Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAN POTENSI BATULEMPUNG SEBAGAI BAHAN INDUSTRI

DAERAH TAJUG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN KARANGMONCOL,


KABUPATEN PURBALINGGA, PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh:

Okta Budi Mulyawan 1), Teti Syahrulyati 2), Helmi Setia Ritma P 3)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan geologi yang mencakup geomorfologi, stratigrafi,
struktur geologi, lingkungan pengendapan dan sejarah geologi serta analisa kimia batulempung
formasi kalibiuk. Secara administratif daerah penelitian berada di Desa Tajug dan sekitarnya,
Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dengan luas daerah penelitian 7 km
x 7 km. Secara geografis terletak pada 109°27’57” BT - 109°31’45” BT dan 07°16’23” LS -
07°20’12” LS. Metodologi penelitian yang digunakan adalah literatur, pekerjaan lapangan, analisa
laboratarium dan studio. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 satuan, yaitu satuan
geomorfologi perbukitan homoklin dengan stadia geomorfik dewasa dan satuan geomorfologi dataran
aluvial dengan stadia geomorfik muda. Pola aliran sungai paralel dengan pola umum utara-selatan dan
timurlaut-baratdaya dan pola aliran sungai dendritik dengan sistem aliran yang dikontrol oleh litologi
yang homogen. stadia sungai muda dan dewasa. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian
mulai dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Batupasir Gampingan Selang-seling Batulempung
Formasi Tapak yang berumur Pliosen Awal (N19) diendapkan pada lingkungan Neritik Tepi-Neritik
Tengah. Secara selaras di atasnya diendapkan Satuan Batuan Batulempung Sisipan Batupasir Formasi
Kalibiuk yang berumur Pliosen Tengah (N20) diendapkan pada Neritik Tengah-Neritik Tepi. Pada
kala Holosen, satuan aluvial sungai menutupi satuan – satuan yang lebih tua yang dibatasi oleh bidang
erosi. Struktur geologi berupa struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan berupa Lipatan Homoklin.
Struktur sesar berupa Sesar Mendatar Makam. Struktur geologi terjadi Satu periode tektonik, pada
kala Plio-Plistosen dengan arah gaya utama dari selatan ke utara N 357º E. Kandungan Kimia
Batulempung Formasi Kalibiuk telah memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan baku semen
berdasarkan Sifat Fisik Keramik Standar ISO 6474 dan Jenis Semen Portland SNI 15-2049-2004
dengan jenis I,III,IV dan V.

Kata Kunci : Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Kandungan Kimia Batulempung.

I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan Penelitian
1.1. Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Daerah Tajug dan sekitarnya Kecamatan mengetahui gambaran tentang kondisi geologi
karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa di Daerah Tajug dan sekitarnya yang meliputi
Tengah merupakan perbukitan lipatan yang geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan
tersesarkan kuat yang berada pada Zona sejarah geologi. Hasil dari penelitian ini dibuat
Antiklinorium Bogor Serayu Utara Kendeng menjadi Peta Geologi, dan Peta Geomorfologi
(van Bemmelen, 1949). Berdasarkan sejarah dengan skala 1:25.000 dan hasil analisa kima
sedimentasi yang cukup bervariasi sehingga batulempung.
penulis tertarik untuk melakukan pemetaan
geologi serta analisa kimia batulempung 1.3. Metodologi Penelitian
formasi kalibiuk yang terdapat di daerah Metodologi yang dipakai dalam penelitian
penelitian. adalah kajian pustaka, pemetaan geologi
lapangan, pekerjaan laboratorium dan studio
serta pembuatan laporan. Kajian pustaka
dilakukan untuk mempelajari hasil penelitian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 1


terdahulu yang berhubungan dengan daerah Gambar 1. Morfologi perbukitan homoklin.
penelitian sedangkan pemetaan geologi Diambil dari Tepuskesisi ke arah utara.
lapangan dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan, pengukuran, dan pengambilan 2.1.2. Satuan Geomorfologi Dataran
conto batuan. Adapun pekerjaan laboratorium Aluvial
berupa analisis petrografi, analisis
Satuan geomorfologi dataran aluvial dibentuk
mikropaleontologi, analisis kimia
oleh hasil pengendapan sungai dengan
batugamping. Pekerjaan studio berupa
bentangalam berupa dataran. Satuan ini
pembuatan peta-peta dan analisa struktur
menempati 27 % dari luas daerah penelitian.
geologi, pembuatan laporan sebagai bagian
Satuan ini memiliki relief datar dengan
akhir dari proses penelitian.
persentase kemiringan dari 0° - 2°, dengan
kisaran ketinggian 100 - 112 mdpl. Proses-
1.4. Lokasi Penelitian
proses geomorfologi yang teramati pada
Secara administratif daerah penelitian satuan ini adalah sedimentasi membentuk
termasuk kedalam (11) Desa dan (2) dataran banjir, tanggul alam dan point bar.
Kecamatan yaitu, Kecamatan Karangmoncol Jentera geomorfik pada satuan ini termasuk
dan Kecamatan Rembang. Kabupaten kedalam stadia muda.
Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.

II. GEOLOGI UMUM


Timur Barat
2.1. Geomorfologi
Secara umum morfologi di daerah penelitian
berbentuk perbukitan bergelombang landai
sampai terjal, tersusun oleh batuan sedimen
yang terlipat dan terpatahkan pada kala
Pliosen sampai Plistosen sehingga membentuk
sayap lipatan dengan kemiringan batuan yang Gambar 2. Morfologi dataran aluvial berupa
relatif searah ke arah selatan. Secara pedataran. Diambil dari Desa Makam ke arah
morfogenetik (Davis, 1954) satuan selatan.
geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi
2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu:

2.1.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan


Homoklin
Satuan geomorfologi perbukitan homoklin
dikontrol oleh kemiringan batuan yang relatif
searah yaitu ke arah selatan. Satuan
geomorfologi ini menempati 73% dari luas
daerah penelitian yang tersebar hampir di
seluruh daerah penelitian. Satuan ini berada
pada ketinggian 112 - 412 mdpl dengan
kemiringan lereng sebesar 10°- 45° atau curam
hingga terjal. Proses-proses geomorfologi
yang teramati yaitu pelapukan berupa lapisan
tanah dengan ketebalan berkisar dari 0,2 m –
1,6 m, erosi berupa erosi alur dan erosi
saluran, berada pada stadia geomorfik dewasa.

Barat Timur

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 2


2.2. Stratigrafi 2.2.1. Satuan Batuan Batupasir
Gampingan Selang-seling
Batulempung

Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada


ciri-ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
didominasi oleh batupasir gampingan dan
batulempung. Satuan batuan ini menempati
sekitar 32% dari luas daerah penelitian,
penyebaran berada di bagian utara daerah
penelitian tersingkap baik di sepanjang Sungai
Kalicori, Sungai Kalikarang dan Sungai
Kalibojongsana. Kedudukan satuan batuan ini
relatif berarah barat – timur dengan jurus N
80º E – N 100º E dengan kemiringan lapisan
25º - 35º. Adanya arah kemiringan lapisan
batuan yang relatif seragam ini yang
menyebabkan adanya perbukitan homoklin
yang terjadi didaerah penelitian, Berdasarkan
hasil pengukuran pada penampang geologi
ketebalan satuan ini ± 1952 m.

Pada bagian bawah satuan ini didominasi oleh


batupasir gampingan dan batulempung.
Ketebalan batupasir gampingan 15 cm – 50 cm
dan ketebalan batulempung 10 cm – 15 cm.
Pada bagian tengah ketebalan batupasir
gampingan 10 cm – 15 cm dan batulempung
30 cm – 45 cm, pada bagian atas batupasir
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Regional Lembar
gampingan 5 cm – 7 cm dan batulempung 50
Purwokerto dan Tegal (Djuri, dkk., 1996)
- 150 cm.
Dari hasil pengamatan dan pengambilan data-
data di daerah penelitian, berdasarkan ciri-ciri
litologi meliputi jenis batuan dan keseragaman
litologi batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia,
1996), daerah penelitian dibedakan menjadi 3
(Tiga) satuan batuan, dengan urutan batuan
dari yang tertua hingga termuda adalah
sebagai berikut.

Gambar 3. Singkapan batupasir gampingan


selang - seling batulempung yang mencirikan
bagian bawah di Sungai Kalikarang pada
lokasi pengamatan (lp-72).

Tabel 2. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 3


Batulempung adalah N19 atau pada kala
Pliosen Awal. Penentuan lingkungan
pengendapan Satuan Batuan Batupasir
Gampingan Selang - seling Batulempung
berdasarkan hasil analisa foraminifera
bentonik yang terdapat pada LP 65, Lp 6 dan
LP 36 yang mewakili bagian bawah satuan ini,
ditemukannya fosil Florilus Mexicanus yang
menunjukan lingkungan pengendapan dengan
kisaran kedalaman 30 - 100 meter (Neritik
Tengah), bagian tengah satuan ini,
ditemukannya fosil Florilus Mexicanus yang
menunjukan lingkungan pengendapan dengan
Gambar 4. Singkapan batupasir gampingan kisaran kedalaman 30 - 100 meter (Neritik
selang - seling batulempung yang mencirikan Tengah), bagian atas satuan ini, ditemukannya
bagian tengah di Sungai Kalikarang pada fosil bulimina ovula D’orbigny, yang
lokasi pengamatan (lp-61). menunjukan lingkungan pengendapan dengan
kisaran kedalaman 30 - 100 meter (Neritik
Tengah) berdasarkan klasifikasi lingkungan
pengendapan menurut (Bandy, 1966).

Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Batupasir


Gampingan Selang-seling Batulempung
dengan satuan batuan dibawahnya yaitu tidak
diketahui, karena satuan yang lebih tua tidak
tersingkap didaerah penelitian. Hubungan
stratigrafi dengan satuan yang ada diatasnya
yaitu satuan batuan batugamping sisipan
batupasir adalah selaras, dilihat dari
kedudukan batuan di lapangan serta dari umur
batuan yang relatif menerus.
Gambar 5. Singkapan batupasir gampingan Satuan Batuan Batupasir Gampingan Selang-
selang - seling batulempung yang mencirikan seling Batulempung di daerah penelitian
bagian atas di Sungai Kalikuripan pada lokasi memiliki ciri litologi, umur dan lingkungan
pengamatan (lp-2). pengendapan yang sama dengan Formasi
Tapak (Djuri, dkk, 1996).
Penentuan umur didasarkan pada kehadiran
foraminifera planktonik yang terdapat dalam 2.2.2 Satuan Batuan Batulempung
sampel batuan yang diambil pada LP 65, LP 6 Sisipan Batupasir
dan LP 36. Berdasarkan penyebaran
foraminifera plankton pada bagian bawah Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada
didapat kisaran umur N19, dengan hadirnya ciri-ciri batuan yang teramati di lapangan yaitu
fosil Sphaerodinella dehiscens dan punahnya didominasi oleh batulempung dan batupasir
fosil Sphaerodinellopsis semi-nulina, pada yang hadir sebagai sisipan. Satuan batuan ini
bagian tengah satuan ini yaitu N19 menempati sekitar 41% dari luas daerah
berdasarkan hadirnya fosil Sphaerodinella
penelitian, penyebaran satuan ini berada di
dehiscens dan punahnya fosil
Sphaerodinellopsis semi-nulina, dan pada bagian selatan daerah penelitian tersingkap
bagian atas didapat kisaran umur N19 dengan baik di sepanjang Sungai Kalikarang, Sungai
hadirnya fosil Globorotalia Tumida dan Kalibodas dan Sungai Kaligintung.
punahnya fosil Globigerina nepenthes. Kedudukan satuan batuan ini relatif berarah
Berdasarkan analisa foraminifera maka dapat barat – timur dengan jurus N 83º E - N 97º E
disimpulkan bahwa umur Satuan Batuan
dengan kemiringan lapisan 30º - 41º.
Batupasir Gampingan Selang - seling
Berdasarkan hasil pengukuran pada

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 4


penampang geologi ketebalan satuan ini ±
2210 m.

Pada bagian bawah satuan ini dicirikan oleh


batulempung dengan ketebalan 4 m, pada
bagian tengah dicirkan oleh batulempung
sisipan batupasir dengan ketebalan
batulempung 2 m dan batupasir 15 cm, pada
bagian atas dicirikan oleh batulempung dengan
ketebalan 2 m.

Gambar 8. Singkapan batulempung yang


mencirikan bagian atas di Sungai Kalitanggar
pada lokasi pengamatan (lp-56).

Penentuan umur didasarkan pada kehadiran


foraminifera planktonik yang terdapat dalam
sampel batuan yang diambil pada LP 33, LP
45 dan LP 55. Berdasarkan penyebaran
foraminifera plankton pada bagian bawah
didapat kisaran umur N20, dengan hadirnya
fosil Sphaerodinella subdehiscens dan
punahnya fosil Globorotalia miocenica, pada
Gambar 6. Singkapan batulempung yang
bagian tengah satuan ini yaitu N20
mencirikan bagian bawah di Sungai Kalicabak
berdasarkan hadirnya fosil Sphaerodinella
pada lokasi pengamatan (lp-29).
subdehiscens dan punahnya fosil Orbulina
Universa, dan pada bagian atas didapat kisaran
umur N20 dengan hadirnya fosil
Sphaerodinella subdehiscens dan punahnya
fosil Globorotalia miocenica. Berdasarkan
analisa foraminifera maka dapat disimpulkan
bahwa umur Satuan Batuan Batulempung
Sisipan Batupasir adalah N20 atau pada kala
Pliosen Tengah. Penentuan lingkungan
pengendapan Satuan Batuan Batulempung
Sisipan Batupasir berdasarkan hasil analisa
foraminifera bentonik yang terdapat pada LP
33, Lp 45 dan LP 55 yang mewakili bagian
bawah satuan ini, ditemukannya fosil
Brizalina acuminata Natland yang
Ganbar 7. Singkapan batulempung sisipan menunjukan lingkungan pengendapan dengan
batupasir yang mencirikan bagian tengah di kisaran kedalaman 0 - 30 meter (Neritik Tepi),
Sungai Kalibodas pada lokasi pengamatan (lp- bagian tengah satuan ini, ditemukannya fosil
26). Ammonia beccarii Linne yang menunjukan
lingkungan pengendapan dengan kisaran
kedalaman 0 - 30 meter (Neritik Tepi), bagian
atas satuan ini, ditemukannya fosil Florilus
Mexicanus, yang menunjukan lingkungan
pengendapan dengan kisaran kedalaman 30 -
100 meter (Neritik Tengah) berdasarkan
klasifikasi lingkungan pengendapan menurut
(Bandy, 1966).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 5


Hubungan stratigrafi Satuan Batuan 2.3. Struktur Geologi
Batulempung Sisipan Batupasir dengan satuan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang
batuan dibawahnya adalah selaras, dilihat dari
meliputi pengukuran strike dan dip lapisan
kedudukan batuan di lapangan serta dari umur
batuan serta dijumpai indikasi-indikasi
batuan yang relatif menerus. Hubungan
struktur, maka struktur yang ada di daerah
stratigrafi dengan satuan yang ada diatasnya
penelitian adalah.
yaitu satuan endapan alluvial yang dibatasi
oleh bidang erosi.
2.3.1. Lipatan Homoklin
Satuan Batuan Batulempung Sisipan Batupasir Dinamakan Lipatan Homoklin dikarenakan
di daerah penelitian memiliki ciri litologi, kemiringan dari perlapisan batuan yang relatif
umur dan lingkungan pengendapan yang sama sama yaitu kearah selatan dengan kemiringan
dengan Formasi Kalibiuk (Djuri, dkk, 1996) batuan berkisar antara 22º - 43º.

2.2.3. Satuan Endapan Aluvial 2.3.2. Sesar Mendatar Makam


Penamaan satuan ini didasarkan pada material Penamaan Sesar Mendatar Makam
aluvial sungai yang berukuran lempung, pasir dikarenakan indikasi sesar ini diperoleh di
sampai bongkah yang bersifat lepas sebagai sekitar Desa Makam. Sesar ini terletak di
penyusun satuan ini. Satuan ini tersebar di bagian tengah daerah penelitian yang
sekitar Sungai Kalikarang, Sungai Kaligintung memanjang dari timurlaut – baratdaya
dan Sungai Kalibodas pada bagian selatan sepanjang 5,4 km. Indikasi sesar mendatar ini
daerah penelitian dan menempati sekitar 27% adalah:
dari daerah penelitian, umumnya menempati
daerah dataran. Ketebalan satuan ini 1. Bidang sesar N 219º E/78º berupa gores
berdasarkan pengamatan di lapangan antara garis 8º, N 225º E dengan Pitch 5º pada
0,2 m – 1,6 m. Satuan endapan ini disusun batupasir Lp-75, di Sungai Kalikarang.
material aluvial sungai berukuran lempung,
pasir, kerikil, kerakal sampai bongkah dengan
bentuk menyudut tanggung sampai membulat,
terdiri dari batuan beku, batupasir, dan
batulempung yang berasal dari batuan yang
mengalami pelapukan, kemudian tererosi dan
terendapkan. Proses pengendapan satuan
endapan ini masih berlangsung sampai
sekarang.

Gambar 10. Bidang sesar N 219º E/78º berupa


gores garis 8º, N 225º E dengan Pitch 5º pada
batupasir Lp-75, di Sungai Kalikarang

2. Kelurusan kontur dengan arah N 43º E


yang terdapat di sungai Kalikarang.

2.3.3. Mekanisme dan Umur


Pembentukan Struktur Geologi
Gambar 9. Endapan aluvial di Sungai
Pada Daerah Penelitian
Kaligintung
Untuk mengetahui arah gaya utama yang
membentuk struktur geologi di daerah
penelitian maka ditentukan arah gaya utama
adalah tegak lurus dari kedudukan jurus

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 6


lapisan dan sumbu lipatan. Di daerah batuan dibawahnya yang dibatasi oleh bidang
penelitian terjadi satu kali proses tektonik erosi.
yang mempunyai arah gaya utama N 353° E
atau utara-selatan. Umur struktur geologi akan III. ANALISA KIMIA BATULEMPUNG
lebih muda dibanding umur satuan batuan FORMASI KALIBIUK SEBAGAI
yang terbentuk. Struktur geologi yang BAHAN INDUSTRI
terbentuk di daerah penelitian, berupa struktur 3.1. Analisa Kimia Batulempung Daerah
lipatan dan patahan, kejadian tektonik yang Penelitian
menyebabkan terbentuk proses struktur
geologi tersebut. Urut - urutan pembentukan Kebutuhan akan data informasi mengenai
struktur geologi di daerah penelitian diawali potensi bahan galian industri yang cukup besar
dengan pembentukan struktur perlipatan pada saat ini, termasuk kebutuhan batulmpung
berupa Lipatan Homoklin dan tersesarkan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
membentuk Sesar Mendatar Makam pada industri seperti industri keramik dan semen..
Kala Plio - Plistosen. Batulempung yang tersusun oleh hidrous
alumunium silikat (2H2OAl2O3 - 2SiO2)
2.4. Sejarah Geologi Daerah Penelitian merupakan salah satu bahan galian yang
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada maupun bahan tambahan dalam suatu industri,
N19 diendapkan satuan batuan batupasir contohnya sebagai bahan baku semen dan
gampingan selang–seling batulempung yang industri keramik. Batulempung di daerah
diendapkan di lingkungan laut dangkal, penelitian umumnya tersingkap baik di bagian
pengendapan ini berlangsung pada kala selatan daerah penelitian dengan penyebaran
Pliosen Awal. Satuan ini merupakan satuan yang cukup luas, dengan memperhatikan
batuan yang paling tua di daerah penelitian, informasi akan pentingnya batulempung dalam
hubungan satuan batuan dengan satuan batuan pemanfaatannhya sebagai bahan baku industri
di bawahnya tidak diketahui, dikarenakan maka perlu dikaji lebih lanjut untuk
satuan batuan yang lebih tua tidak tersingkap mengetahui unsur – unsur kimia batulempung
di daerah penelitian. Setelah itu terjadi untuk bahan baku industri semen dan keramik.
penurunan cekungan (transgresi) yang
memperlihatkan perlapisan batupasir 3.1.1. Potensi Bahan Galian
gampingan selang-seling batulempung yang Bahan galian merupakan unsur-unsur maupun
semakin menipis ke atas (thining upwards).
Secara selaras pada N20 atau pada kala senyawa kimia, mineral-mineral, bijih-bijih
Pliosen Tengah diendapkan satuan batuan dan segala macam batuan termasuk batu-batu
batulempung sisipan batupasir yang mulia yang merupakan endapan-endapan alam
diendapkan di lingkungan laut dangkal atau yang tidak dapat diperbaharui kembali.
berada pada zona pasang surut (Oostingh, Berdasarkan kaitannya bahan galian sebagai
1935) yang ditandai dijumpainya fosil bahan baku suatu industri, menurut Peraturan
Gastropoda (Turritella angulata cramatensis)
Pemerintah No. 27 Tahun 1980, bahan galian
pda batulempung. Setelah N20 yaitu pada
kala Plio-Plistosen terjadi aktivitas tektonik dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
(Orogenesa) yang mengakibatkan proses 1. Bahan Galian Strategis (Golongan A)
deformasi pada batuan yang diendapkan di
daerah penelitian serta terbentuknya perlipatan Bahan galian yang penting untuk pertahanan
dan proses pensesaran. Proses struktur geologi atau keamanan Negara atau untuk menjamin
tersebut sekaligus mengakibatkan terjadinya perekonomian Negara. Yang termasuk
pengangkatan dari laut dangkal menjadi kedalam bahan galian golongan ini yaitu :
daratan. Daerah penelitian yang telah menjadi bitumen cair, lilin bumi, bitumen padat, aspal,
daratan terjadi proses eksogen yaitu pelapukan antrasit, batubara, uranium, radium, thorium,
dan erosi yang menghasilkan endapan aluvial nikel, cobalt dan timah.
sungai yang merupakan hasil rombakan dari 2. Bahan Galian Vital (Golongan B)
batuan yang terbentuk sebelumnya dan
endapan aluvial sungai ini menutupi satuan Bahan galian vital (golongan B) adalah bahan
galian yang dapat menjamin hajat hidup orang
banyak. Yang termasuk kedalam bahan galian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 7


ini yaitu : besi, mangan, molibden, khrom, sumberdaya mineral diklasifikasikan menjadi
wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, empat kelompok, yaitu :
timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa,
arsen, antimon, bismut, yitirum, rhutenium, 1. Sumberdaya Mineral Hipotetik
cerium dan logam-logam langka lainnya, Adalah sumberdaya mineral yang kuantitas
beryllium, korundum, zircon, Kristal kuarsa, dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
kriolit, fluorspar, barit, yodium, brom, khlor, perkiraan pada tahap survey tinjau.
dan belerang. Sumberdaya mineral ini merupakan hasil dari
3. Bahan Galian Yang Tidak Termasuk tahap paling awal dari suatu kegiatan
Keduanya (Golongan C) eksplorasi dari suatu kegiatan penyelidikan
umum. Pemetaan geologi dengan skala
Bahan galian yang tidak termasuk keduanya 1:25.000 / 1:50.000 / 1:100.000.
(golongan C) adalah bahan galian yang non-
strategis dan non-vital. Yang termasuk 2. Sumberdaya Mineral Tereka
kedalam bahan galian golongan ini yaitu : Sumberdaya mineral yang kuantitas dan
nitrat, fosfat, garam batu (halit), asbes, talk, kualitasnya diperoleh berdasarkan tahap
mika, grafit, magnesir, yarosit, leusit, tawas, prospeksi. Pemetaan geologi semi detail
oker, batu permata, pasir kuarsa, kaolin, dengan skala 1;5.000.
feldspar, gypsum, bentonit, tanah diatomea,
tanah serap, batu apung, trass, obsidian, 3. Sumberdaya Mineeral Terujuk
marmer, batusabak, batukapur, dolomit, kalsit, Sumberdaya mineral yang kuantitasn dan
granit, andesit, basalt, trakhit, peridotit, pasir kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
dan pasir bartu. eksplorasi umum. Pemetaan geologi semi
Jenis-jenis bahan galian yang ada di daerah detail dengan skala 1;5.000 dan 1:1.000.
penelitian termasuk kedalam bahan galian 4. Sumberdaya Mineral Terukur
golongan C, hal ini didasarkan pada jenis
bahan galian di daerah penelitan yaitu bahan Sumberdaya mineral yang kuantitas dan
galian batukapur. kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
eksplorasi rinci. Pemetaan geologi detail
3.1.2. Sumberdaya Bahan Galian 1;1000 dan pemetaan geologi singkapan
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 1:500.
SNI 13-4726-1998 dari Badan Standarisasi 3.1.3. Pemanfaatan Bahan Galian
Nasional (BSN) disebutkan bahwa: Batulempung
1. Sumber daya Mineral adalah endapan Dalam industri semen penggunaan mineral
mineral yang diharapkan dapat batulempung adalah sebagai bahan baku utama
dimanfaatkan secara nyata. Dengan maupun bahan baku campuran, diperkirakan
keyakinan geologi tertentu sumberdaya untuk 1 zak semen diperlukan 0,0137 ton
ini dapat meningkat menjadi cadangan batulempung.
setelah dilakukan pengkajian kelayakan
Menurut SNI 15-2049-2004. Semen Portland
tambang dan memenuhi kriteria layak
adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan
tambang.
cara menggiling terak semen Portland
2. Cadangan adalah endapan mineral yang
terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,
bersifat hidrolis dan digiling bersama – sama
kuantitas dan kualitasnya secara
dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk
ekonomis, teknis, hukum, lingkungan
Kristal senyawa kalsium sulfat. Campuran
dan sosial. Endapan mineral ini dapat
tersebut membentuk Clinker yang kemudian
ditambang pada saat estimasi dilakukan.
ditambah dengan gypsum maka akan terbentuk
Perhitungan kuantitas batugamping yang
semen Portland. Berdasarkan kadar tersebut,
terdapat di daerah penelitian hanya sebatas
batulempung yang dapat digunakan sebagai
perhitungan sumberdaya saja, karena tidak
bahan baku pembuat semen dapat dilihat pada
dilakukannya pengajian kelayakan tambang
tabel 1.
untuk memenuhi kriterian layak tambang.
Berdasarkan SNI 19-6728.4-2004 tentang

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 8


1. Tahapan perhitungan luas
Dalam perhitungan luas digunakan
No Jenis SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO metode gridding, yaitu perhitungan luas
(%) (%) (%) (%) yang membagi area pada peta.
1 I - - - <6
2. Tahapan perhitungan volume
2 II > 20 <6 <6 <6 Dalam perhitungan volume digunakan
3 III - - - <6 metode penampang menurut Williams C.
Peters, Exploration and Mining Geology
4 IV - - - <6 (1978). Dalam hal ini penampang yang
5 V - - - <6 dihitung adalah penampang pada
ketebalan batulempung.
Tabel 3. Komposisi kimia batulempung
pembentuk bahan baku semen (Parameter Untuk perhitungan volume dari masing-
Semen Portland) masing penampang, dilakukan dengan
mengasumsikan bentuk atau tubuh penyebaran
3.1.4. Metode Analisa Kimia dan ketebalan batulempung berupa rekonstuksi
Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui masing masing ketebalan dari setiap
kandungan senyawa apa saja yang akan penampang (Gambar 6.1).
dianalisis, analisis kimia ini diperuntukkan
pada batulempung yang diambil sebagai bahan
studi khusus. Dalam melakukan analisis kimia
ini penulis menggunakan analisis kimia
dengan metode AAS (Atom Absorption
Spectrophotometry) dan metode Gravimetri.
a. Metode AAS (Atom Absorption
Spectrofotometer)
Merupakan suatu metode analisis kimia
dimana primsip kerjanya didasarkan atas
pengamatan panjang gelombang yang diserap
oleh suatu unsur. Metode AAS ini digunakan
untuk mengidentifikasi kadar Al2O3, Fe2O3, Gambar 11. Ilustrasi perhitungan sumberdaya
FeO, MgO, K2O, Na2O, dan CaO. menurut Williams C. Peters, Exploration and
b. Metode Analisa Gravimetri Mining Geology, (1978).
Merupakan suatu proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Tahap awal dari analisis gravimetri Perhitungan volume sumberdaya berdasarkan
adalah pemisahan komponen yang ingin ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
diketahui dari komponen-komponen lain yang
terdapat dalam suatu sample, kemudian Rumus Prismoida (William C. Peters, 1978)
dilakukan pengendapan yaitu transformasi Volume Kotor :
konstituen kedalam bentuk senyawa stabil dan V = L (S1 + 4M +S2) / 6
murni yang dapat diukur. Metode gravimetri
ini digunakan untuk mengidentifikasi kadar S1, S2 = Luas Penampang Ujung
H2O, LOI, dan SiO2. M = Luas Penampang Tengah
L = Jarak Antara S1 dan S2
3.1.5. Perhitungan Sumberdaya V = Volume Cadangan
Batulempung
Dalam perhitungan sumberdaya batulempung Tonase :
yang terdapat di daerah penelitian dilakukan V = (Volume Batulempung – Volume
dengan dua tahapan, yaitu : Tanah Penutup – Faktor Kesalahan
30%) m3 x Berat Jenis

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 9


Berdasarkan klasifikasi sumberdaya, di daerah Berdasarkan hasil analisis dari tiga sampel
penelitian termasuk kedalam sumberdaya batulempung yang diambil di daerah
mineral hipotetik. Karena didasarkan pada penelitian, maka hasil analisa kandungan
hasil penelitian yang masih bersifat penelitian kimia batulempung daerah penelitian adalah
umum. Perhiutngan sumberdaya batulempung Sampel Lp33 mengandung SiO2 sebesar
daerah penelitian adalah sebagai berikut : 59,64%, Al2O3 sebesar 18,22%, Fe2O3 sebesar
6,12%, CaO sebesar 0,65% dan MgO sebesar
Volume Kotor : 1,47%, Sampel Lp45 mengandung
V = L (S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 + mengandung SiO2 sebesar 57,61%, Al2O3
S7) / 7 sebesar 17,84%, Fe2O3 sebesar 6,06%, CaO
= 6000 m (72.575,6 + 86.582,07 + sebesar 1,69% dan MgO sebesar 1,82%,
102.640,03 + 139.590,04 + 178.578,9 Sampel Lp55 mengandung SiO2 sebesar
+ 191.834,56 + 291.500,89) m2 / 7 58,36%, Al2O3 sebesar 17,57%, Fe2O3 sebesar
= 6000 m (1.063.301,89) m2 / 7 5,52%, CaO sebesar 1,93% dan MgO sebesar
= 911.401.620 m3 1,76% maka menurut Semen Portland SNI 15-
Tonase : 2049-2004 batulempung yang ada didaerah
V = (Volume Batulempung – Volume penelitian dapat di jadikan sebagai bahan baku
Tanah Penutup – Faktor Kesalahan semen portland jenis I, III, IV dan V, dapat
30%) m3 x Berat Jenis dilihat pada tabel 3.
= 911.401.620 m3 - 36.420 -
273.420.486) m3 x 2,68 gram/cm3
= 1.709.594.227,92 ton Sampel SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO
(%) (%) (%) (%) (%)
3.1.6. Analisa Kimia Batulempung Daerah Lp33 59,64 18,22 6,12 0,65 1,47
Penelitian
Lp45 57,61 17,84 6,06 1,69 1,82
Dari tiga sampel batulempung yang diambil di Lp55 58,36 17,57 5,52 1,93 1,76
daerah penelitian dengan lokasi berbeda yang
dipilih mewakili seluruh sebaran batulempung Tabel 5. Komposisi kimia batulempung daerah
mulai dari barat ke timur daerah penelitian, penelitian.
kemudian dilakukan analisa kimia terhadap
tiga sampel batuan tersebut, dan diperoleh
hasil pada tabel berikut No Jenis SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO
(%) (%) (%) (%)
1 I - - - <6
2 II > 20 <6 <6 <6
3 III - - - <6
4 IV - - - <6
5 V - - - <6

Tabel 6. Komposisi kimia batulempung


pembentuk bahan baku semen (Parameter
Semen Portland)

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil bahasan yang telah
diuraikan, maka geologi daerah Tajug,
. Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah dapat disimpulkan
Tabel 4. Hasil analisa kandungan kimia sebagai berikut:
batulempung daerah penelitian

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 10


1. Satuan Geomorfologi daerah penelitian DAFTAR PUSTAKA
terbagi menjadi dua satuan geomorfologi
Anton, J. H, 1991. Mengenal keramik
yaitu satuan geomorfologi Perbukitan
canggih cerdas dan biokeramik, Andi Offset,
Homoklin dan Satuan Geomorfologi
Yogyakarta.
Dataran Aluvial. Jentera geomorfik daerah
peneltian umumnya masuk ke tahapan
Badan Geologi, 2013. Statistik
geomorfik dewasa dengan luasan berkisar
Geologi 2013, Badan Geologi, Bandung.
73% terhadap daerah penelitian.
2. Satuan batuan yang terdapat di daerah
Badan Standarisasi Nasional, 2004.
penelitian mulai dari tua ke muda adalah
SNI 15-2049-2004 : Semen Portland. Jakarta:
satuan batuan batupasir gampingan selang-
BSN.
seling betulempung yang berumur Pliosen
Awal (N19) yang diendapkan di
BAKOSURTANAL, 2000. Peta
lingkungan laut dangkal, satuan batuan
Rupabumi Digital Indonesia Lembar
batulempung sisipan batupasir berumur
Karangmoncol No. 1308-624, Badan
Pliosen Tengah (N20) yang diendapkan
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
dilingkungan laut dangkal dan satuan
(Bakosurtanal), Edisi : 1 – 2000, Cibinong,
endapan aluvial yang menutupi satuan
Bogor.
batuan yang ada di bawahnya dengan
dibatasi oleh bidang erosi, proses
Bemmelen, R. W. Van, 1949. The
pengendapan satuan ini masih berlangsung
Geology of Indonesia, Vol. IA: General
sampai sekarang.
Geology of Indonesia and Adjacent
3. Struktur geologi yang berkembang di Archipelagoes, The Hague, Martinus Nijhoff,
daerah penelitian berupa lipatan dan vol. 1A, Netherlands.
patahan. Struktur lipatan yang
berkembang di daerah penelitian berupa Blow, W. H. and Postuma J. A.,
lipatan homoklin. Struktur patahan yang 1969. Range Chart, Late Miosen to Recent
berkembang berupa sesar mendatar Planktonic Foraminifera Biostratigraphy,
mengiri makam timurlaut - baratdaya. Proceeding of The First.
dengan arah gaya utama N 353°E dari
selatan ke utara.
Djuri M, H. Samodra, T.C. Amin,
4. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dan S. Gafoer, 1996. Peta Geologi Lembar
pada kala Pliosen Awal (N19) sampai Purwokerto & Tegal, Jawa, Skala 1 : 100.000,
satuan batuan yang termuda diendapkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
pada Kala Pliosen tengah (N20). Struktur Bandung.
yang berkembang pada lokasi penelitian
dimulai pada Kala Plio-Plistosen. Harloff, C. E., 1933. Toelichting bij
Blad 67 (Bandjarnegara) : Geol. Kaart van
Sedangkan analisa kandungan kimia Java, 1 : 100.000.
batulempung dan sumberdayanya untuk
bahan baku semen dapat disimpulkan Kastowo dan Suwarna., N., 1996.
sebagai berikut: Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar
1. Sumberdaya batulempung yang terdapat di Majenang, Skala 1 :100.000, Pusat Penelitian
daerah penelitian adalah 1.709.594.227,92 dan Pengembangan Geologi, Bandung.
ton.
2. Berdasarkan hasil analisa kimia dari tiga Kemenperin, 2017. Pasokan Semen
sampel batulempung yang diambil Nasional 102 Juta Ton pada 2017,
mewakili seluruh sebaran batulempung di http://www.kemenperin.go.id, 7 Mei 2017,
daerah penelitian, maka batulempung di Diunduh pada September 2017.
daerah penelitian dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku Industri Semen Noor, D, 2014. Pengantar Geologi,
berdasarkan Semen Portland SNI 15-2049- Yogyakarta.
2004 dengan jenis I, III, IV dan V.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 11


Oostingh, C.H., 1935. Die Mollusken Wikipedia, 2011. AAS (Atom
des Pliozans von Boemiajoe (Java). Dienst van Absorption Spectrophotometry) (Kimia),
den Mijnbouw in Nederlandsch-Indie, http://id.wikipedia.org, Diakses pada tanggal
Bandung, 247h. 26 September 2017.

Peters, C. W, 1979. Exploration and Williams, H., Turner, F.J., Gilbert,


Mining Geology. New York. C.M., 1953. Petrography, An Introduction to
The Study of Rock in Thin Sections, W.H.
Pettijohn, F. J., 1957. Sedimentary Freeman and Company, New York.
Rock, Harper & Row Publisher, New York.
Penulis
Phleger, F. B., 1962. Ecology Of
Foraminifera. Nortwest Gulf of Mexico. Geol. 1) Okta Budi Mulyawan, ST, Alumni (2018)
So Amer. Memoir 46. Part I – II, Hal 50 - 53. Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan. (Email :
Martodjojo, A dan Pulunggono, A, oktabudim4@gmail.com)
1994. Geotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir
Mesozoik Hingga Kuarter, Makalah Seminar 2) Ir. Teti Syahrulyati, M.Si., Staf Pengajar
Geologi, Jurusan Teknik, Universitas Gajah Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Mada, Yogyakarta. Teknik Universitas Pakuan
Thornbury, W. D., 1969. Principles 3) Helmi Setia Ritma P, ST, M.Si., Staf
of Geomorphology, Second Edition, John Pengajar Program Studi Teknik Geologi
Willey and Sons Inc., New York, London, Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Sydney, Toronto, 594 p.

Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi


Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Wikipedia, 2011. Gravimetri (Kimia),


http://id.wikipedia.org, Diakses pada tanggal
26 September 2017.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 12

Anda mungkin juga menyukai