PENDAHULUAN
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ls = f (G, L, E, K, H, O, B, A)
Keterangan :
Ls: bentang lahan H: hidrologik
G: faktor geomorfik O: osenik
L: litologik B: biotik
E: edafik A: antropogenik
K: klimatik
Lf: f (T, P, S, M, K)
Keterangan:
T: topografi M: material batuan
P: proses alam K: ruang dan waktu kronologis
S: strukur geologi
Pada proses bentuk lahan asal organik ini, di proses melalui bentuk
lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu
karang dan pantai bakau. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem
dengan efisiensi yang sangat tinggi. Lokasinya yang dekat pantai
mengakibatkan pertemuan berbagai komponen biotik yang memberikan
banyak masukan dan mengakibatkan pertemuan berbagai komponen biotik
yang memberikan banyak masukan dan menghasilkan energi yang besar.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang
masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 meter di bawah permukaan
laut. Beberapa tipe terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan
zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Menurut Verstappen (1977), bentuk lahan organik itu bukan hanya
terumbu karang saja, melaikan juga termasuk di dalamnya adalah pesisir
bakau (mangrove coast) serta rancah gambut (peat bog). Terumbu karang
(coral reef) merupakan suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan
laut oleh aktvitas organisme. Bentukan tersebut terjadi dan endapan batu
gamping-cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh
gelombang laut. Sedangka pantai bakau atau mangrove, menurut Snedaker
(1978) dalam Kusmana (2003), hutan mangrove adalah kelompk jenis
tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis
yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob.
Sedangkan menurut Tomlison (1986), kata mangrove berarti tanaman
tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah
intertidal adalah wilayah di bawah pengaruh pasang surut sepanjang garis
pantai, seperti laguna, estuarin, pantai, dan river banks. Mangrove
merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai
pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindungi dari
ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air
dan lumpur dari daratan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan dan bentuk
terumbu adalah temperatur, salinitas, kedalaman laut, sirkulasi air laut,
persediaan nutrisi, turbulensi, dan turbiditas (Siswandono, 1987). Ditinjau
dari pertumbuhan karangnya maka syarat-syarat yang diperlukan antara
lain: air yang relatif panas (23C-25C), sekurang-krangnya air subtropis,
mempunyai tranmisi matahari yang tinggi, airnya bebas dari pelumpuran
dan turbiditas, serta syarat sekundernya adalah salinitas air laut yang
relatif konstan (Marshall, 1982; di dalam Siswandono, 1987).
Karang dibangun oleh organisme Algae Calcareous dan Koral.
Binatang Koral biasanya hidup di laut yang tidak dalam, kurang dari 50
meter, cahaya matahari masih tembus sampai ke dasar, temperatur tinggi
(sekitar 21C-26C), airnya tenang dan tidak keruh. Karang tersebut
dibangun mulai dari dasar laut mengarah ke atas.
Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis mempunyai
kepentingan besar untuk mempelajari hal ihwal tentang terumbu karang.
Sebab, kebanyakan terumbu karang hidup atau terjadi di daerah tropis
yang berekosistem bahari. Hal ini memberikan peluang bagi kita untuk
memmanfaatkan terumbu karang ini sebagai sumberdaya lahan.
Sumberdaya lahan yang terkandung di dalamnya dalah potensi pariwisata,
ekosistem botik, dan yang terpenting bahwa dari berbagai penelitian telah
terbukti bahwa terumbu berperan sebagai buatan resevoir minyak yang
baik.
Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad
renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut
Indonesia terutama di Laut Flores dan Laut Banda. Menurut Bird dan
Ongkosongo (1980) karang dapat tumbuh dan berkembang biak pada
kondisi:
a. Air jernih
b. Suhu tidak pernah kurang dari 18C
c. Kadar garam antaraa 27-38 bagian perseribu
d. Ada gerakan air (sirkulasi air)
Dengan demikian di sebagian besar laut Indonesia karang dapat
tumbuh baik kecuali di laut dangkal yang berlumpur seperti di dekat
muara sungai (kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat
dan selatan Kalimantan, dan di sebelah utara Jawa. Walaupun demikian di
beberapa tempat di daerah tersebut misalnya di Teluk Jakarta terdapat pula
secara lokal.
Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan
terumbu karang. Cincin karang (atol) merupakan basil kombinasi proses
aktivitas binatang karang dengan proses tektonik yang berupa subsidence
(tanah turun).
Terumbu karang yang muncul ke permukaan banyak terdapat di
Indonesia. Pada pulau-pulau karang yang terangkat umumnya terdapat
endapan puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan
pasir lebih kasar ke arah datangnya ombak yang lebih besar dan pasir atau
yang lebih halus ke arah membelakangi ombak. Bagian ini kadang-kadang
berselang-seling dengan lagun yang dangkal. Pada lagun ini kadang-
kadang tumbuh bakau.
Pada dasarnya terumbu karang yang terbentuk berasal dari endapan
kalsium karbonat atau kapur yang dihasilkan oleh organisme karang dan
tambahan dari alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi
kalsium karbonat lain. Proses pembentukan terumbu karang membutuhkan
waktu jutaan tahun yang lalu sebelum masehi. Terumbu karang terbentuk
secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih dimungkinkan adanya
campur tangan manusia dalam pertumbuhannya.
Terumbu karang adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3) di
mana endapan kapur ini terbentuk dari hasil sekresi biota laut
pensekresikapur (coralkarang). Koral sendiri adalah koloni dari biota laut
yang dinamakan polyp, hewan ini dicirikan memiliki bentuk tubuh seperti
tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh
tentakel. Polyps hidup optimal di lautan dengan suhu berkisar 20 derajat
Celcius dengan kedalaman lebih dari 150 kaki atau 45 meter.
Sebagian besar polyps nelakukan simbiosis dengan
algazooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis
zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organic melalui
fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang
menghasilkan komponen inorganic berupa nitrat, fosfat dan
karbondioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Kedua organisme
laut ini sama-sama menghasilkan atau mensekresi zat kapur.
TERUMBU:
I. Terumbu Paparan
A. Koloni Embrionik
1. Terumbu Pelataran
a. Terumbu Pelataran Guba
b. Terumbu Pelataran Memanjang
c. Terumbu Teresorbsi
2. Terumbu Sumoat
3. Terumbu Dinding
a. Terumbu Taring
- Terumbu Cincin Terbuka
- Terumbu Cincin Tertutup
b. Terumbu Garpu
- Terumbu Jala Terbuka
- Terumbu Jala Terbuka
c. Terumbu Apron Campuran
II. Terumbu Samudra
A. Koloni Embrionik
B. Terumbu Pinggiran
C. Terumbu Penghalang
D. Atol:
1. Atol Samudra
2. Atol Majemuk
3. Atol Paparan
a. Atol Bentuk Ladam
b. Atol Bentuk Kuku Kuda
c. Atol Oval Kecil
d. Semi Atol Besar
e. Atol Lengkap
f. Pelataran Terumbu Besar
a. Ikan
Banyak spesies ikan di daerah terumbu karang yang meiliki
nilai ekonomi tinggi, baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ikan-ikan
di terumbu karang ditangkap untuk konsumsi lokal maupun untuk
pasar ekspor. Beberapa jenis ikan yang merupakan ikan yang harganya
sangat mahal, seperti kerapu, kakap merah, dan napoleon, bahkan telah
member sumbangan yang sangat besar bagi kerusakan terumbu karang,
karena penangkapan yang destruktif dengan menggunakan bahan
kimia beracun.
b. Moluska
Filum moluska (molluscus = lunak)meliputi keong/siput,
kerang, tiram, cumi-cumi, sotong gurita dan sebagainya. Beberapa
biota tersebut hidup di terumbu karang dan merupakan spesiesbernilai
ekonomi penting, seperti kima, beberapa spesies keong, tiram, kerang,
sotong, cumi-cumi, dan gurita.
c. Ekhinodermata
Kelompok utama ekhinodermata terdiri dari 5 kelas yaitu
binatang laut (Asteroidea), bulu babi (Echinoidea), lili laut
(Crinoidea), teripang (Holothuroidea), dan bintang laut mengular
(Ophiuroidea). Dari kelima kelas tersebut, dua kelas yaitu bulu babi,
dan teripang merupakan biota-biota laut yang penting dan bernilai
ekonomi tinggi yang hidup di terumbu karang.
d. Mamalia
Mamalia di perairan laut Indonesia antara lain paus, lumba-
lumba, dan duyung. Duyung atau dugong (Dugong dugon) merupakan
spesies yang hidupnya erat denga terumbu karang dan padang lamun.
Duyung hidup di perairan dan tergolong herbivore (pemakan
tumbuhan), terutama lamun (sea grass), seperti Zostera, Poisidonia,
dan Halophila.
Di Kepulauan Aru, duyung ditangakap dan dikonsumsi. Pernah
dilaporkan penangkapan duyung di daerah ini mencapai 1.000
ekor/tahun. Dagung duyung lezat dan dipercaya sebagai obat kuat.
Selain itu, gigi duyung menyerupai gading dan sangat tinggi harganya,
terutama jika diukir dan dijadikan pipa rokok, harganya per satuan
berat lebih mahal dari gading gajah. Air mata duyung juga dipercaya
mengandung obat.
e. Reptil
Reptil laut terditi dari tiga kelompok yaitu ular, buaya, dan
penyu. Penyu merupakan biota laut penting, bernilai ekonomis tinggi,
dan dilindungi. Kehidupan penyu terkait dengan terumbu karang,
terutama dalam mencari makandan lokasi termpatnya bertelur. Penyu
atau biasa disebut kura-kura laut telah mendapat perhatian
internasional sejak lama. Walaupun penyu termasuk hewan yang
dilindungi, namun penangkapan penyu terus berlangsung.
f. Krustae
Krustae laut terdiri dari udang, kepiting, rajungan, lobster, atau
udang barong, dan kelomang. Dari kelompok-kelompok tersebut,
lobster atau udang barong merupakan biota terumbu karang dan
bernilai ekonomis tinggi.
i. Sponge
Sponge, spong, sepon atau spons hidup di ekosistem terumbu
karang. Beberapa spesies sponge laut seperti sponge jari berwarna
orange (Axinella canabina) diperdagangkan untuk menghiasi akuarium
laut seperti di Ekspor ke Singapura dan Amerika Serikat (Suwignyo, et
al., 2002). Beberapa spesies sponge dilaporkan memiliki bioaktif yang
dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi dalam pengobatan penyakit
pada manusia dan hewan.
j. Pariwisata
Ekosistem terumbu karang membentuk suatu pandangan
alamiah yang menakjubkan. Dengan berbagai spesies karang, ikan,
kima, keong, sponge, dan berbagai biota lainnya, kawasan terumbu
karang menciptakan keindahan panorama alam bawah laut yang luar
biasa bagi para penyelam, wisatawan yang melakukan snorkling, atau
melihatnya dari atas kapal yang dasarnya berkaca (glass bottom boat).
Oleh karena itu, ekosistem terumbu karang dapat dijadikan sebagai
salah satu modal penting bagi pengembangan wisata bahari di
Indonesia.