Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI DAERAH SIKALANG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN TALAWI,

KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh:

Febbi Finura 1), Mustafa Luthfi 2), Mohammad Syaiful 2)

ABSTRAK

Penelitian tugas akhir bertujuan untuk mengetahui proses-proses geologi dimana lokasi penelitian
berada di Cekungan Ombilin Sub-Cekungan Talawi. Secara administratif berada di daerah Sikalang,
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Satuan geomorfologi daerah
penelitian terdiri dari: Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi, Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
Patahan, Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst, dan Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial. Tingkat
jentera geomorfik daerah penelitian berada pada Tahapan Tua. Urutan satuan batuan dari tua ke muda
yaitu: Satuan Batuan Batugamping (Formasi Kuantan) berumur Karbon-Perm, Satuan Batuan Granit
(Granit Lassi) berumur Trias, Satuan Batuan Konglomerat (Formasi Brani) berumur Paleosen Awal-
Eosen Awal, Satuan Batuan Batulempung Selang-Seling Batupasir (Formasi Sangkarewang) berumur
Paleosen Awal-Eosen Awal (P2-P6), Satuan Batupasir Selang-Seling Batulempung (Formasi
Sawahlunto) berumur Eosen, Satuan Endapan Alluvial berumur Holosen. Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian adalah lipatan dan patahan dimana, struktur lipatan dijumpai: Sinklin
Santur, Antiklin Kolok, dan Sinklin Kandih dengan arah sumbu hampir barat-timur. Struktur patahan
dijumpai: Sesar Geser Kolok dan Sesar geser Sikalang dengan arah timurlaut-baratdaya. Hasil analisa
arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian yakni hampir utara-selatan.

Kata Kunci: Cekungan Ombilin, Sawahlunto, Granulometri, Formasi Sawahlunto

I. PENDAHULUAN Ombilin disusun oleh formasi batuan


berumur Tersier yakni Formasi Brani dan
1.1. Latar Blakang
Formasi Sangkarewang (Eosen-Oligosen
Cekungan Ombilin merupakan cekungan Tengah), serta Formasi Ombilin (Oligosen
Tersier yang terbentuk dari sistem tarik Akhir-Miosen Tengah). Sedangkan menurut
pisah dari Sumatera Fault System (SFS) Koesoemadinata dan Matasak (1981)
yang menghasilkan cekungan pull-apart Cekungan Ombilin disusun oleh formasi
terkenal sebagai cekungan penghasil batuan berumur Tersier yakni Formasi Brani
batubara. Formasi pembawa batubara di dan Formasi Sangkarwang (Paleosen-Eosen
Cekungan Ombilin menurut Awal), Formasi Sawahlunto (Eosen),
Koesoemadinata dan Matasak (1981) Formasi Sawahtambang (Oligosen), Formasi
dinamakan Formasi Sawahlunto yang Ombilin (Miosen Awal) dan Formasi Ranau
berumur Eosen, sedangkan menurut P.H (Pliosen-Kuarter).
Silitongan dan Kastawo (1995) dinamakan
Anggota Bawah Formasi Ombilin yang Perbedaan pendapat antara peneliti terdahulu
berumur Oligosen. menjadi suatu hal yang menarik bagi penulis
untuk melakukan penelitian geologi di
Terdapat perbedaan pendapat mengenai daerah Cekungan Ombilin Sub-cekungan
stratigrafi penyusun dari Cekungan Ombilin. Talawi di Kota Sawahlunto.
Menurut P.H Silitongan dan Kastawo (1995)
dalam peta geologi lembar Solok Cekungan

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1


1.2. Maksud dan Tujuan II. KONDISI GEOLOGI
Maksud penelitian untuk memenuhi salah 2.1. Geomorfologi
satu persyaratan dalam menyelesaikan studi
Van Bammelen (1949) telah membagi pulau
Sarjana (S1) dan mengaplikasikan ilmu
Sumatera menjadi 4 Zona Fisiografi, yaitu:
geologi yang diperoleh selama masa kuliah,
Zona Pegunungan Tigapuluh, Zona
terutama dalam hal pengumpulan dan
Semangko, Zona Jajaran Barisan, dan Zona
pengelolaan data lapangan.
Dataran Rendah Bergelombang. Daerah
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penelitian terletak pada Zona Jajaran
kondisi geologi daerah penelitian. Barisan.

1.3. Metode Penelitian Zona Jajaran Barisan menurut Van


Bammelen (1949) memiliki puncak tertinggi
Metode yang digunakan dalam penelitian
yakni Kerinci dengan ketinggian 3.800 mdpl
tugas akhir terdiri dari:
dan dibeberapa tempat dari zona ini ditutupi
1. Metoda Pemetaan Geologi Permukan
oleh blok pegunungan berarah baratlaut-
Pemetaan geologi permukaan
tenggara.
dilakukan dengan skala 1:25.000
yang bertujuan untuk memperoleh Lokasi penelitian terdiri dari perbukitan dan
data lapangan. pedataran. Dibagian timur dari lokasi
2. Metoda Analisis Laboratorium penelitian merupakan daerah perbukitan
Analisis laboratorium terdiri dari yang terdapat pertambangan batubara.
analisis petrografi, makrofosil, dan Berada pada ketinggian dari 120 mdpl – 510
struktur geologi. mdpl.
1.4. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939) dan
Seacara administratif daerah penelitian Konsep W. M. Davis (1954) berdasarkan
berada dalam dua kecamatan yakni parameter utama yaitu struktur, proses dan
Kecamatan Talawi dan Kecamatan tahapan maka geomorfologi daerah
Barangin. Desa di daerah penelitian yaitu, penelitian dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
Desa Sikalang, Talawi Hilir, Kolok Mudik, Satuan Geomorfologi, yaitu:
Sijantang, Sungai Durian, Rantih dan 2.1.1.Satuan Geomorfologi Perbukitan
Karanganyar. Lipat Patahan
Letak geografi daerah penelitian berada Satuan geomorfologi ini membentuk
pada Zona 47 S dengan titik koordinat perbukitan memanjang dengan arah
691.686,7 mE - 9.934.308,4 mN dan baratlaut-tenggara, berada pada elevasi
698.692,7 mE - 9.927.344,6 mN. Lokasi 176-560 mdpl dengan kemiringan lereng
penelitian berada pada peta RBI skala 1-42%. Luas ± 85%.
1:50.000 lembar Tawali (0815-13) dan
lembar Sijunjung (0815-14). Luas ±49 km2. Proses endogen yang mengontrol satuan
geomorfologi ini berupa perlipatan dan
Kesampaian daerah penelitian dari dari Kota patahan. Bukti dari patahan dijumpai di
Bogor menuju Bandara Soekarno-Hatta daerah Prambahan berupa gawir sesar
dengan waktu tempuh ± 1 jam 20 menit. yang terdapatnya offset bukit. Bukti
Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan lipatan dijumpai bukit sinklin di daerah
Kota Padang menggunakan jalur udara dapat Kandih. Proses eksogen dijumpai berupa
ditempuh ± 1 jam 45 menit. Dari Kota erosi alur dan mass-wasting tipe
Padang ke Kota Sawahlunto dapat ditempuh longsoran.
dengan waktu ± 3 jam.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2


Berada pada Satuan Batuan pada elevasi 260-480 mdpl, kemiringan
Konglomerat (Formasi Brani), Satuan lereng 2-34%, dengan Luas 4% dari
Batuan Batulempung Selang-Seling lokasi penelitian.
Batupasir (Formasi Sangkarewang) dan
Proses endogen yang mengontrol satuan
Satuan Batupasir Batuan Selang-Seling
geomorfologi ini berupa intrusi. Proses
Batulempung (Formasi Sawahlunto).
eksogen dijumpai di lapangan berupa
Jentera geomorfik pada satuan ini erosi dan pelapukan, erosi lembah, dan
berada pada tahapan tua dicirikan mass-wasting tipe longsoran.
dengan terdapatnya perbukitan sinklin.
Berada pada Satuan Batuan Granit
(Granit Lassi).

Gambar 1. Foto perbukitan patahan berupa


gawir dan offset bukit di daerah Prambahan.

Gambar 4. Bukit Intrusi daerah Prambahan

Gambar 2. Foto bukit sinklin di daerah Kandih

Gambar 5. Bukit Intrusi daerah Talago


Gunung.

Gambar 3. Proses eksogen berupa erosi alur


dijumpai di daerah Kolok
Gambar 6. Prose eksogen berupa Mass-
2.1.2.Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi
wasting
Satuan geomorfologi ini membentuk
Jentera geomorfik pada satuan
bukit dibagian timur laut (Prambahan)
geomorfologi ini berada pada tahapan
dan baratdaya (Talago Gunung), berada

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3


dewasa dicirikan oleh tersingkapnya memperlihatkan bentuk goa-goa karst hasil
batuan intrusi kepermukaan dan bentuk perlarutan air.
perbukitan intrusi yang sudah mulai
2.1.4.Satuan Geomorfologi Dataran
landai.
Alluvial
2.1.3.Satuan Geomorfologi Perbukitan
Satuan geomorfologi ini membentuk
Karst
pedataran di hilir sungai Batang
Satuan geomorfologi ini membentuk Malakutan, berada pada elevasi 200-212
perbukitan dibagian barat lokasi mdpl dengan kemiringan lereng 1-2%.
penelitian, berada pada elevasi 270-375 Luas satuan geomorfologi ini 2% dari
mdpl, kemiringan lereng 1-22% dengan total luas lokasi penelitian.
luas 10 % dari lokasi penelitian.
Secara morfogenetik satuan
Secara morfogenetik satuan geomorfologi dikontrol oleh proses
geomorfologi dikontrol oleh proses eksogen berupa erosional dan
eksogen berupa pelarutan dan pelapukan sedimentasi, berada pada Satuan
membentuk goa-goa karst hasil dari Endapan Alluvial berupa material lepas
pelarutan air. yang terbawa aliran sungai berukuran
lempung hingga bongkah.
Berada pada Satuan Batuan
Batugamping (Formasi Kuantan).

Gambar 9. Foto Satuan Geomorfologi


Dataran Alluvial di sungai Batang
Malakutan daerah Kolok

Gambar 7. Bentuk perbukitan karts Jentera geomorfik yang berkembang


pada satuan geomorfologi ini yaitu
“Muda”, hal ini dicirikan oleh proses
eksogen dan sedimentasi masih
berlangsung hingga saat ini.

Pola Aliran Sungai

Sungai-sungai di daerah penelitian secara


umum memperlihatkan pola Rectangular,
induk sungai dan anak sungai dikontrol oleh
struktur geologi berupa patahan dan kekar
dimana anak sungai memperlihatkan arah
Gambar 8. Bentuk goa karst timurlaut-baratdaya. Dihilir sungai Batang
Malakutan memperlihatkan pola sungai
Jentera geomorfik pada satuan geomorfologi
Anastomatik, dengan bentuk sungai
ini berada pada tahapan dewasa dicirikan
berkelok pola “U”.
oleh bentang alam telah terubah dari aslinya,

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4


Tabel 2. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
(Tanpa Skala)

Gambar 10. Peta pola aliran

2.2. Stratigrafi
Menurut Koesoemadinata dan Matasak
(1981) Cekungan Ombilin dibatasi oleh
batuan pra-Tersier dibagian timur dan barat
cekungan. Urutan stratigrafi Cekungan Berdasarkan hasil pengukuran dan
Ombilin dari tua ke muda menurut pengamatan ciri – ciri batuan yang
Koeseoamdinatan dan Matasak (1981) dapat tersingkap di lapangan dan
dilihat pada tabel berikut: kesebandingannya terhadap stratigrafi
regional, maka darah penelitian dapat dibagi
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Regional Cekungan menjadi enam satuan batuan, urutan dari tua
Ombilin ke muda sebagai berikut:

2.2.1.Satuan Batuan Batugamping (PCkl)

Penamaan berdasarkan singkapan


batuan berupa batugamping. Menempati
luas 10%, tersingkap di daerah Kolok
dan di sungai Batang Malakutan.
Ketebalan ± 100 m.

Singkapan umumnya terlapukan sedang,


masive, dan sangat keras membentuk
goa-goa karst. Warna lapuk abu-abu
kekuningan dan warna segar putih
keabuan, ukuran butir kasar (2-3mm).
Konstituen utama kristalin, komposisi
mineral kalsit.

Pada satuan batuan ini tidak dijumpai


fosil untuk menentukan umur dan
lingkungan pengendapan. Berdasarkan
Hukum Superposisi satuan ini
merupakan satuan batuan tertua (Tabel
2). Dari ciri litologi satuan ini memiliki

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5


ciri yang sama dengan batugamping 2.2.2.Satuan Batuan Granit (g)
kristalin dari Formasi Kuantan berumur
Penamaan berdasarkan singkapan granit,
Karbon-Perm yang dikemukakan oleh
luas 4% berada dibagian timurlaut
Koesoemadinatan dan Matasak, 1981.
(Prambahan) dan baratdaya (Talago
Koning, 1985 menyatakan Formasi
Gunung) berupa bukit. Ketebalan ± 100-
Kuantan berumur Karbon Awal-Perm
200 m.
dengan ditemukannya fosil Conodonts
dan Fusilinids. Singkapan umunya lapuk sedang hingga
kuat, masive, sangat keras-rapuh. Warna
Berdasarkan fosil Conodonts dan
lapuk coklat terang dan warna segar
Fusilinids dalam Koning (1985) maka
abu-abu terang, holokristalin, faneritik,
disimpulkan lingkungan pengendapan
ukuran butir sedang-kasar (1-3mm),
dari Satuan Batuan Batugamping yaitu
inequigranular, komposisi yaitu kuarsa,
laut dangkal.
feldspar, dan muskovit.
Satuan ini merupakan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan lebih muda
tertua, hubungannya dengan batuan di
dari Satuan Batuan Batugamping yang
bawahnya tidak diketahui. Hubungan
memperlihatkan hubungan
dengan batuan diatasnya Satuan Batuan
ketidakslarasan. Dari ciri litologi
Granit tidak selaras membentuk hukum
memiliki kesamaan dengan Granit Lassi
cross-cutting berdasarkan literatur
yang berumur Trias menurut
Koesoemadinata dan Matasak (1981)
Koesoemadinata dan Matasak (1981).
karena tidak dijumpai kontak antara
CPI Internal Report dalam Koning
Satuan Batuan Batugamping dengan
(1985) menyatakan bahwa umur dari
Satuan Batuan Granit di daerah
Granit Lassi dengan metode radiometri
penelitian. Hubungan dengan batuan
K-Ar diperoleh 246 ± 7 Ma (Trias).
diatasnya Satuan Batuan Batulempung
Selang-Seling Batupasir Hubungan dengan satuan dibawahnya
memperlihatkan hubungan (Satuan Batugamping) menerobos
ketidakslarasan bersudut. dengan hukum Cross-cutting
berdasarkan Koesoemadinatan dan
Satuan Batuan Batugamping memiliki
Matasak, 1981 karena tidak dijumpai
ciri litologi sama dengan Formasi
kontak Satuan Granit dengan Satuan
Kuantan yang dikemukakan oleh
Batuan Batugamping di daerah
Koesoemadinata dan Matasak, 1981.
penelitian. Hubungan dengan batuan
Maka, penulis menyimpulkan bahwa
diatasnya dengan Satuan Batuan
Satuan Batuan Batugamping dapat
Konglomerat dan Satuan Batuan
disebandingkan dengan Formasi
Batulempung Selang-Seling Batupasir
Kuantan.
membentuk ketidakselarasan bersudut.

Satuan Batuan Granit memiliki ciri


litologi sama dengan Granit Lassi yang
dikemukakan oleh Koesoemadinata dan
Matasak (1981). Maka, penulis
menyimpulkan bahwa satuan granit
dapat disebandingkan dengan Granit
Lassi.

Gambar 11. Sample batugamping.


Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6
Batupasir berumur Paleosen-Eosen
Awal maka dapat disimpulkan Satuan
Batuan Konglomerat berumur sama
dengan Saatuan Batulempung Selang-
Selang Batupasir yang berumur
Paleosen-Eosen Awal. Berdasarkan
literatur Koesoemadinatan dan Matasak
(1981), satuan ini memiliki kesamaan
ciri dengan Formasi Brani yang
Gambar 12. Singkapan granit di Prambahan diendapkan di lingkungan Kipas
Alluvial.

Hubungan satuan ini dengan satuan


dibawahnya Satuan Batuan Granit tidak
selaras (non-conformity). Dengan
Satuan Batuan Batulempung Selang-
Seling Batupasir menjemari. Dengan
satuan diatasnya yakni Satuan Batuan
Batupasir Selang-Seling Batulempung
selaras.
Gambar 13. Singkapan granit di Talago
Gunung

2.2.3.Satuan Batuan Konglomerat (TBr)

Penamaan berdasarkan singkapan


berupa konglomerat, luas 11%. Berada
dibagian baratlaut dan baratdaya.
Kedudukan berkisar N 225º E – N 305º
E dip antara 26º - 40º. Ketebalan ± 450-
750 m. Gambar 14. Singkapan konglomerat dengan
pembanding.
Singkapan umumnya terlapukan sedang,
masive, sangat keras hingga rapuh. Satuan ini memiliki kesamaan ciri
Bewarna lapuk abu-abu coklat tua dan litologi dengan Formasi Brani yang
warna segar ungu kecoklatan, polimik, dikemukakan oleh Koesoemadinata dan
ukuran fragmen krikil-bongkah (2cm- Matasak (1981). Maka, penulis
25cm), bentuk membulat-menyudut menyimpulkan satuan batuan
tanggung, pemilahan buruk, kemas konglomerat dapat disebandingkan
terbuka, fragmen batuan: granit, dengan Formasi Brani.
batugamping, batupasir, dan kuarsa. 2.2.4.Satuan Batuan Batulempung
Matriks pasir sedang, sementasi non- Selang-Seling Batupasir (TSr)
karbonatan.
Penamaan berdasarkan singkapan
Pada satuan ini tidak ditemukan fosil batulempung selang-seling batupasir
untuk penentuan umur dan lingkungan menempati luas 10% dibagian barat dan
pengendapan. Kondisi singkapan di timurlaut daerah penelitian. Kedudukan
lapangan yang memperlihatkan berkisar N 189º E – N 326º E dan dip
hubungan menjemari dengan Satuan 21º - 44º. Ketebalan ± 500-1225m.
Batuan Batulempung Selang-Seling
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7
Singkapan umumnya terlapukan kuat,
rapuh. Batulempung bewarna abu-abu
gelap, karbonatan. Tebal 1-25cm.
Batupasir bewarna abu-abu hingga
coklat, ukuran butir pasir halus-sedang
(1/8-1/2 mm), bentuk butir membulat,
kemas tertutup, pemilahan sedang,
sementasi karbonatan, komposisi kuarsa
tebal 10-15cm. Struktur gradded
bedding, cross lamination, dijumpai
struktur slump. Gambar 16. Dijumpai struktur slump di FF-
015.
Pada satuan ini dijumpai fosil molluska
yakni Ferrissia minuta memiliki umur
kisaran antara P2-P6 (Paleosen Awal-
Eosen Awal). Menurut Geological
Survey of US (1948) merupakan fosil
penciri suatu endapan danau
(lacustrine).

Hubungan satuan ini dengan satuan


dibawahnya yakni Satuan Batuan
Batugamping dan Satuan Batuan Granit Gambar 17. Makrofosil Ferrissia minuta
tidak selaras (non-conformity).
Hubungan dengan Satuan Batuan 2.2.5.Satuan Batupasir Selang-Seling
Konglomerat menjemari sedangkan Batulempung (TSl)
dengan satuan diatasnya Satuan Batuan Penamaan berdasarkan singkapan
Batupasir Selang-Seling Batulempung berupa batupasir selang-seling
selaras. batulempung, menempati luas 54%.
Satuan ini memiliki kesamaan ciri Berupa perbukitan memanjang dengan
litologi dengan Formasi Sangkarewang arah baratlaut-tenggara. Kedudukan
yang dikemukakan oleh berkisar N 106º E – N 350º E dengan
Koesoemadinata dan Matasak (1981). dip 5º - 44º. Ketebalan 450-1025 m.
Maka, penulis dapat mengambil Singkapan umumnya terlapukan sedang-
kesimpulan bahwa ini dapat kuat, keras-rapuh. Batulempung
disebandingkan dengan Formasi bewarna abu-abu terang- gelap,
Sangkarewang. karbonan, sementasi non-karbonatan,
tebal 15cm-3m. Batupasir bewarna abu-
abu terang ukuran butir pasir halus-kasar
(1/8-1mm), bentuk butir membulat,
kemas tertutup, pemilahan sedang-
buruk, sementasi non-karbonatan,
komposisi kuarsa, tebal 0,5-6m. Struktur
sedimen gradded bedding, cross
lamination dan cross-bedding.
Dijumpai sisipan batubara bewarna
Gambar 15. Singkapam Batuan hitam mengkilat, retas, tebal ±20cm-
Batulempung selang-seling Batupasir. 3m,.

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8


Pada satuan ini tidak dijumpai fosil 2.2.6.Satuan Endapan Alluvial (Qal)
untuk menentukan umur dan lingkungan
Penamaan didasarkan pada material
pengendapan. Menggunakan hukum
aluvial sungai yang berukuran lempung
Superposisi satuan ini berada selaras
hingga bongkah yang bersifat lepas,
diatas Satuan Batuan Batulempung
menempati 1% luas daerah penelitian.
Selang-Seling Batupasir yang berumur
Dijumpai disepanjang bagian hilir
Paleosen Awal-Eosen Awal, maka dapat
sungai Batang Malakutan menempati
disimpulkan satuan ini berumur Eosen.
daerah yang datar.
Analisa granulometri pada batupasir
satuan ini menunjukan lingkungan Satuan ini disusun oleh material sungai
pengendapan sungai tipe meander. berukuran lempung, pasir, kerikil, krakal
sampai bongkah dengan bentuk
menyudut tanggung sampai membulat,
terdiri dari granit, batupasir,
batulempung, dan batugamping.

Gambar 18. Singkapan Satuan Batupasir


Selang-Seling Batulempung

Hubungan satuan ini dengan satuan


dibawahnya Satuan Batuan
Konglomerat dan Satuan Batulempung Gambar 20. Satuan Endapan Alluvial
Selang-Seling Batupasir selaras.
Pengamatan di lapangan proses erosi,
Hubungan dengan satuan diatasnya
transportasi dan sedimentasi pada satuan
Satuan Endapan Alluvial tidak selaras
ini masih terus berlangsung hingga saat
dimana dibatasi oleh bidang erosi.
ini. Maka, umur Satuan Endapan
Satuan ini memiliki kesamaan ciri Aluvial ini adalah Holosen.
litologi dengan Formasi Sawahlunto
Hubungan satuan ini dengan satuan
yang dikemukakan oleh
dibawahnya Satuan Batupasir Selang-
Koesoemadinata dan Matasak (1981).
Seling Batulempung tidak selaras
Maka, penulis dapat menyimpulkan
dimana dibatasi oleh bidang erosi.
bawah satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Sawahlunto. 2.3. Struktur Geologi
Terdapat tiga struktur geologi yang dikenali
di Cekungan Ombilin (Situmorang et al.
1991) yakni:

1) Strukur dengan arah baratlaut-


tenggara (NW-SE) yang membatasi
Cekungan Ombilin terdiri Sesar
Sitangkai, Sesar Tigojangko dan
Sesar Silungkang.
Gambar 19. Dijumpai lapisan batubara di
FF-083
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9
2) Struktur dengan arah umum utara- 2.3.2.Antiklin Kolok
selatan (N-S) terdiri dari Sesar Penamaan lipatan berdasarkan daerah
Kolok, Sesar Tigotumpuk, dan Sesar yang dilalui oleh struktur lipatan yaitu
Tanjung Ampalu, dan Sesar daerah Kolok. Memanjang hampir barat-
Sawahlunto. timur di daerah penelitian.
3) Struktur dengan arah barat-timur (E-
W) yang membentuk sesar anthitetic Gejala struktur lipatan ini di tandai
dengan komponen dip-slip. adanya perbuhan jurus dan kemiringan
Hasil pengamatan lapangan yang meliputi lapisan dimana sayap utara memiliki
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan arah berkisar N 270 E-N 330 E
batuan serta dijumpai indikasi-indikasi kemiringan lapisan 15o-62o sedangkan
struktur geologi berupa bidang sesar, gores sayap selatan memiliki arah berkisar N
garis, kekar tarik, kekar gerus, breksiasi, dan 113 E-N 195 E kemiringan lapisan 20o -
offset lapisan yang dijadikan sebagai acuan 25o. Melibatkan satuan Batuan
data penarikan struktur geologi daerah Batugamping (PCkl), Satuan
penelitian. Struktur geologi yang terdapat di Batulempung Selang-Seling Batupasir
daerah penelitian dijumpai berupa lipatan (TSr), dan Satuan Batupasir Selang-
(sinklin dan antiklin) dan patahan (Sesar Seling Batulempung (TSl).
Geser Kolok dan Sesar Geser Sikalang).
Hasil analisa data lipatan arah sayap
2.3.1.Sinklin Santur utara N 275 E/32o dan arah sayap
selatan N 121 E/22o. Sumbu lipatan N
Penamaan lipatan berdasarkan daerah 105 E/85o, sudut antar sayap 127o.
yang dilalui oleh struktur lipatan yaitu Berdasarkan klasifikiasi Fleuty (1964)
daerah Santur di bagian baratdaya. terhadap kemiringan dari sumbu lipatan
Memanjang hampir barat-timur di maka, lipatan ini dapat diklasifikasikan
daerah penelitian. kedalam jenis lipatan Upright Fold.
Gejala struktur lipatan ini di tandai 2.3.3.Sinklin Kandih
adanya perubahan jurus dan kemiringan
lapisan dimana sayap utara memiliki Penamaan lipatan berdasarkan daerah
arah berkisar N 113 E-N 168 E yang dilalui oleh struktur lipatan ini
kemiringan lapisan 20o-25o dan sayap yaitu daerah Kandih. Memanjang
selatan memiliki arah berkisar N 250 E- hampir barat-timur di daerah penelitian.
N 327 E kemiringan lapisan 20o - 54o.
Gejala struktur lipatan Sinklin Kandih di
Melibatkan Satuan Batugamping (PCkl),
tandai dengan adanya perbuhan jurus
Satuan Batulempung Selang-Seling
dan kemiringan dimana sayap utara
Batupasir (TSr), dan Satuan Batupasir
memiliki arah berkisar N 129 E-N 164 E
Selang-Seling Batulempung (TSl).
kemiringan lapisan 15o-30o sedangkan
Hasil analisa data lipatan arah sayap sayap selatan memiliki arah berkisar N
selatan N 281 E/41o dan arah sayap 270 E-N 330 E kemiringan lapisan 15o -
utara N 121 E/22o. Sumbu lipatan N 108 62o. Melibatkan Satuan Batuan
E/80o, sudut antar sayap 118o. Batupasir Selang-Seling Batulempung
Berdasarkan klasifikiasi Fleuty (1964) (TSl).
terhadap kemiringan dari sumbu lipatan
Hasil analisa data lipatan sayap utara N
maka, lipatan ini dapat diklasifikasikan
127 E/28o dan sayap selatan N 275
kedalam jenis lipatan Upright Fold.
E/31o. Sumbu lipatan N 110 E/88o, sudut
antar sayap 123o. Berdasarkan

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10


klasifikiasi Fleuty (1964) terhadap Sikalang. Memanjang timurlaut-
kemiringan dari sumbu lipatan maka, baratdaya.
lipatan ini dapat diklasifikasikan
Gejala sesar ini di lapangan dijumpai,
kedalam jenis lipatan Upright Fold.
kekar gerus, kekar tarik, offset sungai
2.3.4.Sesar Geser Kolok Batang Ombilin dan gores garis.
Pengukuran gores garis diperoleh N 37
Penamaan berdasarkan daerah yang
E/88o Trend N 209 E serta pitch 6o dan
dilalui oleh sesar geser ini yaitu daerah
plunge 9o. Melibatkan Satuan
Kolok, memanjang timurlaut-baratdaya.
Batulempung selang-seling Batupasir
Gejala sesar di lapangan dijumpai (TSr), dan Satuan Batupasir selang-
breksiasi pada, kekar gerus, kekar tarik, seling Batulempung (TSl).
offset lapisan, offset sungai Batang
Hasil analisa, sesar ini merupakan sesar
Ombilin dan perlipatan minor. Hasil
geser menganan dengan bidang sesar N
pengukuran arah umum breksiasi N 55
37 E/88o dengan pitch 6o dan net-slip 5o,
E. Melibatkan Satuan Batugamping
N 47 E. Anailisa arah tegasan
(PCkl), Satuan Batulempung Selang-
maksimum (σ1) sesar geser ini memiliki
Seling Batupasir (TSr), Satuan
orientasi 47o, N 5 E. Berdasarkan
Konglomerat (TBr) dan Satuan
klasifikasi Rickard (1972) untuk
Batupasir Selang-Seling Batulempung
penamaan sesar ini berdasarkan
(TSl).
parameter dip dan pitch maka sesar ini
dapat diklasifikasikan kedalam jenis
sesar Right Slip Fault.

Gambar 21. Breksiasi pada batugamping

Hasil analisa, sesar ini merupakan sesar


geser mengiri dengan bidang sesar N 55 Gambar 21. Dijumpai Gores garis.
E/80o dengan pitch 10o dan net-slip 40o,
N 226 E. Hasil anailisa arah tegasan 2.4. Sejarah Geologi
maksimum (σ1) memiliki orientasi 30 o, Sejarah geologi daerah penelitian dimulai
N 197 E. Berdasarkan klasifikasi dari zaman Pra-Tersier dimana terbentuknya
Rickard (1972) untuk penamaan sesar Satuan Batugamping berumur Karbon-Perm
ini dengan parameter dip dan pitch maka yang kemudian diintrusi oleh Satuan Granit
sesar ini dapat diklasifikasikan kedalam yang berumur Trias dimana, merupakan
jenis sesar Left Slip Fault. batuan dari lempeng mikro Margui
(Pulunggono, 1984) sebagai salah satu
2.3.5.Sesar Geser Sikalang
batuan dasar pembentuk Cekungan Ombilin.
Penamaan berdasarkan daerah yang
dilalui oleh sesar ini yaitu daerah Tersier awal kala Paleosen mulai terbentuk
sesar-sesar yang berarah baratlaut-tenggara

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11


dengan sistem tarik pisah, yang Diendapkan diatas Satuan Batupasir Selang-
menyebabkan runtuhnya batuan sehingga Seling Batulempung (Formasi Sawahlunto)
membentuk terban-terban (horst dan graben) yang dibatasi oleh bidang ketidakselarasan
yang merupakan awal terbentuknya berupa bidang erosi.
Cekungan Ombilin. Bersamaan dengan III. KESIMPULAN
pembentukan cekungan ombilin terjadi
Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan
proses pengendapan dari Satuan Batuan
daerah Sikalang dan sekitarnya, Kecamatan
Konglomerat (Formasi Brani) membentuk
Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera
endapan Kipas Alluvial. Pada saat
Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
bersamaan diendapkan Satuan Batuan
Batulempung Selang-Seling Batupasir 1. Satuan geomorfologi daerah penelitian
(Formasi Sangkarewang) membentuk terdiri dari Satuan Geomorfologi Bukit
endapan danau pada lingkungan yang lebih Intrusi, Satuan Geomorfologi Perbukitan
dalam membentuk pola menjemari dengan Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan
Satuan Batuan Konglomerat. Satuan Batuan Lipat Patahan, dan Satuan Geomorfologi
Konglomerat dan Satuan Batuan Dataran Alluvial. Pola aliran sungai
Batulempung Selang-Seling Batupasir Rectangular dan Anastomatik denga tingkat
diendapkan secara tidak selaras diatas jentera geomorfik tua.
Satuan Batuan Batugamping dan Satuan 2. Urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua
Batuan Granit yang berumur Pra-Tersier. ke muda yaitu: Satuan Batuan Batugamping
(Formasi Kuantan) berumur Karbon-Perm
Kala Eosen daerah penelitian berubah
diendapkan pada lingkungan pengendapan
menjadi lingkungan sungai berkelok
laut dangkal, Satuan Batuan Granit (Granit
(meander) dan mulai diendapkannya Satuan
Lassi) berumur Trias, Satuan Batuan
Batuan Batupasir Selang-Seling
Konglomerat (Formasi Brani) berumur
Batulempung (Formasi Sawahlunto). Satuan
Paleosen Awal-Eosen Awal diendapkan
ini diendapkan selaras diatas Satuan Batuan
pada lingkungan kipas alluvial, Satuan
Konglomerat (Formasi Brani) dan Satuan
Batuan Batulempung Selang-Seling
Batuan Batulempung Selang-Seling
Batupasir (Formasi Sangkarewang) berumur
Batupasir (Formasi Sangkarewang).
P2-P6 (Paleosen Awal-Eosen Awal)
Pasca Eosen terjadi proses tektonik arah diendapkan pada lingkungan pengendapan
tegasan hampir utara-selatan (N 10o E) yang danau, Satuan Batuan Batupasir Selang-
secara tidak langsung merupakan gaya yang Seling Batulempung (Formasi Sawahlunto)
dipengaruhi oleh aktivitas dari Sumatera berumur Eosen diendapkan pada lingkungan
Fault System (SFS) dengan terbentuknya pengendapan sungai tipe meander, dan
lipatan (Sinklin Kandih, Antiklin Kolok, dan Satuan Endapan Alluvial berumur Resen
Sinklin Santur) dengan sumbu hampir barat- diendapkan pada lingkungan darat.
timur, proses tektonik terus berlangsung 3. Struktur geologi yang dijumpai di daerah
menyebabkan hilangnya elastisitas batuan penelitian yaitu Sinklin Santur, Antiklin
sehingga terbentuk Sesar Geser Sikalang Kolok, Sinklin Kandih, Sesar Geser Kolok,
dan Sesar Geser Kolok yang berarah dan Sesar Geser Sikalang. Umur pembentuk
timurlaut-baratdaya. struktur geologi daerah dimulai pada kala
pasca Eosen dengan arah tegasan utama
Pada kala Resen hingga sekarang terjadi
hampir utara-selatan (N 10o E).
proses pengendapan Satuan Endapan
Alluvial hasil dari pelapukan dan erosi DAFTAR PUSTAKA
batuan di sungai Batang Malakutan yang
masih berlangsung hingga saat ini. Amarullah, D., Rahmat, S.B., Simatupang, D.P.,
2009, Potensi Gas Metan Batubara (Coal
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12
Bed Methane) di Cekungan Ombilin, Evolution of The Central and South
Sumatera Barat. Prosiding Hasil Kegiatan Sumatera Basins. Proceedings Indonesia
Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi. Petroleum Association, 13, Hal. 121-143.

Cahyono, E.B, 2011, Pemboran Dalam dan Rickard, M.J,. 1972. Fault Classification –
Evaluasi Potensi CBM Daerah discussion: Geological Society of
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. America Bulletin, Vol. 83, page 2545-
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber 2546
Daya Geologi.
Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur, A.,
Chien.Yen, T., 1947, Paleocene Fresh-Water Himawan, R., dan Jacob, T.G., 1991,
Mollusks From Southern Montana. Structural Development of the Ombilin
Geological Survey Professional, page 35- Basin West Sumatra, Proceedings
50. United States Indonesian Petroleum Association,
Twentieth Annual Convention, hal 1-15.
Koesoemadinata, R.P., dan Matasak, Th.,
1981, Stratigraphy and Sedimentation Yuniardi, Y. 2010, Litostratigrafi Cekungan
Ombilin Basin Central Sumatra (West Ombilin Berdasarkan Interperetasi Citra
Sumatra Province), Proceedings Satelit. Bandung: Bulletin of Scientific.
Indonesian Petroleum Association, Tenth VOL 8. FTG, UNPAD
Annual Convention, hal. 217-249.
Van Bemmelen, R.W, 1949, The Geology of
Koning, T., 1985. Petroleum Geology of The Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff,
Ombilin Intermontane Basin, West Vol. 1A, Netherlands.
Sumatera. Proceedings Indonesia
Van Zuidam, R.A, 1985, Aerial Photo-
Petroleum Association, 14, Hal. 117-137.
Interpretation in Terrain Analysis and
Lobeck, A.K., 1939. Geomorphology: An Geomorphologic Mapping, Smits
Introduction to The Study of Landscape. Publisher : Netherland
Mc.Graw-Hill Book Company, New
PENULIS:
York.
1) Febbi Finura, S.T., Alumni (2019)
McClay, K.R,. 1987. The Mapping of Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Geological Structures. Geological Society Teknik, Universitas Pakuan.
of London Handbook. Milton Keynes: Email: febbifinura1@gmail.com
Open University Press; New York, 2) Ir. Mustafa Luthfi, M.T., Staf Dosen
Toronto: John Wiley, 161p. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Mulyana, B., 2005, Tektono Stratigrafi Teknik, Universitas Pakuan.
Cekungan Ombilin Sumatera Barat. 3) Ir. Mohammad Syaiful, M.Si., Staf Dosen
Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 3, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
No. 2, hal 92-102. Teknik, Universitas Pakuan.

Mulyana, B., Gani, R.M, 2015, Litostratigrafi


Cekungan Ombilin Dalam Kerangka
Tectono-Sedimentation Rift Basin.
Bulletin of Scientific Contribution, Vol.
13, No. 2, hal 93-99

Pulunggono, A., Cameron, N.R., 1984.


Sumatera Microplates, Their
Characteristics and Their Role in The

Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan 13

Anda mungkin juga menyukai