PENDAHULUAN
Dalam ilmu geologi dikenal beberapa cabang ilmu yang salah satunya
sebagai sedimen pada lingkungan darat dan laut yang pada akhirnya membentuk
yang menjadi dasar pembahasan serta menjadi objek utama dalam studinya, yaitu
padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada
kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Terdapat beberapa formasi penyusun
batuan pada tempat penelitian, Formasi penyusun utama batuan tersebut adalah
Formasi Mallawa sangat menarik untuk dikaji, dimana pada formasi ini terdiri atas
berbutir lebih halus dengan sisipan lapisan-lapisan batubara diikuti oleh batulanau
dan napal yang menunjukkan endapan laut, serta dijumpainya sisipan batugamping
yang memiliki fosil moluska. Pada bagian atas pada formasi ini ditindih selaras oleh
sampel batuan.
dilaksanakan secara tinjau dengan tujuan untuk melengkapi data geologi guna
kompilasi Peta Geologi Regional sekala 1:1000.000 yang sekarang sudah terbit
dan Sahardjo. Selama 1978 dan 1979 juga diperoleh data geologi setempat oleh R.
Sukamto dan S. Santosa yang dipakai untuk memperbaiki beberapa bagian dari peta
119° 05‘ - 120° 45‘ BT dan 4° – 5° LS; meliputi Daerah Tk. II Kabupaten Maros,
Parepare: semuanya termasuk Daerah Tk. 1 Propinsi Sulawesi Selatan. Lembar peta
Benteng dan Sinjai di selatan, Selat Makasar d barat dan, Teluk Bone di timur.
Daerah ini mempunyai penduduk yang relatif lebih padat daripada bagian lain
terdapat di desa dan kampung di sepanjang semua jalan utama yang menuju ke
daerah pedalaman. Sebagian besar penduduk bertani sawan sehingga membuat
daerah ini penghasil padi yang utama di Sulawesi. Penduduk di sepanjang pantai
mempengaruhi keadaan iklimnya. Seperti di daerah lndonesia yang lain, di sini pun
ada dun musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di bagian barat musim
berlangsung dari Nopember sampai April, dan di bagian timur dan Mei sampai
2.1.1 Geomorfologi
baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan
hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di
bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-
dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras, penceminan adanya
yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh
puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini
tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah
batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini
adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian
utara selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat
Sungai Walanae yang mengalir ke utara Bagian selatan berupa perbukitan rendah
dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang sangat luas mengelilingi D.
2.1.2 Stratigrafi
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
tergerus dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar
atau ketidselarasan. Penarikhan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta
Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru
dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir.
Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava
dalam flysch. Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan
dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur
Akhir. Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh
endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai
Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini secara
menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi
Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan
gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen klastika Formasi Salo Kalupang yang
lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi
Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen
Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur
antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba
yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk
dari Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa. Selama Miosen
akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae di endapkan
sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m, dengan
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas,
bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur
berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2 juta tahun. Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak
terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan
Sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan Holosen yang luas
Supriatna, 1982).
Tmc Formasi Camba : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi;
setempat dengan batubara, berwarna beraneka, putih , coklat, merah, kuning, kelabu
muda sampai kehitaman: umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat;
berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis. 1971,
1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh batuan: B.27, B.73, B.134.
C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182.
Td.332, dan Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina cf. borneensis
fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Akhir
formasi ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah
pantai. Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang
di sebelah utara Ujung Pandang. Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak
selaras batugamping dari Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa
(Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae
(Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal piroksen, andesit dan
sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir
amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobos oleh retas, sill dan stok bersusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat (Sukamto dan
Supriatna, 1982).
kaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan kandungan
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan
sarang, berbutir halus sampat kasar; putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda
sedikit moluska dan koral. Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis,
1973) dan contoh batuan Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah:
Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki
JARVIS), Gn. globosa BOLLI, Globigerinoides sp., Gd. immaturus LEROY. Gd.
sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf;
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap
proses-proses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta
bahkan analisis besar butir sama pentingnya dengan metode-metode yang lain.
Menurut Boggs (1995), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan
sedimen, yaitu variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi
pengendapan. Material-material sedimen yang terdapat di permukaan bumi
Ukuran butir sedimen dinyatakan dalam skala angka dan dapat bervariasi dari
mikro hingga meter. Namun hamper semua ahli sedimentologi menggunakan skala
angka dalam satuan milimeter danphi. Ukuran butir atau skala angka yang
pada tahun 1898 dan dimodifikasi dan diperluas oleh Udden pada tahun 1898 dan
dimodifikasi serta diperluas oleh Wenworth pada tahun 1922. Skala Udden-
Wenworth dinyatakan dari ukuran <1/256 mm (0,0039 mm) hingga >256 mm dan
dibagi menjadi empat kategori ukuran (lempung, lanau, pasir, dan kerikil yang
dibagi dalam yang lebih kecil. Penyajian data bisa dalam dua bentuk, yakni data
statistik dan data grafik. Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan untuk
menganalisis distribusi ukuran butir, yaitu cara grafis dan cara matematis. Analisis
pada pengukuran butir sedimen antara lain ukuran butir rata-rata (mean),
Analisis smear slide dikenal sebagai preparat tipis atau analisis tipis, adalah
metode dalam ilmu geologi yang digunakan untuk memeriksa dan menganalisis
Smear slide merupakan suatu metode yang kuat dan secara cepat dapat
harus mempunyai kualitas yang baik untuk dapat digunakan dalam mengamati
smear slide. Cahaya transmitted dan Cahaya nikol silang dan nikol sejajar dapat
1982)
2.4 Spherecity
Sphericity adalah kebulatan yang menunjukkan sifat yang diwariskan oleh suatu
butir. Butir berbentuk papan akan cenderung membundar ketika tertransportasi dan
membentuk butir dengan satu sumbu lebih pendek dari kedua sumbu yang lain (low
penelitian geologi. Metode ini meliputi pengambilan data lapangan dan sampel.
penyusunan laporan fieldtrip ini maka dilakukan beberapa tahapan sistematis dan
pengambilan data lapangan. Adapun tahap persiapan ini terdiri atas beberapa sub
penelitian,
3.2.4 Tahap studi pendahuluan
mengetahui gambaran umum tentang data geologi pada daerah penelitian. Studi
pendahuluan ini juga termasuk studi literatur yaitu untuk mempelajari karakteristik
kegiatan penelitian.
tahap penelitian lapangan. Tahap penelitian lapangan ini juga dibagi ke dalam
beberapa metode pengambilan data yaitu Pengambilan data dengan cara pencatatan
data lapangan, Pengambilan data dengan cara pencatatan ini yaitu semua data yang
dijumpai di lapangan di rekam dengan tulisan dalam buku catatan lapangan, baik
data yang dilihat secara langsung ataupun data yang diperoleh dengan pengukuran.
Setelah tahap pengolahan data dilakukan maka tahap selanjutnya yaitu analisa
data baik data hasil pengolahan. Pada tahap ini mulai dilakukan intepretasi terhadap
berdasarkan data data yang diperoleh. Tahap analisa data yang dilakukan yaitu
semua data-data yang telah diolah dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah.
Tahapan Persiapan
Tahapan
Pengambilan data
Tahapan
Olah Data
Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Folk, R. L., & Ward, W. C. 1957. Brazos River bar: a study in the significance of
grain size parameters. Journal of Sedimentary Research, 27(1), 3-26
Folk, R.L. (1968) Petrology of Sedimentary Rocks. Hemphill Publishing Co.,
Austin.
La Ode Mais, Muliddin, Okto Ali. 2020. Analisis granulometri dan morfologi butir
pada endapan pasir dan kerakal di sepanjang aliran Sungai Trens Daerah
Boro-boro. Universitas Halu Oleo : Sulawesi Tenggara
Nichols, G. (2009). Sedimentology and Stratigraphy. Wiley-Blackwell.
Sam Boggs. 1987. Book Principles Of Sedimentology and Strategraphy. Merril
Publishing Company, Colombus
Williams, Howel, Francis J. Turner, and Charles M. Gilbert. 1982. Petrography
“An Introduction to the Study of Rocks in Thin Section”. W. H. Freeman and
Company : New York