Anda di halaman 1dari 12

PROTOLITH BATUAN METAMORF DI DESA SEKANCING, KECAMATAN TIANG

PUMPUNG, KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI

PROTOLITH STUDY OF METAMORPHIC ROCKS IN SEKANCING VILLAGE, TIANG


PUMPUNG DISTRICT, MERANGIN DISTRICT, JAMBI PROVINCE

Abram S Napitu1*, D.M.Magdalena Ritonga2, Arsyad Ar3


Departemen Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
Jln. Lintas – Ma. Bulian KM. 15, Mendalo Darat, Jambi, 36361
*
Email: abramnapitu87@gmail.com

ABSTRAK
Protolith merupakan suatu batuan yang terbentuk yang merupakan hasil transformasi atau
ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya oleh suatu proses yang disebut dengan
metamorfisme yang berarti perubahan bentuk. Daerah penelitian tersusun oleh batuan metamorf
yang dijumpai dikabupaten merangin, tepatnya didesa sekancing kecamatan tiang pumping.
Adapun daerah penelitian tersusun oleh formasi yaitu formasi Asai berumur Jura (JA), dimana
batuan meramorf terdapat pada formasi Asai yang terdiri dari litologi batu sabak, konglomerat,
sisipan kuarsa berumur jura. Batuan slate yang berada pada daerah penelitian terdapat pada
formasi Jura Asai (Ja), pada formasi Ja tersusun atas batuan berupa batupasir malih, filit, batu
sabak, batulanau terkersikkan,grewake, sisipan batugamping.setempat batupasir kuarsa, argilit,
sekis, genes, kuarsir, dan batu tanduk.Dengan menggunakan bantuan metode petrografi Dengan
ciri litologi batuan berwarna lapuk coklat kehitaman, warna fresh coklat gelap dan coklat
keputihan, struktur foliasi,komposisi mineral berupa kuarsa 5%,mineral lempung-lempung silika
94%, dan opak 1%. Pada metamorfisme batu slate berada pada fasies metamorfisme tipe fasies
metamorfisme regional yang terbentuk pada sabuk pegunungan (orogenic) dengan jenis fasies
zeolith yang merupakan pembagian dari fasies metamorfisme regional. Fasies zeolith merupakan
fasies metemorfisme dengan tekanan dan suhu yang sangat rendah.
Kata Kunci : Formasi Asai, Batuan Asal, fasies metamorfisme, petrografi

ABSTRACT
Protolith is a rock that is formed which is the result of the transformation or alteration of a
pre-existing rock type by a process called metamorphism, which means a change in shape. The
research area is composed of metamorphic rocks found in Merangin Regency, precisely in
Sekancing Village, Pole Pumping District. The study area is composed of formations, namely
the Jurassic Asai Formation (JA), where meramorphic rocks are found in the Asai Formation
consisting of slate lithology, conglomerates, and Jurassic quartz inserts. The slate rocks in the
study area are found in the Jura Asai (Ja) formation, the Ja formation is composed of rocks in the
form of malih sandstone, phyllite, slate, crushed siltstone, grewake, limestone insertions. , and
horn stone. By using the help of petrographic methods, the lithological characteristics of
weathered rock are blackish brown, fresh colors are dark brown and whitish brown, foliated
structure, mineral composition in the form of 5% quartz, 94% silica clay minerals, and 1%
opaque. The slate metamorphism is in the regional metamorphic facies type which is formed in a
mountainous belt (orogenic) with the zeolith facies type which is a division of the regional
metamorphic facies. The zeolith facies is a metamorphic facies with very low pressure and
temperature.
Kata Word : Asai Formation, Metamorfisme, metamorphic facies, petrography

PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia terdiri dari jalur-jalur Selatan yang merupakan cekungan belakang
busur vulkanik dengan total Panjang busur 7000 busur (back arc basin) berumur Tersier yang
km, dimana Sebagian besar merupakan segmen- terbentuk akibat tumbukan antara Sundaland dan
segmen yang mengandung endapan mineral. Ada Lempeng Hindia. Secara Geografis Sub-
enam busur magmatic di Indonesia yang cekungan Jambi dibatasi oleh oleh Pegunungan
merupakan jalur utama mineralisasi logam, salah Tigapuluh di sebelah utara, Pegunungan
satu diantaranya adalah jalur busur magmatic Duabelas dan Tinggian Tamiang di bagian
Sumatra yang berumur kapur. Busur magmatic selatan, Paparan Sunda di sebelah timur, dan
ini merupakan busur magmatic yang paling tua di Bukit Barisan di sebelah barat. baratlaut-tenggara
Indonesia (Carlile & Mitchell, 1994 ). (Bishop, 2000).
Protolith merupakan perubahan batuan asal Daerah penelitian tersusun oleh batuan
yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius metamorf yang dijumpai dikabupaten merangin,
dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami tepatnya didesa sekancing kecamatan tiang
perubahan fisika atau perubahan kimia yang pumping. Adapun daerah tersebut tersusun oleh 2
besar. Protolith terjadi/terbentuk dari proses formasi yaitu formasi batuan vulkanik (Qhv) dan
metamorfisme batuan” yang telah ada formasi Asai berumur Jura (JA), dimana batuan
sebelumnya, baik berupa batuan beku, sedimen meramorf terdapat pada formasi Asai yang terdiri
dan metamorf. Metamorfisme terjadi pada batuan dari litologi batu sabak, sisipan kuarsa berumur
padat dipengaruhi oleh adanya temperatur (suhu), jura. Beradasarkan hal tersebut maka perlu dikaji
tekanan dan fluida (h20) pada pori” batuan. lebih lanjut dengan judul Geologi dan Protolith
Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian Batuan Metemorf di Desa Sekancing, Kecamatan
dari Cekungan Sumatera Selatan. Sub-cekungan Tiang Pumpung Kabupaten Merangin ini guna
Jambi adalah bagian dari Cekungan Sumatra menambah data dan informasi pada daerah ini.
METODE PENELITIAN menjadi 4 tahapan yaitu tahapan yang diawali
Penelitian ini telah dilakukan pada Desa dengan tahapana persiapan dan dilanjutkan dengan
Sekancing Kecamatan Tiang Pumpung Kabupaten pengumpulan data sekunder dan dilanjutkan dengan
Merangin Provinsi Jambi dalam pengumpulan data hipotesis serta dilakukan orientasi medan, Tahap
dengan luasan daerah 4 x 5 km dengan waktu pengambilan data yaitu tahapan pengambilan data
dalam pemetetaan dan pengambilan data di primer seperti data geomorfologi, struktur serta data
lapangan berlangsung selama 1 bulan. geologi, Tahap Pengolahan dan Analisis Data yaitu
Adapun metode itu terdiri dari studi Pustaka mengalisis data yang diperoleh dan menguraikan
dan regional, dilanjutkan pemetaan geologi guna data hingga menghasilkan simpulan akhir, Tahap
mengetahui kondisi geologi, yang diikuti dengan Penyusunan Laporan yaitu tahap untuk
kerja studio. menyimpulkan dan diakhiri oleh penyusunan hasil
Secara umum penelitian ini dapat dibagi penelitian dalam bentuk laporan akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Pengaliran Dan Stadia Sungai

Gambar 2. Kenampakan Tubuh Sungai Daerah


Penelitian
Geomorfologi daerah penelitian
Daerah penelitian ini telah mengalami
proses geomorfologi baik secara eksogen
Gambar 1. Peta Pola Pengaliran berdasarkan dan endogen yang menyebabkan perubahan
klasifikasi Howard (1966) bentuk morfologi. Secara eksogen berupa
Secara umum pola pengaliran dibagi menjadi pelapukan. Proses eksogen ini banyak
pola pengaliran dasar dan pola pengaliran dipengaruhi oleh faktor litologi di daerah
ubahan. Pola pengaliran dasar sangat ditentukan penelitian yang dominan tersusun oleh
oleh factor geologinya, bentuk atau polanya aglomerat piroklastik. Secara endogen
berkembang dengan topografi dan struktur berupa sesar dan intrusi di beberapa lokasi
geologinya, yang dapat dibagi menjadi beberapa yang mempengaruhi pola pengaliran
seperti dendritic, pararel, rectangular, trels, sehinggga pola pengaliran di daerah
radial dan anular. penelitian mengalami penyimpangan aliran.
Untuk pola ubahan merupakan pola Morfologi daerah penelitian merupakan
pengaliran yang masih memperlihatkan ciri pola bentuklahan struktural, vulkanik dan fluvial.
pengaliran dasar namun sudah mengalami Bentuklahan ini terlihat dari morfologi dan
perubahan. Berdasarkan analisis peta topografi data di lapangan, morfologi tersebut
serta melihat dari kondisi lapangan yang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik dan
mendasarkan pada bentuk dan arah aliran gunungapi serta pelapukan.
sungai, serta struktur geologinya maka penulis Morfologi struktural terbentuk dari tenaga
dapat membagi pola aliran yang ada pada daerah endogen yang akhirnya menghasilkan
penelitan yaitu berupa pola Rectangular. morfologi yang spesifik. Morfologi daerah
Pola Aliran Rectangular. Pola paliran ini penelitian tidak hanya dihasilkan oleh
umumnya berkembang pada batuan yang struktur geologi saja, namun juga
resisten tinggi. Dikontrol oleh struktur seperti diakibatkan oleh tingkat pelapukan, erosi
sesar atau kekar mempunyai dua arah dengan dan pengendapan produk gunungapi
sudut tegak lurus. Sungai- sungainya biasanya kuarter. Melalui pendekatan mengenai
mengikuti jalur-jalur kekar sehingga berbentuk pengenalan berbagai unsur morfologi yang
lurus. Cabang-cabang sungainya membentuk ada di lapangan dan disesuaikan dengan apa
sudut tumpul dengan sungai utamanya. yang ada pada peta topografi, dasar
Pada daerah penelitian pola aliran pemisahan dan penamaan satuan
rectangular ini berkembang di daerah morfologi geomorfologi daerah penelitian mengacu
perbukitan dengan adanya control struktur pada klasifikasi Verstappen (1985) tentang
berupa sesar dan lipatan. Sedangkan untuk aspek utama dalam analisa pemetaan
litologi pengisi berupa batuan metamorf dan geomorfologi dan klasifikasi bentuklahan.
batuan sedimen yang memiliki resisten tinggi. Berdasarkan klasifikasi bentuklahan
Pola pengaliran ini berkembang luas dibagian menurut Verstappen (1985), maka daerah
timur laut hingga barat daya daerah penelitian. Rantau Panjang dan sekitarnya dapat dibagi
menjadi 3 bentuk asal (gambar 8) yaitu :
Bentuk asal Struktural, Vulkanik, dan
Fluvial. Dari ketiga bentuk asal tersebut
dapat di bagi menjadi 4 bentuk lahan yaitu
Perbukitan Struktural (S1), Perbukitan
Vulkanik (V1), Dataran Banjir (F2) dan bentuk lembah “U” dan di beberapa lokasi
Fluvial (F1). Bentuklahan tersebut lembah “U-V”. Proses eksogen juga berperan
mempunyai aspek-aspek geomorfologi yang penting, yaitu erosi dan pelapukan. Pelapukan
berbeda-beda yang mencirikan dari masing- dan erosi di daerah ini sangat berpengaruh
masing bentuklahan, seperti yang terlihat terutama di daerah yang berasosiasi dengan air
pada tabel berikut: seperti di anak sungai batuan mengalami
pelapukan yang kuat hingga sedang sehingga
pada lokasi pengamatan jarang di temukan
batuan yang fresh pada satu tubuh batuan.
Bagian tubuh batuan yang fresh dapat
ditemukan di bagian fragmen-fragmen batuan
yang masih dapat di deskripsi dengan jelas dan
dapat di perjelas dengan bantuan loupe.

Gambar 3. Tabel Geomorfologi Daerah Penelitian


Modifikasi Verstappen,1985
Satuan Bentuk Asal Struktural
Bentuklahan Perbukitan Struktural (S1).
Bentuk lahan yang terdiri dari perbukitan-
perbukitan dengan keterdapatan hasil proses
dari sesar, kekar, dan lipatan (gambar 10).
Pada daerah penelitian kenampakan struktur
geologi berupa sesar, bentuk lahan V dengan
pola aliran sungai rectangular dibagian timur
Gambar 5. Kenampakan geomorfologi perbukitan
laut sampat barat day. Litologi batuan vulkanik
penyusun satuan ini berupa batuan aglomerat
piroklastik dan batuan Meta Filit yang Satuan Bentuk Asal Fluvial
memiliki resistensi sedang sampai tinggi. Bentuklahan Lembah Struktural.
Satuan geomorfik ini diapit oleh bukit dari
structural sehingga menampakkan bentukan
lahan berbentuk huruf V berada pada
ketinggian 150- 200 dengan pola aliran
rectangular dan merupakan aktivitas dari
tektonik dan struktur tersusun oleh batuan
hasil tektonik dan struktur dengan resistensi
lemah. Area cakupan yang ada dilapangan
sekitar 40 % dari luas cakupannya.

Gambar 4. Geomorfologi Perbukitan Struktural


Satuan Bentuk Asal Vulkanik
Bentuklahan Perbukitan Vulkanik
Terdenudasi (V1). Satuan geomorfik Perbukitan
Vulkanik Terdenudasi ini menempati 15% dari
luasan area penelitian dengan relief
bergelombang rendah hingga sedang dan
memiliki elevasi 200m-325m. Satuan geomorfik Gambar 6.Kenampakan Satuan Geomorfik
ini membentuk pola pengaliran rectangular, Tubuh Sungai
dimana pola pengaliran ini dicirikan oleh cabang Stratigrafi daerah penelitian
anak sungai yang membentuk pola saling Berdasarkan pada pemetaan geologi
menyudut dan antara anak sungai dengan sungai permukaan yang dilakukan di desa Rantau
utama membentuk sudut hampir tegak lurus atau Panjang dan sekitarnya maka didapatkan 3
tegak lurus. Sungai dan tebing di daerah ini diisi satuan batuan yaitu Meta Filit (Ja),
oleh litologi berupa piroklastik aliran dengan Aglomerat (Qhv), Tuff.
resistensi lemah - sedang dan didominasi oleh
Meta Filit Asai (JA)
Ciri litologi. Dilapangan Formasi Asai dicirikan
dengan batuan Meta Filit yang merupakan
batuan metamorf. Dengan ciri litologi batuan
berwarna lapuk coklat kehitaman, warna fresh
coklat gelap dan coklat keputihan, struktur
foliasi,komposisi mineral berupa kuarsa
5%,mineral lempung-lempung silika 94%, dan
opak 1%.
Distribusi dan Umur. satuan batuan metamorf
ini mtermasuk kedalam Formasi Asai, Satauan
batuan Meta Filit ini tersebar pada bagian Gambar 8. Foto Singkapan keterdapatan Batuan
selatan dari formasi Qhv, singkapan-singkapan Aglomerat
batuan Meta Filit ini dijumpai pada morfologi
perbukitan struktural dan penyebaran satuan ini Berdasarkan analisa petrografi dari sampel
meliputi 80% dari total luas kaplingan daerah yang di dapatkan dari lapangan. Pada
penelitian.mengacu pada peta geologi regional pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran
menurut Nana Suwarna dkk (1992). okuler 10x dan perbesaran objektif 5x dan pada
pengamatan diketahui stuktur masif, tekstur
meliputi ukuran butir .

Gambar 9. Sayatan Tipis Aglomerat Pada (a) PPL


dan (b) XPL
Komposisi penyusun batuan antara lain
fragmen litik (Lt), Kuarsa (Qz), Mineral
Lempung (Cl), dan mineral Opak (Opq). Dalam
pengamatan PPL warna putih dan abu-abu, XPL
abu-abu, subhedral-euhedral, terdiri dari mineral
kuarsa dan gelas vulkanik,. Kelimpahan 50%.
Dalam pengamatan PPL warna putih, XPL putih
Gambar 7. (a) Singkapan Meta Filit Asai sampai abu-abu, relief rendah tanpa belahan.,
(Dokumentasi Abram S Napitu), (b) Contoh anhedral, pleokroisme Lt Qz Cl Opq Lt Qz Cl
Hornfels, (c) Sayatan Petrografi PPL Meta Filit Asai, Opq 40 rendah. Kelimpahan 2%. Dalam
(d) Sayatan Petrografi XPL Meta Filit Asai. keadaan PPL coklat, pada XPL warna coklat, BF
dan sudut pemadaman sulit untuk diamati
Aglomerat andesit Kuarter (Qhv) karena ukuran mineral sangat kecil. Kelimpahan
Ciri Litologi. Litologi penyusun satuan batuan 45%. Dalam pengamatan PPL dan XPL terlihat
ini adalah aglomerat gunung api dengan tipe gelap. Kelimpahan 3%. Berdasarkan klasifikasi
piroklastik aliran dengan fragmen dominan Pettijhon, 1975 nama batuannya adalah Lithic
andesit yang berukuran kerikil hingga bongkah, Wacke.
dengan matriks berupa tuff dan litik. Fragmen Penyebaran dan ketebalan. Penyebaran
batuan lain adalah pumice namun sedikit di satuan ini meliputi 15% dari luasan daerah
temukan. Memiliki struktur masif, dengan penelitian. Batuan ini banyak tersingkap pada
pemilahan buruk, derajat kebundaran menyudut. daerah dengan morfologi terjal. Ketebalan
satuan batuan ini diperkirakan berkisar antara 3-
5 meter.
Umur dan Hubungan Stratigrafi. Satuan
aglomerat andesit ini berumur Kuarter dan pada pengukuran yang dilakukan di lapangan,
daerah dengan topografi rendah terendapkan struktur geologi yang berkembang di daerah
secara tidak selaras di atas satuan Filit. Di atas penelitian berupa data sesar. Struktur sesar yang
satuan batuan ini terendapakan satuan endapan dijumpai terdiri dari Sesar Kanan-turun.
alluvium secara tidak selaras. Penentuan dan penarikan struktur geologi
dilakukan berdasarkan penarikn kelurusan dari
Satuan Endapan Aluvium(Qa) peta DEM yang menunjukan pola-pola
kelurusan yang selanjutnya akan digabungkan
Ciri Litologi. Litologi penyusun dari satuan
dengan data primer dari hasil analisa struktur
ini berupa material lepas dengan ukuran butir
yang telah dilakukan untuk menentukan jenis
dari pasir halus-bongkah. Warna dari satuan ini
dan pergerakan struktur geologi yang ada.
cokelat hingga abu-abu. Material ini terbawa
oleh air sungai dari hulu dan belum terlitifikasi. Sesar
Penarikan struktur geologi sesar ini
didasarkan pada kelurusan yang ada pada daerah
penelitian baik dari data DEM ataupun kontur
dan juga didukung oleh didapatkannya data
primer di lapangan yakni berupa gores garis dan
bidang sesar. Data yang di dapatkan dianalisis
dan ditentukan penamaannya berdasarkan
diagram (Rickard, 1978).
Sesar Mendatar Kanan - Turun
Pada lokasi penelitian didapatkan sesar. Sesar
ini memiliki arah pola umumnya berada pada
Gambar 9. Kenampakan Singkapan Endapan barat laut – tenggara, penamaan dan Analisa
Alluvium kemudian dilakukan diaerah telitian dengan
Penyebaran dan Ketebalan. Penyebaran menggunakan analisis lapangan dengan
satuan ini meliputi 5% dari total luasan daerah melakukan pengukuran berupa bidang sesar
pemetaan. Di perkirakan tebal singkapan ini sebesar 163/52, bearing 325, rake 18 daan
antara 1-2 meter. Singkapan ini terendapkan di plunge 57. Sehingga menurut klasifikasi sesar
sepanjang tepi sungai batang tembesi berada oleh Rickard (1972) diketahui bahwa sesar yang
diarah timur laut. berada pada daerah penelitian ini merupakan
Umur dan Hubungan Stratigrafi. Satuan sesar mendatar kanan turun.
endapan alluvium ini berumur Holosen dan
terendapkan tidak selaras di atas aglomerat
andesit. Tetapi kontak satuan ini sulit
ditemukan. Proses pengendapan satuan ini
masih berlangsung hingga sekarang.

Gambar 11. Hasil analisis stereografis sesar


sekancing

Gambar 10. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

Struktur geologi daerah penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan dan
penelitian diilustrasikan dalam gambar.
Pada Zaman jura daerah penelitian mulai
terbentuk, terendapkan pada lingkungan laut
flysch. Kemudian zaman Kapur Tengah di
daerah penelitian yang mengakibatkan
terjadinya metamorfisme regional dan diikuti
pengangkatan. Kemudian terjadi hiatus, pada
Miosen Tengah Terjadi intrusi andesit berupa
dike menerobos granit arai hingga ke
permukaan. Kemudian setelah terjadi intrusi
Gambar 12. Foto data Sesar pada desa sekancing andesit terjadi aktifitas tektonik berupa sesar
mendatar kanan. Pada Holosen aktivitas
Sesar Mendatar Kanan - Turun vulkanik Gunung Masurai dan Hulunilo mulai
Sesar kedua berada pada daerah penelitian aktif. Hingga material vulaknik alirannya
dengan dengan arah umum yaitu barat laut – menutupi permukaan daerah penelitian yang
tenggara dengan hasil dari perhitungan diperoleh kondisi topografinya rendah. Pada holosen ini
bidang sesar berada pada 165/60, bearing 324, mulai terendapkan aglomerat Andesit sebagai
plunge 63 dan rake sebesar 21. Menurut produk vulkanik. Kemudian setelah aktivitas
klasifikasi sesar oleh Rickard (1972) diketahui vulkanik berhenti material lepas dari daerah
sesar yang berada pada daerah penelitian yang tinggi terendapkan di daerah rendahan
merupakan sesar mendatar kanan turun. dengan ukuran butir mulai dari lempung hingga
bongkah.

Gambar 13. Sesar kedua pada daerah Bukit Gajah, Gambar 15. Sejarah Geologi Daerah Penelitian
Desa Sekancing Fase Jura – Akhir Kapur
Dalam fase ini daerah penelitian masih
berada pada cekungan di bawah permukaan laut
dimana proses yang terjadi adalah pengendapan
material yang tertransport. Sikuen pengendapan
daerah penelitian pada masa itu diperkirakan
termasuk dalam sikuen laut flysch dikarenakan
terbentuk pada daerah konvergen pada
tumbukan lempeng benua. Pada fase ini
menurut Metcalfe (2011) terbentuk sesar
Gambar 14. Lokasi sesar pada daerah kedua desa mendatar akibat terjadinya pergerakan blok
sekancing Sumatra Barat, blok Subimasu, dan blok East
Malaya dalam kelompok lempeng benua
Geologi Sejarah Eurasia, serta terjadi juga tumbukan lempeng
Sejarah geologi daerah penelitian merupakan Indo-Australia yang menujam ke arah utara dari
serangkaian kejadian geologi berupa aktivitas arah selatan lempeng Eurasia. Tumbukan ini
tektonik, vulkanik maupun sedimentasi yang yang membentuk jajaran pegunungan yang
dimulai dari pembentukan batuan dasar hingga menjadi sumber material daerah penelitian,
sekarang. Berikut adalah sejarah geologi daerah material ini membentuk sikuen endapan laut
flysch yang didominasi membentuk bentuk.
batulempung dan batupasir, keberadaannya yang Batuan asal atau protolith yang dikenai panas
berada di laut juga yang menyebabkan (lebih besar dari 150 °Celsius)
keberadaan material karbonatan. dan tekanan ekstrem (1500 bar),akan mengalami
Pada Fase kapur ini daerah penelitian perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
mengalami proses endogen yang kuat dimana Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan
terjadi pergerakan tektonik yang memiliki beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.
dampak signifikan. Terdapatnya zona lemah Batuan Meta Filit yang berada pada daerah
akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia penelitian terdapat pada formasi Jura Asai (Ja),
menyebabkan Intrusi Granitoid yang pada formasi Ja tersusun atas batuan berupa
mengakibatkan terjadinya metamorfisme batupasir malih, filit, batulanau terkersikkan,
regional dan terangkatnya batuan yang berupa grewake, sisipan batugamping. setempat
sedimen laut pada fase sebelumnya menjadi batupasir kuarsa, argilit, sekis, genes, kuarsir,
batuan malihan. Kejadian pada fase ini juga dan batu tanduk.
mengubah geomorfologi daerah penelitian yang Batu Meta Filit dapat berwujud hingga
pada fase sebelumnya berada pada bawah laut menyerupai batu setelah mengalami proses yang
menjadi daerah yang termasuk pada fisiografi terbilang panjang. Terlebih lagi batu Meta Filit
dataran rendah dan berbukit (Bemmelen, 1949). ini masuk ke dalam golongan batuan metamorf.
Fase Hiatus Batu metamorf sendiri merupakan transformasi
Pada fase ini terjadi kekosongan dari batuan lainnya yang telah mengalami
pengendapan dan juga tektonik, fase ini perubahan wujud. Proses pembentukan batu
merupakan fase ketidak selarasan Meta Filit ini berasal dari metamorfosis Shale
(Unconformity) yang mana pada fase terjadinya dan batu lempung atau Mudstone.
kekosangn pengendapan pada zaman jura akhir Adapun kondisi geomorfologi pada daerah
sampai pliosen. penelitian terbagi atas 3 geomorfologi yang
Fase Holosen berbeda yang mana batuan yang akan diteliti
Keadaan alam pada awal Kala Holosen berada pada geomorfologi perbukitan struktural
masih dipengaruhi oleh aktivitas gunung api, yang disini didapatkannya batuan Meta Filit dan
gerakan pengangkatan, dan pelipatan. Kendati berada pada formasi Ja dan geomorfologi
demikian, terdapat perubahan-perubahan perbukitan vulkanik terdanudasi yang dicirikan
penting, termasuk salah satunya perubahan oleh batuan vulkanik berupa aglomerat dan
iklim. Berakhirnya masa glasial atau Pleistosen fluvial yang mana terdapatnya sebaran batuan
menyebabkan iklim menjadi panas dan sebagian alluvium disepanjang tubuh sungai.
es di kutub mencair. Salah satu pengaruh Pada kondisi geomorfologi yang diketahui
fenomena ini terhadap keadaan alam di didaerah penelitian kondisi morfologi ini rentan
nusantara adalah terbentuknya Kepulauan terbentuk karena adanya proses endogen berupa
Indonesia seperti sekarang ini. Selain itu, iklim tektonisme,yang mana tektonik tersebut meliputi
di daerah tropis seperti Indonesia telah seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi,
menunjukkan persamaan dengan iklim sekarang. perlipatan kerak bumi sehingga terbentuk
Sementara kehidupan hewan dan tumbuhan struktur geologi yang beberapa terlihat pada
tidak banyak berevolusi selama Holosen, hanya daerah penelitian.
saja terjadi pergeseran besar dalam Batuan metamorf yang berada pada daerah
distribusinya. Hewan besar seperti mammoth, penelitian memiliki pensebaran yang cukup
Smilodon, dan Homotherium menghilang pada banyak sekitar 80% dari total luasan daerah
akhir Pleistosen menjelang Holosen. penelitian yang mana menandakan bahwa pada
daerah ini telah terjadinya proses metamorfisme
PROTOLITH BATUAN METAMORF batuan dengan pengaruh faktor dari adanya
FORMASI ASAI tekanan dan juga suhu yang telah terjadi pada
daerah ini. Dengan kondisi morfologi seperti itu
Protolith
maka batuan yang berada pada daerah ini
Protolith merupakan suatu batuan yang memiliki resistensi yang cukup tinggi yang hal
terbentuk yang merupakan hasil transformasi ini mengakibatkan adanya lereng-lereng dengan
atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah resistensi yang cukup kuat sehingga membentuk
ada sebelumnya oleh suatu proses yang disebut pola aliran yang curam berbentuk V pada daerah
dengan metamorfisme yang berarti perubahan telitian yang mana pola aliran yang terdapat
pada daerah teliti berupa pola aliran Batuan ini memiliki struktur yang berfoliasi
Rectangular, yang mana pola aliran rectangular yang mana hal tersebut menandakan bahwa
sendiri merupakan pola aliran yang alirannya terdapatnya gaya tekanan yang mengakibatikan
akan dikontrol oleh struktur geologinnya. batuan Meta Filit ini berstruktur foliasi yang
mana foliasi pada batu ini berupa foliasi Slaty
Petrologi Batuan Meta Filit
Cleveage yang umumnya ditemukan pada
Batuan Meta Filit merupakan batuan yang batuan metamorf berbutir sangat halus yang
ada akibat adanya proses metamorfosis dari dicirikan dengan adanya bidang-bidang belah
batuan asal yaitu batuan sedimen shale, batu planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
lempung dan mudstone yang mana proses Pada proses pembentukannya, batuan Meta
metamorfisme pada batuan ini berada pada Filit merupakan batuan yang terbentuk akibat
kondisi suhu dan temperature yang rendah. adanya tekanan dan suhu yang mengalami
Komposisi mineral pada batuan Meta Filit kenaikan yang signifikan oleh akibat adanya
berupa mineral lempung dengan mineral tenaga dari dalam bumi berupa tenaga endogen
tambahan yang terdapat berupa muscovite,biotit, dan mengakibatkan adanya lingkungan tektonik
kordierit, dan andalusite. Memiliki warna abu- yang biasanya berupa bekas cekungan sedimen
abu gelap yang mana berstruktur foliasi yang terlibat dalam batas lempeng konvergen,
sekistose yang mulai Nampak tetapi belum jelas yang mana batuan shale/serpih dan batuan
(slaty cleavage dengan tekstur lepidoblastik dan lumpur dicekungan itu dikompresi oleh gaya
granoblastic tetapi tanpa selang seling mineral horizontal dengan pemanasan yang kecil.
pipih dan mineral granular dengan butiran halus. Kekuatan dan panas ini merubah batuan yang
berada pada cekungan tersebut.
Lingkungan tektonik yang terbentuk dan
terisi oleh batuan serpih terbentuk akibat adanya
gaya konvergen muka bumi yang mana gaya
tersebut merupakan gaya saling mendekati
antara dua lempeng yang mana akibat dari gaya
saling bertabrakan tersebut lempeng yang lebih
Gambar 16. A.Singkapan Batuan Meta Filit B. padat menujam kebawan lempeng yang lainnya
Sampel setangan Meta Filit menunjukkan struktur yang mengakibatkan terbentuknya zona
Foliasi subduksi.

Gambar 17. A Hasil Petrografi Meta Filit pada


Nikol Sejajar (PPL), dan B. Hasil Petrografi Meta
Filit pada Nikol Silang (XPL)

Mineral mineral yang terdapat pada batuan


Gambar 18. Diagram Fasies Metamorfisme (suhu
ini berupa Kuarsa, Mineral Lempung Silika, dan dan tekanan)
Mineral Opak. Batuan ini berasosiasi dengan
urat kuarsa yang memiliki warna putih susu Pada metamorfisme batu Meta Filit berada
sampai ke abu abuan. pada fasies metamorfisme tipe fasies
Batuan Meta Filit merupakan batuan metamorfisme regional yang penyebarannya
metamorf homogen berbutir halus yang sangat luas dalam bentuk sabuk pegunungan
berfoliasi dan berasal dari batuan asal berupa (orogenic) dengan jenis fasies zeolith yang
batuan sedimen bertipe menyerpih yang terdiri merupakan pembagian dari fasies metamorfisme
dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami regional. Fasies zeolith merupakan fasies
metamorfisme regional berderajat rendah.
metemorfisme dengan tekanan dan suhu yang Environments, dalam: Lithos Volume
sangat rendah. 46, Elsevier Science B. V., Perancis, p.
Beradasarkan hasil analisis petrografi 605-626.
menunjukkan batuan Meta Filit dari mineral- Barber, A.J., Crow, M.J. Milsom, J.S., 2005,
mineral yang didapatkan dari hasil petrografi Tectonic Evolution. Sumatra: Geology,
diperoleh batuan Meta Filit pada lokasi Resources and Tectonic Evolution, (Eds.
penelitian ini didominasi oleh mineral Barber, A.J., Crow, M.J. and Milsom, J.S.
lempungan dengan kadar tingkat persentasinya Geological Soc. Memoir, 32. 234-255.
sekitar 94% yang menandakan bahwa batuan Batchelor, Richarrd A, , Bowden P., 1985,
tersebut merupakan batuan ubahan dari batuan Petrogenetic Interpretation Of Granitoid
asal yaitu batulempung. Dengan derajat Rock Series Using Multicationic
temperature pembentukannnya berada pada Parameters, Chemical Geology, Elsevier
kisaran 1000-1750C dengan tekanan berkisar Science Publisher, Vol 48, hal 43-55.
3Kbar yang menandakan bahwa daerah lokasi Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of
penelitian berada pada zona effect sesar. Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing
Office, The Hauge, Amsterdam. Hal 298-
323
Chappel, B.W; White, A.J.R and Wyborn, D.,
1992, The Important of Residual Source
Material (Restite) in Granite
KESIMPULAN Petrogénesis, J. Petrol. 28, 1111-1138.
Berdasarkan hasil analisis yang telah Cobbing Jhon, 2000, The Geology and
dilakukan, dapat diambil kesimpulan dari Mapping of Granite Batholits,
penelitian ini bahwa: Springer, New York, p 117.
1. Kondisi geomorfologi daerah penelitian Cox, K.G dan Bell J.D., 1979, The
didominasi perbukitan vulkanik dengan Interpretation Of Igneous Rock,
beberapa daerah dijadikan ladang Springer-Science, United Kingdom p.
pertanian pada bagian lembahnya. 416
Untuk stratigrafi daerah penelitain Darman, H., dan Sidi, F. H., 2000, An Outline
didapatkan bahwa Meta Filit pada of Geology of Indonesia : IAGI,
formasi jura berada pada umur yang Jakarta.
lebih tua dari pada aglomerat dan batuan Frost, B.R. dan Frost, C.D., 2008, A
tuff yang berasal dari hasil letusan Geochemical Classification for
vulkanik yang bersifat aliran dan Feldspathic Igneous Rocks, Journal Of
merupakan batuan piroklastik dari hasil Petrology, Vol 49, p. 1955-1969.
letusan gunung api. Hamilton, W., 1979, Tectonic of the Indonesian
2. Struktur pada daerah penelitian Region, U.S.G.S. Prof. Paper 1078.
didominasi oleh adanya Perbukitan Nurdiana, Astin, 2015, Evolusi Tektonik Pulau
Struktural dan Lembah structural. Bangka Bagian Selatan Berdasarkan
3. Didapatkan bahwa daerah penelitian ini Analisis Petrofrafi dan Geokimia
merupakan hasil dari effect zona sesar Granitoid, Institut Teknologi Bandung :
dengan tekanan sekitar 3Kbar dan Bandung.
temperatur berkisar 1000-1750C. Pearce, J.A., N.B.W Harris, and A.G., Tindle,
mengahasilkan batuan berupa Meta Filit 1984, Trace element discriminant
dengan batuan asalnya berupa diagrams for interpretation of granitic
batulempung. rocks, Journal of Geology, 25. 956-983.
Pecerillo, A., dan Taylor, S.R., 1976,
DAFTAR PUSTAKA Geochemistry of Eocene Calc-alkaline
Aspden, J.A., Stephenson, B. and Cameron, volcanicrocks from the Kastamenu area,
N.R., 1982, Tectonic Map Northern North Turkey, Contribution on
Sumatra, Institute of Geological Mineralogy and Petrology, 63-81.
Science. UK. Roche, 1980, A Classification of Volcanic and
Barbarin, B., 1990, A Review of the Plutonic Rocks using R1-R2 Diagrams
Relationship Between Granitoid Types, and Major Element Analyses, Chemical
Their Origins, and Their Geodynamic Geology .Vol. 29, p 183.
Setiawan K, dan Nurdin, 2015, Potensi Thorium
Dan Uranium Di Kabupaten Bangka
Barat, Eksplorium, Vol 35.2, hal 69-84.
Setijadji, L.D., Nabawi.N.R., Warmada, I.W.,
Yonezu, K., dan Watanabe, K., 2014,
Study on Tin Mineralization in
Singkawang and Ketapang Districts, West
Kalimantan, Indonesia and Its
Implication on the SE Asian Tin Belts,
Konferensi Asia Afrika ke-4.
Shand, S.J., 1943, Eruptive Rocks, John Wiley
New York, 444 p.
Suwarna, N., Suharsono dan S. Gafoer., 1992,
Peta Geologi Lembar Sarolangun sekala
1:250 000 . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi
Winter., 2001, An Introduction to Igneous and
Metamorphic Petrology, Department Of
Geology Whitman College. New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai