Mengingat luasnya bidang kajian ilmu Geodesi, beberapa sub-bidang ilmu Geodesi
juga bermunculan. Beberapa contoh di antaranya adalah sub-sub bidang Geodesi
Geometrik, Geodesi Fisik, Geodesi Matematik, dan Geodesi Dinamik. Selanjutnya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang-bidang aplikasi
baru, dikenal sub-sub bidang baru seperti Geodesi Satelit, Geodesi Kelautan, Geodesi
Geofisik, dan lain-lainnya.
2. Jenis Satelit
Satelit terdapat dua jenis, yaitu satelit buatan dan alami. Satelit buatan terdapat
tiga jenis, yaitu satelit positioning, scanning, dan communication. Dalam geodesi
satelit lebih terfokus pada satelit positioning. Menurut Abidin (2001), satelit ini
dianggap sebagai target, titik kontrol, atau wahana pengukur banyak berperan dalam
penentuan posisi serta variasi spasial dan temporalnya. Dalam Djawahir dkk. (2009)
satelit ini menggunakan metode geometrik dan metode dinamik. Dalam metode
geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan posisi “fixed”
atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi
satelit-satelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk
jaringan segitiga dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi. Solusi
perhitungan jaring segitiga dalam ruang tersebut memberikan informasi posisi dan
jarak antar titik-titik pengamatan. Dalam metode dinamik, satelit-satelit dipandang
atau difungsikan sebagai sensor di dalam medan gayaberat bumi. Pengamatan
dilakukan di titik-titik kontrol di bumi terhadap lintasan orbit satelit yang hasilnya
kemudian dianalisis untuk menentukan parameter-parameter orbit satelit dan
variasinya. Jenis dan besar gaya-gaya atau percepatan yang bekerja pada satelit
diinterpretasi dari parameter-parameter orbit satelit dan variasinya tersebut. Salah satu
fokus analisis ialah hubungan antara realitas medan gayaberat bumi dengan
penyimpangan orbit satelit yang sesungguhnya terhadap orbit normal menurut teori
Kepler. Dengan metode dinamik ini dikaji perilaku orbit satelit dalam sistem acuan
(koordinat) geosentrik. Dalam analisis perilaku orbit satelit untuk menyimpulkan
gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi gerak satelit, selain dihitung parameter medan
gayaberat bumi, dapat pula dihitung parameter rotasi bumi (gerakan kutub, variasi
kecepatan rotasi) dan parameter-parameter yang lain, seperti parameter-parameter
geofisik/geodinamik dan atmosfer.
Dimana:
F: gaya yang bekerja terhadap massa m
a: percepatan gerak massa m
c. Hukum Newton III: Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah: atau gaya dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar
dan berlawanan arah. Persamaan yang menggambarkan hukum ini adalah
Faksi = -Freaksi
Contoh perilaku hukum ini, antara lain roket satelit yang mendorong satelit agar
terbang menuju angkasa, kotak kacamata yang ditekan kepada layar handphone
(gaya aksi) tidak akan pecah karena kaca layar handphone memberi gaya reaksi.
Namun, untuk menerangkan pergerakan satelit tidak cukup hanya
dengan hukum Newton. Beberapa hukum dasar yang dapat diterapkan untuk
menjelaskan perilaku orbit satelit bumi buatan ialah hukum Newton, hukum
gravitasi Newton, dan hukum Kepler. Pada mulanya, hukum Kepler di rumuskan
untuk menjelaskan perilaku orbit planet mengelilingi matahari. Dalam
penerapannya, hukum Kepler bersama dengan hukum Newton digunakan untuk
mempelajari perilaku orbit satelit bumi buatan.
Hukum Gravitasi Newton menerangkan bahwa Dua benda saling tarik-
menarik dengan gaya yang sebanding dengan hasil kali massa kedua benda dan
berbanding terbalik dengan pangkat dua jarak antara kedua benda yang
bersangkutan. Hukum Newton tentang gravitasi ini diterapkan untuk benda-benda
yang dapat dianggap sebagai titik atau diwakili oleh titik massa.
Formula yang menggambarkan hukum ini sebagai berikut.
Dimana:
F: Gaya tarik antara massa M dan m
G: Konstanta gravitasi Newton (G = 6,673 × 10−11 m3 kg−1 s−2)
M: massa bumi
M: massa satelit
Jika kecepatan satelit sama dengan kecepatan rotasi bumi disebut satelit
geostasioner dan jika keceptan satelit lebih besar dari kecepatan rotasi bumi
disebut satelit orbital.
Hukum Kepler untuk menjelaskan gerak orbit satelit bumi buatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Orbit satelit berbentuk elips dengan bumi berada pada salah satu titik apinya.
2. Untuk selang waktu yang sama, garis hubung satelit ke pusat bumi menyapu
arsiran luasan yang sama pada bidang orbit elips.
3. Pangkat dua periode orbit satelit sebanding dengan pangkat tiga jarak rerata
satelit ke pusat bumi.
Apabila A12 adalah uasan yang disapu oleh garis hubung satelit-pusat bumi dari
waktu t1 ke t2 dan A34 : luasan yang disapu oleh garis hubung satelit-pusat bumi
dari waktu t3 ke t4 serta (t2 – t1 ) = (t4 – t3 ), maka : A12 sama dengan A34.
Abidin (2001)
Dalam Djawahir (2013), Sistem Koordinat Langit (SKL) berorigin pada pusat
massa bumi (geosentrik) dengan orientasi sumbu-X positif ke arah Vernal
Equinox (VE), sumbu-Z positif ke arah kutub utara langit (kutub utara sesaat),
dan sumbu-Y positif selengkapinya menjadi sistem tangan kanan koordinat
kartesi 3D. Posisi VE di langit mengalami variasi karena fenomena precessi dan
nutasi. Apabila hanya diperhitungkan precessi saja maka diperoleh posisi VE
menengah dan sistem koordinatnya disebut Conventional Celestial Reference
System (CCRS) atau SKL menengah, sedangkan apabila diperhitungkan precessi
dan nutasi, maka diperoleh posisi VE sejati dan sistem koordinatnya disebut True
Celestial Reference System (TCRS) atau SKL sejati. SKO terorientasi terhadap
SKL oleh tiga besaran, yaitu Asensio Rekta Ascending Node (Ω), kemiringan
bidang orbit (i), dan argumen perigee (ω). Ascending Node adalah titik lintas orbit
satelit pada bidang ekuator langit dalam manuvernya dari belahan langit selatan ke
belahan langit utara, sedangkan Descending Node adalah titik lintasnya pada
bidang ekuator langit dalam manuvernya dari belahan langit utara ke belahan
langit selatan.
Adapun masing-masing peran dari elemen Keplerian sebagai berikut.
a. Elemen Ω dan i mendefinisikan orientasi bidang orbit dalam ruang
b. elemen ω mendefinisikan lokasi perigee dalam bidang orbit
c. elemen a dan e mendefinisikan ukuran dan bentuk bidang orbit
d. elemen f mendefinisikan posisi satelit dalam bidang orbit
Setiap elemen keplerian, misalnya inklinasi satelit dengan 55⁰, harus didaftarkan
ke World Trade Organization (WTO) agar dapat diketahui publik dan tidak
menimbulkan masalah, seperti menabrak satelit lain, yang dapat diberi hukuman.
Perdata.
Hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hukuman sosial, pidana, dan perdata.
Hukaman sosial merupakan hukuman yang diberikan oleh masyarakat sendiri,
seperti dikucilkan. Pangaribuan (2017) menjelaskan pengertian hukum pidana dan
perdata. Hukuman pidana merupakan Hukum yang mengatur tentang
pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan
atau siksaan.. Misalkan, jika seseorang sedang mejalani hukuman selama 100
tahun dan di tengah waktu kemudian meninggal, maka hukuman itu selesai.
Sedangkan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil,
yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Misalkan, orang yang mengalami hukuman ganti rugi dan yang bersangkutan
kemudian meninggal dunia, maka tanggungannya akan diteruskan oleh
keluarganya.
5. N-Body Problem & Two-Body Problem
Dalam Djawahir dkk. (2013), yang dimaksud dengan N-body problems disini
ialah penentuan persamaan gerak benda (satelit) di dalam suatu sistem yang terdiri
dari banyak (n) benda, m1 , m2 , ... , mn. Jumlah vektor dari semua gaya yang
bekerja, baik yang gravitasional maupun non-gravitasional, diperhitungkanuntuk
menentukan persamaan gerak benda tersebut. Untuk satelit bumi buatan, gaya
yangberpengaruh terhadap gerak satelit meliputi:
a. Yang bersifat gravitasional: gaya tarik bumi, bulan, matahari, dan planet.
b. Yang bersifat non-gravitasional: gesekan atmosfer, radiasi matahari,
albedo, dan satellite thrusting
Sementara itu dengan Hukum Newton ke-2 dapat diturunkan persamaan sebagai
berikut:
Suku pertama ruas kanan adalah gaya gravitasional yang bekerja sepanjang garis
hubung antara (pusat gayaberat) bumi - satelit. Gaya gravitasional seperti ini
menganggap bumi sebagai titik massa, yang berarti memandang bumi sebagai
bola dengan masa homogen. Dengan demikian efek penggepengan bumi tidak
tercakup di dalam suku pertama namun dimasukkan dalam suku kedua bersama-
sama dengan gaya non-gravitasional. Persamaan gerak satelit bumi buatan dengan
anggapan tidak ada gaya luar yang berpengaruh kecuali gaya tarik bumi yang
bekerja sepanjang garis hubung antara pusat massa bumi - satelit kemudian dapat
dituliskan:
Contoh lain dari energi mekanik dalam kehidupan ada pada permainan bilyar. Ketika
bola A dipukul dan mengenai bola B yang diam, disitu terjadi perubahan energi dari
energi potensial ke energi kinetik. Hal ini menyebabkan bola yang tadinya diam
menjadi bergerak setelah ditumbuk bola A.
Soal 1
Apel dengan massa 300 gram jatuh dari poho pada ketinggian 10 meter. Jika besar
gravitasi (g) = 10 m/s2, hitunglah energi mekanik pada apel!
Diketahui:
– massa benda : 300 gram (0,3 kg)
– gravitasi g = 10 m/s2
– ketinggian h = 10 m
Ditanyakan:
Energi mekanik (Em) apel
Jawab:
Benda jatuh dan tidak diketahui kecepatannya, maka energi kinetik (Ek) diasumsikan
bernilai nol (Ek = 0)
Em = Ep + Ek
Em = Ep + 0
Em = Ep
Em = m.g.h
Em = 0,3 kg . 10 .10
Em = 30 joule
Kesimpulan
Energi mekanik yang dimiliki oleh apel yang jatuh tersebut adalah 30 joule.
Soal 2
Sebuah buku bermassa1 kg jatuh dari gedung. Ketika jatuh ke tanah, kecepatan buku
tersebut adalah 20 m/s. Berapakah tinggi gedung tempat buku terjatuh jika nilai g =
10 m/s2?
Diketahui
– massa m = 1 kg
– kecepatan v = 20 m/s
– grafitasi g = 10 m/s2
Ditanyakan
Ketinggian gedung (h)
Jawab
Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
m1.g.h1 + 1/2 m1.v12 = m1.g.h2 + 1/2 m1.v22
Ep = maksimum
Ek1 = 0 (karena buku belum bergerak
Ep2 = 0 (karena buku sudah berada di tanah dan tidak memiliki ketinggian)
Ek2 = maksimum
m1.g.h1 + 0 = 0 + 1/2 m1.v22
1 x 10 x h = 1/2 x 1 x 202
10 x h = 200
h = 200/10
h = 20 meter.
Kesimpulan
Jadi, ketinggian gedung tempat buku terjatuh adalah setinggi 20 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Anonim. 2018. Irisan Kerucut (Elips). https://idschool.net/sma/irisan-kerucut-elips/
(diakses 29 April 2020).
Djawahir, Bilal M,, dan Dedi A. 2013. Geodesi Satelit. Yogyakarta: Departemen
Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada.
TANDA TANGAN
Labisa Wafdan
Tutus Almeyda Mujahid