14 GS ‐ PEMETAAN GEOLOGI DAN PENGENALAN STRUKTUR GEOLOGI DI
Ditandatangani secara digital oleh Dr. Ir.
Prinsip ‐prinsip pemetaan geologi dapat dipelajari kembali dari Modul 13
Sebagaimana telah diketahui pada prinsipnya pemetaan geologi adalah menerapkan seluruh
pengetahuan geologi yang telah didapat, baik di kelas, di lapangan maupun di laboratorium.
Pengetahuan tersebut diintegrasikan dan digunakan untuk mengidentifikasi berbagai aspek
geologi seperti pengamatan geomorfologi, litologi dan stratigrafi serta struktur geologi dan
ditunjang pemahaman dari kajian data sekunder. Yang paling penting dari kegiatan tersebut
adalah teknik pengambilan sampel dan pendokumentasian data lapangan.
14.1. Urutan kegiatan pemetaan
Kegiatan yang umum dilakukan sebelum pelaksanaan pemetaan geologi adalah:
a) Kajian data sekunder (hasil penelitian terdahulu, peta geologi regional bersistem, data
penginderaan jauh);
b) Menetapkan strategi lapangan (penentuan rute perjalanan menuju lokasi, penentuan
lokasi base camp, penentuan tentatif lintasan pengamatan, rencana pengambilan sampel
~titik lokasi dan jumlah sampel~, dan lain‐lain);
c) Mempersiapkan personil dan logistik (tenaga ahli, tenaga pendukung serta alat dan
perlengkapan lapangan). Peralatan minimum yang harus tersedia adalah buku catatan
lapangan, peta topografi (peta dasar), kompas geologi, loupe, palu geologi, larutan HCl,
kamera, serta peralatan tulis lainnya.;
Gambar 14.1. Kompas geologi tipe Brunton
Gambar 14.2. Palu geologi
Gambar 14.3. Loupe, perbesaran 10x dan 20x
d) Pelaksanaan kegiatan lapangan:
i. Pengamatan sesuai lintasan yang telah ditetapkan, kegiatan ini sangat penting
karena dapat menentukan efektifitas lapangan, misalnya
Mengikuti atau menyusuri sungai, karena kita akan mendapatkan singkapan
yang fresh (segar);
rute lintasan yang searah strike adalah mubazir dan tidak akan diperoleh variasi
jenis litologi yang representatif dan memadai;
Lintasan yang ideal adalah lintasan yang tegak lurus strike (sungai yang tegak
lurus strike);
Untuk kepentingan korelasi sebaiknya dicari minimum 2 atau lebih sungai yang
relatif sejajar dan tegak lurus strike. Korelasi ini penting untuk menentukan
batas‐batas satuan dan kemenerusan struktur geologi (khususnya sesar);
ii. Pengambilan sampel pada titik‐titik yang dianggap mewakili satuan batuan,
sampel digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti:
Validasi satuan peta dan pencocokan dengan draft peta yag sdang disusun;
Analisis laboratorium seperti geokimia, sayatan tipis petrografi/mineragrafi
dan lain‐lain.
iii. Sangat perlu diketahui, sebagaimana telah dijelaskan dalam modul pembelajaran
sebelumnya, tingkat ketelitian tergantung kepada skala peta yang akan dihasilkan.
Umumnya jika skala peta > 1: 25.000 maka pemetaan menggunakan unit Satuan
Litologi (sebagai satuan tidak resmi). Satuan litologi adalah suatu unit yang
menyatakan kesamaan sifat dari satu litologi dominan yang ada di lapangan.
Dengan demikian satu satuan dapat terdiri dari lebih dari satu litologi, tetapi
karena dominan kita boleh memberikan nama satuan sesuai litologi tersebut. Atau
jika diperlukan dapat digunakan sifat sebagai tambahan identitas satuan
(misalnya: Satuan Batupasir bersisipan batulempung). Untuk skala lebih kecil atau
kurang dari 1: 25.000, menggunakan unit terkecil Formasi Batuan (sebagai satuan
resmi). Dengan demikian tingkat ketelitian pemetaan dan pengamatan lapangan
dipengaruhi oleh skala peta yang ditargetkan. Pengamatan dan deskripsi litologi
singkapan, koordinat, pengukuran strike/dip dan ciri‐ciri khusus yang melekat
pada singkapan misalnya struktur sedimen, hubungan antarlapisan, struktur
geologi dan lain‐lain. Informasi‐informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari
kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :
Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara);
Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
Penyebaran dan pola alterasi yang ada;
Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau
formasi);
Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah;
Informasi‐informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi
geoteknik dan hidrologi;
Bangunan‐bangunan, dll.
iv. Plotting data lapangan pada peta, pendokumentasian (catatan dan sketsa
singkapan atau morfologi, jika dibuat foto harus menggunakan pembanding);
Gambar 14.4. Sketsa singkapan
Gambar 14.5. Sketsa geomorfologi.
Gambar 14.6. Sketsa lintasan pengamatan.
v. Evaluasi pelaksanaan kegiatan hari itu, biasanya dilakukan pada malam hari ketika
sudah sampai di base camp, evaluasi ini penting karena dapat digunakan untuk
mempertajam dan/atau mengoreksi kegiatan lapangan keesokan harinya.
e) Pengerjaan di studio, pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan jika seluruh kegiatan lapangan
dianggap telah selesai, meliputi pengiriman sampel ke laboratorium, penggambaran peta‐
peta, penampang dan penyusunan laporan;
Perlu diketahui bahwa dalam penyusunan peta dan laporan kita harus menerapkan
prinsip rekonstruksi peristiwa geologinya (interpretasi sejarah geologi pembentukan)
yang paling rasional sesuai urutan kejadiannya. Hal ini diperlukan karena bagaimanapun
juga suatu proses adalah serangkaian kejadian yang berurutan, baik menerus maupun
terinterupsi.
Terdapat beberapa aturan dalam interpretasi geologi yang perlu diperhatikan, di
antaranya dalah :
Hubungan Fisiografis; berhubungan dengan topografi dan morfologi antar
satuan atau wilayah;
Zona‐zona mineralogi; nanti akan terkait dengan batas zona endapan/bijih,
zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi;
Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona‐
zona intrusi, dan proses sedimentasi;
Aspek struktur; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona
kekar, kelurusan‐kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara
lain :
Zona satuan batuan pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui;.
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan;
Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) atau tidak
sesuai skala peta maka pengamtan yang tidak diperlukan dapat dihindarkan;
Daerah‐daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan
pasti.
14.2. Jenis‐jenis dan Kelengkapan Peta Geologi
Seluruh kegiatan di atas, sebagaimana telah diutarakan, adalah merupakan kegiatan umum
dari suatu pemetaan. Sedangkan peta yang dihasilkan sesuai dengan tujuan dari pemetaan
dan skala peta itu sendiri (peta tematik). Misalnya pemetaan sebaran bahan galian atau bahan
tambang, maka peta yang dihasilkan tersebut akan menitikberatkan kepada jenis‐jenis bahan
tambang (sesuai UU Minerba), Peta Geologi Teknik akan menitikberatkan kepada hubungan
litologi dengan sifat keteknikan dan daya dukung batuan, dan lain‐lain.
Secara umum peta geologi dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar
topografi atau bathimetri;
2. Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi
sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
Suatu Peta Geologi dibuat dengan berbagai variasi, sesuai dengan kondisi medan, tujuan
utama pemetaan serta ketentuan umum pemetaan yang berlaku di instansi di mana pemeta
bekerja. Walaupun variasi itu besar, namun dalam suatu peta geologi ada komponen‐
komponen utama yang bersifat universal. Komponen tersebut adalah :
a) Judul Peta
Judul Peta mencakup :
Nama daerah;
Skala peta, sebaiknya skala angka maupun skala grafis;
Nama penyusun Instansi penerbit;
Tahun penerbitan peta tersebut. Untuk peta yang tidak diterbitkan, dicantumkan
tahun di mana laporan pernetaan tersebut dianggap selesai.
b) Penyebaran Satuan‐Satuan Peta :
Umumnya adalah Satuan Batuan, baik resmi (Formasi, Anggauta) maupun tak resmi
(Satuan A, Satuan B);
Setiap Satuan diberi tanda atau warna atau kombinasi tanda dan warna khusus,
biasanya berkait dengan batuan penyusun utamanya;
Dua satuan yang berdekatan berbatasan yang dinyatakan dengan garis batas, baik
berupa batas tegas (garis menerus) maupun batas diperkirakan (garis putus‐putus);
c) Penyebaran unsur geologi yang berupa bidang :
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, aliran lava, sisipan
batubara) yang mempunyai kedudukan mendatar (horizontal) atau kemiringan yang
kecil (< 10° ) pola penyebarannya akan sejajar mengikuti garis kontur;
Unsur yang mempunyai kemiringan antara 10° ‐ 80°, pada daerah lembah
penyebarannya akan membentuk huruf V dengan arah meruncing mengikuti arah
kemiringan perlapisan tersebut;
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, dike, sesar, urat kuarsa)
yang mempunyai kedudukan tegak (vertikal) atau kemiringan yang besar (lebih besar
dari 80° ) pola penyebarannya akan merupakan garis lurus, memotong garis kontur.
d) Penyebaran tanda‐tanda struktur.
Tanda struktur di sini dapat berupa :
Tanda jurus & kerniringan : perlapisan batuan sedimen, foliasi (pada batuan
metamorf);
Tanda jurus & kemiringan kekar dan sesar;
Tanda sesar, baik sesar turun, sesar naik, sesar sesar mendatar. Tanda tersebut dapat
bersifat sesar pasti (garis menerus), sesar diperkirakan (garis putus‐putus) maupun
sesar tertimbun air atau sedimen muda (titik‐titik);
Tanda perlipatan antiklin dan sinklin, perlu disertakan arah penunjamannya.
e) Legenda atau Keterangan
Legenda atau keterangan biasanya ditaruh disamping atau di bawah peta geologi. Pada
Legenda diberikan :
Penjelasan tentang warna atau tanda yang dipakai pada Peta Geologi;
Urutan stratigrafi dari satuan yang ada di peta disusun secara superposisi;
Hubungan antar satuan, ditunjukkan terutama mana yang merupakan hubungan
tidak selaras;
Di bawah legenda warna atau tanda diberikan Legenda tentang simbul struktur maupun
simbul gejala geologi lain yang ada di Peta Geologi.
f) Indeks lokasi daerah pemetaan :
Indeks geografis/administratif;
Indeks terhadap lembar peta yang berdampingan (adjoining sheets);
g) Profil atau Penampang Geologi:
Dibuat memotong Satuan Peta dan struktur terbanyak;
Arahnya sedapat mungkin tegak lurus jurus perlapisan atau sumbu lipatan;
Sebaiknya lurus, kalau harus berbelok, sudut pembelokannya tidak lebih dari 30°
Gambar 14.7. Peta geologi regional
Gambar 14.8. Draft peta geologi detil
Gambar 14.8. Peta geologi detil segmen lintasan