SARI
ABSTRACT
1
2
geological history, and aspects of minerals in order to make geological mapping report
which designed based on the accumulation of all data gathered in the field and
interpretation based on the theory that support from a variety of geological literature.
Geomorphology of the study area based on morfographic and morphogenesa
divided as landscape unit of structural mountainous and denudation mountainous. Based
upon the whole geomorphology process in the studied area, stage area of studied area is
young to the mature stage.
Based on unofficial lithostratigraphy, stratigraphic study area divided into three
(3) rock units from the younger to the older order of the unit of Limestone, Mudstone and
Phyllite.
Geological structure of the studied area consist of systematically joints, minor
folds such as dragfold and sinklin, and a fault that formed in the study area were
Katangka’s thrust fault and Bontongan’s strike-slip fault with dextral direction which
relatively elongate from northwest-southeast
The potential of natural resources in the area of researches is classifying in
rocks category are limestone.
kendaraan roda dua ataupun roda empat. penelitian dilakukan melalui dua pendekatan
Jarak tempuh dari kota Makassar ke lokasi yaitu morfogenesa dan morfografi.
penelitian sekitar 250 km dengan waktu Berdasarkan pendekatan tersebut maka
tempuh sekitar tujuh (7) jam perjalanan daerah Passui dan sekitarnya Kecamatan
dengan menggunakan sepeda motor dari Buntubatu Kabupaten Enrekang Provinsi
Kota Makassar. Sulawesi Selatan dapat dibagi menjadi dua
satuan geomorfologi yaitu :
1. Satuan Geomorfologi Pegunungan
Struktural
2. Satuan Geomorfologi Pegunungan
Denudasional
Satuan Geomorfologi Pegunungan
Struktural
Satuan geomorfologi ini menempati
wilayah dengan luas sekitar 23,04 km2 atau
sekitar 42 % dari luas keseluruhan daerah
Gambar 1. Peta Tunjuk Lokasi penelitian. Satuan ini berada pada ketinggian
Daerah Penelitian antara 850-1750 meter diatas permukaan
laut dengan kemiringan lereng yang relatif
Metode Penelitian dan Tahapan terjal dengan beda tinggi ± 900 meter.
Penelitian Kenampakan topografi dari satuan ini
Metode yang digunakan dalam memberikan gambaran pola kontur yang
penelitian lapangan adalah metode orientasi rapat, ditandai dengan adanya bentuk puncak
lapangan dan pemetaan geologi permukaan yang runcing, bentuk lembah menyerupai
dengan cara pengamatan yaitu melihat huruf “V” serta bentuk lereng relatif terjal.
secara langsung di lapangan dan di Kenampakan morfologi di lapangan yang
laboratorium. dilihat secara langsung memperlihatkan
Metode penelitian secara umum adanya bentuk topografi pegunungan dan
dibagi dalam 5 tahapan yaitu tahap struktur geologi turut mengontrol
persiapan, tahap pemerolehan data, pembentukan satuan bentangalam ini,
pengolahan data, analisis dan interpretasi dimana satuan geomorfologi yang tersusun
data, tahap penyusunan dan presentasi oleh satuan Filit ini tersingkap ke permukaan
laporan. akibat pengangkatan sesar naik. Oleh karena
itu, berdasarkan karakteristik di atas maka
analisis morfologi daerah ini merupakan
pegunungan struktural.
Proses geomorfologi yang bekerja
pada satuan bentangalam ini adalah proses
pelapukan dan erosi. Proses pelapukan yang
dijumpai berupa pelapukan biologi dan
kimia. Jenis erosi yang berkembang pada
daerah penelitian berupa erosi alur (rill
erosion).
Sungai
Berdasarkan debit air pada tubuh
sungai, maka jenis sungai pada daerah
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
sungai permanen dan sungai episodik.
Sungai permanen berkembang pada sungai
utama yaitu Salu Passui, sedangkan sungai Foto 3. Sungai Passui dengan penampang
episodik berkembang pada anak-anak sungai sungai berbentuk “U” pada stasiun 14 difoto
Passui. ke arah N 76°E
Berdasarkan kenampakan lapangan
dan interpretasi peta topografi, maka pola
aliran sungai daerah penelitian termasuk
dalam jenis pola paralel. Pola aliran paralel
dibentuk dari aliran cabang – cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentang alam
yang memanjang serta mencerminkan
kemiringan lereng yang cukup besar.
5
3. Satuan Batugamping
Satuan ini menempati luas sekitar
10% dari luas keseluruhan daerah penelitian
atau sekitar 4,9 km2. Satuan ini tersebar pada Foto 11. Singkapan Batugamping pada
bagian barat daya hingga barat laut daerah stasiun 18 daerah Buttubatu dengan arah
penelitian. foto N37°E (atas) dan pengamatan petrografi
Packstone yang memperlihatkan grain
9
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi yang berkembang
pada daerah penelitian berdasarkan penciri
struktur yang dijumpai di lapangan adalah : Foto 14. Kekar sistematis pada litologi
1. Struktur lipatan Batulempung pada stasiun 10 difoto ke arah
2. Struktur kekar N 220°E (kiri) dan kekar sistematis pada
3. Struktur sesar litologi Batulempung pada stasiun 48 difoto
ke arah N 36°E (kanan).
1. Struktur Lipatan
Struktur lipatan yang terdapat pada Hasil pengukuran kekar pada stasiun
daerah penelitian berupa lipatan minor yaitu 10 diperoleh kedudukan umum kekar yang
lipatan seretan (drag fold) di daerah Rumbia berarah relatif timur laut-barat daya (N92°E
dan lipatan sinklin di pinggir sungai Passui – N 184°E), kemiringan bidang kekar
sekitar 300 m dari stasiun 14. berkisar antara 60°-63°, panjang kekar 2,3
meter, spasi kekar (1-9 cm), bukaan kekar
(0,1-2 cm), tingkat pelapukan tinggi, dengan
10
permukaan yang licin. Hasil analisa data 3. Lipatan Drag fold stasiun 19 pada litologi
dengan menggunakan proyeksi dips batulempung
diperoleh tegasan utama maksimum (σ 1) 4. Pelurusan Sungai Passui yang relatif
N184°E/63, tegasan utama menengah (2) memanjang dari arah timur – barat laut.
N92°E/60° dan tegasan utama minimum (3) Dijumpai pula kekar di stasiun 10 dan
N312°E/37°. stasiun 48 pada litologi batulempung dengan
Hasil pengukuran kekar pada arah relatif tegasan utama timur laut-barat
batulempung pada stasiun 48 diperoleh daya. Berdasarkan hal tersebut dan
kedudukan umum kekar yang berarah relatif pengolahan data kekar, maka
Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya diinterpretasikan terdapat sesar geser dengan
(N69°E – N150°E), kemiringan bidang kekar tegasan utama berarah timur-barat laut pada
berkisar antara 65°-68°, panjang kekar 2,3 daerah penelitian. Sesar geser ini melewati
meter, spasi kekar (1-9 cm), bukaan kekar daerah Bontongan sehingga dinamakan sesar
(0,1-2 cm), tingkat pelapukan tinggi, dengan geser Bontongan. Sesar geser Bontongan ini
permukaan yang licin. Hasil analisa data menempati satuan batulempung dan satuan
dengan menggunakan proyeksi dips filit, sehingga dapat disimpulkan sesar ini
diperoleh tegasan utama maksimum (σ1) terbentuk setelah semua batuan terbentuk.
N150°E/68, tegasan utama menengah (2)
N69°E/65° dan tegasan utama minimum (3)
N282°E/29°.
3. Struktur Sesar
Penentuan struktur sesar yang
berkembang di daerah penelitian
berdasarkan pada data-data yang dijumpai di
lapangan baik yang bersifat primer maupun
sekunder berupa perubahan kedudukan Foto 15 Breksi sesar pada litologi
batuan, pergeseran batas litologi, breksi batugamping stasiun 10 difoto ke arah
sesar, arah breksiasi, serta interpretasi pada N178°E
peta topografi berupa pelurusan kontur,
kelokan sungai secara tiba-tiba, arah Sesar Naik Katangka
pelurusan topografi serta perbandingan Sesar naik Katangka memanjang dari
kerapatan kontur. Data yang didapatkan arah Utara Barat Laut – Selatan Meneggara.
dilapangan kemudian dipadukan dengan Penentuan struktur sesar yang berkembang
hasil interpretasi peta topografi dan hasil pada daerah penelitian didasarkan pada
analisis arah tegasan utama yang bekerja di keterdapatan data-data primer dan data-
daerah penelitian dengan menggunakan sekunder sebagai penunjang, yaitu :
proyeksi stereonet. Selain itu identifikasi 1. Memperlihatkan adanya pola kontur
struktur tetap mengacu terhadap setting yang rapat dan adanya batuan tua (filit)
tektonik regional daerah penelitian. yang tersingkap dipermukaan
Berdasarkan hal tersebut, maka struktur 2. Pada lokasi penelitian banyak dijumpai
sesar yang berkembang pada daerah air terjun dengan ketinggian berkisar 5-
penelitian adalah sesar geser dan sesar naik. 30 meter.
Sesar Geser Bontongan
Sesar geser Bontongan memanjang Mekanisme pembentukan struktur
dari arah Barat laut-Timur laut. Penentuan geologi yang terdapat pada daerah penelitian
struktur sesar yang berkembang pada daerah terjadi dalam tiga periode, yaitu pada
penelitian didasarkan pada keterdapatan periode pertama, pada zaman Kapur Akhir
data-data primer dan data-sekunder sebagai setelah terbentuknya filit, dimana aktivitas
penunjang, yaitu : tektonik yang berlangsung pada kala ini
1. Breksi sesar yang dijumpai pada sekitar mengakibatkan adanya suatu hasil gaya
stasiun 10 pada litologi batugamping kompresi yang menyebabkan batuan pada
dengan arah breksiasi N 163°E (Foto 15) daerah penelitian mengalami deformasi
2. Perubahan kedudukan batuan pada litologi membentuk lipatan sinklin maupun lipatan –
batulempung lipatan minor. Kemudian gaya tersebut terus
11