Misi Geodesi
Hasrat ingin tahu telah mendorong manusia untuk berupaya mencari kejelasan
tentang fenomena sosok planet bumi tempat tinggalnya. Salah satu obyek kajian
ilmiahnya ialah fenomena fisik bumi dan dinamikanya dengan penekanan pada
aspek geometrik atau bentuk dan dimensi fisik bumi. Dalam perkembangannya,
upaya ilmiah ini kemudian mengidentifikasikan diri sebagai disiplin ilmu geodesi.
Kajian ilmiah terhadap aspek geometrik bumi ini secara langsung didorong oleh
kebutuhan praktis manusia akan informasi tentang posisi geografik titik-titik di
permukaan bumi yang disajikan melalui media peta. Sudah selayaknya apabila peta
yang baik (benar) harus dibuat berdasarkan model geometrik bumi yang akurat.
Seperti diketahui kemudian bahwa peta menjadi sarana yang efektif dalam
berbagai lapangan pekerjaan, sehingga pekerjaan survei geodetik dan pemetaan
menjadi suatu profesi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Perkembangan disiplin ilmu geodesi ditandai oleh perkembangan teori tentang
model bumi dan dinamikanya, seiring dengan perkembangan metode dan teknologi
survei geodetik dan pemetaan. Pada dasarnya, perkembangan metode dan
teknologi survei geodetik dan pemetaan senantiasa memberikan kontribusi pada
perkembangan disiplin ilmu geodesi disamping manfaat bagi pemenuhan
kebutuhan praktis. Sampai dengan pertengahan abad-20, misi ilmiah dan praktis
geodesi didukung oleh metode dan teknologi survei konvensional seperti
gravimetri, astronomi geodetik, dan geodesi geometrik (triangulasi, trilaterasi,
traverse, leveling). Metode konvensional tersebut masih terbatas kapabilitas
ketelitian dan jangkauan operasionalnya untuk mendukung studi geodesi secara
global dan komprehensif. Kondisi alam seperti cuaca dan topografi masih
merupakan kendala yang membatasi kapabilitas metode konvensional, sehingga
penggabungan jaring kontrol geodetik dua wilayah daratan yang terpisah oleh
lautan masih belum dapat diatasi. Dengan kondisi tersebut, maka di seluruh
permukaan planet bumi ini sampai dengan pertengahan abad-20 terdapat banyak
sistem geodetik (datum geodetik, jaring kontrol geodetik) yang belum dapat
dihubungkan satu dengan lainnya.
Penerapan teknologi satelit bumi buatan untuk survei geodetik dan geofisik telah
medorong studi geodesi global secara komprehensif. Kenyataan ini kemudian
mengangkat satellite geodesy(geodesi satelit) menjadi salah satu subyek dalam
pengembangan ilmu geodesi dan penerapannya. Apakah gerangan geodesi satelit
itu? Seeber (1993) mengungkapkan bahwa geodesi satelit mencakup teknik-teknik
pengamatan dan perhitungan yang memungkinkan pemecahan masalah-masalah
geodesi dengan menggunakan pengukuran teliti ke, dari, atau antar satelit bumi
buatan. Sementara itu Seeber juga mengidentifikasi tiga masalah dasar geodesi
sebagai berikut:
1. Penentuan posisi teliti tiga dimensi secara global (pengembangan
jaring kontrol geodetik).
2. Penentuan medan gayaberat bumi atau geoid secara teliti.
Dalam geodesi satelit dikenal pengamatan dengan metode geometrik dan metode
dinamik. Dalam metode geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target
pengamatan dengan posisi “fixed” atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-
titik pengamatan di bumi secara bersamaan mengamat dan mengukur jarak
(ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi satelit-satelit (fixed) dan titik-titik
pengamatan serta jarak terukur membentuk jaringan segitiga dalam ruang dalam
sistem koordinat global tiga dimensi.