Andi Siti Waiyah Andisa1, Dr. Ulva Ria Irfan S.T., M.T 2
1
Mahasiswa S1, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar,
Indonesia
email: stwaiyahh@gmail.com
2
Dosen, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar,
Indonesia
SARI
Secara administrasi daerah penelitian terletak di daerah Boba Kecamatan Bungku Utara
Kabupatan Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah pada koordinat 121°49'00" - 121°54'00"
Bujur Timur dan 01°37'40" – 01°41'40" Lintang Selatan.
Maksud dari penelitian ini untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara detail
pada peta sekala 1 : 25.000 terhadap aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah
geologi, dan aspek bahan galian dengan tujuan untuk membuat laporan pemetaan geologi yang
dirancang berdasarkan akumulasi seluruh data yang dikumpulkan di lapangan dan intepretasi
berdasarkan teori pendukung yang disadur dari berbagai literatur geologi.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu (1) satuan
bentangalam pegunungan struktural, (2) satuan bentangalam perbukitan struktural, (3) satuan
bentangalam pedataran pantai. Jenis sungai pada daerah penelitian yaitu sungai permanen,
sedangkan secara genetik berupa sungai subsekuen, obsekuen dan insekuen dengan pola aliran
berupa pola menangga (trellis). Stadia daerah penelitian yaitu stadia muda menjelang dewasa.
Berdasarkan litostratigrafi tidak resmi, daerah penelitian terbagi atas tiga satuan, berurutan
dari tua hingga muda yaitu (1) satuan peridotit, (2) satuan rijang (3) satuan batugamping.
Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian adalah lipatan monoklin, kekar
gerus (shear joint), (1) sesar geser Koro Wine bersifat menganan (dekstral) dan (2) sesar geser
Koro Boba yang bersifat mengiri (sinistral).
Potensi bahan galian yang terdapat pada daerah penelitian adalah bahan galian peridotit,
laterit, minyak bumi dan sirtu (pasir dan batu).
Kata Kunci : Pemetaan Geologi, Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi
1
2
pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi bentangalam ini memiliki beda tinggi 25-
2 satuan morfologi, yaitu : 500 meter di atas permukaan laut.
1. Satuan bentangalam pegunungan Berdasarkan pendekatan morfogenesa,
struktural pada beberapa daerah dapat dijumpai folded
2. Satuan bentangalam perbukitan mountain (bukit lipatan) yang merupakan
struktural salah satu penciri dari bentangalam
3. Satuan bentangalam pedataran pantai struktural. Satuan morfologi perbukitan ini
disusun oleh peridotit, batugamping dan
1. Satuan Bentangalam Perbukitan Karst rijang.
Satuan bentangalam pegunungan
menempati sekitar 15% dari seluruh daerah
penelitian dengan luas 5.55 km 2. Satuan
bentangalam ini berada di sebelah baratlaut
daerah penelitian memanjang di bagian
baratlaut hingga utara. Secara umum Foto 2. Kenampakan satuan bentangalam
kenampakan topografi dari satuan ini perbukitan struktural difoto pada Kolo Atas
digambarkan oleh bentuk kontur yang agak stasiun 18-BPPB-BP1-046 dengan arah foto
rapat, dengan puncak tertinggi 875 meter N2100 E
diatas permukaan laut.
Berdasarkan pendekatan morfografi yaitu
melalui pengamatan secara langsung di
lapangan daerah ini digolongkan sebagai
bentangalam pegunungan, dimana satuan
bentangalam ini memiliki beda tinggi 500-
875 meter di atas permukaan laut. Foto 3. Kenampakan folded mountain
Sedangkan berdasarkan morfogenesa, satuan dengan litologi rijang di Daerah Boba
morfologi pegunungan ini dikontrol oleh stasiun 18-BPPB-BP1-099 dengan arah foto
litologi penyusunnya yaitu peridotit dan N1230 E
rijang. Dimana indikasi proses struktur pada
daerah tersebut antara lain perlipatan yang 3. Satuan Bentangalam Pedataran Pantai
dijumpai pada rijang, peridotit yang Satuan bentangalam ini berdasarkan atas
memiliki banyak rekahan, breksi sesar serta proses geomorfologi yang terjadi baik proses
cermin sesar. geomorfologi yang masing berlangsung
maupun telah berlangsung. Satuan
bentangalam pedataran menempati sekitar
0.5% dari seluruh daerah penelitian dengan
luas 9.25 km2. Satuan bentangalam ini
berada di sebelah tenggara daerah penelitian
yang terletak pada Desa Kolo Atas dan Desa
Foto 1. Kenampakan bentangalam Kolo Bawah. Daerah ini dimanfaatkan
perbukitan karst difoto dari daerah Wosu sebagai tempat wisata dan dermaga.
dengan arah foto N2350E Berdasarkan pendekatan morfografi yaitu
melalui pengamatan secara langsung di
2.Satuan Bentangalam Perbukitan lapangan daerah ini digolongkan sebagai
Denudasional bentangalam pedataran, dimana satuan
Satuan bentangalam perbukitan bentangalam ini memiliki beda tinggi 0-25
struktural menempati sekitar 75 % dari meter di atas permukaan laut.
seluruh daerah penelitian dengan luas 27.75 Sedangkan berdasarkan pendekatan
km2. Penyebaran dari satuan bentangalam ini morfogenesa, proses geomorfologi yang
memanjang di bagian baratdaya hingga dominan pada satuan pedataran pantai ini
timur laut daerah penelitian. yaitu aktivitas, arus gelombang dan pasang-
Berdasarkan pendekatan morfografi yaitu surut air laut. Morfologi pantai yang
melalui pengamatan secara langsung di dijumpai pada daerah penelitian antara lain
lapangan daerah ini digolongkan sebagai tanjung dan teluk (Gambar 2.18). Tanjung
bentangalam perbukitan, dimana satuan merupakan bentangalam yang daratannya
4
Berdasarkan selisih antara kontur terendah proses oksidasi dari olivin. Berdasarkan
dan kontur tertinggi pada satuan tersebut Klasifikasi Streckeisen (1974), nama batuan
maka didapatkan ketebalan yang ini adalah Lherzolite (Gambar 3.5). Sebagian
diperkirakan sekitar ±850 meter. telah terserpentinisasi dicirikan dengan
kandungan mineral serpentin jenis krisotil
Ciri Batuan maupun antigorit, dengan menampakkan
Pada daerah penelitian, kenampakan tekstur khusus berupa mesh texture
singkapan peridotit telah terkekarkan dan (kenampakan pola retakan pada olivin dan
mengalami pelapukan yang cukup tinggi, piroksin yang tergantikan oleh serpentin).
ditandai dengan perubahan warna pada
batuan tersebut akibat proses oksidasi.
Setempat, peridotit pada daerah penelitian
telah terserpentinisasi. Peridotit dijumpai
dalam kondisi segar berwarna hijau
kegelapan dan lapuk berwarna cokelat
kemerahan. Tekstur yaitu kristalinitas
holokristalin, granularitas faneritik, bentuk Foto 10. Kenampakan petrografis Lherzolite
anhedral-subhedral, relasi inequigranular, pada sayatan 18-BPPB-BP1-051. Komposisi
komposisi mineral yang dapat diamati antara mineral terdiri dari augite (aug), olivin (olv)
lain piroksin dan olivin, struktur masif. dan hematit (he).
Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan
peridotit pada daerah penelitian dengan
geologi regional memiliki kesebandingan,
dimana hubungan stratigrafi dapat
disebandingkan dengan Kompleks
Ultramafik (Surono dkk., 1994). Hubungan
stratigrafi satuan ini dengan satuan di
atasnya yaitu hubungan kontak tektonik.
Foto 12. Singkapan Rijang pada stasiun 18-
2. Satuan Rijang
BPB-BP1-085 di daerah Boba dengan arah
Dasar Penamaan
foto N1150E
Dasar penamaan satuan rijang
berdasarkan pada litostratigrafi tidak resmi
Secara umum, warna absorbsi abu-abu,
yang bersandikan pada ciri fisik dan
dengan warna interferensi kecokelatan (Orde
penyebaran batuan yang mendominasi
I). Tekstur batuan adalah nonklastik dengan
satuan batuan ini secara lateral serta dapat
komponen material antara lain biota yang
terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000.
melimpah dan kurang beragam, diantaranya
Penamaan batuan satuan ini terbagi atas dua
adalah fosil radiolaria. Mikrokristalin kuarsa
cara yaitu penamaan secara megaskopis dan
dijumpai sangat melimpah akibat radiolaria
penamaan batuan secara petrografis.
yang cenderung bertahan ketika terjadi
Berdasarkan data lapangan, satuan ini
diagenesis silika. Terdapat pula vein yang
disusun oleh penyebaran rijang sehingga
terisi oleh mineral silika, merupakan
penamaan satuan ini adalah satuan rijang.
porositas yang terbentuk setelah terjadinya
deposisi. Berdasarkan klasifikasi Boggs
Penyebaran dan Ketebalan
(1987) nama batuan ini adalah Radiolarian
Satuan batuan ini menempati sekitar 18,5
Chert.
% dari keseluruhan daerah penelitian atau
luasnya sekitar 6,5 km2. Satuan ini tersebar
secara vertikal pada selatan hingga
baratdaya daerah penelitian yaitu pada
Daerah Boba.
Penentuan ketebalan satuan ini
berdasarkan pada perhitungan ketebalan
pada penampang geologi A-B yang berarah
Foto 13. Kenampakan petrografis rijang
baratdaya – timurlaut dengan mengukur
pada sayatan 18-BPB-BP1-085.
batas bawah dan batas atas lapisan pada
penampang geologi, sehingga diperoleh
ketebalan satuan rijang sebesar ±60 m.
Ciri Batuan
Pada kenampakan lapangan, singkapan
rijang pada umumnya telah mengalami
perlipatan. Secara megaskopis, pada daerah
Foto 14. Kenampakan petrografis rijang
penelitian rijang dijumpai dalam kondisi
pada sayatan 18-BPPB-BP1-129.
segar berwarna cokelat dan lapuk berwarna
cokelat kemerahan. Tekstur nonklastik dan
Lingkungan Pengendapan dan Umur
struktur berlapis. Komposisi kimia yaitu
Penentuan umur dan lingkungan
silikaan. Berdasarkan ciri fisik nama batuan
pengendapan satuan rijang pada daerah
ini adalah Rijang.
penelitian ditentukan berdasarkan pada ciri-
ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi yang
8
Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan
Foto 16. Kenampakan petrografis Mudstone batugamping pada daerah penelitian dengan
pada sayatan stasiun 18-BPB-BP1-080. geologi regional memiliki kesebandingan,
dimana fosil yang dijumpai pada geologi
regional juga dijumpai pada daerah
penelitian yaitu Globotruncanella sp. dan
Heterohelix sp., sehingga dapat
disebandingkan dengan Formasi Matano.
Hubungan stratigrafi antara satuan ini
dengan satuan rijang ialah keselarasan
Foto 17. Kenampakan petrografis Mudstone menjemari akibat persamaan umur dan
pada sayatan stasiun 18-BPB-BP1-080. cekungan pengendapan.
liniasi sesar geser Koro Boba memanjang pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Proses-
dari timurlaut-baratdaya daerah penelitian. proses tersebut masih masih berlangsung
Menurut pengolahan data kekar stasiun 18- hingga sekarang yang kemudian mengontrol
BPB-BP1-076 diketahui tekanan berasal dari pembentukan bentangalam pada daerah
tegasan maksimum yang berarah timurlaut- penelitian.
baratdaya (N270E), sehingga menyebabkan
terjadinya pergeseran yang relatif mengiri
(sinistral) berumur Kapur Atas atau Post
Kapur Atas. BAHAN GALIAN
Berdasarkan penggolongan komoditas
SEJARAH GEOLOGI tambang menurut Peraturan Pemerintah RI
Sejarah geologi daerah Boba dimulai dari No. 27 Tahun 1980 maka bahan galian pada
Zaman Kapur Bawah, terjadi proses daerah penelitian termasuk dalam bahan
magmatisme di pemekaran lantai samudra galian golongan komoditas tambang batuan.
yang terjadi di pematang tengah samudra Keberadaan bahan galian pada daerah
(mid oceanic ridges) disertai dengan penelitian tidak terlepas dari jenis litologi
pembentukan material baru membentuk penyusunnya serta aktivitas geologi yang
satuan peridotit. berlangsung di daerah penelitian. Bahan
Pada Zaman Post Kapur Bawah setelah galian berupa peridotit terdapat pada bagian
terbentuk satuan peridotit, terjadi aktivitas timur daerah penelitian yaitu daerah Kolo
tektonik yang menyebabkan batuan Bawah.
melewati batas plastisnya sehingga terjadi Selain itu dijumpai pula laterit yang
pergeseran membentuk sesar geser Koro merupakan tanah yang terbentuk karena
Wine yang bersifat menganan (dekstral) proses pelapukan batuan yang mengandung
dengan arah tegasan utama timurlaut hingga ferromagnesium. Bahan galian ini dijumpai
baratdaya. pada daerah Kolo Bawah dan Kolo Atas,
Aktivitas tektonik terus berlanjut, hingga dimana laterit pada daerah penelitian
memasuki Zaman Kapur Atas terjadi merupakan residual soil dari peridotit yang
subsidences sehingga membentuk mengalami pelapukan. Kenampakan fisik
lingkungan pengendapan laut dalam dimana dari bahan galian ini umumnya berwarna
terendapkan sedimen pelagos yang merah kecokelatan. Pada daerah penelitian
terakumulasi dan terlitifikasi membentuk pemanfaatan, laterit belum dimanfaatkan
satuan rijang. dan dieksploitasi.
Bersamaan dengan pengendapan
sedimen pelagos, terjadi kembali penurunan
dasar cekungan setempat sehingga
menyebabkan cekungan terisolir yang
membentuk pengendapan laut dangkal,
dimana terendapkan material sedimen
karbonat yang berukuran lempung sampai
pasir sangat halus membentuk satuan
batugamping.
Pada Zaman Post Kapur Atas aktifitas
tektonik pada daerah penelitian terus bekerja
menyebabkan batuan melewati batas
plastisnya sehingga terjadi pergeseran Foto 22. Kenampakan potensi bahan galian
membentuk sesar geser Koro Boba yang peridotit daerah Kolo Bawah dengan arah
bersifat mengiri (sinistral) dengan arah foto N2930E.
tegasan utama timurlaut hingga baratdaya.
Selanjutnya pada Zaman Post Kapur
Atas hingga sekarang, daerah penelitian
mengalami pengangkatan dasar cekungan
yang merubah daerah penelitian menjadi
daratan, kemudian berlangsung proses-
proses geologi muda berupa proses
12