PENDAHULUAN
Daerah Pegunungan selatan pulau Jawa merupakan daerah yang kaya akan
daerah ini merupakan daerah alterasi dan mineralisasi yang belum pernah
dilakukan penelitian dan karakteristik dari jenis mineralisasinya, oleh karena itu
terdiri dari perselingan breksi gunungapi, lava andesit, tuf , batupasir, batulanau, dan
batulempung. Proses magmatisme ditandai dengan adanya litologi lava dan intrusi
yang mengisi, atau kekar-kekar yang terbentuk akibat pengaruh suhu dan tekanan
dari larutan hidrotermal itu sendiri. Kekar-kekar tersebut apabila terisi mineral
disebut urat/vein. Urat merupakan salah satu tempat dimana terjadinya proses
Pada hal ini endapan tersebut disebut sebagai endapat Epithermal. Endapan urat
epitermal tersebut terbentuk karena proses pengisian rongga (cavity filling) oleh
larutan hidtrotermal pada tubuh batuan yang dilewatinya. Tekstur urat dapat
digunakan untuk menentukan zona mineralisasi logam mulia dan logam dasar
1
2
(Morrison, dkk., 1990). Endapan urat pada sistem epitermal memiliki pola
distribusi tekstur yang konsisten sehingga dapat digunakan untuk membuat model
zonasi tekstur urat yang cukup fungsional dalam menentukan zona mineralisasi
Urat kuarsa merupakan salah satu jenis urat yang paling sering dijumpai.
Urat kuarsa didominasi oleh mineral kuarsa dan beberapa mineral lainnya. Kajian
namun yang ditekankan dalam penelitian seminar ini adalah karakteristik berupa
pola tekstur urat kuarsa, asosiasi mineral ubahan dan mineral bijih yang terdapat
dalam urat kuarsa serta tekstur urat tersebut. Asosiasi mineral ubahan tertentu
dalam urat kuarsa serta tekstur urat kuarsa tertentu terbentuk pada zona tertentu
pula. Oleh karena itu, melalui studi pola tekstur urat kuarsa tersebut, kita dapat
Tujuan dari penelitian seminar ini adalah untuk mengetahui pola tekstur
urat kuarsa dan bagaimana hubungannya dengan alterasi dan mineralisasi pada
mengenai jenis tekstur urat kuarsa yang terbatas pada asosiasi mineral ubahan dan
mineral bijih yang hadir. Penelitian seminar ini penyusun juga menggunakan
mineral ubahan dan mineral bijih dalam urat kuarsa tersebut. Selanjutnya akan
dihubungkan dengan parameter lainnya yaitu tekstur urat epithermal yang akan
penelitian.
melakukan penelitian seperti geologi regional daerah penelitian serta dasar teori
a. Fisiografi
produk hasil gunungapi berumur Oligo – Miosen seperti lava andesit yang masuk
Pegunungan Selatan yang dimulai pada kala Eosen Tengah dan berakhir pada
batuan - batuan tersebut sebagian ditutupi oleh batuan volkanik Kuarter. Batuan
terobosan yang menerobos zona selatan ini adalah tonalit, granodiorit dan diorit
(Oligosen), batuan granodiorit dan diorit (Miosen), dan batuan andesit dan dasit
b. Geomorfologi
batuan beku baik intrusi maupun ekstrusi yang bersifat asam, intermediet
c. Stratigrafi
Batuan yang ada pada daerah penelitian merupakan batuan yang berumur
Oligosen akhir – Miosen awal yakni Formasi Besole yang dibagi menjadi 2
berselingan dengan Satuan Batuan Gunungapi pada bagian atas (Gambar 2.4).
terbentuk pada lingkungan laut. Sebagian besar dari satuan batuan berumur
diterobos oleh andesit, dasit, diorit, dan basal yang berbentuk stock dan retas
yang diduga berumur Miosen Tengah yang menjadi awal dari mineralisasi di
Pacitan.
Gambar 1.1 Kolom kesebandingan satuan batuan daerah penelitan (kotak merah)
yang termasuk dalam lembar geologi Pacitan (Samoedra dkk, 1992)
6
d. Struktur Geologi
timurlaut. Pola ini membentuk zona kekar yang erat kaitannya dengan
mineralisasi yang terbentuk. Adapun pola struktur daerah Pacitan yaitu: pola
sesar mendatar kiri, pola baratdaya timurlaut (Sesar Grindulu), pola barat-
baratdaya.
Menurut Purwanto 1997 dalam Wiwik E., 2009 sesar yang mengarah
barat daya-timur laut diperkirakan merupakan sesar tua yang terbentuk pada
adanya reorientasi gaya yang semula berarah utara – selatan menjadi timurlaut
– baratdaya dan memberikan pola struktur pada arah tersebut. Sesar tersebut
mineralisasi logam mulia dan logam dasar di daerah Ponorogo dan sekitarnya.
Sistem sesar geser di daerah penelitian ini saling berpotongan dan membentuk
pola “V” dengan arah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara.
7
Gambar 1.2 Arah pola struktur utama Pulau Jawa dan sekitarnya (Pulunggono dan
Martodjojo, 1994 dalam Wiwik E., 2009)
yang terjadi ketika batuan berinteraksi dengan fluida hidrotermal (Corbett dan
dapat disebabkan oleh fluid mixing dan/atau boiling dan decompression. Endapan
mineral dijumpai berupa replacement, dissemination dan open space filling (vein,
berbentuk urat (vein). Kenampakan alterasi ini pada tubuh batuan memiliki pola
8
keteraturan maka kita bisa membaginya menjadi suatu zona yang disebut zona
alterasi.
1. Zona alterasi potasik, merupakan zona laterasi yang berada dekat dengan intrusi
dengan temperatur hidrotermal lebih dari 300°C dan salinitas tinggi. Zona
biotit, kuarsa dan magnetit dan umum terbentuk pada sistem endapan porfiri.
2. Zona alterasi propilitik, merupakan zona alterasi yang terbentuk pada kondisi
mineral penciri zona ini diantaranya adalah klorit, kalsit dan epidot yang dapat
3. Zona alterasi filik, merupakan zona alterasi yang ditandai dengan kehadiran
mineral sekunder yang didominasi oleh serisit dan kuarsa. Selain itu, dapat
pula muncul pirit dan anhidrit. Tipe alterasi ini terbentuk akibat fluida netral-
asam pada temperatur sedang yang berkisar antara 200°C – 400°C. Biasanya
montmorilonit, smektit dan illit. Alterasi ini terbentuk pada pada kondisi fluida
5. Zona alterasi argilik lanjut, merupakan zona alterasi yang terbentuk pada fluida
asam (pH<4) yang ditandai dengan hadirnya alunit, diaspor, pirofiliit, bersama
terbentuk pada kondisi pH dan temperatur tertentu serta tipe endapannya dalam
suatu sistem hidrotermal. Setiap mineral hanya akan terbentuk jika berada dalam
kondisi yang stabil. Oleh karena itu, beberapa mineral tertentu hanya akan
b. Definisi Urat
Urat atau biasanya juga disebut vein didefinisikan sebagai suatu pengisian
rekahan atau bidang sesar oleh gangue dan juga mineral bijih. Urat biasanya mengisi
celah pada suatu batuan, atau host rock/wallrock. Materi-materi pengisi urat adalah
mineral gangue berupa silikat, karbonat, oksida dan sulfida serta mineral-mineral
ekonomis. Pengamatan urat pada batuan akan sangat membantu kita dalam
zona alterasi yang bekerja pada pembentukan urat tersebut (Gambar 1.4)
Gambar 1.4 Contoh singkapan urat epitermal (adularia-serisit) dengan tekstur berlapis-
cockade/breccia di Hishikari, Jepang (Corbett, 1997)
dengan jenis tabular yang mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang,
tetapi sisi ketiga relatif pendek. Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk
bijih logam masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Urat pada umumnya
Gambar 1.5 Skema pembentukan urat yang dipengaruhi oleh struktur yang berkembang
mulai dari ada area pelenturan hingga perlipatan (foliasi) sampai proses pengisian fluida
hidrothermal (cavity filling) (Evans, 1993)
c. Mineralogi urat
Pada pengisian rekahan batuan oleh larutan hidrotermal akan membawa mineral
silika merupakan salah satu mineral pengisi urat atau rekahan pada batuan, dengan
mineral kuarsa sebagai mineral yang paling stabil. Selain kuarsa juga ditemukan
a) Adularia, biasanya mineral ini berwarna merah jambu atau putih kemerahan.
Mineral ini juga dapat teramati sebagai agregat moss yang berasosiasi dengan
12
moss quartz dan kalsedon pada lapisan-lapisan crustiform serta sebagai agregat
dari bentukan jarum yang berbeda dengan bentukan lapisan crustiform. Pada
b) Ametis, merupakan mineral yang tembus pandang atau mineral berwarna ungu
yang jernih, kehadiran warna ungu disebabkan oleh adanya zat pengotor
berupa kandungan Fe. Mineral ini umum dijumpai pada sistem epitermal,
yang berbilah (bladed calcite). Tetapi mineral ini tidak dapat digunakan untuk
oleh komposisi berkisaran luas serta memiliki tekstur yang dapat digunakan untuk
fluorit, sulfat dan zeolit. Tetapi kehadiran mineral-mineral ini tidak dapat
dalam urat kalsedon, moss-saccharoidal kuarsa dan bladed quartz. Selain itu,
mineral kalsedon.
mengidentifikasi asosiasi mineral yang hadir pada setiap tubuh urat. Mineralogi urat
a) Mineral Logam
mengandung unsur logam (metal) dan dapat diekstrak untuk kepentingan umat
manusia (Noetstaller, 1988 dalam Evans, 1993). Craig dan Vaughan (1981)
mengandung unsur logam, tetapi jika tidak dapat diekstrak, maka tidak
mineral bijih sebagai sinonim mineral opak (opaque), karena istilah tersebut
Asosiasi mineral logam pada tubuh urat akan memberikan banyak informasi
geologi yang ada pada suatu daerah. Salah satu informasi tersebut adalah berkaitan
karakteristik tertentu dari larutan hidrotermal dalam hal ini berkaitan dengan
mineral logam (bijih) seperti emas, perak, tembaga, pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit akan terbentuk pada suhu larutan hidrotermal dengan kisaran
o o
200 C – 250 C, tergolong ke dalam tipe endapan epitermal, sedangkan
asosiasi mineral logam seperti Native element (Au, Ag dan Pb), kalkopirit,
o o
suhu/temperatur antara 200 C – 300 C.
Mineral gangue adalah mineral-mineral yang hadir pada tubuh bijih, tetapi
kelompok silika, silikat, oksida, karbonat, sampai dengan fosfat. Gangue mineral
juga merupakan mineral penciri suatu alterasi. Mineral gangue biasanya digunakan
penting (Buchanan, 1981 dimodifikasi oleh Morrison, et. al, 1990). Contohnya
asosiasi mineral gangue kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe,
agate, ilmenit, karbonat, barit, zeolit, realgar, dan stibnit akan cenderung terbentuk
o o
pada suhu 150 C – 250 C, tergolong ke dalam tipe endapan epitermal.
Sedangkan asosiasi mineral gangue seperti kuarsa, serisit, karbonat, siderit, epidot,
o o
suhu/temperatur antara 200 C – 300 C. Penggolongan ini berdasarkan klasifikasi
d. Tekstur urat
Urat merupakan tempat terendapkannya mineral bijih, tekstur urat akan dapat
bercerita banyak mengenai genesa atau sejarah pembentukan dari mineral bijih
(Sutarto, 2004). Interpretasi genesa mineral dari tekstur akan sangat sulit dan
menyebutkan secara umum terdapat dua jenis tekstur yaitu tekstur primer
(bersamaan dengan magmatisme dan pengisian atau open space filling) dan
penyusunan seminar ini, hanya akan dibahas mengenai tekstur pengisian (open
Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas (brittle), pada
daerah dimana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar
porositas serta daerah tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi
Gambar 1.7 Berbagai macam tekstur pengisian dengan arah orientasi pergerakan fluida
hidrotermal (a) tekstur comb; (b) urat crustform simetris dengan sekuen pengendapan
mineralnya a-b-a-c (w = batuan dinding); (c) breksiasi bijih. (Craig & Vaughan, 1981)
dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat (magma) juga dapat terbentuk dari
presipitasi fluida hidrotermal itu sendiri. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali
a. Adanya vug atau cavities, sebagai rongga sisa karena pengisian yang tidak
selesai atau akibat dari proses pencucian oleh fluida (leaching) (Gambar 1.8).
sehingga mineral tersebut luruh dan tergantikan oleh mineral silika yang
euhedral seperti kuarsa, fluorit, feldspar, galena, sfalerit, pirit, arsenopirit, dan
(replacement).
kristal euhedral seperti kuarsa yang saling bertumbuhan pada saat proses
layer-layer karsiterit.
18
yang kadang berbeda. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi unsur dalam
Gambar 1.10 Sayatan penampang urat yang memperlihatkan tekstur crustiform banding
dan rongga (vug) pada sampel urat di St. Patrick tln mine, Queensland, Australia (Roger
Taylor, 2009 dan Evans, 2003)
2) Tekstur Colloform, yaitu salah satu tekstur yang secara genesa hampir
3) Tekstur Comb, terbentuk apabila terjadi pengintian kristal yang besar. Hal
epithermal. Matriks breksi yang berpori menjadi salah satu jalan bagi larutan
Lebih jauh lagi pengamatan jenis tekstur urat mineralisasi selain dapat
berbagai parameter, salah satunya adalah jenis tekstur urat kuarsa yang
Contohnya jenis tekstur seperti kristal kasar (euhedral crystal), yang kadang
berlapis dan inklusi fluida hadir pada urat kuarsa akan cenderung terbentuk
22
o o
pada suhu antara 300 C – 500 C dan tergolong ke dalam endapan
o o
suhu antara 200 C – 250 C dan tergolong ke dalam endapan epitermal.
e. Larutan hidrotermal
panas (50°sampai >500°C), secara lateral dan vertikal pada suhu/temperatur dan
tekanan yang bervarisasi, dibawah permukaan bumi (Pirajno, 1992 dalam Sutarto,
2004). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan
baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang
(Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach, 1997). Suhu dan kimia fluida
f. Endapan epitermal
Sebagian besar cadangan deposit mineral bijih (seperti emas, perak dan tembaga)
tubuh urat di batuan (Evans, 1993). Salah satunya adalah endapan mineral bijih
yang berasal dari endapan epitermal. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas
23
suhu antara 50°C – 200°C (Guilbert, 1986; Hedenquist et al, 2000 dalam Anonim,
2011). Istilah ini pertama kali dinyatakan oleh Lindgren pada tahun 1933.
(1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur
diketahui berdasarkan:
Ransome 1907 dalam Hedenquist et al, 2000 menemukan dari pengamatan yang
dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada gunung
api, dimana dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi reduksi
Uncommon
(variable)
pada urat di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi zonasi
Gambar 1.13.
26
Gambar 1.13 Model tipe epitermal sulfida rendah (Epithermal Low Sulfidation)
(Buchanan, 1981 dimodifikasi Morrison, et al., 1990)