Anda di halaman 1dari 27

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


ACARA : FIELD TRIP

LAPORAN LENGKAP

OLEH :
RHADESTA AKHLAN AL-IQNA
D061221022

GOWA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan lengkap praktikum geologi dasar ini dengan baik.
Selama proses praktikum Field Trip sampai penyusunan laporan lengkap ini,
penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari teman-teman serta asisten
yang tiada henti rasanya sulit untuk menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu dengan setia memberikan semangat, dukungan
dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Rer. Nat. Ir. A.M. Imran dan Bapak Safruddim, S.T.,
M.Eng. selaku dosen mata kuliah Geologi Dasar yang telah memberikan
bimbingan serta ilmu-ilmu yang sangat berharga dalam perwakilan.
3. Kakak-kakak asisten praktikum mata kuliah Geologi Dasar yang telah
membantu penulis, baik saat praktikum di lapangan, saat asistensi maupun
dalam pembuatan laporan.
4. Teman-teman Angkatan 2022 Program Studi Teknik Geologi Departemen
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa laporan lengkap ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersidat membangun sangat di harapkan
demi kesempurnaan laporan lengkap ini. Akhirnya penuls berharap semoga apa
yang telah penulis selesaikan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Gowa, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
BAB I……………………………………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….....3
1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………….4
BAB II……………………………………………………………………………..5
2.1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang membahas tentang


bumi, dalam hal ini juga berhubungan tentang lingkungan. Ilmu geologi mulai
mempelajari tentang geometri (bentuk dan dimensi bumi), meterial penyusun atau
pembentuk bumi (komposisi padat, komposisi cair dan komposisi gas), kemudian
proses-proses yang terjadi (endogen dan eksogen) serta sejarah dari bumi itu
sendiri.
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur. Pengenalan mineral dapat
didasarkan pada berbagai sifat dari mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan
bentuk kristal serta dapat mengetahui akibat yang menyebabkan kekar pada suatu
batuan.
Daerah Barru Kampus Lapangan dipilih sebagai lokasi praktikum lapangan
dikarenakan pada daerah ini kita dapat menemukan banyak kenampakan-
kenampakan geologi seperti singkapan batuan gamping, beku, sedimen, breksi dan
struktur geologi. Serta kita juga belajar mengenai Geomorfologi dari daerah
tersebut.
Pada Field Trip mata kuliah Geologi Dasar ini diharapkan praktikan dapat
memberikan pengetahuan mengenai materi Geologi Dasar bagi kami, sehingga
kedepannya kami dapat menjalankan proses perkuliahan dengan lancar sekaligus
dapat memahami matakuliah selanjutnya dengan dasar yang diberikan saat ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geomorfologi Regional

Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan


umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan
pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini
menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang
rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh
Batugamping.
Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan
bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab
dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Tenaga Eksogen
Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya
tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan
degradasi.
2. Tenaga Endogen
Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya
pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat
terbentuk struktur gunung api dan agradasi.
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang
alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga
yang mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah
perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan
sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik
masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang
telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti
yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di
daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan
penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan
bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap
pembentukan bentang alamnya.
A. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut
kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur
gawir sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang
memanjang dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.
Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya
telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan
tanah berupa landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil erosi
tersebut diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh
sesar dapat pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong
perlapisan batuan dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing
yang terjal dengan dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai
dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar ini.
Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan
beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic
sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini adalah
Breksi,Batugamping,dan Napal.
Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang
kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan
pengolahan lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan
persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.
2.1.1 Stratigrafi Regional
1. Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna putih
dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna putih, coklat
muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal Globigerina tufaan;
bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan
breksi batugamping dan batugamping pasiran. Berdasarkan kandungan fosilnya
kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan
berupa neritik dangkal hingga dalam dan lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak
kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak
selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan sctock batuan beku
yang bersusunan basalt, trakit diorit
2. Formasi Camba batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi;
batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung;
konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih,
coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan
sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya berbutir
halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral
biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan
ukuran antara 2 – 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan
mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan
napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada
satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir (N.9-
N.15)pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter,
menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa
(Tem), mendatar berangsurangsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi
Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin,
andesit dan diorit.
Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat
berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa
selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tewktonik di bagian barat ini
berlangsung sampai Miosen Awal. Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu
diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terrjadinya permulaan terban Walanae
yang kemudian terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae.
Menurunnya terban Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar
walanae dan sesar Soppeng.Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak
Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen.

2.1.2 Batuan Terobosan

gd, Granodiorit : terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan


miksoskop batuannya terlihat mengandung felspar. kuarsa, biotit, sedikit piroksen
dan horenblenda, dengan mineral ikutan zirkon, apatit dan magnetit; mengandung
senolit bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian yang bersusunan
diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian tenggara Lembar, tersingkap luas di sekitar
Birru, di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi
Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada
santuhan dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun,
dan memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen (T.M.
van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).
d, Diorit – Granodiorit : terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan
sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda sampai
kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru
menerobos batu pasir Formasi Balangbaru dan batuan
ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba sebagian terdiri dari granodiorit
porfir, dengan banyak fenokris berupa biotit dan amfibol, dan menerobos
batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi Camba.
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit dari timur Camba (lokasi 8) pada biotit
menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis 1974).
t, Trakit : terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar dengan
fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu
muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping
Formasi Tonasa, dan di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng
(Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan
: pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada biotit 10.9 juta tahun (Indonesia Gulf Oil,
hubungan tertulis. 1972).

2.2 Struktur Geologi Regional

Batuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi
Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu
endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu.
Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63
juta tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan. Lembah Walanae di
Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke lembar Ujung
Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini
memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika formasi Salokalupang
di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di sebelah Baratnya.
Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae merupakan
paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi
dekat dataran. Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta,
yang bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru,
sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama
Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah
Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi
yang menghasilkan Formasi Kalamaseng. Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen
Awal yang diikuti oleh tektonik yang mengakibatkan terjadinya permulaan terban
Walanae yang kemudian terjadi cekungan dimana formasi Walanae terbentuk.
Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi pada awal Miosen tengah, dan menurun
perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen. Menurut cekungan Walanae
dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah Bartnya
dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen
tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka laut, dan
kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan
gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen
menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal
berbentuk radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya
mungkin berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi
di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen, menghasilkan batuan
gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen,
diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang
melalui gunung.

2.3 Resection

Resection adalah metode untuk menentukan kedudukan/posisi di peta


dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dan diketahui
posisinya di peta. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk
dapat membidik tanda medan yang sudah diketahui posisinya di peta. Tidak selalu
dua tanda medan yang harus dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan,
atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang
dibidik. Langkah-langkah resection :

Gambar 2.1 Resection


1. Lakukan orientasi peta dengan menggunakan kompas
2. Cari minimal dua atau lebih tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan
di peta kemudian tandai
3. Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu untuk
memudahkan orientasi
4. Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita, sudut bidikan dari
kompas itu disebut sudut azimuth
5. Pindahkan sudut-sudut bidikan yang didapat ke peta, kemudian hitung sudut
back azimuth sudut tersebut (sudut back azimuth didapat dengan
mengurangi/menambahkan sudut azimuth dengan 180, jika sudut azimuth
lebih besar dari 180 makan back azimuthnya di kurangi 180, sebaliknya kalau
sudut azimuth lebih kecil dari 180 makan back azimuthnya di tambah 180)
6. Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth tersebut adalah posisi kita di
peta.

2.4 Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta


dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai dan tidak terdapat di peta. Langkah-

langkah melakukan intersection :


Gambar 2.2 Intersection
1. Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.
2. Bidik objek yang kita amati dan mau kita cari posisinya di peta.
3. Pindahkan sudut azimuth yang kita dapat dipeta dan tarik garis memanjang dari
posisi kita dipeta ke posisi benda yang belum diketahui pasti.
4. Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, kemudian lakukan
langkah 2 dan 3.
5. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
objek yang dimaksud di peta.

2.5 Batuan Beku

2.5.1 Pengertian Batuan Beku

Definisi Batuan Beku Batuan beku atau igneus rock berasal dari Bahasa
Latin: (ignis yaitu "api"). Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari
magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik
di bawah permukaan bumi yang dikenal sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

2.5.2 Prose Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku terbentuk karena adanya pembekuan dari magma, danberikut


proses pembentukan batuan beku :

1. Batuan beku dalam atau plutonik merupakan batuan yang terbentuk


dikarenakan pembekuan magma pada saat masih berada dalam dapur
magma secara perlahan, sehingga menyebabkan batuan beku plutonik
terdiri dari kristal-kristal yang besar
2. Batuan beku gang atau korok terbentuk dikarenakan pembekuan magma
disaat magma menerobos celah celah kulit bumi, proses pembekuannya
berlangsung lebih cepat dibanding batuan beku dalam sehingga susunan
kristalnya terdapat kristal besar dan kristal kecil
3. Batuan beku luar atau lelehan terbentuk dikarenakan proses pembekuan
magma yang terjadi pada saat gunung api mengeluarkan magma pijar,
batuan beku luar dapat terjadi diudara maupun diatas gunung api,
dikarenakan pembekuannya berlangsung sangat singkat sehingga kristal
hamper tidak ada.
Gambar 2.3 Batuan Beku

2.5.3 Klasifikasi Batuan Beku

Dalam batuan beku terdapat pengklasifikasian terhadap bagaimana proses


terbentuk, kandungan SiO2 dan indeks warna. Dalam pengklasifikasian nya sebagai
berikut :

1. Terhadap Proses pembekuannya


Dilihat dalam proses pembekuannya batuan beku dibagi menjadi 3 yakni :

1. Deep seated rock atau plutonic yaitu batuan beku yang proses
pembekuannya terjadi di dalam lapisan atmosfer bumi, batuan plutonic
memiliki ciri khas yaitu struktur kristalnya yang cenderung besar.

Gambar 2.4 Batuan Beku Dalam


2. Dike rock atau batuan beku gang yakni batuan beku yang proses
pembekuandidekat permukaan atau di celah celah lapisan permukaan. Ciri khas
batuan bekugang adalah terdiri struktur kristal yang lebih kecil dari batuan
plutonic.
Gambar 2.5 Batuan Beku Gang
3. Effusive rock atau batuan vulkanik yakni batuan yang proses pembekuannya
terjadi di luar permukaan, batuan vulkanik ini memiliki ciri khas yaitu hampir
tidak memiliki struktur kristal.

Gambar 2.6 Batuan Beku Luar

2. Berdasarkan kandungan dari SiO2


Berdasarkan kandungan dari SiO2 dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Batuan beku asam, kandungan SiO2 nya lebih dari 66 persen, contoh riolit.

Gambar 2.5 Riolit


2. Batuan Intermediate, kandungan SiO2 nya antara 52 hingga 66 persen,
contoh dasit.

Gambar 2.6 Dasit


3. Batuan basa, kandungan SiO2 nya antara 45 hingga 52 persen, contoh
andesit

Gambar 2.7 Andesit


4. Batuan beku asam, kandungan SiO2nya kurang dari 42 persen contoh basalt

Gambar 2.8 Basalt


3. Berdasarkan indeks warna
Berdasarkan indeks warnanya mineral atau komposisi mineral maficnya dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Leucrocratic yaitu merupakan batuan beku yang memiliki komposisi
mineralmafic sekitar 0-30 persen2.
2. Mesocratic yaitu merupakan batuan beku yang memiliki komposisi
mineralmafic sekitar 30-60 persen3.
3. Melanocratic yaitu merupakan batuan beku yang memiliki komposisi
mineralmafic sekitar 60-90 persen.
4. Hypermelanic yaitu merupakan batuan beku yang memiliki komposisi
mineralmafic sekitar 90-100%.

2.6 Batuan Sedimen

2.6.1 Pengetian Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari lapukan batuan yang
sebelumnya mengalami diagenesa. Batuan sedimen ini terbentuk dari lapukan
batuan lain yang mengalami proses fisika maupun proses kimia, selain dari
pelapukan batuan lain, batuan sedimen juga dapat terbentuk dari lapukan cangkan
binatang dan sisa tumbuhan atau biasa disebut batuan klastik yang terbentuk dari
pengendapan kembali dari rombakan batuan asal, baik batuan beku, batuan
metamorf, ataupun batuan sedimen yang lebih tua dan batuan non klastik yang
terbentuk dari reaksi kimia atau kegiatan organisme.

2.6.2 Sumber Material Sedimen

Asal batuan sedimen dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:


• Sedimen Lithogenous ialah sedimen yang berasal dari sisa pelapukan
(weathering) batuan dari daratan.
• Sedimen biogenous ialah sedimen yang berasal dari organisme laut yang
telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi geligi, dan cangkang-
cangkang tanaman maupun mikroorganisme.
• Sedimen hydrogenous yakni sedimen yang berasal dari komponen kimia ir
laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pegendapan
(deposisi) didasar laut contohnya mangan (Mn) dan glauconite (hidro silikat
yang berwarna kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg,
Fe, dan Si)
• Sedimen cosmogenous yakni sedimen yang berasal dari luar angkasa
dimana partikel dari benda-benda angkasa yang ditemukan didasar laut dan
banyak mengandung unsur besi (Munandar dkk, 2014).
Menurut Rifardi (2008) ukuran butir sedimen dapat menjelaskan hal-
hal berikut: 1) menggambarkan daerah asal sedimen, 2) Perbedaan jenis
partikel sedimen, 3) Ketahanan partikel dan bermacam-macam komposisi
terhadap proses pelapukan, erosi, abrasi, dan transportasi, serta 4) Jenis
proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi sedimen. .Adapun
gambar penjelasan sebagai beikut,

Gambar 2.9 Substrat sedimen di sungai

2.6.3 Proses Sedimentasi

2.6.3.1 Proses Pelapukan

Dalam proses pelapukan dapat mempengaruhi pembentukan batuan,dalam


pelapukannya antara lain
a. Proses karbonisasi yaitu pembentukan mineral karbonat yang tinggi
akan kandungan Ca.
b. Segi fisika dapat meliputi pemecahan bahan bahan batuan asal
dikarenaperbedaan suhu yang sangat tinggi, dan proses pelapukan
yang terjadikarena radiasi matahari dan dengan curah hujan yang
sangat rendah.
2.6.3.2 Proses Transportasi

Pada proses transportasi bergantung kepada seberapa jauh bahan bahanatau


material yang ter transportkan, dalam besar butir dari batuan sedimen dan mineral-
mineral yang resisten terhadap pelapukan dapat mencerminkan seberapa jauh
proses transportasi.
Agen proses transportasi dapat berupa Gravitasi yang menyebabkan sedimen
akan turun kebawah, Angin mengangkut sedimen yang dekat permukaan dengan
mengangkat ke tempat arah pergeraan anginnya, Gletser adalah tumpukan es yang
mencair dengan cepat yang akan mentransportasikan sedimen ke tempat lain,
kemudian Air agen paling utama daam proses transportasi sedimen.

2.6.3.3 Proses Pengendapan

Proses pengendapan terbagi menjadi tiga yaitu:


a. Proses pemadatan oleh gravitasi
b. Proses Dehidrasi
c. Proses Diagenesa

2.6.3.4 Pembebanan (Burial)

Burial history menjelaskan sebuah proses sedimentasi dan subsiden dari


suatu cekungan sejak sedimen mulai mengalami penurunan atau subsiden, yang
merupakan evolusi geodinamik melalui akumulasi, kompaksi, pengangkatan, dan
denudasi. Porositas umumnya terjadi 60% selama proses sedimentasi awal.
Dengan sedimen semakin meningkat, porositas menurun turn sampai 10% ketika
beberapa air keluar dari proses tersebut.

2.6.3.5 Diagenesi dan Litifikasi

Diagenesis adalah suatu perubahan mulai dari sedimen atau batuan


sedimen yang ada menjadi batuan sedimen yang berbeda selama dan setelah
terbentuknya batuan (litifikasi), pada suhu dan tekanan kurang dari yang
dibutuhkan untuk pembentukan batuan metamorf. Proses Ganesa batuan sedimen :
a. Litifaksi (Lithification) adalah proses dimana sedimen baru yang terurai
perlahan-lahan berubah menjadi batuan sedimen.
b. Kompaksi, eban akumulasi sejumlah sedimen atau material lain
mengakibatkan hubungan agregasi antar butir batuan menjadi lebih lekat dan
air yang dikandung dalam pori-pori antar butir terdesak keluar.
c. Sementasi, dengan keluarnya air dari ruang pori-pori batuan maka material
yang terlarut di dalamnya mengendap dan merekat (menyemen) butiran-
butiran sedimen.
d. Reaktilisasi pada saat sedimen terakumulasi, mineral-mineral yang kurang
stabil akan mengkristal kembali atau rekristalisasi kemudian menjadi stabil.
Proses ini umumnya terjadi pada jenis batu gamping terumbu.

Gambar 2.10 Diagnesis dan Litifikasi

2.6.4 Klasifikasi Batuan Sedimen

2.6.4.1 Batuan Sedimen Klastik

Gambar 2.11 Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang terbentuk daripengendapan
batuan asal yang dapat berupa batuan beku, batuan metamorf danbatuan sedimen
itu sendiri, dalam proses diagenesanya batuan sedimen klastikmengalami :
1. Kompaksi sedimen yaitu proses yang memperbesar kerapatan dari tiapbutir
bahan sendimentasi
2. Sementasi yaitu proses kimiawi yang menyebabkan antar butir saling
berikatan
3. Reklistalisasi yaitu proses pengkristalan ulang dari mineral
mineralsebelumnyad) Auto genesis yaitu proses pembentukan mineral baru
pada batuan sedimene) Metasomatisme yaitu proses bergantinya material
sedimen tanpapengurangan volume dari batuan
2.6.4.2 Batuan Sedimen Non Klastik

Gambar 2.12 Batuan Sedimen Non klastik


Batuan sedimen non klastik merupakan batuan yang terbentuk dari
hasilpenguapan larutan itu sendiri atau pengendapan material yang terjadi di tempat
itu juga (insitu), dalam proses nya dapat terjadi secara kimawi, biologi, dan
keduanyayaitu biokimia.

2.6.4.3 Tekstur Batuan Sedimen

1. Kekompakan
a) Padat yaitu disaat batuan sedimen tidak terdapat rekahan rekahan ataububuk
pasir ketika dipegangb)
b}Lunak yaitu ketika saat dipegang tertinggal serbuk ditangan
c) Mudah Hancur yaitu ketika terdapat rekahan menyerupai batuan asalnya
2. Kebundaran
Menurut pettitjohn, (1987) membagi kategori bundaran menjadi
enamtingkatan yaitu :a) Sangat Meruncingb) Meruncingc) Meruncing Tanggungd)
Membundar Tanggunge) Membundarf) Sangat Membundar.

Gambar 2.13 Tingkat Kebundaran Batuan Sedimen


3. Ukuran Butir
Tabel 2.1 Ukuran Batuan Sediment

4. Porositas

Porositas yaitu tingkatan banyaknya lubang pada batuan sedimen,


batuandikatakan porositas tinggi apabila terdapat banya lubang, dan
sebaliknya.Sedangkan permebalitas yaitu tingkat meloloskan zat cair.
5. Kemas

a) Kemas tetutu yaitu antar butiran saling bersentuhan


b) Kemas terbuka yaitu antar butiran tidak saling bersentuhan, terdapat
matrixsupported

6. Pemilahan

a) Pemilahan Baik yaitu ukuran butir seragam


b) Pemilahan Sedang yaitu ukuran butir ada yang seragam dan tidak
c) Pemilahan Buruk yaitu ukuran butir yang beragam

2.7 Batuan Piroklastik

2.7.1 Pengertian Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil erupsi gunung api
(Vulkanisme). Erupsi gunung api pada umumnya magma yang dilemparkan
(eksplosif) ke udara melalui lubang kepundaan dan membentuk daam berbagai
ukuranmulai dari debu (ash) hinggah bongkahan (boulder) (Noor, 2009).

2.7.2 Sumber Material Piroklastik

Pada dasarnya mineral batuan piroklastik hamper sama dengan mineral


batuanbeku. Karena disebabkan oleh pembentukan kedua batuan tersebut baik
batuan beku dan batuan piroklastik merupakan hasil dari pembekuan magma yang
secara langsung, yang membedakan hanya butirannya (Aulizar, 2010).
Adapun tiga macam mineral penyusun batuan piroklastik ini, yaitu:
- Mineral Sialis
a. Mineral kuarsa
b. Mineral flesfar
- Mineral Femis
a. Piroxin
b. Olivin
c. Melilit
- Mineral Tambahan
a. Hornblenda
b. Biotit
c. Hipersten

2.7.3 Jenis-Jenis Endapan Piroklastik

Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:


1. Endapan Jatuhan Piroklastik merupakan endapan piroklastik yang
dihasilkan dari letusan eksplosif material vulkanik ke atmosfer yang
kemudian jatuh kembali dan terkumpul di sekitar gunung berapi.
Endapan ini memiliki ketebalan endapan yang relatif berukuran sama.
2. Endapan Aliran Piroklastik merupakan endapan yang dihasilkan dari
proses pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen
piroklastik yang di transport dalam bentuk gas atau cairan, dimana
material vulkanik ini akan di transportasi jauh dari gunung berapi.
3. Endapan Surge Piroklastik – Endapan ini dihasilkan dari letusan gunung
berapi yang kemudian dialirkan karena terdapat penyatuan dari jatuhan
dan aliran. Karakteristik dari endapan ini adalah memiliki stratifikasi
yang bersilang, strukturnya berpasir, laminasi planar, memiliki struktur
swell serta memiliki endapan yang sedikit menebal pada bagian
topografi yang rendah dan menipis pada bagian topografi yang tinggi.

Gambar 2.14 Jenis-jenis endapan piroklastik


2.7.4 Klasifikasi Batuan Piroklasatik

Tekstur dari batuan piroklastik adalah suatu parameter yang digunakan untuk

mendeskripsikan apakah batuan tersebut merupakan batuan piroklastik atau tidak,

berikut tekstur umum dari batuan piroklastik:

Ukuran butirnya berdasarkan Wentworth, 1922 dan Fisher, 1966. Menurut


Wentworth, debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili memiliki ukuran
butir 2-32 mm, block/bom memiliki ukuran butir 32-256 mm. Sedangkan menurut
Fisher, debu/tufanya memiliki ukuran butir <2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-
64 mm dan block/bomb memiliki ukuran butir >64mm.

Gambar 2.15 Klasifikasi Wenworth 1922

Gambar 2.16 Klasifikasi Fisher 1966

Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setiap
permukaannya. Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut. Dengan
kebundaran dibagi menjadi Membundar sempurna (well rounded), membundar
(rounded), agak membundar (sub rounded), agak menyudut (sub angular) dan
menyudut (angular).
Kompaksinya terdiri atas kompaksi yang mudah hancur dan kompak, dimana
kompaksi yang mudah hancur bila dipegang akan meninggalkan serbuk di tangan,
sedangkan kompaksi yang kompak memiliki permukaan yang kuat, keras dan padat
(Prazard, 2013).
Selain tekstur umum yang terdapat pada batuan piroklastik, ada juga tektur lain
yang terdapat pada tufa yang diantaranya adalah:
1. Weldered Tufa merupakan tufa yang identik memiliki aliran yang sama
dengan aliran lavanya, hal ini disebabkan karena fusi yang berjalan ke
seluruh bagian pada tufa pada saat proses pengendapan.
2. Sindered tufa terbentuk karena adanya percampuran dari bahan-bahan tufa
panas yang berasal dari aliran lava pada saat proses pengendapan.
3. Pumiceous adalah jenis tufa yang memiliki pori-pori vesikuler yang
bersifat halus dengan permeabilitak yang buruk.
Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus,
dimana struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya
perlapisan. Batuan piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan
tekstur yang hampir pada batuan beku lelehan. Butiran halus yang terdapat pada
batuan piroklastik sering disebut sebagai tufa, dimana struktur tufa ini akan
mempengaruhi penamaan dari batuan piroklastik yang kemudian terbagi menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat merupakan
batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan
tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Dimana aglomerat berasal dari
material vulkanik, sedangkan konglomerat berasal dari material sedimen.
Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32 mm.
2. Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai batuan sedimen akan
tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik yang mempunyai
ukuran butir >32 mm. ( baca : Batuan Breksi )
3. Tufa Lapili – Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus,
batuan ini terdiri atas material fragmen yang mengkristal atau berasal dari
mneral. Berdasarkan komponen yang memiliki kandungan fragmen
kristal/mineral yang terkandung, tufa terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa vitric
yang memiliki banyak fragmen gelas, tufa kristal yang memiliki banyak
fragmen kristal dan tufa lithik yang memiliki banyak fragmen batuan.
2.7.5 Ganesa Pembentukan Batuan

Material hasil dari letusan gunung berapi terbentuk akibat adanya gaya
endogen, yang kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang
pengendapan nya, lalu setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi
(litifikasi) yang kemudian menjadi batuan piroklastik. Batuan piroklastik ini
terbentuk dari hasil letusan gunung berapi yang memiliki material asalnya yang
berbeda, lalu terendapkan sebelum mengalami suatu proses transportasi oleh
media air.
Keterbentukannya batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunung api,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar
yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Gaya endogen ini berupa panas inti bumi
yang menyebakan arus konveksi terjadi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu
terhempas ke udara melalui bidang yang lemah atau celah, sehingga magma
tersebut membeku karena penurunan suhu dan membentuk gumpalan yang
mengeras yang kemudian disebut batu. Gumpalan tersebut memiliki tekstur dan
struktur yang tertentu. Sedangkan batuan yang telah mengalami proses
pengangkutan (transportasi) oleh faktor luar yaitu angin dan air disebut dengan
batuan epiklastik.
Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah tertransportasikan yang
mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh faktor luar tersebut.
Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah, disebabkan oleh air dan
angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar gunung api atau berupa
cekungan dan lembah.

Anda mungkin juga menyukai