PENDAHULUAN
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi
Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi
proses proses yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap bumi itu
sendiri. Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
material penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau
setelah pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi.
sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya proses
sedimentasi suatu batuan yang sudah ada yang diawali dengan pelapukan, erosi,
tersebut, salah satunya yaitu ukuran butir (grain size). Ukuran butir dapat
menentukan jenis transportasi yang terjadi serta keadaan dan jenis lingkungan
pengendapan suatu material sedimen. Maka dari itu dilakukanlah penelitian ini
Adapun tujuan dari fieldtrip kali ini yaitu ini sebagai berikut:
Adapun manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pembuatan laporan serupa dan dapat dijadikan sebagai sumber
bacaan.
Kabupaten Gowa.
Oktober 2018. Perjalanan dimulai pada hari Jum’at, 19 Oktober 2018. Kegiatan
lapangan dilaksanan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 dari pukul 08.00 WITA
hingga pukul 13.00 WITA. Perjalanan pulang dilakukan pada Jum’at 20 Oktober
2018.
maupun roda empat dengan lama perjalanan ±4,5 jam dari Kabupaten Gowa.
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Daerah Penelitian
Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian di daerah ini baik secara
1:250.000
lempeng.
5. Rab Sukamto (1982), membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan
bagian Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris
pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah
tempat di lereng timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya
yang dibentuk oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh
daratan Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya.
pasir dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai
mengeras kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm.
tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung
dan basalt dengan ukuran antara 2 – 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir
kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang
ditemukan pada satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-
Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini
sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt)
bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock
sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir
amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan
Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun,
dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D. Obradovich,
1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).
dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir
Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat,
putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal
Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan
lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak
selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba,
diterobos oleh sill, retas, dan stock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit.
sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih
banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian
bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin
kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah
kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat,
diterobos oleh retas (0,5 m – 1,0 m) menindih tak selaras batugamping Formasi
Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen
Bawah.
tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak
selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh
batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala
Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat
serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa
berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa
selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng.
Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh
sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar
berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini
mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-
kapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di
pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar
kebutuhan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh batuan tersebut. Banyak mineral
atau batuan yang bersifat ekonomis berasosiasi dengan batuan sedimen. Selain itu
dari batuan sedimen, proses pembentukan sedimen serta segala sesuatu yang
2.3 Sedimen
(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin
merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu)
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser. Mekanisme
pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat
jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen
yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu
terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang
ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel
atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur
proses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta proses
Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti
skewness dan kurtosis. Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat
berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan
dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik
kurva.
sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan
Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap
ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.
Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir
sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir
halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan
pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat
halus.
terhadap distribusi normal. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butir berlebihan
2. Material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang
terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan
material terlarut di air yang ditransportasikan dan diendapkan pada tempat
kimia.
dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material hancuran dan material
terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar. Setelah proses pelapukan
terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami proses transportasi dan lithifikasi. Pada
proses transportasi, dibawah kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang
a. Kecepatan pengendapan
c. Gelombang
mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain proses fisika, proses kimiawi
dan proses biologi. Pada butiran sedimen, ukuran sedimen berhubungan dengan
A. Ukuran Butir
B. Sortasi
Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di
C. Skewness (Sk)
positif maka sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih
banyak dari jumlah butir yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka
sedimen tersebut mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir
yang kasar.
Tabel 2.2. Klasifikasi Skweness
Nilai Skewness Klasifikasi
+1.0 sd +0,3 Very fine skewness
+0,3 sd +0,1 Fine skewness
+0,1 sd -0,1 Near symmetrical
-0,1 sd -0,3 Coarse skewness
-0,3 sd -1,0 Very coarse skewness
D. Kurtosis
tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan
laboratorium.
Metode pengambilan data terdiri atas ukuran butir. Metode yang digunakan
untuk ukuran butir ialah dengan pengambilan sampel (sampling) yaitu dengan
melakukan tes spit berukuran 1x1 m, yang kemudian di lakukan pengambilan data-
data seperti pengukuran tebal lapisan, deskripsi partikel sedimen, sketsa dan
pengambil sampel.
untuk memisahkan ukuran butir yang sama dimana untuk mengetahui berat.
diketahui rata-rata ukuran butir dan persentase tiap stasiun. Dari semua data yang
diolah tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan ukuran butir,
a. Peralatan Kelompok
1. Palu geologi
2. Kompas geologi
3. Kamera
4. Roll meter
b. Peralatan Individu
1. Kantung sampel
2. Clipboard
3. Buku lapangan
4. Kertas A4
5. Spidol
6. Alat tulis
7. Pita meter
Adapun prosedur kerja pada dalam fieldtrip kali ini yaitu yang pertama
dilakukan analisis ukuran butir dengan teknik sampling yang digunakan ialah
dengan menggunakan tespit ukuran 1x1 meter dengan mengambil sampel yang
diameter yang berbeda-beda (2 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm, 0,125 mm, 0,625
mm dan PAN).
METODE PENELITIAN
ANALISIS DATA
PEMBUATAN LAPORAN
4.1.1 Stasiun 1
Pada stasiun 1 terletak pada koordinat 030 59’ 23,11” LS dan 1190 50’
27,23” BT dengan arah N 64˚ E dan slope 4˚ dijumpai jenis material sedimen dalam
keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan
komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir (1-
1/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik. Struktur
pasir kasar.
4.1.2 Staiun 2
Pada stasiun 2 terletak pada koordinat 030 59’ 22,47” LS dan 1190 50’
28,68” BT dengan arah N 72˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam
keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan
komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir (1-
1/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik. Struktur
pasir kasar.
4.1.3 Staiun 3
Pada stasiun 3 terletak pada koordinat 030 59’ 21,11” LS dan 1190 50’
30,82” BT dengan arah N 55˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam
keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan
komponen pasir dan akar tumbuhan. Terkturnya kasar dengan ukuran butir pasir
kasar (1-1/2 mm) sortasi buruk, kemas terbuka, permeabilitas buruk, porositas baik.
Struktur berlapis.
4.1.4 Staiun 4
Pada stasiun 4 terletak pada koordinat 030 59’ 20,73” LS dan 1190 50’
33,15” BT dengan arah N 62˚ E dan slope 1˚ dijumpai jenis material sedimen dalam
keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan
komponen pasir dan akar tumbuhan dengan ukuran butir pasir sangat halus hingga
pasir sedang (1/16-1/2 mm) sortasi baik, kemas tertutup, permeabilitas buruk,
porositas baik.
4.1.5 Staiun 5
Pada stasiun 5 terletak pada koordinat 030 59’ 21,72” LS dan 1190 50’
34,55” BT dengan arah N 75˚ E dan slope 2˚ dijumpai jenis material sedimen dalam
keadaan segar abu-abu-hitam dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat dengan
komponen pasir dan akar tumbuhan dengan ukuran butir lanau hingga lempung
(<1/256-1/6 mm) sortasi baik, kemas tertutup, permeabilitas buruk, porositas baik.
4.2 Analisis Deskripsi Grain Size
4.2.1 Stasiun 1
HISTOGRAM STASIUN 1
50
40
30
20
10
0
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6
keseragaman butir very well sorted, dengan menghalus arah kekanan dan
4.2.2 Staiun 2
HISTOGRAM STASIUN 2
60
50
40
30
20
10
0
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Gambar 4.2 Histogram Stasiun 2
Tabel 4.4 Analisis Semi Logaritma Stasiun 2
PERSENTIL TREND
P5 0.029425011
P18 0.074088172
P25 0.085726351
P50 0.129500657
P75 0.211144875
P85 0.240536794
P95 0.841519435
butir moderately well sorted dan menghalus kearah kanan dan meruncing.
Berdasarkan hasil analisis data material sedimen terendapkan pada daerah arus
4.2.3 Staiun 3
Pada stasiun 3 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir
daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta
HISTOGRAM STASIUN 4
50
40
30
20
10
0
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6
daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta
4.2.5 Staiun 5
HISTOGRAM STASIUN 5
50
40
30
20
10
0
-2 0 2 4 6
Pada stasiun 5 rata-rata ukuran butir medium sand untuk keseragaman butir
daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah kanan serta
Mean
Stasiun σ Sk K Grain Size Sortasi Skewness Kurtosis
(%)
1 0.35925 0.1928 0.799 1.5668 Medium Sand Very Well Sorted Very fine skewed Very leptokurtic
2 0.138 0.571 0.47 2.653 Fine Sand Moderately well sorted Very fine skewed Very leptokurtic
3 0.2833 0.2021 2.933 3.2388 Medium Sand Very well sorted Very fine skewed Extremely leptokurtic
4 0.45381 0.478 0.7828 1.15602 Medium Sand Well sorted Very fine skewed Leptokurtic
5 0.35406 0.3688 0.7723 2.226389 Medium Sand Well sorted Very fine skewed Very leptokurtic
Pada daerah penelitian stasiun 1 rata-rata ukuran butir medium sand untuk
keseragaman butir daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus ke
arah kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini
tenang dan stabil, pada stasiun 2 rata-rata ukuran butirnya medium sand dengan
keseragaman butir moderately well sorted dan menghalus kearah kanan dan
meruncing dapat di interpretasikan pada stasiun ini terjadi perubahan arus yang
agak deras dan kurang stabil, pada stasiun 3 rata-rata ukuran butir medium sand
untuk keseragaman butir daerah penelitian yaitu very well sorted dengan menghalus
ke arah kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini
tenang dan stabil, pada stasiun 4 dan 5 rata-rata ukuran butir medium sand untuk
keseragaman butir daerah penelitian yaitu well sorted dengan menghalus ke arah
kanan serta meruncing dapat di interpretasikan kondisi arus pada daerah ini tenang
dan stabil. Berdasarkan dari analisis diatas maka dapat disimpulkan lingkungan
pengendapan material sedimen daerah penelitian yaitu daerah danau dengan kondisi
arus tenang dan stabis sehingga proses transportasi material sedimen berjalan
dengan stabil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ukuran butir material sedimen pada daerah penelitian didominasi oleh pasir
sedang.
5.2 Saran
Saran terhadap fieldtrip ini yaitu sebaiknya digunakan alat- alat yang lebih
memadai agar pengambilan data dapat dilakukan dengan lebih maksimal. Adapun
dilakukan dengan terjadwal dan mempunya target agar hasil yang didapatkan lebih
maksimal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova: Bandung.