PERAN DAN APLIKASI DISIPLIN GEODESI DAN GEOMATIKA 1. Penentuan Posisi Ilmu geodesi pasti akan identik dengan hal penentuan posisi, dan begitu pula kebalikannya. Posisi (suatu titik) dapat dinyatakan secara kualitatiI maupun kuantitatiI. Apabila dilihat secara kuantitatiI posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, 4D). Untuk menjamin adanya konsistensi dan standardisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat. Sistem ini disebut sistem reIerensi koordinat, atau secara singkat disebut sistem koordinat, dan realisasinya umumnya dinamakan kerangka reIerensi koordinat Posisi titik dipermukaan bumi umumnya ditetapkan dalam suatu sistem koordinat terestris (CTS: Conventional Terrestrial System). Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). Sementara itu posisi titik di ruang angkasa (posisi satelit, dan benda langit) biasanya ditetapkan dalam suatu sistem koordinat celestial/ sistem Inersia (CIS: Conventional Inersial System). Survey untuk penentuan posisi dari suatu jaringan di permukaan bumi, dapat dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Pada survey dengan metoda terestris, penentuan posisi titik- titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau obyek yang terletak di permukaan bumi. Sementara itu pada survey penentuan posisi secara ekstra-terestris, penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap benda- benda langit atau obyek di angkasa, seperti bintang, bulan, dan quarsar, maupun juga benda- benda atau obyek buatan manusia yaitu berupa satelit. . Penentuan Medan Gaya Berat Bumi Salah satu tujuan dari ilmu geodesi diantaranya adalah menentukan bentuk dan ukuran bumi termasuk didalamnya menentukan medan gaya berat bumi dalam dimensi ruang dan waktu. entuk bumi didekati melalui beberapa model diantaranya ellipsoida yang merupakan bentuk ideal dengan asumsi bahwa densitas ( kerapatan ) bumi homogen. Sementara itu kenyataan sebenarnya, densitas massa bumi yang heterogen dengan adanya gunung, pegunungan, lautan, cekungan,dataran, dan lain-lain akan membuat ellipsoid berubah menjadi Geoid. Geoid memiliki peran yang penting dalam berbagai hal seperti untuk keperluan aplikasi geodesi, oseanograIi, dan geoIisika. Contoh untuk bidang geodesi yaitu penggunaan teknologi GPS dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai keperluan praktis seperti rekayasa, survei, dan pemetaan membutuhkan inIomasi geoid teliti. Pada prinsipnya geoid (model geopotensial) dapat diturunkan dari data gaya berat sebagai data utamanya yang distribusinya mencakup seluruh permukaan bumi. Akurasi suatu model geopotensial terutama ditentukan oleh kualitas data gaya berat, selain juga ditentukan oleh Iormulasi matematika yang digunakan ketika menurunkan model tersebut. Data gaya berat dapat diperoleh dari pengukuran secara terestris menggunakan gravimeter, dari udara dengan teknik air borne gravimetry, dan diturunkan dari data satelit (satelit sistem geometrik seperti satelit altimetry (wilayah laut) dan satelit sistem dynamic seperti GRACE dan GOCCE, serta melalui interpolasi untuk wilayah-wilayah yang tidak ada data gayaberatnya . Pemantauan Dinamika Sistem Bumi Dahulu orang menganggap bumi bersiIat statis. Seiring dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma bumi statis berubah menjadi bumi dinamis, yang mana memang secara riil bahwa bumi merupakan sistem yang dinamis. Dinamika pergerakan bumi mempunyai spektrum yang sangat luas, dari skala galaksi sampai skala pergerakan lokal pada kerak bumi. umi bergerak bersama-sama galaksi kita relatiI terhadap galaksi-galaksi lain. umi berputar besama sistem matahari kita di dalam galaksi kita. umi mengorbit mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya. umi berputar terhadap sumbu rotasinya, dan kerak-kerak bumi juga bergerak (relatiI sangat lambat) relatiI satu terhadap lainnya. Akibat pergerakan kerak bumi ini muncul gunung, gunungapi, dan pegunungan, serta mengakibatkan terjadinya letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, dan bencana alam lainnya. Salah satu domain dari geodesi adalah pemantauan sistem bumi, dalam hal ini ditujukan seperti untuk pendeIinisian sistem koordinat, dan dinamika sistem koordinat. Selain itu peran serta geodesi dalam memantau dinamika sistem bumi yaitu ikut berkontribusi dalam pemantauan potensi dan mitigasi bencana alam seperti aktivitas vulkanis gunungapi, gempa bumi, longsor (landslide), penurunan tanah (land subsidence), dan lain-lain. . Peranan Geodesi di Pertamina EP eskipun keberadaan seorang Geodet bukanlah pemain utama dan secara kuantitas kebutuhan tenaga Geodet tidak sebanyak Geologist dalam industri hulu igas, namun arti pentingnya tidak dapat dipandang sebelah mata. eberapa tugas utama Geodet di Pertamina EP dapat disampaikan sebagai berikut : a. Penentuan kerangka dasar pemetaan, posisi titik-titik tembak serta titik rekam dalam survei seismik, dimana keakuratan datanya menjadi sangat berpengaruh bagi kegiatan selanjutnya. b. embantu Geologist untuk menempatkan titik pemboran di lapangan sesuai dengan koordinat yang diharapkan (stake out). c. elakukan pemetaan topograIi untuk penyiapan lokasi pemboran dan jalan aksesnya (site preparation). d. elakukan pemetaan topograIi untuk kebutuhan jalur pemipaan, rencana pembangunan Iasilitas produksi (Station Pengumpul inyak / Station Kompressor Gas) dan Iasilitas umum lainnya. e. Penyediaan dan pengelolaan data-data teknis seperti peta rupa bumi, citra satelit, Ioto udara, peta jaringan jalan dan jaringan pipa, koordinat titik ikat, koordinat sumur bor, koordinat dan peta wilayah konsesi, data elevasi TTG dan sebagainya. I. Penyatuan sistem koordinat yang disebabkan karena keterbatasan teknologi jaman dahulu yang mengakibatkan masing-masing perusahaan minyak menggunakan datum lokal sendiri-sendiri. Untuk keperluan evaluasi secara regional diperlukan upaya untuk menyatukan sistem-sistem lokal tersebut. Di awal keberadaannya, bidang ilmu Geodesi yang paling banyak digunakan dalam industri hulu igas di Pertamina EP adalah bidang surveying dengan alat utamanya adalah Teodolit dan Sipat Datar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin kompleknya data yang harus dikelola, maka mulai dilakukan upaya peningkatan teknologi pemetaan dan sistem pengelolaan data yang berbasis pada GIS. ahkan belakangan ini telah dilakukan terobosan besar untuk mengintegrasikan data-data bawah permukaan dan data-data atas permukaan dalam suatu databank petroleum. Upaya ini telah berhasil dikembangkan di PT. Pertamina EP Region Jawa dan saat ini juga sedang dikembangkan di PT. Pertamina EP Region Sumatera. . A p l i k a s i G e o m a t i k a U n t u k P e n a t a a n H u t a n
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa karena luasnya ilmu geomatika, makailmu-ilmu yang dapat diaplikasikan/digunakan dalam penataan hutan dibatasiyang menyangkut penggunaan GeograIic InIormation Systems (GIS),penginderaan jauh danGlobal Positioning Systems (GPS). Di samping aplikasinya,pada modul ini diberikan pengantar dari ilmu yang bersangkutan.GIS yang Iungsi utamanya pembuatan peta digital dan analisis data spasial dapatdipergunakan dalam hampir semua kegiatan dalam penataan hutan yangmenyenagkut peta, seperti inventarisasi hutan, tata batas hutan, pembagianhutan ke dalam blok, petak dan anak petak, atau ke dalam zona-zona konservasi,pembukaan wilayah hutan, dan perpetaan hutan. Fungsi utama GPS yaitumenetapkan posisi (koordinat) suatu titik di lapangan dan mencari titik-titik dilapangan yang koordintanya telah diketahui di peta, berkaitan erat dengan IungsiGIS dan dapat dipergunakan dalam hampir semua kegiatan menyangkut GIS seperti dijelaskan di atas. 6. Pengukuran bidang Tanah Ini merupakan pekerjaan khasdalam geodesi.asyarakat tentu lebih mengetahui pekerjaan ini disbanding pekerjaan geodesi lainnya. Ini merupakan pekerjaanyang boleh dibilang kuno, pengukuran bidang tanah telah ada sejak zaman Firaun berkuasadi esir. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan koordinat ujung-ujung persil tanah yang akan dibuat menjadi peta. Dari pengukuran ini bisa diketahui luas persil tersebut, yang nantinya akan dipergunakan untuk keperluan perpajakan seperti P, urusan jual beli tanah, keperluan inIormasi RTRW dan RTRK, perekayasaan jalan, lingkungan dll. Institusi yang bergelut di bidang ini yaitu PN dan ada juga banyak perusahaan swasta. Peralatan yang biasa digunakan adalah teodolit dengan berbagai tipe dari yang kuno sampai yang paling modern seperti ETS dsb. Selain perkembangan alat, metode pengukuran tanah pun berkembang, misalnya dengan menggunakan metode stop and godengan menggunakan GPS kinematik. Kelebihannya adalah bentuk/peta persil bisa langsung didapatkan karena pengukuran bidang tanah dilakukan secara real time. 7. Sistem Navigasi
Sistem navigasi yang dipergunakan mulai dari yang konvensional sampai modern. Dari penggunaan geodesi astronomis, dengan menggunakan bintang dan matahari untuk mengetahui posisi lintang dan bujur kita ( dan ) sampai penggunaan satelit, seperti GPS, GLONASS, dan GALILEO. Sistem navigasi ini dipergunakan oleh berbagai macam moda transportasi di bumi. Kendaraan pribadi, pesawat terbang, kapal laut, kereta api bahkan peralatan perang modern pun menggunakan sistem navigasi. Sistem navigasi ini beperan dalam memandu objek yang sedang dalam perjalanan agar tidak tersesat. Dan bahkan inIormasi posisi dalam pernavigasian sangat berharga untuk melakukan SAR secara cepat ketika terjadi kehilangan kontak atau kecelakaan pada objek tersebut. 8. Pencitraan Satelit Pencitraan satelit merupakan produk modern dalam keilmuan Geodesi. Penggunaan citra satelit diantaranya adalah untuk keperluan militer (mata-mata), identiIikasi luas hutan, lahan komersial, pertanian, perkebunan, dan perikanan, pengawasan kebakaran hutan, rekonstruksi bencana alam (tsunami, longsor) dll. 9. Geodesi Satelit
Geodesi Satelit dapat dideIinisikan sebagai sub dari bidang ilmu geodesi yang menggunakan bantuan satelit (alam ataupun buatan manusia) untuk menyelesaikan problem-problem geodesi. enurut Seeber (1993) Geodesi Satelit meliputi teknik-teknik pengamatan dan perhitungan yang digunakan untuk memecahkan problem-problem geodesi dengan menggunakan pengukuran- pengukuran yang teliti ke, dari, dan antara satelit buatan yang umumnya dekat dengan permukaan bumi. Geodesi satelit memiliki banyak aspek-aspek keilmuan, yang secara umum diantaranya meliputi teori orbit, sinyal dan propagasi, dinamika satelit, sistem waktu, sistem koordinat, dan lain-lain. Sistem geodesi satelit tertua adalah sistem astronomi geodesi yang berbasiskan pada pengamatan bintang, dan sampai saat ini masih digunakan meskipun terbatas pada aplikasi- aplikasi tertentu saja. Sebagai contoh metode ini telah digunakan sejak 1884 untuk penentuan lintang secara teliti di Potsdam. Disamping itu metode astronomi geodesi ini juga sudah berkontribusi dalam pengamatan pergerakan kutub (polar motion) sejak tahun 1890 (FGS, 1998). Teknik IotograIi satelit merupakan teknik geodesi satelit (buatan) tertua. etode IotograIi satelit ini berbasiskan pada pengukuran arah ke satelit, yaitu dengan pemotretan satelit berlatar bintang- bintang yang telah diketahui koordinatnya. Dengan menggunakan jaringan kamera aker-Nunn, metode ini telah dimanIaatkan untuk menjejak satelit-satelit buatan generasi awal seperti Sputnik-1 dan 2, Vanguard-1, dan GEOS-1 pada era 1957 sampai awal 1960-an; dan telah berhasil mengestimasi penggepengan serta bentuk 'pear-shape 7 dari umi. etode LLR (Lunar Laser Ranging) yang berbasiskan pada pengukuran jarak ke ulan dengan menggunakan sinar laser, mulai berkembang sejak tahun 1969, yaitu sejak ditempatkannya sekelompok reIlektor laser di permukaan ulan oleh misi Apollo 11. etode yang prinsipnya sama dengan metode SLR (Satellite Laser Ranging) ini, masih digunakan sampai saat ini. Sedangkan metode VLI (Very Long aseline InterIerometry) yang berbasiskan pada pengamatan gelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar pada dua lokasi pengamatan yang berjarak jauh, mulai umum digunakan sejak tahun 1965 dan sampai saat sekarang ini masih dimanIaatkan untuk aplikasi-aplikasi geodetik berketelitian tinggi. Sistem satelit altimetri yang berbasiskan pada pengukuran jarak muka laut dari satelit dengan menggunakan gelombang radar mulai berkembang pada tahun 1973, dengan diluncurkannya satelit Skylab yang merupakan satelit pertama yang membawa sensor radar altimeter. Sistem satelit altimetri ini terus dimanIaatkan sampai saat ini dengan menggunakan misi-misi satelit terbaru seperti Topex/Poseidon dan Jason, terutama untuk mempelajari karakteristik dan dinamika lautan dan interaksinya dengan Ienomena-Ienomena atmosIir. Dalam konteks sistem satelit navigasi, sistem TRANSIT (Doppler) adalah sistem satelit navigasi yang pertama dibangun. Sistem ini didesain pada tahun 1958, dan dinyatakan operasional pada tahun 1964 (untuk pihak militer) dan 1967 (untuk pihak sipil). Pada saat ini sistem satelit ini praktis sudah tidak digunakan lagi, tergantikan oleh sistem-sistem GPS dan GLONASS |Abidin, 2000|. Kalau diringkaskan maka sistem-sistem yang masih banyak dimanIaatkan dalam bidang geodesi satelit saat ini adalah sistem-sistem SLR, LLR, VLI, satelit altimetri dan satelit navigasi GPS dan GLONASS, InSAR, Satelit Gravimetrik (GOCE, GRACE) dan nanti akan muncul Satelit Galileo. PemanIaatan sistem pengamatan geodesi satelit pada saat ini sangat luas spektrumnya. Spektrum aplikasinya mencakup skala lokal sampai global, dari masalah-masalah teoritis sampai aplikatiI, dan juga mencakup matra darat,laut, udara, dan luar angkasa. Contoh beberapa aplikasi geodesi satelit diantaranya untuk bidang aplikasi geodesi global (penentuan parameter-parameter orientasi umi,penentuan model dari umi, termasuk dimensi dari ellipsoid reIerensi nya,penentuan model medan gaya berat umi, termasuk geoid globalnya,studi-studi geodinamika,pengadaan kerangka reIerensi global, dan UniIikasi datum-datum geodesi (termasuk datum regional, datum nasional, dan datum lokal)), studi geodinamika (pengadaan jaringan pemantau untuk mempelajari pergerakan lempeng (plate/crustal motions) ataupun sistem sesar (Iault system),penentuan parameter-parameter pergerakan kutub (polar motion) dan rotasi bumi (earth rotation), dan penentuan parameter-parameter dari pasang surut bumi), penentuan titik kontrol geodesi (pengadaan kerangka dasar titik-titik kontrol (nasional maupun lokal), pembangunan jaringan titik kontrol 3-D yang homogen,analisa dan peningkatan kualitas dari kerangka titik kontrol terestris yang ada,pengkoneksian kerangka geodetik antar pulau, dan densiIikasi dan ekstensiIikasi dari jaringan titik kontrol), navigasi dan geodesi kelautan (navigasi dan penjejakan (tracking), baik untuk wahana darat, laut, udara, maupun angkasa,penentuan posisi untuk keperluan survei pemetaan laut (hidrograIi, oseanograIi, geologi kelautan, geoIisika kelautan, eksplorasi, eksploitasi,pengkoneksian antar stasion pasut (uniIikasi datum tinggi),penentuan SST (Sea SurIace Topography), dan penentuan pola arus dan gelombang). DAFTAR PUSTAKA Diakses dari http://gd.itb.ac.id pada tanggal 14 November 2011 Diakses dari http://www.scribd.com/doc/38644241/47/-Cakupan-Aplikasi-Geomatika-Untuk- Penataan-Hutan pada tanggal 14 November 2011 Diakses dari http://geodesy.gd.itb.ac.id/?pageid12 pada tanggal 14 November 2011 Diakses dari http://kmtg.It.ugm.ac.id/artikel-GEODESI20DAN20migas.htm pada tanggal 14 November 2011 (penulis : Komang Ananda Wiradharma)