogen. Dengan demikian efek penggepengan bumi tidak
tercakup di dalam suku pertama namun dimasukkan dalam suku kedua bersama-
sama dengan gaya non-gravitasional. Persamaan gerak satelit bumi buatan dengan
anggapan tidak ada gaya luar yang berpengaruh kecuali gaya tarik bumi yang
bekerja sepanjang garis hubung antara pusat massa bumi - satelit kemudian dapat
dituliskan:

Dalam uraian selanjutnya akan ditunjukkan bahwa persamaan r1 adalah


persamaan gerak orbit satelit yang sesuai dengan hukum Kepler atau orbit normal.

6. Energi Kinetik & Energi Mekanik


Kharti (2018) menerangkan bagaimana energi kinetik dan energi
potensial. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
gerak yang dilakukan atau dialaminya. Kata kinetik berasal dari bahasa Yunani
yaitu kinetikos yang artinya bergerak. Maka dari itu, semua benda yang bergerak,
sudah pasti memiliki energi kinetik. Energi kinetik disebut juga dengan energi
gerak.
Energi kinetik dipengaruhi oleh massa dan kecepatan suatu benda saat bergerak.
Massa disimbolkan dengan huruf m, sedangkan kecepatan disimbolkan dengan
huruf v. Besarnya energi berbanding lurus dengan besarnya massa dan besarnya
kecepatan suatu benda ketika bergerak. Energi kinetik dipengaruhi oleh massa (m)
dan kecepatan (v) suatu benda. Jika suatu benda dengan massa m bergerak dengan
kecepatan v, maka dapat dikatakan benda tersebut memiliki energi kinetik
sebesar:
Ek = 1/2 . mv2
Keterangan:
Ek : Energi Kinetik
m : massa benda
v : kecepatan benda
Contoh energi kinetik adalah ketika seseorang memukul shuttlecock pada
permainan badminton dengan tujuan agar shuttlecock terbang ke arah lawan.
Contoh yang lain adalah ketika Anda melempar batu. Batu yang Anda lemparkan
akan melaju dengan kecepatan tertentu, yang menyebabkannya memiliki energi.
Energi dapat Anda lihat ketika batu ini menabrak sasaran yang dikenainya.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
kedudukan atau posisi benda tersebut. Energi potensial tersimpan dalam benda
tersebut dan dimanfaatkan ketika diperlukan. Contoh energi potensial yang palin
terkenal adalah energi potensial pada pegas. Jika pegas ditekan dan kemudian
dilepaskan, maka pegas akan melempar benda yang menekan tersebut. Energi
yang digunakan melempar oleh pegas adalah contoh energi potensial.
Energi mekanik merupakan penjumlahan dari energi kinetik dan energi
potensial. Energi mekanik bisa menjelaskan dengann baik hukum kekelana energi.
Energi mekanik bisa dirumuskan sebagai berikut:
Em=Ek (energi kinetik) + Ep (energi potensial)

Contoh lain dari energi mekanik dalam kehidupan ada pada permainan bilyar. Ketika
bola A dipukul dan mengenai bola B yang diam, disitu terjadi perubahan energi dari
energi potensial ke energi kinetik. Hal ini menyebabkan bola yang tadinya diam
menjadi bergerak setelah ditumbuk bola A.

Soal 1
Apel dengan massa 300 gram jatuh dari poho pada ketinggian 10 meter. Jika besar
gravitasi (g) = 10 m/s2, hitunglah energi mekanik pada apel!
Diketahui:
– massa benda : 300 gram (0,3 kg)
– gravitasi g = 10 m/s2
– ketinggian h = 10 m
Ditanyakan:
Energi mekanik (Em) apel
Jawab:
Benda jatuh dan tidak diketahui kecepatannya, maka energi kinetik (Ek) diasumsikan
bernilai nol (Ek = 0)
Em = Ep + Ek
Em = Ep + 0
Em = Ep
Em = m.g.h
Em = 0,3 kg . 10 .10
Em = 30 joule
Kesimpulan
Energi mekanik yang dimiliki oleh apel yang jatuh tersebut adalah 30 joule.
Soal 2
Sebuah buku bermassa1 kg jatuh dari gedung. Ketika jatuh ke tanah, kecepatan buku
tersebut adalah 20 m/s. Berapakah tinggi gedung tempat buku terjatuh jika nilai g =
10 m/s2?
Diketahui
– massa m = 1 kg
– kecepatan v = 20 m/s
– grafitasi g = 10 m/s2
Ditanyakan
Ketinggian gedung (h)
Jawab
Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
m1.g.h1 + 1/2 m1.v12 = m1.g.h2 + 1/2 m1.v22
Ep = maksimum
Ek1 = 0 (karena buku belum bergerak
Ep2 = 0 (karena buku sudah berada di tanah dan tidak memiliki ketinggian)
Ek2 = maksimum
m1.g.h1 + 0 = 0 + 1/2 m1.v22
1 x 10 x h = 1/2 x 1 x 202
10 x h = 200
h = 200/10
h = 20 meter.
Kesimpulan
Jadi, ketinggian gedung tempat buku terjatuh adalah setinggi 20 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Anonim. 2018. Irisan Kerucut (Elips). https://idschool.net/sma/irisan-kerucut-elips/
(diakses 29 April 2020).
Djawahir, Bilal M,, dan Dedi A. 2013. Geodesi Satelit. Yogyakarta: Departemen
Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada.

Kharti, I.S.V. 2018. Mengenal Energi dalam Fisika. https://blog.ruangguru


.com/mengenal-energi-dalam-fisika (diakses pada 27 April 2020).

Kusmaryanto, S. 2013. Transponder Satelit. Malang:Universitas Brawijaya. Diktat.

Pangaribuan, R. 2017. Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Hukum Perdata.


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt57f2f9bce942f/perbedaan
-pokok-hukum-pidana-dan-hukum-perdata/ (diakses 28 April 2020).

Seeber,G. 1983. Satellite Geodesy. Berlin: Walter de Gruyter.

Thegorbalsla. Energi Kinetik, Potensial, Mekanik, Rumus, Penjelasan, Contoh, Soal


https:// thegorbalsla.com/energi-kinetik-potensial-mekanik/ (diakses pada 27
April 2020).

TANDA TANGAN

Ahmad Nafi’ul Lubab

Labisa Wafdan
Tutus Almeyda Mujahid

Anda mungkin juga menyukai