1.1 Pendahuluan
Tanah (soil) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah dalam bidang pertanian didefinisikan sebagai benda alam yang
tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang
menempati permukaan daratan, dan dicirikan oleh horizon-horizon atau
lapisan-lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil
dari proses penambahan, kehilangan, pemindahan, dan transformasi energi dan
materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam lingkungan
alami (Soil Survey Staff, 1998). Definisi ini memperluas definisi tanah dari
Taksonomi Tanah versi tahun 1975, guna mencakup tanah-tanah di wilayah
Antartika yang proses pembentukannya dapat berlangsung, tetapi iklimnya
bersifat terlampau ekstrim untuk mendukung bentuk-bentuk tanaman tingkat
tinggi. Batas atas dari tanah adalah antara tanah dan udara, air dangkal,
tumbuhan hidup, atau bahan tumbuhan yang belum mulai melapuk (Balai
Penelitian Tanah Bogor, 2004).
Tanah mempunyai peran sangat besar untuk keberlangsungan kehidupan flora
dan founa di bumi, dimana tanah berperan dalam menghasilkan sumber
makanan dan penyimpanan air. Sebagaiman kita ketahui bahwa kondisi tanah
di permukaan bumi berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi iklim, cuaca, kondisi
tempat/ruang, penyusun tanah, posisi tempat, dan ketinggian tempat. Kondisi
tanah yang berbeda-beda dipermukaan bumi diperlukan kajian dan pendataan
yang berkelanjutan sehingga pemanfaatan tanah pada satu kawasan dapat
disesuaikan dengan kondisi tanah pada kawasan tersebut.
2
Kajian mengenai tanah dapat dibedakan atas kajian terkait fisik tanah dan
sosial ekonomi masyarakat yang berdampak terhadap tanah. Kajian fisik tanah
seperti kajian jenis tanah, fisik tanah, kimia tanah, biologi tanah, flora dan
fauna yang ada di tanah tersebut. Kajian terkait sosial mengkaji aktifitas
manusia yang berdampak terhadap tanah, seperti kajian penggunaan dan
penutupan tanah/lahan (Land Use and Land Cover/LULC). Menurut Lillesand
dan Kiefer (1994), penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia
pada sebidang lahan, sedangkan penutup lahan lebih merupakan perwujudan
fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan
manusia terhadap obyek-obyek tersebut.
Kajian terkait fisik tanah dapat dilakukan secara sederhana dilapangan dengan
menggunakan peralatan dan bahan sederhana yang diperuntukan untuk kajian
tanah sedangkan untuk kajian detilnya diperlukan kajian yang lebih komplek
dengan menggunakan peralatan dan bahan khusus dan biasanya kajian seperti
ini dilakukan di laboratorium.
Sama seperti kajian fisik tanah, kajian terkait LULC juga dapat dilakukan
dilapangan dan laboratorium. Untuk kajian dilapangan diperlukan peralatan
untuk mendapatkan data terkait kondisi eksisting lahan. Adapun kajian di
laboratorium berupa kegiatan analisis data eksisting lapangan yang dipadukan
dengan data hasil kajian terdahulu dan data kepustakaan terkait seperti data
citra satelit, drone dan peta-peta tematik.
Output dari kedua model kajian ini berupa data dan informasi terkait tanah dan
rekomendasi pemanfaatannya sesuai ruang setempat. Umumnya data dan
informasi disajikan dalam bentuk narasi, tabular, dan grafik/peta.
dengan tujuan survei yang dicerminkan oleh skala peta atau tingkat kedetailan
informasi yang disajikan (Hikmatullah, 2014).
Selain pemetaan secara survey, pemetaan tanah juga dapat dilakukan secara
digital. Pemetaan Tanah Digital (PTD) atau Digital Soil Mapping adalah
cabang baru yang merupakan Ilmu Tanah Terapan. PTD dapat didefenisikan
sebagai penciptaan dan pengisian sistem informasi tanah dengan
menggunakan metode-metode pengamatan lapangan dan laboratorium yang
digabungkan dengan pengolahan data secara spatial ataupun non-spatial.
Metode PTD menggunakan variabel-variabel pembentuk tanah yang dapat
diperoleh secara digital (misalnya remote sensing, Digital Elevation Model,
peta-peta tanah) untuk mengoptimasi survai tanah di lapangan. Tujuan PTD
adalah menggunakan variabel-variable pembentuk tanah untuk menprediksi
sifat dan ciri tanah keseluruhan area survai dalam Sistem Informasi Geografis.
Dengan kata lain PTD adalah proses kartografi tanah secara digital. Namun
PTD bukan berarti mentransformasikan peta-peta tanah konvensionil menjadi
digital. Proses PTD menggunakan informasi-informasi dari survai tanah
lapangan digabungkan dengan informasi tanah secara digital, seperti citra
(image) Remote Sensing dan Digital Elevation Model. Dibandingkan dengan
peta tanah konvensional, dimana batas-batas tanah digambar secara manual
berdasarkan pengalaman surveyor yang subyektif. Namun dalam PTD teknik-
teknik automatis dalam Sistem Informasi Geografis digunakan untuk
menproses informasi-informasi tanah dengan lingkungannya (Digital Soil
Mapping, 2022; GLMB, 2022).
PTD dewasa ini tidak tidak dapat dipisahkan dari bidang geospatial.
Umumnya, keberadaan geospatial sekarang ini dapat kita lihat dalam bidang
penginderaan jauh dan GIS atau Geographic Information System (Rusdi,
2016).
Umumnya, para pakar mengatakan bahawa GIS adalah sistem komputer yang
digunakan untuk mengumpul, memeriksa, mengintegrasi dan menganalisis
informasi yang berkaitan dengan permukaan bumi (Jeffrey dan Estes 1990;
Tomlin, 1990; Foote dan Lynch 1995; Demers, 1999). Raper dan Green
(1994) juga menyatakan bhawa GIS merupakan sistem yang dapat
mendukung proses serta membuat keputusan yang berhubungan dengan data
keruangan (spatial). Rincian proses data dan informasi dalam GIS dapat
dilihat pada Gambar 10.1.
4
Adapun Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek,
daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1990). Data Penginderaan
Jauh memiliki keunggulan dalam hal waktu pengamatan dibandingkan dengan
cara konvensional. Data Penginderaan Jauh khususnya data satelit mempunyai
peran yang sangat penting karena memberikan informasi menggenai
penggunaan lahan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Data yang
didapatkan dari satelit biasanya sudah merupakan data digital (Rusdi, 2005).
Pada dasarnya objek dipermukaan bumi ini dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu tanah, air dan vegetasi. Ketiga objek tersebut secara
alami mempunyai bentuk dan sifat berbeda, sehingga apabila direkam dengan
mengunakan panjang gelombang tertentu (Gambar 10.2) akan menghasilkan
karakteristik reflektan yang berbeda-beda. Karakteristik reflektan dari objek
permukaan bumi (tanah, air dan vegetasi) dapat digunakan sebagai dasar
dalam pemilihan citra Penginderaan Jauh yang digunakan dan dasar dalam
interpretasi objek. Kurva karakteristik reflektan dari objek tanah, air dan
vegetasi secara umum dapat diketahui dari Gambar 10.3.
5
Gambar 10. 3. Kurva karakteristik reflektan dari obyek tanah, air, vegetasi
serta Panjang Gelombang Elektromagnetiknya.
Sumber: NASA (2022)
Pemetaan tanah adalah proses pembuatan peta suatu wilayah tanah tertentu. Itu
dilakukan dengan mengumpulkan data dari tanah dan kemudian
menganalisisnya untuk membuat representasi yang akurat dari daerah tersebut.
Pemetaan tanah digunakan di berbagai industri, seperti kehutanan, pertanian,
perencanaan kota, pengelolaan lahan, dan studi lingkungan. Peta Tanah ini
dapat digunakan untuk merencanakan proyek, mengidentifikasi penggunaan
lahan, menilai kondisi tanah, memantau perubahan penggunaan lahan, dan
banyak lagi.
Menurut Mora et al. (2014) bahwa Peta Penggunaan Lahan dan Tutupan
Lahan (LULC) yang akurat dan tepat waktu penting untuk varietas aplikasi
seperti perencanaan kota dan regional, pemantauan bencana dan bahaya,
sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan, dan ketahanan pangan.
Hasan et al, (2020) menambahkan bahwa Pemetaan LULC dapat membantu
mengatasi banyak tantangan berskala besar yang signifikan, seperti pemanasan
global, percepatan hilangnya habitat spesies, migrasi populasi yang belum
pernah terjadi sebelumnya, meningkat urbanisasi, dan meningkatnya
ketidaksetaraan di dalam dan antar negara. Oleh karena itu penting untuk
menghasilkan peta LULC yang akurat.
Manfaat pemetaan tanah dan bagaimana peta tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan pengelolaan lahan dan pengambilan keputusan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Informasi Akurat
Salah satu manfaat utama pemetaan tanah adalah memberikan informasi yang
akurat tentang tanah. Dengan mengumpulkan data dari tanah, seperti elevasi,
komposisi tanah, vegetasi, dan topografi, pemetaan tanah dapat menghasilkan
citra tanah yang akurat. Informasi ini dapat digunakan untuk merencanakan
proyek, mengidentifikasi penggunaan lahan, menilai kondisi tanah, dan
memantau perubahan penggunaan lahan.
2) Hemat biaya
Pemetaan tanah adalah cara hemat biaya untuk mengumpulkan informasi
tentang tanah. Ini jauh lebih murah daripada meminta surveyor secara fisik
pergi ke darat untuk mengumpulkan data. Selain itu, data yang dikumpulkan
11
oleh pemetaan tanah dapat digunakan untuk berbagai keperluan, artinya satu
pemetaan dapat menyediakan data untuk berbagai proyek.
3) Efisien
Pemetaan lahan juga merupakan cara yang efisien untuk mengumpulkan data.
Dengan mengumpulkan data dari jarak jauh, pemetaan tanah dapat dengan
cepat dan akurat mengumpulkan data dari area lahan yang luas dalam waktu
yang relatif singkat. Ini membuatnya ideal untuk proyek berskala besar yang
perlu diselesaikan dengan cepat.
4) Manfaat Lingkungan
Pemetaan lahan juga dapat digunakan untuk menilai kondisi lingkungan lahan.
Dengan mengumpulkan data seperti komposisi tanah, vegetasi, dan topografi,
pemetaan lahan dapat digunakan untuk mengidentifikasi area lahan yang
berisiko terhadap kerusakan lingkungan. Informasi ini kemudian dapat
digunakan untuk membuat rencana untuk melindungi tanah dan melestarikan
sumber daya alamnya.
Pustaka
Hasan, S.S., Zhen, L.., Miah, M.G., Ahamed, T., dan Samie, A. (2020)
“Impact of Land Use Change on Ecosystem Services: A Review.
Environmental Development. (34), 100527.
13
Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. (1994) “Remote Sensing and Image
Interpretation”. 3rd Edition, John Wiley and Sons, Inc., Hoboken,
750.
https://appliedsciences.nasa.gov/sites/default/files/2022-11/Land
CoverRS_Edited_SC.pdf. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2023.
Rosalina, U., Murdiyarso, D., Hairiah, K., dan Muslihat, L. (2002) “Final
Report: Study on the Potential of Very High-Resolution Satellite
Data for Mapping Tropical Forest Cover for Selected Sites in
Insular Southeast Asia, Indonesia (Sumatera and Kalimantan).
Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University.