Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN LENGKAP

STUDI EKSKURSI GEOLOGI GEOFISIKA

KARTIKA

G81121008

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MEI, 2022
BAB II

GEOMORFOLOGI

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Latar Belakang

Geomorfologi adalah ilmu tentang bentukan muka bumi beserta aspek-


aspek yang mempengaruhinya. Dimana geomorfologi yang merupakan
cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi yang
meliputi pandangan luas sebagai bentang alam sampai pada satuan
terkecil sebagai bentuk lahan. Penyebab proses geomorfologi adalah
benda-benda alam yang dikenal dengan benda-benda alam berupa angina
dan air. Proses geomorfologi dibedakan menjadi dua yaitu proses
eksogen (tenaga asal luar bumi) yang umumnya sebagai perusak dan
proses endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) sebagai
pembentuk, keduanya bekerja bersama-sama denan merubah permukaan
bumiWO (Utoyo, Bambang 2007)

Geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka


bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan
tentang bentang alam (te science of landforms), sebab termasuk
pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform),
serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yangdisebut diatas,
seperti plain, plateau, mountain dan sebaainya (Wosceter, 1939)

Bedasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah pada


acara ini yaitu mengetahui bentuk permukaan didaerah penelitian
berdasarkan klasifikasi Van Zuidan.
1.1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada acara ini yaitu bagaimana mengetahui
bentuk permukaan didaerah penelitian berdasarkan klasisfikasinya Van
Zuidan

1.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari acara ini yaitu dapat mengetahui bentuk permukaan
didaerah penelitian berdasarkan klasifikasi Van Zuidan.

1.1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari acara ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui
bentuk permukaan didaerah penelitian berdasarkan klasifikasi Van
Zuidan.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Pengertian Morfologi

Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan


tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi, menekankan cara
pembentukannya serta konteks ke lingkungannya (Dipyosaputro, 1998).
Obyek kajian geomorfologi adalah bentuk lahan yang tersusun pada
permukaan bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut,
yang dipelajari dengan menekankan pada proses pembentukan dan
perkembangan pada masa yang akan dating, serta konteksnya dengan
lingkungan (Verstappen, 1983)

Aspek-aspek geomorfologi menurut Verstappen (1983) ada empat aspek


utama dalam analisa pemetaan geomorfologi yaitu:

 Morfologi: studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum


dan meliputi:
a) Morfologi adalah deskripsi suatu bentuk lahan maupun bentuk
relief permukaan, antara lain lembah, bukit, dataran, gunung,
gawir, teras, beting dan lain-lain.
b) Morfometri adalah aspek kuantitatif dari bentuk lahan maupun
bentuk relief permukaan bumi, antara lain kelerengan, bentuk
lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah
dan pola pengaliran.
 Morfogenesa: asal-usul pembentukan dan perkembangan bentuk
lahan serta proses-proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini
adalah struktur geologi, litologi penyusun dan proses geomorfoloi.
Morfogenesa meliputi:
a) Morfostruktur Pasif: tipe dan struktur litologi dan kaitannya
dengan pelapukan (kimia, mekanis, organis) dan erosi.
b) Morfostruktur aktif: proses dinamika endogen atau tektonisme,
lipatan dan patahan.
c) Morfodinamik: proses eksogen yang terkait dengan aktivitas air,
elomban dan arus, angin es, gerak masa batuan.
 Morfokronologi: bentuk lahan dipandang dari aspek umur relatif atau
umur absolut.
 Morfokonservasi: hubungan antara bentuk lahan dan lingkungan
atau berdasarkan parameter bentuk lahan, seperti hubungan antara
bentuk lahan dengan batuan, struktur geologi, tanah, air, vegetasi,
dan penggunaan lahan (Van Zuidan, 1983)
 Ilmu yang mendeskripsi (secara genetis) bentuk lahan dan proses-
proses yang mengakibatkan terbentuknya bentuk lahan tersebut serta
mencari antar hubungan proses-proses dalam susunan keruangan.

Pengaruh topografi terhadap pembentukan lahan yakni adanya sebuah


perbedaan pola proses geomorfologi yang disebabkan oleh beda tinggi,
kemiringan lereng dan relief sebuah wilayah. Beda tinggi antara satu
tempat ke tempat lain akan mengakibatkan kedua tempat tersebut
memiliki hubungan sebab akibat. Tempat yang lebi tinggi merupakan
salah satu penyebab deformasi bentuk lahan bagi tempat terletak di
bawahnya, contohnya bertambahnya dataran banjir di wilayah hilir
merupakan akibat intensetaserosi di hulu semakin meningkat. (Arif
2019)

Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi ditentukan dari berbagai


aspek atau ciri-ciri dari geomorfologi dari wilayah tersebut. Ciri-ciri
tersebut yaitu keadaan topografi dan morfologinya. Keadaan topografi
berupa bagian kelerengan (puncak, lereng bagian atas, lereng bagian
bawah, atau dasar lembah), ketinggian (perbukitan daratan rendah,
perbukitan rendah, perbukitan, perbukitan tinggi atau pegunungan).
Morfologinya berupa kemirinan lereng, panjang lereng, bentuk lereng
serta aspek lainnya berupa pola aliran sungai (Bermana, 2006).

1.2.2 Geomorfologi Sulawesi

Secara geologi, Sulawesi merupakan wilayah yang geologisnya sangat


kompleks karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogeny
(Busur Kepulauan Asia Timur dan Sistem Pegunungan Sunda).
Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari pegunungan, dan merupakan
daerah paling berpegunungan diantara pulau-pulau besar di Indonesia.

1) Lengan Utara
Meliputi Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
mempunyai bentuk berkelok-kelok terdapat gunung api yang
masih aktif (Gunung Colo), terdapat banyak patahan (Patahan
Palu dan Patahan Gorontalo), dipisahkan dari lengan timur oleh
Teluk Tomini, DAS Sempit, Sungai Pendek dan Morfologinya
kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan.
2) Lengan Timur
Meliputi Sulawesi Tengah, banyak ditemukan batuan gabbro dan
malihan, banyak terjadi gerakan tektonik, DAS Sempit, SUnai
Pendek, dan Morfologinya kasar dan banyak perbukitan dan
pegunungan.
3) Lengan Tenggara
Meliputi wilayah Sulawesi Tenggara tidak terdapat gunung api
aktif maupun tidak aktif, terjadi batolitik dome dalam jumlah
yang luas dengan batuan gabbro yang berwarna hitam, DAS
memanjang, Sungai Panjang dan terdapat dataran yang luas.
4) Lengan Selatan
Merupakan sayap yang didominasi oleh keberadaan gunung
Lompo Batang dengan tinggi 2.871 M, bagian yang dominan
adalah batuan endosit, daerahnya subur, DAS sempit, dan
sungainya pendek terdapat Danau Tempe.

1.2.3 Morfologi Daerah penelitian


Adapun keadanya pada daerah Bumi Perkemahan Paneki, provinsi
Sulawesi tengah pada saat penelitian memiliki bentang perbukitan yang
bisa dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Bentang alam paneki

Daerah paneki dimana tempat kita mengambil data penelitian disana


terdapat perbukitan yang landau dan sungai. Di tempat tersebut terdapat
pegunungan yang curam. Daerah disana banyak bukit dan lembah, aliran
sungai dan kita dapat simpulkan lembah disana terbentuk akibat
pengikisan tanah .

1.3 Metode Penelitian

1.3.1 Waktu Dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pada acara ini, yaitu:
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2022
Pukul : 08.00 WITA-Selesai
Tempat : paneki, Desa Pombewe kec Sigi Biromaru. Kab Sigi,
Sulawesi tengah.
1.3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada acara ini, yaitu:
1. GPS berfungi untuk menentukan posisi dari titik koordinat dengan
satuan satelit
2. Kompas berfungsi untuk mengukur arah mata angin.
3. Alat Tulis berfungsi untuk menulis sesuatu data yang di perlukan.

1.3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada acara ini, yaitu:
1. Siapkan alat yang akan digunakan
2. Perhatikan daerah titik pengukuran dan identifikasi bentang alamnya
3. Mengukur elevasi dan kemiringan daerah titik pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari 2014. Geomorfologi. Yogyakarta : deepublish publisher.

Panduan praktikum geomorfologi, edisi II, laboratorium geomorfologi jurusan


teknik geologi, fakultas teknik, universitas gajah mada, 1997

Verstappen, H. Th. 1985. Applied eomorpology. Amsterdam: Elsevier

Van Zuidan, . A. 1983 Guide to eomorphologic Aerial Photographic interpretation


and mapping, section of Geology and Geomorpology, ITC, Enschede,
the Netherlands, 325 p

Walter A. Thurber and Robert E. Kilburn 1967. Exploring earth sciences. Allyn
and Bacon, inc.
Wosceler. 1939. Ow to implent lean manufacturing USA: McGraw-Hill Company

Utoyo, Bandung 2007. Gwografi membuka Wawasan Cakrawala Dunia. Bandung:


Setia pernama inves

Anda mungkin juga menyukai