Anda di halaman 1dari 36

USULAN SKRIPSI

GEOLOGI DAERAH ALASAMOBO DAN SEKITARNYA,


KECAMATAN WERU, KABUPATEN SUKOHARJO, PROVINSI JAWA
TENGAH

Peta Rupa Bumi Digital Indonesia


Lembar Cawas 1408-314
Lembar Manyaran 1408-323
Koordinat
WGS 1984 UTM Zone 49 S
9133600 – 9142600 mN
473575 – 479575 mE

CARFELLA ALAUDDI DELIYAN PUTRA


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
OUTLINE
1. Pendahuluan

2. Metode Penelitian

3. Geologi Regional

4. Geologi Daerah Penelitian

5. Jadwal dan RAB Penelitian

6. Rencana Lintasan

7. Rencana Masalah Khusus


PENDAHULUAN

Latar Belakang Maksud dan Tujuan


Secara fisiografi daerah penelitian termasuk pada Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan
Zona Pegunungan Selatan (van Bemmelen, 1947), pemetaan geologi permukaan serta mempelajari dan
yang genesa terbentuk akibat adanya kegiatan mengumpulkan data geologi pada daerah penelitian
endogenik yang berupa tektonik, magmatisme, meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, dan struktur
vulkanisme maupun proses eksogenik sehingga geologi.
mempunyai suatu tataan geologi yang menarik untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
diteliti.
kondisi dan perkembangan geologi daerah penelitian
yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, dan
struktur geologi, Hasil akhir penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk peta lokasi pengamatan, peta
geologi, dan peta geomorfologi dengan skala peta
1:25.000, serta naskah tertulis yang berupa laporan
akhir.
PENDAHULUAN

Permasalahan Rumusan Masalah Batasan Masalah


Penelitian – penelitian yang 1. Bagaimana pengelompokan Penelitian dibatasi pada
telah ada sebelumnya pada satuan geomorfologi daerah pengambilan data geologi
lokasi penelitian umumnya penelitian berdasarkan faktor permukaan dengan
masih dilakukan secara pengontrol morfometri dan mengumpulkan data
regional sehingga pemetaan juga morfogensesa?
singkapan di lapangan
rinci pada lokasi penelitian berupa pengamatan, dan
adalah salah satu cara 2. Bagaimana identifikasi serta pengukuran data geologi
penyelesaian yang akan pengelompokan satuan litologi permukaan.
digunakan untuk pemetaan penyusun di daerah penelitian
geologi lokasi penelitian, berdasarkan Sandi Stratigrafi
meskipun pada tahap Usulan Indonesia, dan juga hubungan
Skripsi ini porsinya adalah antar satuan litologi tersebut?
proposal.
3. Bagaimana kondisi struktur
geologi di daerah penelitian?
PENDAHULUAN
Letak Luas dan Kesampaian Wilayah
Secara administratif daerah penelitian termasuk ke
dalam 6 Kecamatan, 3 Kabupaten, dan 2 Provinsi,
Secara astronomis terletak pada koordinat 473575 –
479575 mE 9133600 – 9142600 mN (UTM Zone 49 S,
WGS 84) dengan luas ±54 Km2 (6 Km x 9 Km).
Termasuk ke dalam Peta Geologi Regional Lembar
Surakarta dan Giritontro, dan termasuk ke dalam Peta
Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Cawas 1408 -
314 dan Lembar Manyaran 1408-323.
Kesampaian daerah penelitian dapat ditempuh ± 1
jam 33 menit yang berjarak 54,3 kilometer dari Kota
Yogyakarta.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (modifikasi google maps


2021)
METODE PENELITIAN

Tabel 1. Skema alur Tugas Akhir (pengembangan dari Hartono, 1991)

Dalam pelaksanaan, metode ini dibagi menjadi 2


tahap, yaitu : tahap usulan skripsi dan tahap skripsi.
Pada penelitian tahap usulan skiripsi ini masih
bersifat proposal penelitian berupa studi literatur dan
observasi awal.
GEOLOGI REGIONAL
FISIOGRAFI

Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi


Jawa Bagian Tengah dan Timur menjadi 7
zona, yaitu :
1. Zona Pegunungan Selatan,
2. Busur Vulkanik Kuarter,
3. Zona Pusat Depresi Jawa,
4. Zona Kendeng,
5. Zona Randublatung,
6. Zona Rembang, dan
7. Dataran Aluvial Utara Jawa.

: Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta fisiografi Daerah Jawa Tengah – Jawa Timur (modifikasi dari Van
Bemmelen, 1949 dalam Hartono, 2010).
GEOLOGI REGIONAL
STRATIGRAFI
REGIONAL

Gambar 3. Peta geologi dan stratigrafi daerah penelitian dalam peta geologi
regional lembar Surakarta - Giritontro oleh Surono, dkk. (1992).
GEOLOGI REGIONAL
STRATIGRAFI
REGIONAL

Gambar 4. Peta geologi dan stratigrafi daerah penelitian dalam peta


geologi Gunung Sewu High (Koesoemadinata, 2020)
GEOLOGI REGIONAL
TEKTONIK
REGIONAL

Gambar 5. Rekontruksi perkembangan tektonik Pulau Jawa (Prasetyadi, 2007 dimodifikasi oleh Adha, dkk, 2018)
GEOLOGI REGIONAL
STRUKTUR GEOLOGI
REGIONAL

Gambar 6. Pola struktur Jawa dan sekitarnya (Pulunggono dan Martodjojo, 1994,
dalam Satyana dan Purwaningsih, 2002).
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN
Satuan Perbukitan Denudasional &
Lereng Denudasional, Lereng Landai –
Curam Menengah (D1)
Satuan geomorfologi ini menempati 35%
dari keseluruhan daerah penelitian.
Secara morfometri satuan ini memiliki
kelerengan rata - rata 5,5% dengan beda
tinggi 50m.
Pola pengaliran pada satuan ini adalah
rectangular

Gambar 7. Satuan geomorfologi Perbukitan & Lereng


Denudasional. Lereng landai - curam menengah (D1)
arah foto menghadap ke timur
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

Satuan Geomorfologi Perbukitan & Lereng


Denudasional. Lereng Curam Menengah –
Curam (D2)
Satuan geomorfologi ini menempati 15%
dari keseluruhan daerah penelitian.
Secara morfometri satuan ini memiliki
kelerengan rata - rata 11% dengan beda
tinggi 69,6m.
Pola pengaliran pada satuan ini adalah
rectangular

Gambar 8. Satuan geomorfologi Perbukitan &


Lereng Denudasional. Lereng curam menengah -
curam (D2) foto menghadap ke selatan
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

Dataran denudanional, hampir


datar, topografi tidak teratur (D5)
Satuan geomorfologi ini menempati 22%
dari keseluruhan daerah penelitian.
Secara morfometri satuan ini memiliki
kelerengan rata - rata 1,3% dengan beda
tinggi 25m.
Pola pengaliran pada satuan ini adalah
rectangular

Gambar 9. Satuan geomorfologi Dataran


denudanional, hampir datar, topografi tidak
teratur (D5) foto menghadap ke selatan
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

Dataran banjir, hampir datar,


topografi tidak teratur, banjir
musiman (F3)

Satuan geomorfologi ini menempati


15% dari keseluruhan daerah
penelitian.
Secara morfometri satuan ini
memiliki kelerengan rata - rata 1%
dengan beda tinggi 5m.
Pola pengaliran pada satuan ini
adalah rectangular

Gambar 10. Satuan geomorfologi Dataran banjir,


hampir datar, topografi tidak teratur, banjir musiman
(F3)) arah foto menghadap ke timur
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN
Satuan Geomorfologi Perbukitan
Denudasional Gunung Api (V14)
Satuan geomorfologi ini menempati 13%
dari keseluruhan daerah penelitian.
Secara morfometri satuan ini memiliki
kelerengan rata - rata 15,2% dengan beda
tinggi 94,6m.

Gambar 11. Satuan Geomorfologi Perbukitan


Denudasional Gunung Api (V14) (arah foto ke
selatan)
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
POLA PENGALIRAN DAERAH
PENELITIAN
Pada daerah penelitian didominasi oleh
pola aliran yang relatif berbentuk siku-
siku, yaitu pola pengaliran Rectangular

Gambar 12. Pola pengaliran rectangular daerah


penelitian
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STADIA SUNGAI DAERAH
PENELITIAN
Selatan Utara
Barat Timur

Gambar kondisi fisik sungai dengan Gambar kondisi fisik sungai dengan
bentukan huruf V mengindikasikan bentukan huruf U mengindikasikan
stadia muda stadia dewasa
Gambar stadia daerah menurut Lobeck (1939)
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN Tabel 2. Kolom Stratigrafi
Daerah Penelitian

Gambar 16. Peta Geologi


Daerah Penelitian
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
1. Satuan Breksi Polimik Mandalika

A B

Gambar 17. (A) singkapan Satuan Breksi Polimik Mandalika pada


LP 5 (foto menghadap ke Timur), (B) kenampakan megaskopis
dengan fragmen andesit, tuff, dan litik.
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
2. Satuan Breksi Andesit Mandalika

A B

Gambar 18. (A) singkapan Satuan Breksi Polimik Mandalika


pada LP 18 (foto menghadap ke Utara), (B) kenampakan
megaskopis dengan fragmen andesit.
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
3. Satuan Tuff Semilir

A B

Gambar 19. (A) singkapan Satuan Tuff Semilir pada LP 45 (foto


menghadap ke Barat Laut), (B) kenampakan megaskopis tuff
yang berlapis
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
4. Satuan Kalkarenit Wonosari

Gambar 20. (A) singkapan Satuan Tuff Semilir pada LP 35


(foto menghadap ke Utara), (B) kenampakan megaskopis
kalkarenit yang berlapis
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
5. Endapan Pasir Aluvial

Gambar 21. Kenampakan Endapan Pasir Aluvial


GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis peta citra satelit


(DEM), dengan menggunakan software Arcgis dan
Global Mapper, memperlihatkan suatu pola-pola
kelurusan lembah, kemudian dilakukan analisis
menggunakan diagram mawar dalam menentukan arah
umum kelurusan. Berdasarkan arah umum tersebut
didapatkan bahwa pola kelurusan pada daerah
penelitian memiliki arah dominan Barat laut –
Tenggara (NW – SE).

Gambar 22. Pola kelurusan lembah daerah penelitian


JADWAL PELAKSANAAN

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan


RAB
PENELITIAN

Tabel 4. Rencana anggaran penelitian

Anggaran Keseluruhan

1. Bahan Habis Pakai


Rp. 1,140,000.00,-
2. Peralatan Rp. 800,000.00,-
3. Kegiatan Penelitian Lapangan Rp. 1,250,000.00,-
4. Konsumsi Rp. 860,000.00,-
5. Analisis Laboratorium Rp. 1.920.000.00,-
6. Lain – lain Rp. 2.400.000.00,-
Total Keseluruhan Anggaran Rp 8.370.000.00,-
RENCANA LINTASAN

Lintasan 1 di dalam peta rencana lintasan berwarna kuning dimaksudkan untuk memperoleh dan
melengkapi data penyebaran litologi, dan struktur dari breksi polimik dan breksi andesit dari
Formasi Mandalika
Lintasan 2 di dalam peta rencana lintasan berwarna biru yang dimaksudkan untuk melengkapi
data penyebaran litologi, sampel fosil, dan struktur dari Formasi Wonosari.

Lintasan 3 di dalam peta rencana lintasan memiliki warna hijau yang dimaksudkan untuk
melengkapi data penyebaran litologi dan juga membuktikan keberadaan struktur geologi yang
telah dianalisis melalui peta citra satelit (DEM
Lintasan 4 di dalam peta rencana lintasan berwarna orange yang dimaksudkan untuk melengkapi
data penyebaran litologi, sampel fosil, dan struktur dari Formasi Semilir,

Gambar 23. Peta rencana lintasan daerah penelitian


RENCANA MASALAH
KHUSUS

KUALITAS BATUGAMPING SEBAGAI BAHAN


BAKU SEMEN PORTLAND PADA FORMASI
WONOSARI DAERAH JATIGARANG, KECAMATAN
WERU, KABUPATEN SUKOHARJO, PROVINSI JAWA
TENGAH
Latar Belakang
Batugamping adalah suatu batuan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, saat ini kebutuhan pada
sektor infrastruktur berupa semen portland sangat dibutuhkan (Sukandarrumidi, 1999) dimana batugamping menjadi
salah satu bahan dalam pembuatan semen portland. Pada lokasi penelitian mencakup Formasi Wonosari yang didominasi
oleh batugamping sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kualitas batugamping tersebut sebagai bahan baku semen
portland menggunakan analisis petrografi untuk identifikasi fisik serta analisis XRF (X-Ray Fluoresence) untuk
identifikasi secara geokimia.
Maksud, dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah mempelajari karakteristik mengenai batugamping di daerah penelitian serta
menganalisis senyawa kimia dalam batugamping menggunakan metode geokimia XRF (X-Ray Fluorescence).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas dari batugamping di daerah penelitian sehingga dapat
dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik batugamping di daerah penelitian berdasarkan analisis petrografi serta analisis XRF (X-Ray
Fluouresence)?
2. Bagaimana kualitas batugamping pada daerah Desa Jatigarang sebagai bahan baku semen portland?
Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di tambang


rakyat Desa Jatigarang, Kecamatan Weru,
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa
Tengah.
Pada peta lokasi penelitian tentatif,
berada di lokasi penelitian 35. Berada
pada bagian selatan dari kapling lokasi
penelitian.

Gambar 24. Peta lokasi penelitian masalah khusus


Metode Penelitian
Tabel 5. Diagram alir metode penelitian masalah khusus
Daftar Pustaka
Adha, I,. Kurniasih, A,. Nugroho, H., Rachwibowo, P. 2018. Kajian Analisis Sesar Di Embry, A. F., dan Klovan, J. E. 1971. A Late Devonian reef tract on northeastern
Perbukitan Jiwo Barat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Banks Island, NWT. Bulletin of Canadian Petroleum Geology. 19(4):
Jurnal Geosains dan Teknologi, 1(1), 8-18. 730–781.

Anderson. 1951. The Dynamics of Faulting and Dyke Formation with Applications to Fisher, R.V., dan Schmincke, H. M. 1984. Pyroclastic Rocks, Springer – Verlag, Berlin,
Brittan, Edinburgh, Oliver and Boyd. 472 hal.

Anonim. 2004. Standar Nasional Indonesia Nomor 15-2049-2004, Badan Standar Flint R. F., dan Skinner. B. J. 1974. Physical Geology..numerous illustrations. John
Nasional, ICS 91.100.10. Wiley, New York, London, Sydney & Toronto.

Anonim. 1992. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Cawas: 1408-314 skala 1 : 25.000, Folk, 1959. Classification of Carbonate Rocks, American Association of Petroleum
Bakosurtanal Edisi I Geologist Bulletine.

Anonim. 1992. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Manyaran: 1408-323 skala 1 : Fossen, H. 2010. Deformation bands formed during soft-sediment deformation:
25.000, Bakosurtanal Edisi I observations from SE Utah. Marine and Petroleum Geology, 27(1), 215-222.

Boyer, S. E., dan Elliott, D. 1982. Thrust Syste., The American Association of. Petroleum Grabau, A. W. 1904. Clasification of Sedimentary Rock. American Geologist.
Geologist Bulletin v.66 no.9 p.1196-1230.
Hartono. 1991. Diagram Alir Penelitian Tugas Akhir 1 dan 2 dan Pemetaan Geologi.
Duda, W. H. 1976. Cement Data Book, ed-2 Mc. Domald dan Evans, London
Hartono, G. 2000. Studi Gunungapi Tersier : Sebaran Pusat Erupsi dan Petrologi di
Dunham, R.. J. 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Pegunungan Selatan Yogyakarta, Tesis S2, ITB. (Tidak diterbitkan).
Texture. American Association of Petroleum Geologist Memoir I, Tulsa,
Hartono, G. 2010. Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api. Unpad Press, Bandung.
Oklahoma, U.S.A.
Daftar Pustaka
Howard, A. D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation. Bulletin AAP,.Vol. Moody, J. D., dan Hill M., J. 1964. Wrench Fault Tectonics, Geological Society of
51 No. 11. America Bulletin, v. 48, PP. 1207 – 1246.

Koesoemadinata, R. P. 2020. Introduction In To The Geology Of Indonesia, Naylor, M., A., Mandl, G. dan Sijpesteijn, C., H., K. 1986. Fault Geometries in
Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Basement-Induced Wrench Faulting Under Different Initial Stress States.
Journal of Structural Geology 8:7, 737–752.
Liu, X., He, H., Wang, Y., Zhu, S., dan Piao, X. 2008. Transesterification of Soybean
Oil to Biodiesel Using CaO as a Solid Base Catalyst, Fuel, Vol. 87. Nura A., dan Sholeh. 2015. Sintesis Dan Karakterisasi Zeolite X Dari Abu Vulkanik
Gunung Kelud Dengan Variasi Suhu Hidrotermal Menggunakan Metode Sol-
Lisle, R. J. 2004. Geological Structures and Maps; A Practical Guide, Third Edition,
Gel.Malang: Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Elsevier Butterworth-Heinemann, Cardiff University.
O’dunn, S., dan Sill, W. D. 1986. Exploring Geology : Introductory Laboratory
Lobeck, A., K. 1939. Geomorphology an Introduction to the Study of Landscapes,
Activities, A Peek Publication, p. 292.
Mc.Graw-Hill Book Company, Inc., New York.
Prasetyadi, C. 2007. Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur. Desertasi, Program
Lukman, M., Yudyanto., dan Hartatiek. 2012. Sintesis Biomaterial Komposit CaO-
Doktor, Institut Teknologi Bandung.
SiO2 Berbasis Material Alam (Batuan Kapur Dan Pasir Kuarsa) Dengan
Variasi Suhu Pemanasan Dan Pengaruhnya Terhadap Porositas, Kekerasan Price, N. J. 1966. Fault and Joint Development in Brittle and Semi Brittle Rock.

Dan Mikrostruktur. Journal Sains Vol. 2 No. 1. Malang: UM. Pergamon Press, New York.

Martodjo, S., dan Djuhaeni. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Jakarta : Ikatan Ahli Pulunggono, A. dan Martodjojo S. 1994, Perubahan Tektonik Paleogen – Neogen

Geologi Indonesia. merupakan Peristiwa Tektonik penting di Jawa. In: Proc. Seminar Geologi dan

Mason, L., H. 1976. Structural Geology, Whitter, California, a syllabus for instruction Geotektonik Pulau Jawa sejak Akhir Mesozoik hingga Kuarter,

in Departement of Geologi at the Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Geol.Dept.Gadjah Mada University, Yogyakarta, p. 37 – 51.
Daftar Pustaka
Rahmawati, S., Prasetyoko, D., dan Ediati, R. 2011. Sintesis Partikel Nano CaO Surono, B., dan Sudarno, I. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro skala
dengan Metode Kopresipitasi dan Karakterisasinya, Jurusan Kimia FMIPA 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
ITS, Surabaya.
Surono, 2009. Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa
Rickard, M. J. 1972. Fault Classification Discussion: Geological Society of America Yogyakarta Dan Jawa Tengah, JSDG, Vol. 19, No. 3 Juni, Pusat Studi
Bulletin, vol. 83, pp. 2545-2546. Geologi, Bandung.

Satyana A. H., dan Purwaningsih M. E. M. 2002. Lekukan Struktur Jawa Tengah: Thornbury W. D. 1969. Principles of Geomorphology, New York, John Willey and
Suatu Segmentasi Sesar Mendatar, IAGI, Yogyakarta. Sons.

Simpson, J.F. 1968. Solar Activity As a Triggering Mechanism For Earthquakes. Earth Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
and Planetary Science Letters. Volume 3. 417-425. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sucipto, E. 2007. Hubungan Pemaparan Pertikel Debu pada Pengolahan Batu Kapur Van Bemmelen, R. W. 1979. The Geology of Indonesia, Vol 1A. General Geology, The
Terhadap Penurunan Kapasitas Fungsi Paru. Semarang : Universitas Hague, Martinus Nijhoff, Netherlands.
Diponegoro.
Van Zuidam, R. A., and Cancelado F. I. 1979. Terrain Analysis and Classification
Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. using Aerial Photographs, ITC, Netherlands.

Sumarso, dan Ismoyowati, T. 1975. Contribution to Statigraphy of the Eastern Jiwo Van Zuidam, R. A. 1983. Guide to Geomorphologic Aerial Photographic
Hill and Their Southern Surrounding, 4th IPA Convention, Jakarta. Interpretation and Mapping. ITC,Netherlands.

Suppe, J. 1985. Principles of structural geology. Prentice Hall. Williams, C. F., Grubb, F. V., dan Galanis, S.P. 2004. Heat flow in the SAFOD pilot
hole and implications for the strength of the San Andreas fault. Geophys. Res-
Lett., 31:L15S14.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai