Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TATA LINGKUNGAN

LAPORAN PENUGASAN MATA KULIAH METODE GEOLOGI LAPANGAN


PETA SATUAN BATUAN TENTATIF INDIVIDU KAVLING 89

DISUSUN OLEH :
RAYHAN SAPUTRAWICAKSANA
(22/496464/TK/54396)
KELOMPOK 24

ASISTEN KELOMPOK:
ARYA ADRASI RIZAL

DOSEN PENGAMPU:
Ir. NUGROHO IMAM SETIAWAN, S.T., M.T., D.Sc., IPM.
SALAHUDDIN HUSEIN, S.T., M.Sc., Ph.D.
Ir. MOCH. INDRA NOVIAN, S.T., M.Eng.

YOGYAKARTA
MARET
2024
PEMBUATAN PETA SATUAN BATUAN TENTATIF KAVLING 89

KECAMATAN TEMAYANG DAN SUGIHWARAS

KABUPATEN BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I

I. LATAR BELAKANG
Peta satuan batuan merupakan alat penting dalam memahami geologi suatu
daerah. Dibuat berdasarkan pengamatan lapangan, peta ini membantu para
geologis dalam memetakan dan menganalisis distribusi batuan, serta sejarah
geologinya.
Pemahaman yang baik tentang satuan batuan sangat penting bagi mahasiswa
geologi, terutama dalam mata kuliah metode geologi lapangan. Sayangnya, teori
yang diajarkan di kelas tidak cukup untuk memberikan gambaran yang
menyeluruh tentang proses kompleks di balik pembentukan satuan batuan.
Oleh karena itu, peta satuan batuan diciptakan untuk membantu mahasiswa
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Dengan mempelajari peta ini,
diharapkan mahasiswa dapat memahami cara pembagian satuan batuan,
meningkatkan pemahaman tentang proses geologi, menganalisa data seperti citra
DEM, dan lain sebagainya agar mampu memperoleh hard skill yang baik.

BAB II

I. PENDAHULUAN
Pada pemetaan geologi tahun 2024 ini, lokasi pemetaan diadakan pada daerah
yang termasuk Zona Kendeng. Zona Kenderng tersendiri merupakan salah satu
dari tujuh satuan fisiografis yang dikategorikan oleh Van Bemmelen (1949). Zona
ini terbentuk akibat inversi tektonik yang terjadi pada Cekungan Belakang Busur
Jawa Timur, menghasilkan sabuk lipatan sesar anjak (fold-thrust-belt) yang unik.
Pemetaan geologi pada zona ini dilakukan pada area seluas 20 km², dimana dapat
dikatakan bahwa wilayah mempunyai batas 4 x 5 km. Pada pemetaan kali ini
daerah yang akan dipetakan adalah Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Lebih spesifiknya berada pada Kecamatan Temayang dan Kecamatan Sugihwaras.
Pada proses pembuatan peta satuan batuan, diperlukan sumber-sumber data
yang nantinya dapat diinterpretasikan sehingga menjadi suatu peta satuan batuan
tentatif atau peta litologi. Data-data tersebut meliputi:

1. DEMNAS atau Digital Elevation Model


2. Peta Geologi Regional
3. Google Maps dan Google Earth
4. Peta Geomorfologi Tentatif
5. Peta Pola Pengaliran
6. Peta Satuan Batuan Tentatif

Jika data-data tersebut sudah terkumpul maka kita dapat memastikannya


dengan memvalidasi data tersebut dan hasil interpretasi kita di lapangan secara
langsung, sehingga kita dapat mengetahui hasil yang sebenarnya ada pada
lapangan. Namun, untuk memastikannya lagi perlu adanya pengecekan
laboratorium untuk memastikan apa batuan sebenarnya.

II. LOKASI PEMETAAN


Pemetaan geologi pada zona ini dilakukan pada area seluas 20 km², dimana
dapat dikatakan bahwa wilayah mempunyai batas 4 x 5 km. Pada pemetaan kali ini
daerah yang akan dipetakan adalah Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Lebih spesifiknya berada pada Kecamatan Temayang dan Kecamatan Sugihwaras.
Sayangnya, pada kavling ini tidak terdapat street view.
III. INTERPRETASI DATA
a. Analisis Citra Satelit DEMNAS
Citra satelit, terutama DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional),
merupakan sumber data utama yang digunakan dalam proses interpretasi untuk
menghasilkan peta-peta pendukung. Salah satu yang diterapkan adalah pembuatan
peta weighted sum, yang merupakan hasil dari penggabungan beberapa peta
hillshade. Dalam konteks analisis ini, 5 peta hillshade dengan berbagai arah
penyinaran digunakan, sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
topografi dan kontur wilayah yang dipetakan.
Proses interpretasi batuan melibatkan pertimbangan berbagai aspek, seperti
relief, tekstur, dan rona yang terdapat dalam peta weighted sum. Misalnya, daerah
dengan tekstur yang lebih kasar atau terlihat bergelombang dapat mengindikasikan
keberadaan batuan yang lebih resisten, sementara daerah dengan tekstur yang lebih
halus mungkin menggambarkan batuan yang lebih mudah tererosi atau lebih
lunak.
Peta Digital Elevation Model yang dimodifikasi juga memegang peran penting
dalam memfasilitasi interpretasi. Dengan menyajikan kenampakan tiga dimensi
dan informasi ketinggian, peta ini membantu dalam mengidentifikasi dan
memahami pola topografi yang kompleks. Hal ini memungkinkan untuk
memetakan dan menganalisis bentuk-bentuk lahan serta menganalisis pola aliran
air yang terjadi di wilayah pemetaan. Selain itu, interpretasi juga didukung oleh
citra satelit Google yang memberikan gambaran visual tentang kondisi permukaan.
Citra ini mencakup berbagai elemen seperti vegetasi, permukiman penduduk,
jalan, dan lainnya yang relevan.
b. Analisis Data Sekunder Peta Geologi Regional
Selanjutnya, analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yakni
Peta Geologi Regional Lembar Bojonegoro yang memiliki skala 1:100.000.
Meskipun informasi yang tersedia terbatas pada formasi saja dan kurang
mendetail, peta ini tetap memberikan perkiraan mengenai litologi penyusun
wilayah tersebut. Selain itu, data terkait struktur dan arah strike-dip batuan juga
dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan litologi yang ada.
Peta Geologi Regional Lembar Bojonegoro merupakan peta geologi regional
kawasan Bojonegoro yang disusun pada skala 1:100.000. Peta ini diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Peta tersebut menjadi referensi
dalam melakukan analisis di wilayah regional Bojonegoro. Informasi yang
terdapat dalam peta ini meliputi sebaran formasi, struktur geologi, dan stratigrafi
dari wilayah yang diteliti. Peta ini dibuat oleh Sukido H. Pringgoprawiro tahun
2011 dan untuk mendapatkan peta ini, dapat diakses melalui situs resmi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dalam peta 1:25.000
disusun atas 4 formasi di bagian atas utara yang berwarna kuning yaitu QTI
(Formasi Lidah), kemudian dibawahnya terdapat Tpk (Formasi Klitik) berwarna
biru tua yang mengapit Tpso (Formasi Sonde) yang berwarna biru muda, dan di
bagian Selatan Tmpk (Formasi Kalibeng) yang berwarna hijau.
c. Analisis Peta Geomorfologi Tentatif
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan peta
geomorfologi tentatif. Peta ini dapat memberikan informasi detil mengenai bentuk
lahan dari area yang sedang dipetakan, yang pada gilirannya mengungkapkan
informasi tentang litologi yang menyusun daerah tersebut. Bentuk-bentuk lahan ini
dibentuk dan dipengaruhi oleh penyusun batuan di daerah tertentu, di mana
perbedaan sifat dan karakteristik batuan tersebut berkontribusi pada kondisi
morfologi suatu daerah.
Van Zuidam (1984) menekankan bahwa analisis geomorfologi suatu daerah
harus mencakup semua aspek geomorfologi, termasuk morfologi, morfogenesa
(proses pembentukan), morfoarrangement (susunan), dan morfokronologi (sejarah
perkembangan). Aspek-aspek inilah yang digunakan dalam menyusun peta
geomorfologi tentatif, yang berisikan sebaran dari satuan morfologi. Tahapan akhir
dalam proses ini adalah penamaan satuan berdasarkan morfografi, mengacu pada
pendekatan Brahmantyo dan Bandono (2006). Mereka membagi bentang alam
menjadi tiga kategori utama: bentang alam pegunungan lipatan, pegunungan sesar,
serta dataran sungai dan danau.
Pada pemetaan kavling 89 ini diinterpretasikan morfologinya berupa structural
denudasional, hal tersebut dapat dilihat terdapat pengontrol yaitu lipatan serta sesar
dimana terdapat gawir-gawir serta kelurusan yang ada pada pendeliniasian peta.
Satuan terbagi menjadi 6 yang mana S3 dan S5 termasuk morfologi struktural
yang di kontrol oleh adanya struktur seperti patahan ataupun lipatan, serta S1, S2,
S4, S6 yang mana semestinya disimbolkan dengan D termasuk denudasional.
Dipping atau kemiringan pada peta kavling sebagian besar menunjukan kearah
utara, sehingga dapat di interpretasikan litologi yang ada merupakan batuan
sedimen yang memiliki dipping kearah utara. Namun, di sisi lain bukan hanya ke
utara saja kita bisa melihat arah dipping lainnya sebagai langkah untuk
menentukan litologi.
d. Analisis Peta Pola Penyaluran
Analisis tambahan dalam proses penentuan pembagian satuan batuan adalah
melalui peta pola penyaluran. Peta ini memiliki nilai signifikan karena pola
penyaluran yang ada dapat mengindikasikan karakteristik litologi dan kontur
geomorfologi yang mendefinisikan suatu wilayah. Pada pemetaan ini, terdapat 2
jenis pola penyaluran, pola trellis dan dendritik. Kedua pola penyaluran ini
memberikan petunjuk mengenai jenis batuan dan kondisi geologi yang berbeda.
Pola trellis, biasanya terbentuk di daerah yang litologinya terdiri dari lapisan
batuan yang berselang-seling antara batuan yang lebih keras dan lebih lunak.
Dalam pola ini, aliran utama hampir selalu mengikuti arah kemiringan batuan yang
lebih tahan erosi, sedangkan aliran sekunder cenderung mengikuti celah-celah
pada batuan yang lebih lunak, menciptakan pola yang mirip dengan tangga atau
trellis. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ketahanan terhadap erosi di antara
lapisan batuan.
Sementara itu, pola dendritik merupakan pola penyaluran yang menyerupai
cabang-cabang pohon, aliran sungainya bercabang-cabang ke berbagai arah secara
acak. Umumnya terbentuk pada permukaan yang terdiri dari batuan dengan
homogenitas tinggi, di mana resistensi litologi terhadap erosi relatif seragam di
seluruh area. Pola dendritik sering ditemukan di daerah yang litologinya
didominasi oleh sedimen yang belum mengalami proses litifikasi penuh,
menandakan bahwa pola penyaluran ini memberikan petunjuk tentang kondisi
geomorfologi yang lebih homogen.
e. Peta Satuan Batuan Tentatif
• Batupasir Formasi Kalibeng (KbP)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang gelap pada peta
hillshade, mengindikasikan tekstur yang kasar atau tinggi dengan intensitas
pengaliran yang tinggi hingga sedang. Pola penyaluran mencakup dendritik
dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan geometri sinklin berupa sayap Selatan sinklin. Pada litologi tersebut
diketahui dan di interpretasikan pada kemiringan 25° arah timur laut dalam
kuadran I. Formasi ini mungkin terbentuk selama periode ketika wilayah
tersebut mengalami transgresi laut dan pasir-pasir tersebut diendapkan di
lingkungan pesisir atau laut dangkal.
• Kalkarenit Formasi Kalibeng (KbK)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang sedikit lebih
terang dibandingkan litologi batupasir formasi kalibeng namun masih lebih
gelap dibandingkan lainnya. Hal tersebut mengindikasikan tekstur yang agak
kasar atau tinggi namun tidak sekasar batupasir formasi kalibeng. Intensitas
pengalirannya rendah hingga sedang. Pola penyaluran mencakup dendritik
dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan geometri antiklin dengan memanjang dari arah barat ke timur dengan
resistensi yang tinggi namun tidak setinggi batupasir formasi kalibeng. Pada
litologi tersebut diketahui dan di interpretasikan pada kemiringan dip 8°
sampai 11° mengikuti arah antiklin. Kalkarenit Formasi Kalibeng mungkin
terbentuk dari endapan batu gamping yang mengalami proses diagenesis
menjadi batu yang memiliki butir kasar. Batu gamping ini kemungkinan besar
terbentuk di lingkungan laut dangkal yang kaya akan kalsium karbonat, seperti
terumbu karang atau dasar laut yang kaya akan organisme laut. Terbentuk
dalam periode waktu yang lama, namun perubahan lingkungan dan proses
diagenesis dapat mempengaruhi waktu pembentukannya. Proses pembentukan
batu gamping ini mungkin terjadi selama periode yang sama dengan batupasir
formasi kalibeng.
• Batupasir Tuffan Formasi Kalibeng (KbPT)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang terang ataupun
cerah dibandingkan litologi yang mengapitny yaitu litologi batupasir formasi
kalibeng dan kalkarenit formasi kalibeng. Hal tersebut mengindikasikan
tekstur yang agak halus atau dapat dibilang cukup halus. Intensitas
pengalirannya sedang sampai tinggi. Pola penyaluran mencakup dendritik
dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan geometri antiklin berupa lembah antiklin. Satuan ini memiliki dip 15°
sampai 23° mengikuti arah geometri antiklin.
• Napal Formasi Klitik (KtN)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang di antara gelap
dan terang yang diapit oleh batupasir formasi kalibeng dibagian selatan dan
perselingan batulempung dan batupasir tuffan formasi sonde di bagian
utaranya. Hal tersebut mengindikasikan tekstur yang agak kasar atau dapat
dibilang cukup kasar, dikatakan lebih halus dibandingkan batupasir formasi
kalibeng. Intensitas pengalirannya tinggi. Pola penyaluran mencakup dendritik
dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan dengan geometri sinklin dengan kemiringan dip 12° arah timur laut.
Terbentuk dari endapan batulempung yang mengalami proses diagenesis
menjadi batuan yang sangat halus dan padat. Batulempung ini kemungkinan
terendapkan di lingkungan laut yang tenang, di mana endapan berlumpur
sangat mungkin terjadi.
• Batulempung Formasi Klitik (KtL)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang cerah diapit
oleh batulempung formasi lidah dibagian utara dan perselingan batulempung
dan batupasir tuffan formasi sonde di bagian selatan. Hal tersebut
mengindikasikan tekstur yang halus dibandingkan formasi yang ada di
selatannya. Intensitas pengalirannya sedang. Pola penyaluran mencakup
dendritik dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan dengan geometri sinklin yang memiliki dengan arah kemiringan dip
11° arah timur laut. Formasi ini mungkin terbentuk dalam lingkungan sedimen
yang tenang yang mirip dengan napal formasi klitik.
• Perselingan Batulempung dan Batupasir Tuffan Formasi Sonde
(SLPT)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang cukup cerah
diapit oleh batulempung formasi klitik di bagian utara dan napal formasi klitik
di bagian Selatan. Hal tersebut mengindikasikan tekstur yang cukup halus
dibandingkan litologi dibagian selatannya. Intensitas pengalirannya rendah
hingga sedang. Pola penyaluran mencakup dendritik dimana litologi yang
cenderung homogen dapat mengindikasikan kemungkinan adanya lapisan
batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan sifat yang serupa, seperti
ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di sepanjang aliran Sungai dan
trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan, sesar, atau perubahan
litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini bisa
mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih resisten
yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan lapisan
gemotri sinklin dengan memanjang dari arah barat ke timur dengan resistensi
tidak terlalu kuat. Kemiringan dip yang terdapat sebesar 14° arah utara.
• Batulempung Formasi Lidah (LL)
Dari pengamatan peta weighted sum dan geologi regional yang telah
dilakukan, dapat diamati bahwa satuan ini memiliki rona yang paling cerah
berada pada bagian utara kavling, dimana selatannya merupakan litologi
batulempung formassi klitik. Hal tersebut mengindikasikan tekstur yang halus.
Intensitas pengaliran yang sedang hingga tinggi. . Pola penyaluran mencakup
dendritik dimana litologi yang cenderung homogen dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya lapisan batuan yang sama atau setidaknya batuan dengan
sifat yang serupa, seperti ketahanan terhadap erosi yang relatif sama di
sepanjang aliran Sungai dan trellis yang mana terjadi di daerah dengan lipatan,
sesar, atau perubahan litologi yang signifikan di sepanjang jalur sungai. Hal ini
bisa mengindikasikan adanya formasi batuan yang lebih keras atau lebih
resisten yang menahan erosi di beberapa bagian Sungai. Satuan ini merupakan
lapisan hilir dengan memanjang dari arah barat ke timur yang terletak di utara
dengan kemiringan dip sekitar 9° sampai 10° kearah utara.
BAB III

I. HASIL PEMBUATAN PETA SATUAN BATUAN TENTATIF

BAB IV

I. DAFTAR PUSTAKA
Zuidam, R.A. van. (1985). Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping. ITC, Smits Publ., Enschede,The Hagu.
H. Pringgoprawiro, Sukido.(2011). PETA GEOLOGI LEMBAR BOJONEGORO,
JAWA TIMUR. Diakses dari https://geologi.esdm.go.id/geomap/
Scribd. (n.d.). Brahmantyo - Jurnal geoaplika pemetaan geomorfologi PDF. Scribd.
https://www.scribd.com/document/402145783/Brahmantyo-jurnal-geoaplika-
pemetaan-geomorfologi-pdf
µ
PETA TUNJUK LOKASI
PETA SATUAN BATUAN TENTATIF KAVLING 89
KECAMATAN TEMAYANG DAN SUGIHWARAS
KABUPATEN BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR

602000 603000 604000 605000


1:25.000
0 0,25 0,5 1 1,5 2
Km
9188000

9188000
LEGENDA
10

Batupasir (KbP) -Tmpk(Formasi Kalibeng) Kelurusan


Kalkarenit (KbK) -Tmpk(Formasi Kalibeng) # # Scarp slope
10
16

Batupasir tufan (KbPT) -Tmpk(Formasi Kalibeng) Sesar diperkirakan


Napal (KtN) -Tpk (Formasi Klitik) Sumbu Antiklin
9187000

9187000
G
Batulempung (KtL) -Tpk (Formasi Klitik) Sumbu Sinklin
K
Perselingan batulempung dan batupasir tufan (SLPT) -Tpso (Formasi Sonde) á Strike Dip

Batulempung (LL) -QTI (Formasi Lidah)


16
9186000

9186000
16

26
18

Projection : Transverse Mercator


25

Spheroid : WGS 1984


Dibuat Oleh : Rayhan Saputra W Grid System : WGS 1984 UTM Zone 49S
9185000

9185000 Sumber peta : Tahun : 2024


1. Lembar Geologi Regional Kabupaten Bojonegoro
2. DEMNAS No. Indkes 1508-52
3. Google Maps
23

18
9184000

9184000

METODE GEOLOGI LAPANGAN KELAS B


15

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


18

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

602000 603000 604000 605000


TABEL LITOLOGI : Diurutkan dari yang tua ke muda.
Ketinggian Kenampakan
Urutan
Arah Absolute Kenampakan Intensitas Visual
tua Simbologi Formasi Umur formasi Litologi Tekstur
Kemiringan klasifikasi Van lapisan Pengaliran
muda
zuidam
Merupakan
lapisan geometri
Dip 25° arah
Tmpk(Formasi Miosen atas - sinklin berupa
1 KbP Batupasir timur laut dalam 0-500 tinggi Berlapis Tinggi- sedang
Kalibeng) Pliosen bawah sayap selatan
kuadran I
sinklin

Merupakan
lapisan geometri
Terdapat antiklin antiklin dengan
Tmpk(Formasi Miosen atas - yang memiliki dip memanjang dari
2 KbK 2 Kalkarenit 100-200 tinggi Berlapis Rendah - sedang
Kalibeng) Pliosen bawah 8-11° mengikuti arah barat ke
arah antiklin timur dengan
resistensi cukup
tinggi
Terdapat memiliki Merupakan
Tmpk(Formasi Miosen atas - dip 15-23° lapisan geometri
3 KbPT2 Batupasir tuffan 100-500 Sedang Berlapis Tinggi- sedang
Kalibeng) Pliosen bawah mengikuti arah antiklin berupa
geometri antiklin lembah antiklin
Merupakan
lapisan dengan
geometri sinklin
Tpk (Formasi Dip 12° arah
4 KtN Pliosen Tengah Napal 50-200 sedang-rendah Berlapis Tinggi yang memiliki
Klitik) Timur laut
dengan arah
kemiringan ke
timur laut - utara
Merupakan
lapisan dengan
geometri sinklin
Tpk (Formasi Dip 11° arah
5 KtL Pliosen Tengah Batulempung 30-200 sedang Berlapis Sedang yang memiliki
Klitik) Timur laut.
dengan arah
kemiringan ke
timur laut - utara
Merupakan
lapisan gemotri
Perselingan sinklin dengan
SLPT Tpso (Formasi
6 Pliosen Tengah batulempung dan Dip 14° arah utara 30-200 sedang Berlapis Rendah - sedang memanjang dari
Sonde)
batupasir tufan arah barat ke
timur dengan
resistensi rendah
Merupakan
Dip tertinggi 12° lapisan hilir
dan dip terendah dengan
QTI (Formasi Pliosen atas -
7 LL Batulempung 2° searah utara 30-200 sedang Berlapis Tinggi- sedang memanjang dari
Lidah) Plistosen
pada kavling arah barat ke
kelompok timur yang
terletak di utara

Anda mungkin juga menyukai