Anda di halaman 1dari 11

GEOLOGI DAERAH PABUARAN DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN PABUARAN, KABUPATEN SUKABUMI,


PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:

Rama Saputra1), Teti Syahrulyati2), dan Solihin3)

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tatanan geologi daerah Pabuaran dan sekitarnya,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang mencakup Geomorfologi,
Stratigrafi, Struktur Geologi, Sejarah Geologi sedangkan Studi khusus berada di daerah Sindangresmi
dan sekitarnya, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat untuk
mengetahui Pemanfaatan Sumberdaya batugamping Anggota Formasi Bojonglopang sebagai bahan
baku semen. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka,
penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio yang keseluruhan dituangkan dalam sebuah
laporan tugas akhir. Hasil yang dicapai dalam penelitian dan pemetaan geologi daerah Pabuaran dan
sekitarnya, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
Berdasarkan bentuk morfologi dan litologi, daerah penelitian termasuk kedalam Fisiografi Zona
Pegunungan Selatan Jawa Barat. Berdasarkan cara terjadinya (morfogenesa), daerah penelitian dibagi
menjadi 2 (dua) Satuan Geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan dan
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Pola aliran sungai secara umum adalah pola aliran sungai
Trelis dengan genetika sungai yang dikontrol oleh struktur lipatan dan sesar. Stadium erosi sungai
berada pada tahap muda. Jentera geomorfik secara umum adalah muda - tua. Berdasarkan
litostratigrafi, daerah penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) Satuan batuan, yaitu : Satuan breksi sisipan
lava andesit dan tuf (Formasi Jampang) diendapkan pada lingkungan laut dalam pada Kala Miosen
Awal, kemudian diatasnya secara tidak selaras diendapkan Satuan batupasir gampingan sisipan
batugamping (Formasi Bentang) diendapkan pada lingkungan Neritik Tengah pada Miosen Akhir
(N16 - N19). Kemudian ditutupi oleh Satuan endapan aluvial menutupi batuan dibawahnya dengan
batas bidang erosi. Struktur geologi yang berkembang adalah lipatan dan sesar. Pembentukan
struktur-struktur geologi didaerah penelitian terjadi dua kali fase tektonik, yaitu pada Kala Miosen
Tengah dan Pliosen..
Kata Kunci : Geologi Daerah Pabuaran, Sukabumi, Jawa Barat.

I. PENDAHULUAN terutama hubungan antara formasi-formasi yang


ada maupun struktur geologi yang cukup rumit.
1.1. Latar Belakang
Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk
Daerah Sukabumi bagian selatan telah
melakukan penelitian geologi yang belokasi
banyak diteliti oleh para peneliti, diantaranya
didaerah Pabuaran, Kecamatan Pabuaran,
Soekamto, R.A.B (1975) melakukan pemetaan
Kabupaten Sukabumi dipilih sebagai daerah
geologi bersistem Lembar Jampang dan
penelitian dikarenakan daerah ini memiliki
Balekambang skala 1 : 100.000; Soedjono, M.
tatanan batuan yang cukup komplek dan struktur
(1984) melakukan penelitian tentang Evolusi
geologi yang cukup rumit pemetaan geologi ini
Cekungan Bogor.
dilatar belakangi oleh keingintahuan peneliti
Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, untuk mengetahui kondisi geologi yang meliputi
geologi daerah Sukabumi bagian selatan termasuk urut - urutan stratigrafi, struktur geologi dan
dalam tatanan geologi yang cukup komplek, geomorfologi serta perkembangan sejarah geologi

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 1


dari mulai bumi ini terbentuk hingga sekarang mdpl, dengan bagian tertinggi didaerah Desa
secara menyeluruh, menjadi kunci penting untuk Ciwalat.
mengungkap dinamika bumi dulu, sekarang dan
nanti.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya penelitian yaitu
untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 ( S-1 )
di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan Bogor. Selain itu juga
melakukan kegiatan penelitian yang berkaitan
dengan fenomena geologi yang ada pada daerah Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian.
tersebut antara lain dilakukannya pemetaan
II. KONDISI GEOLOGI
geologi yang meliputi kondisi bentang alam,
2.1. Geomorfologi
hubungan stratigrafi, struktur geologi yang
berkembang, lingkungan pengendapan, sejarah Berdasarkan genetika pembentukan bentang
geologi pada daerah tersebut yang dituangkan alamnya, serta merujuk pada struktur, proses dan
dalam bentuk peta geomorfologi dan peta stadia (tahapan) geomorfiknya maka
geologi. geomorfologi daerah penelitian adalah Satuan
Geomorfologi Perbukitan Lipatan patahan dan
Tujuan dari dilakukannya penelitian
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial.
didaerah tersebut yakni tiada lain untuk
mengetahui dan mampu memberikan informasi 2.1.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan
atau gambaran mengenai keadaan geologi Lipatan
didaerah tersebut. Secara genetik satuan ini dikontrol oleh
1.3. Lokasi Daerah Penelitian struktur yang berupa perlipatan dan pensesaran,
dengan bentuk perbukitan yang memanjang
Secara geografis daerah penelitian terletak
berarah barat daya – timur laut (Gambar 2).
pada koordinat 07° 10’ 28” - 07° 14’ 15” LS,106°
Satuan geomorfologi ini berada pada ketinggian
46’ 46” – 106° 50’ 44” BT. Luas daerah penelitian
275 – 700 mdpl, dengan kemiringan lereng
kurang lebih 7 Km x 7 Km atau 49 km2. Daerah
berkisar 25% – 35% atau curam hingga terjal.
penelitian termasuk ke dalam Peta Geologi
Regional lembar Jampang dan Balekambang Satuan geomorfologi ini menempati ± 86,5
dengan skala 1 : 100.000 No. 9/XIV-A 8/XIV-C % dari luas daerah penelitian, satuan
tahun 1975, disusun oleh RAB. Sukamto dan Peta geomorfologi ini mendominasi di daerah
Rupabumi Indonesia terbitan Bakosurtanal lembar penelitian. Mencakup Desa Pabuaran, Desa
Puncak lembar Puncak tugu No. 1208-441, tahun Cibadak dan Desa Ciwalat.
2000.
Barat Daya Timur Laut
Secara administratif daerah penelitian
termasuk ke dalam Kabupaten Sukabumi,
Kecamatan Pabuaran, meliputi Desa Pabuaran,
Desa Cibadak dan Desa Ciwalat. (Gambar 1.).
Daerah penelitian berada ± 180 Km dari
Kota Bogor, dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda empat atau roda
dua, kemudian dibeberapa tempat hanya dapat Gambar 2. Morfologi perbukitan lipatan diperlihatkan oleh
ditempuh dengan berjalan kaki. Daerah penelitian bentuk latar belakang sumbu antiklin. (Foto diambil dari
terletak pada kisaran ketinggian 270 mdpl – 700 Pasir Garu ke arah barat laut).

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 2


Jentera geomorfik satuan geomorfologi Barat Timur
perbukitan lipat patahan ini berada dalam tahapan
tua, yang didasarkan pada bentuk bentang
alamnya yang sudah mengalami perubahan dan
pembalikan dari bentuk asalnya (reverse
tofografi), dimana lembah sinklin menjadi bukit
(Gambar 3). dan perbukitan yang terpatahkan
dicirikan morfologi gawir sesar yang membentang
berarah baratdaya - timurlaut (Gambar 4).

Barat Daya Timur Laut Gambar 5. Morfologi dataran aluvial diperliharkan oleh
bentuk point bar, dataran banjir dan tanggul alam. (Foto
diambil di Sungai Cikaso Desa Pabuaran ke arah utara).

2.1.3. Pola Aliran Sungai

Secara umum ditinjau dari aspek geologi


yang mempengaruhi pola aliran sungai, seperti
kekerasan batuan dan struktur geologi yang
mengontrol pola pengaliran sungai yang terdapat
di daerah penelitian, maka berdasarkan hasil
Gambar 3. Morfologi yang memperlihatkan bukit sinklin. analisis peta topografi dan pengamatan lapangan
(Foto diambil dari arah Tenggara- Barat Laut di daerah
terhadap sungai-sungai yang mengalir di daerah
Ciselut).
penelitian diketahui bahwa pola aliran sungai
daerah penelitian secara umum termasuk kedalam
Barat Daya Timur Laut pola aliran sungai trellis.

Pola aliran sungai trellis adalah pola aliran


sungai dikontrol oleh struktur geologi, berupa
perlipatan sinklin maupun antiklin, yang mengalir
disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya
yang berasal dari lereng yang curam dari kedua
sisinya, sehingga menyerupai bentuk pagar.
Sungai trellis yang mengalir di daerah penelitian
Gambar 4. Morfologi yang memperlihatkan gawir sesar. adalah Sungai Cihonje, Sungai Cinangka, Sungai
(Foto diambil dari arah Tenggara- Barat Laut di daerah Cibadak, Sungai Cibitung sebagai Sungai Cabang
Ciselut). dan Sungai Cikaso Sebagai Sungai Utama.

2.1.2. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial 2.2. Stratigrafi


Secara genetik satuan geomorfologi dataran Berdasarkan ciri sedimentasi daerah Jawa
aluvial dibentuk oleh hasil pengendapan sungai Barat, menurut Soedjono Martodjodjo (1984),
Jawa Barat dibagi menjadi 3 mandala
dengan bentang alam berupa dataran. Satuan ini
memiliki relief datar dengan kelerengan berkisar sedimentasi (Gambar 6), yaitu :
antara 0° - 2°, dan berada pada ketinggian 275 - 1. Mandala Sedimentasi Paparan Kontinen.
295 mdpl. 2. Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor.
3. Mandala Sedimentasi Cekungan Banten.
Jentera Geomorfik satuan ini dapat
dikategorikan ke dalam stadia muda, karena
dicirikan oleh adanya proses sedimentasi yang
masih berlangsung hingga saat ini (Gambar 5).
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 3
didapatkan dari lapangan maka daerah penelitian
di bagi kedalam 3 Satuan, dengan urutan dari tua
ke muda yaitu:

1. Satuan Batuan Breksi Sisipan Lava dan Tuf


2. Satuan Batuan Batupasir gampingan Sisipan
Batugamping
3. Satuan Endapan Aluvial

Berikut merupakan kolom stratigrafi daerah


Gambar 6. Peta Mandala Sedimentasi Jawa Barat (Soejono penelitian (Gambar 8).
M., 1984).

Berdasarkan kolom stratigrafi cekungan Bogor


bagian selatan menurut Soedjono, M (1984).
(Gambar 7).

Gambar 8. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian.

2.2.1. Satuan Batuan Breksi Sisipan Lava dan


Tuf

Pada umumnya Satuan breksi sisipan lava


dan tuf, pada daerah penelitian tersingkap dalam
kondisi segar dan agak lapuk, dengan
menunjukkan perlapisan yang kurang baik, dan
pada beberapa tempat tidak menunjukkan
perlapisan. Kedudukan lapisan batuan ini pada
umumnya memiliki jurus yang berarah N310°E -
N315°E dan N145°E - N170°E, dengan
Gambar 7. Kolom Stratigrafi Regional Cekungan Bogor kemiringan 35° - 55°. Kedudukan ini membentuk
Bagian Selatan (Martodjojo, 1984). lipatan sinklin, dan berdasarkan hasil rekonstruksi
penampang pada peta geologi, satuan batuan ini
Berdasarkan ciri litologi, data lapangan, dan memiliki ketebalan ± 2569 meter.
kesamaan fisik di daerah penelitian, di jumpai
Breksi berwarna abu-abu kehitaman,
batuan breksi sisipan lava dan tuf yang merupakan
ukuran fragmen 1cm - 35cm, ukuran butir
ciri dari Formasi Jampang, di temukan pula
menyudut - menyudut tanggung. fragmen terdiri
batupasir gampingan sisipan batugamping yang
dari batuan beku andesit, (monomik) kemas
merupakan ciri dari Formasi Bentang dan material
tertutup porositas baik pemilahan buruk semen
lepas yg berukuran lempung sampai bongkah hasil
nonkarbonatan. (Gambar 9). Berdasarkan hasil
erosi dan pelapukan yang merupakan bagian dari
analisa petrografi maka diperoleh nama batuan
Endapan Alluvial. Berdasarkan data yang
Chiefly Volcanic Wacke (Gilbert, 1953).
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 4
Penentuan umur satuan Breksi sisipan Lava
Barat Timur
dan Tuf, penulis menggunakan hukum geologi
berupa superposisi. Hukum superposisi
menyatakan bahwa batuan yang ada di bawah
lebih tua dari pada batuan yg di atasnya ( Nicholas
Steno, 1669 ). Satuan batuan Breksi sisipan Lava
dan Tuf berada dibawah Satuan Batupasir
gampingan sisipan batugamping yang berumur
Miosen Akhir – Plistosen (N16 – N19). Sehingga
Gambar 9. Singkapan breksi., foto diambil di Sungai dapat di simpulkan Satuan batuan Breksi sisipan
Cihonje Lp-RS4. Lava dan Tuf umurnya lebih tua dari pada satuan
batuan Batupasir gampingan sisipan batugamping.
Lava berwarna abu - abu kehitaman tekstur
afanitik, bentuk kristal subhedral, fabric Berdasarkan Peniliti terdahulu menurut
inequigranular, hipokristalin, tekstur khusus Soejono Martodjojo (1984). Menyatakan bahwa
berupa andesitik komposisi mineral plagioklas, satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi
piroksen, feldspar, dengan masadasar mikro Jampang yang berumur Miosen Awal ( N4 – N8 ).
kristal dan gelas. (Gambar 10). Berdasarkan yang terendapkan di Laut Dalam.
analisis petrografi dari lava, maka diperoleh nama
andesit (William, 1952). Hubungan stratigrafi antara Satuan breksi
sisipan lava dan tuf dengan satuan batuan yang
Utara Selatan berada dibawahnya tidak dijumpai dilapangan,
tetapi hubungan stratigrafi dengan satuan batuan
yang ada diatasnya yaitu Satuan batupasir
gampingan sisipan batugamping adalah tidak
selaras, dicirikan dengan bukti berupa
kitidakselarasan, serta didukung oleh hasil analisis
umur batuan yang tidak menerus.

Gambar 10. Singkapan lava yang tesisip pada breksi di 2.2.2. Satuan Batuan Batupasir gampingan
lokasi sungai Cikaso RS-47. Sisipan Batugamping

Tuf berwarna abu-abu kehitaman, ukuran Satuan batupasir gampingan sisipan


butir pasir sedang – kasar bentuk butir batugamping ini pada daerah penelitian tersingkap
membundar tanggung - menyudut tanggung, dalam kondisi segar dan agak lapuk, dengan
kemas tertutup, terpilah sedang, kompak, menunjukkan perlapisan yang jelas dengan
sementasi nonkarbonatan, terdiri dari peldsfar, kemiringan lapisan yang cukup landai dan pada
ortoklas, litik. (Gambar 11). Berdasarkan analisis beberapa tempat tidak menunjukkan perlapisan.
petrografi dari tuf yang diambil di Pet 3-RS77, Kedudukan lapisan batuan ini pada umumnya
diperoleh nama Tuf Kristal (Pettitjhon, 1987). memiliki jurus dan kemiringan antara N 315 ° E –
N325 ° Bagian utara dan N145°E – N165ºE ,
Barat Timur
bagian selatan dengan kemiringan 15° - 23ºE
membentuk struktur lipatan sinklin.

Satuan batupasir gampingan sisipan


batugamping ini didasarkan pada data lapangan
yang teramati pada lintasan disepanjang hulu
sungai Cibitung dan Cijember pada bagian atas
dan bawah yang didominasi oleh batupasir
gampingan dan pada bagian tengah terdapat
Gambar 11. Singkapan tuf di lokasi sungai Cibadak RS-73.
batugamping sebagai sisipan.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 5


Batupasir gampingan berwarna putih, Penentuan umur Satuan batupasir
ukuran butir halus - sedang, bentuk butir gampingan sisipan batugamping ini didasarkan
membundar tanggung - menyudut tanggung, pada kehadiran foraminifera planktonik yang
kemas tertutup, porositas baik, pemilahan sedang, terkandung dalam conto batuan yang diambil pada
permeabel, kompaksi kompak, sementasi lokasi RS-88 yang mewakili bagian bawah. Dari
karbonatan, komposisi mineral terdiri dari kuarsa, fosil foraminifera planktonik yang diperoleh dari
litik, kalsit, dan mengandung pecahan foram hasil pengamatan mikroskop pada sampel
kecil-besar. (Gambar 12). Berdasarkan hasil kemudian dilakukan analisis kedalam tabel zonasi
analisis petrografi dari batupasir gampingan yang Blow (1969).
diambil di Pet 4-RS90, diperoleh nama lithik
arenit (Pettijohn, 1987). Berdasarkan kehadiran fosil indeks
Globigerinoides Extremus pada kisaran umur
Timur Barat N16-N19 maka dapat disimpulkan umur satuan ini
yaitu N16-N19 (Miosen Akhir – Plistosen).
Berdasarkan tabel lingkungan pengendapan
Phleger (1962), Satuan batupasir gampingan
sisipan batugamping ini, ditentukan berdasarkan
keterdapatan foraminifera bentonik. Berdasarkan
hasil analisis foraminifera bentonik yang terdapat
pada lokasi pengamatan RS-88 di Sungai
Cibitung, pada batupasir gampingan yang
mewakili bagian bawah.
Gambar 12. Singkapan batupasir gampingan, foto diambil
dilokasi RS-113, S. Cijember. Berdasarkan kehadiran fosil indeks,
Bolivinellina translucens dan Eponides
Batugamping berwarna abu-abu keputihan, umbonatus. Maka dapat disimpulkan lingkungan
keadaan singkapan segar - lapuk, konstitusi pengendapan satuan ini yaitu pada kedalaman
utama berupa butiran dan krangka yang terdiri 20m – 100m dibawah permukaan laut (Neritik
dari poram kecil, ukuran butir sedang - kasar, Tengah).
bentuk butir membundar tanggung, terpilah
sedang, kemas tertutup, porositas sedang, Hubungan stratigrafi antara Satuan
kompak, permeabilitas sedang, sementasi batupasir gampingan sisipan batugamping, dengan
karbonatan komposisi utama kalsit dan foram. satuan batuan yang berada dibawahnya yaitu
(Gambar 13). Berdasarkan hasil analisis petrografi Satuan breksi sisipan lava dan tuf adalah tidak
dari batugamping yang diambil di lokasi Pet5- selaras dicirikan dengan adanya batas antara
RS83, diperoleh nama Packstone (Dunham, kedua satuan batuan yang berada dibawahnya,
1962). serta didukung oleh hasil analisis umur relatif
batuan yang tidak menerus, dan hubungan
Barat Timur
stratigrafi dengan satuan batuan yang ada
diatasnya yaitu Satuan endapan aluvial yaitu tidak
selaras.

2.2.3. Satuan Endapan Aluvial

Penamaan satuan ini didasarkan pada


material aluvial sungai yang berukuran lempung,
pasir, kerikil hingga berangkal yang bersifat lepas
sebagai penyusun satuan ini, tersebar di sepanjang
Sungai Cikaso.(Gambar 14).
Gambar 13. Singkapan batugamping yang tersisip pada batu
pasirgampingan diambil di lokasi sungai Cibitung RS-90.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 6


2.3.2. Struktur Sesar
Barat Timur
Struktur sesar yang didapati di daerah
penelitian adalah sesar mendatar. Penentuan sesar-
sesar ini didasarkan atas data yang diperoleh
langsung dari lapangan dan analisa peta topografi,
dimana arah pergerakannya ditentukan dari
indikasi - indikasi sesar di lapangan. Adapun jenis
sesar yang berkembang di daerah penelitian antara
Gambar 14. Endapan aluvial sungai berukuran lempung lain :
sampai pasir krikil, krakal dan brangkal di Sungai Cikaso. 1). Sesar Mendatar Ciasih
2). Sesar Mendatar Sukamanah
Penentuan umur satuan endapan alluvial ini
berdasarkan pengamatan dilapangan, bahwa 2.3.2.1. Sesar Mendatar Ciasih
Penamaan sesar mendatar Ciasih
proses erosi, transportasi dan sedimentasi pada
dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di Daerah
satuan ini masih terus berlangsung hingga saat ini.
Ciasih. Pada peta geologi, sesar ini terletak
Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial
dibagian utara sebelah barat lembar peta
dengan satuan batuan dibawahnya dibatasi oleh
memanjang dari barat daya – timur laut dengan
bidang erosi.
panjang sesar diperkirakan ± 8 km.
Adapun bukti-bukti atau indikasi gejala
2.3. Struktur geologi
struktur sesar mendatar Ciasih di lapangan berupa:
Berdasarkan hasil analisa peta topografi
1. Breksiasi pada lava, arah breksiasi
skala 1 : 25.000 dan pengamatan lapangan, yang
N225°E di daerah Ciasih lokasi RS-86
meliputi pengukuran strike dan dip lapisan batuan,
(Gambar 17).
serta dijumpainya indikasi-indikasi primer dari
2. Bidang sesar pada batupasir
struktur geologi berupa breksiasi, cermin sesar
gampingan, arah bidang N247°E/30°,
(Slicken-Slide), serta analisa peta topografi, maka
35°, N259E° dan pitch 30° di daerah
struktur yang terdapat di daerah adalah:
Sampora lokasi RS-37 (Gambar 18).
1. Perlipatan
3. Breksiasi pada breksi, arah breksiasi
2. Sesar (Patahan)
N240°E di daerah Cibadak lokasi RS-
Untuk mempermudah dalam pengenalan
66 (Gambar 19).
dari setiap struktur-struktur geologi yang
berkembang pada daerah penelitian, maka
penamaannya disesuaikan dengan nama lokasi
geografis setempat.

2.3.1. Struktur Lipatan


Struktur lipatan yang berkembang di daerah
penelitian berupa sinklin yaitu sinklin Ciwalat.
Penamaan Sinklin Ciwalat dikarenakan sumbu
Gambar 15. Breksiasi pada lava dengan arah breksiasi
lipatannya melewati daerah Ciwalat. Dengan
N225E°. RS-86 Ciasih.
panjang sumbu ± 4 km. Besar kemiringan sayap
bagian Utara dengan kedudukan lapisan batuan
berkisar N145oE – N165oE dan kemiringan
lapisan berkisar 15o – 23o.
Besar kemiringan sayap bagian Selatan
dengan kedudukan lapisan batuan berkisar
N315oE – N325oE dan kemiringan lapisan
berkisar 115o – 18o. Berdasarkan data kemiringan
di kedua sayap pada lipatan ini yang relatif sama, Gambar 16. Bidang sesar pada batupasir gapingan dengan
arah breksiasi N247°E/30°,35°, N259°E dan pitch 30°. RS-
maka lipatan ini merupakan sinklin simetris.
37 Sampora.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 7


35°, N259°E dan pitch 30°. RS-37 Sampora Ciasih.
2.3.2.3. Mekanisme dan Umur Struktur
Dalam melakukan analisis struktur
geologi menggunakan model menurut Moody dan
Hill (1956), untuk mengetahui hubungan antara
tegasan utama dengan jenis struktur geologi yang
dihasilkan. Menerangkan bahwa jika gaya utama
yang bekerja pada suatu lapisan batuan maka yang
Gambar 17. Breksiasi pada breksi dengan arah breksiasi pertama kali terbentuk adalah lipatan dengan
N240E°. RS-66 Cibadak. sumbu lipatan tegak lurus terhadap gaya, apabila
gaya terus berlangsung sampai melewati batas
Sesar mendatar Ciasih ditafsirkan sebagai
elastisitas batuan yang ada maka akan terbentuk
Sesar Mendatar Menganan (Dextral Strike Slip
sesar naik degan arah tegak lurus terhadap gaya
Faults).
utama, kemudian bila gaya terus bekerja maka
akan terbentuk sesar mendatar yang membentuk
2.3.2.2. Sesar Mendatar Sukamanah
sudut lancip sekitar 30° terhadap gaya, dan setelah
Penamaan sesar mendatar Sukamanh
gaya tersebut berhenti maka akan terbentuk sesar
dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di Daerah
normal yang searah dengan arah gaya
Sukamanh. Pada peta geologi, sesar ini terletak
utama.(Gambar 20).
dibagian selatan lembar peta memanjang dari
baratdaya - timurlaut dengan panjang sesar
diperkirakan ± 6 km.
Adapun bukti-bukti atau indikasi gejala
struktur sesar mendatar Tanjung di lapangan
adalah:
1. Bidang sesar pada lava, arah bidang
N240°E/29°, 22°, N278E° dan pitch 24°
di daerah Sukamanah lokasi RS-47
(Gambar 18).
2. Breksiasi pada breksi, arah breksiasi
N218°E di daerah Sukamah lokasi RS-58
(Gambar 19). Gambar 20. Konsep pola urutan pembentukan struktur
geologi menurut Moody and Hill, (1954).

Pembentukan struktur geologi yang bekerja


di daerah penelitian merupakan hasil aktivitas
tektonik yang terjadi pada Pleistosen, sehingga
gaya menekan satuan batuan breksi sisipan lava
dan tuf Formasi Jampang, satuan batuan batupasir
gampingan sisipan batugamping Formasi Bentang
Gambar 18. Bidang sesar pada lava, arah bidang membentuk struktur lipatan Sinklin Ciwalat.
N240°E/29°, 22°, N278E° dan pitch 24° RS-47 daerah
Gaya yang menekan daerah ini berlangsung
Sukamanah.
hingga melewati batas ambang elastisitas batuan,
sehingga menyebabkan terjadinya deformasi atau
pergeseran membentuk sesar-sesar mendatar
Ciasih dan sesar mendatar Sukamanah.
Keseluruhan struktur geologi yang terdapat
di daerah penelitian terjadi dalam satu periode
tektonik, yaitu dimulai dari Pleistosen dengan
Gambar 19. Breksiasi pada breksi dengan arah breksiasi
arah gaya utama relatif sama, yaitu berarah N 140
N218°. RS-58 Daerah Sukamanah. E. Apabila dikaitkan dengan periode tektonik
(orogenesa) selama Tersier menurut Van
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 8
Bemmlen (1949), maka di daerah penelitian Seiring dengan waktu geologi yang
orogenesa Intra Miosen dan Plio - Pleistosen berjalan, daerah penelitian yang telah menjadi
berlangsung secara menerus sedangkan apabila daratan terjadi proses eksogen yaitu pelapukan
dikaitkan dengan pola struktur yang terjadi selama pada zona lemah yang kemudian membentuk
zaman Tersier dari Sukendar Asikin (1986), maka sungai - sungai sehingga menghasilkan endapan
pola struktur yang terdapat di daerah penelitian aluvial sungai yang merupakan hasil rombakan
berpola barat - timur atau sama dengan Pola Jawa. dari batuan yang terbentuk sebelumnya dan
endapan aluvial sungai ini masih berlangsung
III. SEJARAH GEOLOGI sampai sekarang dan menutupi satuan batuan
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dibawahnya dengan batas berupa bidang erosi.
pada kala Miosen Awal dengan diendapkan satuan
breksi sisipan lava dan tuf dengan mekanisme IV. KESIMPULAN
pengendapan berupa aliran gravitasi dengan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
rentang waktu (N4 – N8), satuan batuan ini diuraikan pada bab-bab sebelumnya, yaitu yang
diendapkan pada lingkungan laut dalam (Neritik berkaitan dengan Geomorfologi, Stratigrafi,
Luar – Bathial tengah), dengan kedalaman Struktur geologi, Sejarah Geologi daerah
350meter-700meter dibawah permukaan laut, Pabuaran dan sekitarnya dan sumberdaya
satuan batuan ini merupakan satuan batuan tertua batugamping anggota formasi bojonglopang
di daerah penelitian. Dengan asal sedimen dari sebagai bahan baku semen daerah Sindangresmi
hasil resedimentasi batuan prodak Gunung api dan sekitarnya, maka dapat disimpulkan sebagai
purba yang berada diselatan Jawa Barat. berikut:
Pada Kala Miosen tengah pada kurun waktu
(N9 – N13) terjadi aktifitas tektonik yang 1. Daerah penelitian berdasarkan kenampakan
mengakibatkan terjadinya orogenesa terhadap morfologi serta pengaruh dari struktur geologi,
satuan batupasir tufan selang-seling breksi yang tahapan erosi dan tahapan geomorfik serta proses
mengakakibatkan satuan breksi sisipan lava dan – proses yang mempengaruhinya, satuan
tuf ini berada di lingkungan darat. Dan di geomorfologi di daerah penelitian dapat dibagi
lanjutkan dengan proses erosi. menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi yaitu:
Pada kala Miosen Akhir dengan rentan Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
waktu (N14 – N15) terjadi tansgresi dimana garis dan Satuan Geomorfologi Dataran. Pola aliran
pantai maju ke arah daratan, yang menjadikan sungai pada daerah penelitian adalah pola aliran
daerah penelitian berada pada lingkungan laut Trellis, dengan genetika sungai yang dikontrol
dangkal yaitu pada lingkungan (Neritik tengah). oleh struktur geologi berupa lipatan. Stadia sungai
Pada kala Miosen Akhir-Plistosen (N16 – pada daerah penelitian berada pada tahapan muda
N19), diendapkan satuan Batupasir gampingan - dewasa.
sisipan batugamping, dengan lingkungan
pengendapan laut dangkal (Neritik tengah) dengan 2. Satuan batuan yang terdapat di daerah
kedalaman 20-100 meter dibawah permukaan laut. penelitian mulai dari tua ke muda adalah Satuan
Pada kala Plistosen (N20 - N24) Terjadi Breksi Sisipan Lava dan Tuf yaitu di
Aktifitas Tektonik yang cukup dahsyat yang sebandingkan dengan Formasi Jampang yang
mengakibtkan terjadinya orogenesa kembali pada berumur Miosen Awal (N4-N8) diendapkan pada
daerah penelitian yang mengakibatkan daerah lingkungan laut dalam. Kemudian diendapkan
penelitian menjadi daratan, dengan dibarengi secara tidak selaras diatas Formasi Jampang yaitu
tebentuknya perlipatan dan pensesaran pada Fm. Satuan Batupasir Gampingan Sisipan
Jampang dan Fm. Bentang, diantaranya Batugamping Formasi Bentang pada Kala Miosen
menghasilkan lipatan berupa yaitu sinklin Akhir - Plistosen (N16 - N19) pada lingkungan
Ciwalat, dan sesar mendatar Sukamanah, dengan laut dangkal yaitu Neritik Tengah dengan
melibatkan semua satuan batuan yang terdapat kedalaman 20 – 100 m, hubungan stratigrafi
pada daerah penelitian. kedua satuan batuan ini tidak selaras. Pada Kala
Plistosen – Pliosen daerah penelitian terjadi
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 9
orogenesa yang menyebabkan daerah penelitian Lobeck, A.K., 1939. Geomorphology: an
berada pada lingkungan darat. Selanjutnya Satuan Introduction to The Study of Landscape,
Endapan Aluvial menutupi satuan batuan yang New York and London: Mc Graw-Hill
ada dibawahnya dengan dibatasi oleh bidang Book Company. Inc.
erosi, proses pengendapan satuan ini masih Luthfi, M., 2010, Prinsip-prinsip Sedimentologi,
berlangsung sampai sekarang. Jurusan Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan, Bogor. Tidak
3. Struktur geologi daerah penelitian dimulai Dipublikasikan.
pada kala pliosen-plistosen atau N20, struktur Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor -
geologi yang berkembang di daerah penelitian Jawa Barat, Desertasi Doktor, Fakultas
adalah srtuktur lipatan dan patahan. Struktur Pasca Sarjana, ITB.
perlipatan berupa Sinklin Ciwalat. Struktur sesar Moody, J. D., and Hill., 1956, Wrench Fault
yang berkembang adalah Sesar Mendatar Ciasih Tectonics, Bulletin of the Geological
dan Sesar Mendatar Sukamanah. Arah gaya utama Society.
yang membentuk struktur ini adalah N14°E atau Noor, D., 2008, Pengantar Ilmu Geologi, Fakultas
N119°E relatif berarah utara – selatan. Teknik Jurusan Geologi, Graha Ilmu,
Pembentukan struktur geologi di daerah penelitian Bogor.
dimulai pada N20 (Pliosen- Plistosen), sebagai Pettijohn, F.J., 1957. Sedimentary Rock, Harper &
pengaruh dari Orogenesa Plio-Plistosen yang Row, Newyork.
terjadi secara menerus tanpa adanya selang waktu. Nelson,S. A., 2006, Clay Minerals, Tulane
University, New Orleans.
DAFTAR PUSTAKA Sokamto R., 1975, Peta Geologi Regional
Asikin, S., 1986. Geologi Struktur Indonesia, Jampang Balekambang, Jawa Barat (peta
Departemen Teknik Geologi Institut 9XIVA, 9XIV B) Skala 1: 100.000
Teknologi Bandung. Direktorat Geologi Indonesia
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Thornbury, W.D., 1969. Principles of
1999, Peta Rupabumi Indonesia. Lembar Geomorphology, John Willey & Sons,
Puncak Tugu No 1208 – 441, Tahun New York.
2000., Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. Range Indonesia, Vol. IA: General Geology of
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
Foraminifera Biostratigraphy, Proceeding The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
of The First. Netherlands.
Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonat Van Zuidam., 1983, Guide to Geomorfologic
Rock According to Depositional Texture, aerialphotografic Interpretation and
Houston, Texas, USA. Maping, Netherlands, Hal.75-81.
Jack, P dan With, A. J. R., Major and Trace
Element Abudances in Volcanic Rock of
Orogenic Areas. Geological Society of PENULIS:
American Bulletin, 83, hal 29-40 1. Rama Saputra, S.T. Alumni (2018) Program
Kadarisman, D, S, 1997, Pedoman Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -
praktikumPetrografi, Labolatorium Universitas Pakuan. (E-mail :
Petrografi Program Studi Geologi, ramasaputra9329@gmail.com)
Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2. Ir. Teti Syahrulyati, M.Si. Staf Dosen
Bogor Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Koesoemadinata, R.P. 1985. Prinsip Prinsip Teknik - Universitas Pakuan.
Sedimentasi, Jurusan Geologi, Institut 3. Ir. Solihin, M.T. Staf Dosen Program Studi
Teknologi Bandung, Bandung. Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas
Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 10


Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik, UNPAK 11

Anda mungkin juga menyukai