ABSTRAK
Protolith merupakan suatu batuan yang terbentuk yang merupakan hasil transformasi atau
ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya oleh suatu proses yang disebut dengan
metamorfisme yang berarti perubahan bentuk. Daerah penelitian tersusun oleh batuan metamorf
yang dijumpai dikabupaten merangin, tepatnya didesa sekancing kecamatan tiang pumping.
Adapun daerah penelitian tersusun oleh formasi yaitu formasi Asai berumur Jura (JA), dimana
batuan meramorf terdapat pada formasi Asai yang terdiri dari litologi batu sabak, konglomerat,
sisipan kuarsa berumur jura. Batuan slate yang berada pada daerah penelitian terdapat pada
formasi Jura Asai (Ja), pada formasi Ja tersusun atas batuan berupa batupasir malih, filit, batu
sabak, batulanau terkersikkan,grewake, sisipan batugamping.setempat batupasir kuarsa, argilit,
sekis, genes, kuarsir, dan batu tanduk.Dengan menggunakan bantuan metode petrografi Dengan
ciri litologi batuan berwarna lapuk coklat kehitaman, warna fresh coklat gelap dan coklat
keputihan, struktur foliasi,komposisi mineral berupa kuarsa 5%,mineral lempung-lempung silika
94%, dan opak 1%. Pada metamorfisme batu slate berada pada fasies metamorfisme tipe fasies
metamorfisme regional yang terbentuk pada sabuk pegunungan (orogenic) dengan jenis fasies
zeolith yang merupakan pembagian dari fasies metamorfisme regional. Fasies zeolith merupakan
fasies metemorfisme dengan tekanan dan suhu yang sangat rendah.
Kata Kunci : Formasi Asai, Batuan Asal, fasies metamorfisme, petrografi
ABSTRACT
Protolith is a rock that is formed which is the result of the transformation or alteration of a
pre-existing rock type by a process called metamorphism, which means a change in shape. The
research area is composed of metamorphic rocks found in Merangin Regency, precisely in
Sekancing Village, Pole Pumping District. The study area is composed of formations, namely
the Jurassic Asai Formation (JA), where meramorphic rocks are found in the Asai Formation
consisting of slate lithology, conglomerates, and Jurassic quartz inserts. The slate rocks in the
study area are found in the Jura Asai (Ja) formation, the Ja formation is composed of rocks in the
form of malih sandstone, phyllite, slate, crushed siltstone, grewake, limestone insertions. , and
horn stone. By using the help of petrographic methods, the lithological characteristics of
weathered rock are blackish brown, fresh colors are dark brown and whitish brown, foliated
structure, mineral composition in the form of 5% quartz, 94% silica clay minerals, and 1%
opaque. The slate metamorphism is in the regional metamorphic facies type which is formed in a
mountainous belt (orogenic) with the zeolith facies type which is a division of the regional
metamorphic facies. The zeolith facies is a metamorphic facies with very low pressure and
temperature.
Kata Word : Asai Formation, Metamorfisme, metamorphic facies, petrography
PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia terdiri dari jalur-jalur Selatan yang merupakan cekungan belakang
busur vulkanik dengan total Panjang busur 7000 busur (back arc basin) berumur Tersier yang
km, dimana Sebagian besar merupakan segmen- terbentuk akibat tumbukan antara Sundaland dan
segmen yang mengandung endapan mineral. Ada Lempeng Hindia. Secara Geografis Sub-
enam busur magmatic di Indonesia yang cekungan Jambi dibatasi oleh oleh Pegunungan
merupakan jalur utama mineralisasi logam, salah Tigapuluh di sebelah utara, Pegunungan
satu diantaranya adalah jalur busur magmatic Duabelas dan Tinggian Tamiang di bagian
Sumatra yang berumur kapur. Busur magmatic selatan, Paparan Sunda di sebelah timur, dan
ini merupakan busur magmatic yang paling tua di Bukit Barisan di sebelah barat. baratlaut-tenggara
Indonesia (Carlile & Mitchell, 1994 ). (Bishop, 2000).
Protolith merupakan perubahan batuan asal Daerah penelitian tersusun oleh batuan
yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius metamorf yang dijumpai dikabupaten merangin,
dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami tepatnya didesa sekancing kecamatan tiang
perubahan fisika atau perubahan kimia yang pumping. Adapun daerah tersebut tersusun oleh 2
besar. Protolith terjadi/terbentuk dari proses formasi yaitu formasi batuan vulkanik (Qhv) dan
metamorfisme batuan” yang telah ada formasi Asai berumur Jura (JA), dimana batuan
sebelumnya, baik berupa batuan beku, sedimen meramorf terdapat pada formasi Asai yang terdiri
dan metamorf. Metamorfisme terjadi pada batuan dari litologi batu sabak, sisipan kuarsa berumur
padat dipengaruhi oleh adanya temperatur (suhu), jura. Beradasarkan hal tersebut maka perlu dikaji
tekanan dan fluida (h20) pada pori” batuan. lebih lanjut dengan judul Geologi dan Protolith
Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian Batuan Metemorf di Desa Sekancing, Kecamatan
dari Cekungan Sumatera Selatan. Sub-cekungan Tiang Pumpung Kabupaten Merangin ini guna
Jambi adalah bagian dari Cekungan Sumatra menambah data dan informasi pada daerah ini.
METODE PENELITIAN menjadi 4 tahapan yaitu tahapan yang diawali
Penelitian ini telah dilakukan pada Desa dengan tahapana persiapan dan dilanjutkan dengan
Sekancing Kecamatan Tiang Pumpung Kabupaten pengumpulan data sekunder dan dilanjutkan dengan
Merangin Provinsi Jambi dalam pengumpulan data hipotesis serta dilakukan orientasi medan, Tahap
dengan luasan daerah 4 x 5 km dengan waktu pengambilan data yaitu tahapan pengambilan data
dalam pemetetaan dan pengambilan data di primer seperti data geomorfologi, struktur serta data
lapangan berlangsung selama 1 bulan. geologi, Tahap Pengolahan dan Analisis Data yaitu
Adapun metode itu terdiri dari studi Pustaka mengalisis data yang diperoleh dan menguraikan
dan regional, dilanjutkan pemetaan geologi guna data hingga menghasilkan simpulan akhir, Tahap
mengetahui kondisi geologi, yang diikuti dengan Penyusunan Laporan yaitu tahap untuk
kerja studio. menyimpulkan dan diakhiri oleh penyusunan hasil
Secara umum penelitian ini dapat dibagi penelitian dalam bentuk laporan akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Pengaliran Dan Stadia Sungai
Gambar 13. Sesar kedua pada daerah Bukit Gajah, Gambar 15. Sejarah Geologi Daerah Penelitian
Desa Sekancing Fase Jura – Akhir Kapur
Dalam fase ini daerah penelitian masih
berada pada cekungan di bawah permukaan laut
dimana proses yang terjadi adalah pengendapan
material yang tertransport. Sikuen pengendapan
daerah penelitian pada masa itu diperkirakan
termasuk dalam sikuen laut flysch dikarenakan
terbentuk pada daerah konvergen pada
tumbukan lempeng benua. Pada fase ini
menurut Metcalfe (2011) terbentuk sesar
Gambar 14. Lokasi sesar pada daerah kedua desa mendatar akibat terjadinya pergerakan blok
sekancing Sumatra Barat, blok Subimasu, dan blok East
Malaya dalam kelompok lempeng benua
Geologi Sejarah Eurasia, serta terjadi juga tumbukan lempeng
Sejarah geologi daerah penelitian merupakan Indo-Australia yang menujam ke arah utara dari
serangkaian kejadian geologi berupa aktivitas arah selatan lempeng Eurasia. Tumbukan ini
tektonik, vulkanik maupun sedimentasi yang yang membentuk jajaran pegunungan yang
dimulai dari pembentukan batuan dasar hingga menjadi sumber material daerah penelitian,
sekarang. Berikut adalah sejarah geologi daerah material ini membentuk sikuen endapan laut
flysch yang didominasi membentuk bentuk.
batulempung dan batupasir, keberadaannya yang Batuan asal atau protolith yang dikenai panas
berada di laut juga yang menyebabkan (lebih besar dari 150 °Celsius)
keberadaan material karbonatan. dan tekanan ekstrem (1500 bar),akan mengalami
Pada Fase kapur ini daerah penelitian perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
mengalami proses endogen yang kuat dimana Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan
terjadi pergerakan tektonik yang memiliki beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.
dampak signifikan. Terdapatnya zona lemah Batuan Meta Filit yang berada pada daerah
akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia penelitian terdapat pada formasi Jura Asai (Ja),
menyebabkan Intrusi Granitoid yang pada formasi Ja tersusun atas batuan berupa
mengakibatkan terjadinya metamorfisme batupasir malih, filit, batulanau terkersikkan,
regional dan terangkatnya batuan yang berupa grewake, sisipan batugamping. setempat
sedimen laut pada fase sebelumnya menjadi batupasir kuarsa, argilit, sekis, genes, kuarsir,
batuan malihan. Kejadian pada fase ini juga dan batu tanduk.
mengubah geomorfologi daerah penelitian yang Batu Meta Filit dapat berwujud hingga
pada fase sebelumnya berada pada bawah laut menyerupai batu setelah mengalami proses yang
menjadi daerah yang termasuk pada fisiografi terbilang panjang. Terlebih lagi batu Meta Filit
dataran rendah dan berbukit (Bemmelen, 1949). ini masuk ke dalam golongan batuan metamorf.
Fase Hiatus Batu metamorf sendiri merupakan transformasi
Pada fase ini terjadi kekosongan dari batuan lainnya yang telah mengalami
pengendapan dan juga tektonik, fase ini perubahan wujud. Proses pembentukan batu
merupakan fase ketidak selarasan Meta Filit ini berasal dari metamorfosis Shale
(Unconformity) yang mana pada fase terjadinya dan batu lempung atau Mudstone.
kekosangn pengendapan pada zaman jura akhir Adapun kondisi geomorfologi pada daerah
sampai pliosen. penelitian terbagi atas 3 geomorfologi yang
Fase Holosen berbeda yang mana batuan yang akan diteliti
Keadaan alam pada awal Kala Holosen berada pada geomorfologi perbukitan struktural
masih dipengaruhi oleh aktivitas gunung api, yang disini didapatkannya batuan Meta Filit dan
gerakan pengangkatan, dan pelipatan. Kendati berada pada formasi Ja dan geomorfologi
demikian, terdapat perubahan-perubahan perbukitan vulkanik terdanudasi yang dicirikan
penting, termasuk salah satunya perubahan oleh batuan vulkanik berupa aglomerat dan
iklim. Berakhirnya masa glasial atau Pleistosen fluvial yang mana terdapatnya sebaran batuan
menyebabkan iklim menjadi panas dan sebagian alluvium disepanjang tubuh sungai.
es di kutub mencair. Salah satu pengaruh Pada kondisi geomorfologi yang diketahui
fenomena ini terhadap keadaan alam di didaerah penelitian kondisi morfologi ini rentan
nusantara adalah terbentuknya Kepulauan terbentuk karena adanya proses endogen berupa
Indonesia seperti sekarang ini. Selain itu, iklim tektonisme,yang mana tektonik tersebut meliputi
di daerah tropis seperti Indonesia telah seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi,
menunjukkan persamaan dengan iklim sekarang. perlipatan kerak bumi sehingga terbentuk
Sementara kehidupan hewan dan tumbuhan struktur geologi yang beberapa terlihat pada
tidak banyak berevolusi selama Holosen, hanya daerah penelitian.
saja terjadi pergeseran besar dalam Batuan metamorf yang berada pada daerah
distribusinya. Hewan besar seperti mammoth, penelitian memiliki pensebaran yang cukup
Smilodon, dan Homotherium menghilang pada banyak sekitar 80% dari total luasan daerah
akhir Pleistosen menjelang Holosen. penelitian yang mana menandakan bahwa pada
daerah ini telah terjadinya proses metamorfisme
PROTOLITH BATUAN METAMORF batuan dengan pengaruh faktor dari adanya
FORMASI ASAI tekanan dan juga suhu yang telah terjadi pada
daerah ini. Dengan kondisi morfologi seperti itu
Protolith
maka batuan yang berada pada daerah ini
Protolith merupakan suatu batuan yang memiliki resistensi yang cukup tinggi yang hal
terbentuk yang merupakan hasil transformasi ini mengakibatkan adanya lereng-lereng dengan
atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah resistensi yang cukup kuat sehingga membentuk
ada sebelumnya oleh suatu proses yang disebut pola aliran yang curam berbentuk V pada daerah
dengan metamorfisme yang berarti perubahan telitian yang mana pola aliran yang terdapat
pada daerah teliti berupa pola aliran Batuan ini memiliki struktur yang berfoliasi
Rectangular, yang mana pola aliran rectangular yang mana hal tersebut menandakan bahwa
sendiri merupakan pola aliran yang alirannya terdapatnya gaya tekanan yang mengakibatikan
akan dikontrol oleh struktur geologinnya. batuan Meta Filit ini berstruktur foliasi yang
mana foliasi pada batu ini berupa foliasi Slaty
Petrologi Batuan Meta Filit
Cleveage yang umumnya ditemukan pada
Batuan Meta Filit merupakan batuan yang batuan metamorf berbutir sangat halus yang
ada akibat adanya proses metamorfosis dari dicirikan dengan adanya bidang-bidang belah
batuan asal yaitu batuan sedimen shale, batu planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
lempung dan mudstone yang mana proses Pada proses pembentukannya, batuan Meta
metamorfisme pada batuan ini berada pada Filit merupakan batuan yang terbentuk akibat
kondisi suhu dan temperature yang rendah. adanya tekanan dan suhu yang mengalami
Komposisi mineral pada batuan Meta Filit kenaikan yang signifikan oleh akibat adanya
berupa mineral lempung dengan mineral tenaga dari dalam bumi berupa tenaga endogen
tambahan yang terdapat berupa muscovite,biotit, dan mengakibatkan adanya lingkungan tektonik
kordierit, dan andalusite. Memiliki warna abu- yang biasanya berupa bekas cekungan sedimen
abu gelap yang mana berstruktur foliasi yang terlibat dalam batas lempeng konvergen,
sekistose yang mulai Nampak tetapi belum jelas yang mana batuan shale/serpih dan batuan
(slaty cleavage dengan tekstur lepidoblastik dan lumpur dicekungan itu dikompresi oleh gaya
granoblastic tetapi tanpa selang seling mineral horizontal dengan pemanasan yang kecil.
pipih dan mineral granular dengan butiran halus. Kekuatan dan panas ini merubah batuan yang
berada pada cekungan tersebut.
Lingkungan tektonik yang terbentuk dan
terisi oleh batuan serpih terbentuk akibat adanya
gaya konvergen muka bumi yang mana gaya
tersebut merupakan gaya saling mendekati
antara dua lempeng yang mana akibat dari gaya
saling bertabrakan tersebut lempeng yang lebih
Gambar 16. A.Singkapan Batuan Meta Filit B. padat menujam kebawan lempeng yang lainnya
Sampel setangan Meta Filit menunjukkan struktur yang mengakibatkan terbentuknya zona
Foliasi subduksi.