UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
OLEH :
AXEL TOTTONG
D061221071
GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun maksud dari diadakannya praktikum lapangan kali ini adalah untuk
mengetahui prosedur pengambilan data lapangan
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dari tersebar pada jenis
bentang alam yang berbeda pada daerah atau bervariasi dan telah mengalami
gangguan struktur sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan
menjadi tidak beraturan. Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan
permukaan hingga nampak kurang segar terutama pada napal (Blatt, 2006)
Sebagian besar pegunungan baik di bagian barat maupun di bagian timur, batuan
itu diduga berumur Miosen awal bagian atas.
1. Endapan Permukaan
a) Endapan Aluvium, Danau dan Pantai : lempung ,lanau, lumpur, pasir dan
kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai
setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.
b) Endapan Undak : kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah
bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan
secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda
2. Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi
a) Formasi Camba : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan
gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batu pasir, batulanau,
dan batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan
batubara; berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman;
umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat serta berlapis dengan
tebal antara 4-100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapilli; tufa lempungan
berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan
breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan ukuran antara
2-40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung
pecahan koral dan Mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan napal
mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada
satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir
(N.9 N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar
5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt)
dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar berangsur-angsur berubah menjadi
bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan
stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.
b) Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen
laut ; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir
halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan,
batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal.
Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan,
sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh
retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda,
kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh
Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93
juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru
menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).Beberapa lapisan
batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska dan serpian koral.
Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan,
batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil for a
minifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri
menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai
fasies gunungapi.
c) Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan
batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat,
setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal
diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.
d) Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna
putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenit berwarna
putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal
Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping
berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping
pasiran. Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen
Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga
dalam dan lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000
meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras
dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan sctock batuan beku
yang bersusunan basalt, trakit diorit
e) Batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa
berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak
tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; Sebagian
bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya
semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan
sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm,
warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung
api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder
berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m – 1,0 m )
menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras
batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. Batuan tua
yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah
sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak selaras
oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh
batuan yang lebih mudah.
f) Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-
palung pada zaman kapur akhir. Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai
pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi
Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung
selama awal Eosen Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas
di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini
menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas,
yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan.
Proses tewktonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal.
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi
cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban
Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan
sesar Soppeng. Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen
Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah
hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan
dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu
sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar
sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-kapur Akhir. Perlipatan dan
pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang
berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh
gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar (Horst, 2017)
1. Recection
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan
bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu
tanda medan harus selaludibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan,
atausepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya
yang dibidik. Adapun Langkah-langkah reception sebagai berikut :
1) Lakukan orientasi peta
2) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua
buah
3) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu
4) Bidik dengan Kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita, sudut bidikan
dari Kompas itu disebut azimuth
5) Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya
6) Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelorus tersebut adalah
posisi kita di peta
2. Intersection
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebuh tanda medan yang dikenali di lapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada
intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langakh-langkah
melakukan intersection :
1) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kitab baik
2) Bidik obyek yang kita amati
3) Pindahkan sudut yang kita dapat di peta
4) Bergerk ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta
5) Lakukan Langkah b dan c
6) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud (Erisa, 2019)
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian
besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi (Noor, 2012)
2. Ukuran butir
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya
berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang
yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat
melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang
kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk
euhedral dan subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal
yang berbentuk anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama (Noor,
2012)
Asal mula batuan sedimen melibatkan empat proses utama yaitu Pelapukan,
Transportasi, Pengendapan (Deposition) dan Pemadatan.
4. Pelapukan
a) Pelapukan Fisika Pelapukan mekanis atau fisika melibatkan pemecahan
batuan dan tanah melalui kontak langsung dengan kondisi atmosfir, seperti
panas, air, es dan tekanan.
b) Pelapukan Kimia Klasifikasi kedua, pelapukan kimia, melibatkan efek
langsung dari bahan kimia atmosfir atau bahan kimia yang diproduksi
secara biologis yang juga dikenal sebagai pelapukan biologis dalam
pemecahan batuan, tanah dan mineral.
c) Pelapukan Biologi Pelapukan Biologi atau Pelapukan Organik adalah
pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah
proses organisme yaitu hewan, tumbuhan dan manusia.
5. Transportasi
Agen proses transportasi dapat berupa:
a) Gravitasi (jarak pendek dan lereng curam) Sejumlah besar sedimen, mulai
dari lumpur sampai batu-batu besar, bisa bergerak turun karena gravitasi,
sebuah proses yang disebut pergerakan massa.
b) Angin (partikel kecil saja) Angin mengangkut sedimen yang didekat
permukaan dengan mengangkat dan memindahkannya ke tempat arah
pergerakannya.
c) Gletser (Glacier) adalah tumpukan es / salju yang mencair dengan cepat,
pada saat mencair tersebut air yang mengalir tersebut mampu
mentransportasikan sediment ke tempat lain.
d) Air membawa partikel dengan berbagai bentuk pergerakan, tergantung
bentuk dari dari butiran partikel tersebut.
6. Pengendapan
Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana sedimen yang
dihasilkan oleh proses pelapukan, ataupun tanah dan batuan ditambahkan ke
suatu lahan yang dataran lebih rendah yang di tansportasikan oleh angin, es,
air, dan gravitasi. Deposisi terjadi ketika kekuatan yang bertanggung jawab
untuk transportasi sedimen tidak lagi cukup untuk mengatasi gaya gravitasi
dan gesekan, menciptakan ketahanan terhadap gerak.
7. Pemadatan dan penyemenan
Pemadatan: terjadi ketika sedimen terkubur dalam-dalam, menempatkan
mereka di bawah tekanan karena berat lapisan di atasnya. Penyemenan:
adalah mineral baru menempel pada butiran sedimen bersama sama seperti
semen mengikat butiran pasir pada bahan bangunan. Jika dilihat dengan
seksama foto mikroskop, itu bisa dilihat kristal mineral yang tumbuh di
sekitar butiran sedimen dan mengikatnya bersama-sama.
Gambar 2.1 Proses penumpukan sedimen (kiri), pemadatan (tengah) dan penyemenan (kanan).
Proses ini didahului oleh pelapukan dan transportasi sedimen terlebihdahulu.
2.4.2 Jenis Batuan Sedimen
Gambar 2.2 Urutan dari atas, batuan konglomerat, batuan pasir, batuan silt, batuan serpih
1. Batuan Klastik (Clastic) Batuan klastik terdiri dari fragmen, mineral dan
batuan yang sudah ada sebelumnya. Klastik adalah fragmen, potongan dan
butir batu yang lebih kecil yang terhasil dari batuan lainnya dengan
pelapukan fisik.
a) Konglomerat (Conglomerate) terdiri dari gabungan kerikil dan merupakan
komposit yang diurutkan dari berbagai macam ukuran butir bulat mulai dari
pasir sampai batu bulat
b) Batu pasir (Sandstone) r memiliki sejumlah kecil lempung mineral, hematit,
ilmenit, feldspar, dan mika lainnya yang menambahkan warna dan karakter
pada matriks kuarsa
c) Siltstone (Siltstone) Silt atau lempung adalah istilah ukuran yang digunakan
untuk bahan yang lebih kecil dari pasir (umumnya 1/16 sampai 1/256
milimeter)
d) Serpih (Shale) merupakan batuan halus, cukup sampai halus yang terbentuk
dari pemadatan butiran dengan ukuran bulat dan dan sangat kecil dengan
ukuran partikel kurang dari 1/256 mm
Gambar 2.3 Urutan dari atas kekanan: Batuan limestone (dua kiri atas), dolostone, batuan garam,
gypsum, dan batubara (empat paling bawah)
2.4.3 Struktur Batuan Sedimen