Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK),

semakin tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan


semakin pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai
konsekuensi logis, maka semakin dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan
yang dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat
polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia
yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan
global, polusi, sampah, dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun
1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di
bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa
terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di udara yang
bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan kerusakan
bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan normal memang sudah
asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini dihasilkan ketika
karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam uap air yang bercampur
di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan
yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, dan nitrogen
oksida dari kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri.
Kedua unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari
senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan
gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju
reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-

Hujan asam oleh kelompok 1

danau, sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak
material gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia dan
lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah
terjadinya hujan asam.
1.2

Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah yang akan membahas
tentang hujan asam, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
2. Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?
3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan?
4. Upaya apasajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah
terjadinya hujan asam?
1.3

Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.
2. Untukmengetahui proses terbentuknya hujan asam.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan
menegah terjadinya hujan asam.
Hujan asam oleh kelompok 1

1.4

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita
pengentahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam,
mengetahui tentang proses terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh
hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan
asam. Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita
untuk menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup untuk mendukung pelestarian
lingkungan hidup.

Hujan asam oleh kelompok 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Hujan Asam


Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari

buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul A General History of the
Air. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai nitrous or
salino-sulforus spiris.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18
memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sumber utama energi
untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari
hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor
ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada
tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di
Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang
berjudul Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari pada hujan biasa (Hunter BT,
2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basa
(dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh
gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada
tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa
air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam
Rahardiman, Arya. 2009).
Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hidrogen ke dalam suatu
lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang
Hujan asam oleh kelompok 1

bersal dari asam sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting
dalam oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan
hidrogen peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun
1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika
Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang
rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui
bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat
pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H 2O yang ada
pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam
lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam
kuat, maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti
SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari
hujan

asam

menghasilkan

kerusakan

lingkungan

yang

lebih

parah

dibandingkan global warming. Sebenarnya hujan asam merupakan istilah yang


kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan
bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan
asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga
melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi
asam lebih bermakna luas dari hujan asam.(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).
Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH
diambil untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental
Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar
5.6 (Howard, Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari
7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di
atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Hujan asam oleh kelompok 1

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.
Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang
ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara
akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di
daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.
Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila
asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan
tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena
hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke
dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini
dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :
1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui
pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO 2 yang ada di atmosfer diseluruh
dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun
kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat
pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung
belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar,
belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.
Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.
Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber
utama hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan
sebagai produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang
terbakar.
Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak
mentah, pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat
Hujan asam oleh kelompok 1

mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi


membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan
sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).
1. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas
jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga
mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu
semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida
tersebut.
2. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur
dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering
bersama debu atau partikel lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition
Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam yang
diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.
Adapun Gambar 1 tentang hujan asam yang terjadi di kawasan tersebut adalah sebagai
berikut:

Gambar 1. Hujan Asam yang disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau
Michigan.

Hujan asam oleh kelompok 1

(Sumber: National Atmospheric Deposition Program dalam Likens, Gene (2010) )

2.2

Proses Terbentuknya Hujan Asam


Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang

ada do atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau,
hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau
butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia
(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari
kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi
salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari
prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang
terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti
dibawah ini.
1.

Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik
di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH HSO3
HSO3 + O2 HO2 + SO3
SO3 + H2O H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali
seperti:
NO + HO2 NO2 + OH
Hujan asam oleh kelompok 1

Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO
diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak
SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2.

Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan
radikal hidroksil.
NO2 + OH HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 NO3 + O2
NO2 + NO3 N2O5
N2O5 + H2O HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada
tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH 3 dan tanah pertanian
mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garamgaram ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat.
Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk
ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam
keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab
itu, presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994 dalam
Rahmawaty, 2002).
1. 3.

Pembentukan Asam Chlorida (HCl)

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan


Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
Hujan asam oleh kelompok 1

CFC + hv(UV) Cl* + produk


CFC + O* ClO + produk
O* + ClO Cl* + O2
Cl + CH4 HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan
deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan
asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan
6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di
Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang
terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat
157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota
Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke
udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil A.S., (2008) dalam Sumahamijaya, I.,
(2009)).
Mekanisme proses terbentuknya hujan asam, dapat diamati pada Gambar 2 berikut:

Hujan asam oleh kelompok 1

10

Gambar 2. Mekanisme Terbentuknya Hujan Asam


(Sumber: PhysicalGeography.net dalam Likens, Gene, 2010)
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik,
kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas
yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer

sebelum

berubah

menjadi

asam

dan

terdeposit

ke

tanah.

Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik
Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam
dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutanhutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya
menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub.
Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5
atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang
menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati
akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom
akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar
kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke
masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen
oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil,
terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini.
Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka).
Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi
dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke
sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan
asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan
cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.

Hujan asam oleh kelompok 1

11

2.3

Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan


Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan

bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki
dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik,
antara lain :
a)

Danau

Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang
bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya
populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk
hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan.
Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk
keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau.
Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di
sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap penurunan kualitas air danau atau air
permukaan, dapat dicermati pada gambar berikut:

Hujan asam oleh kelompok 1

12

Gambar 3. Dampak Hujan Asam Terhadap Penurunan Kualitas Air Danau


(Sumber: PhysicalGeography.net dalam Likens, Gene, 2010)
b)

Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini

menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang
merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas
Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
c)

Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan

lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan
terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat
Hujan asam oleh kelompok 1

13

sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi
hilang.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh.
Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur
didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan
menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohonpohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati.
d)

Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum

ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh
senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status
gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang
yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan
asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada
timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan
penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun
1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai
fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat
di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook
Experimental Forest in New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh hujan asam.
e)

Korosi

Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan
Hujan asam oleh kelompok 1

14

patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak dari
deposisi asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan struktur
bangunan seperti pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Dampak Deposisi Asam


Dampak terhadap

Keterangan

Makhluk Hidup
1. Punahnya beberapa jenis ikan
2. Mengganggu siklus makanan
3. Mengganggu pemanfaatan air untuk air
minum, perikanan, pertanian
4. Menimbulkan masalah pada kesehatan,
pernafasan dan iritasi kulit
Vegetasi
1. Perubahan keseimbangan nutrisi dalam
tanah
2. Mengganggu pertumbuhan tanaman
3. Merusak tanaman

Hujan asam oleh kelompok 1

15

Dampak terhadap

Keterangan

4. Menyuburkan pertumbuhan jamur madu


yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman (menjadi layu)
Stuktur Bangunan
1. Melarutkan Kalsium Karbonat pada beton,
lantai marmer
2. Melarutkan tembaga dan baja
3. Mempercepat korosi pada pipa saluran air
4. Mengikis bangunan candi dan patung
2.4 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan
Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar
saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan
penghematan energi.

a)

Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah


Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm

akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar nonbelerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol, etanol
dan hidrogen.
b)

Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran


Hujan asam oleh kelompok 1

16

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat
ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).
c)

Pengendalian Setelah Pembakaran


Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.

Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain
ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang
dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
d)

Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)


Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,

dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga
jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
e)

Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah

ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau
kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan
sifat asam.
f)

Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi

dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan terutama dalam aspek:
1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim mikro
4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen

Hujan asam oleh kelompok 1

17

6. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah


7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.
Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO 2 dan NOx dengan
peraturan pemerintah. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan
bermotor dan industri. Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih
memperketat kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut
tercatat mempu mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16
juta ton. US juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada
tahun 2010.

BAB III
PENUTUP
Hujan asam oleh kelompok 1

18

3.1.

Kesimpulan

1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah


5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah.
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke
atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Secara sedehana,
reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada dasarnya Hujan asam
disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides
(NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
3. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh, korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
4. Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat
pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi serta penambahan zat kapur.

3.2.

Saran
Hujan asam oleh kelompok 1

19

Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum,
untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya
penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan
seksama. Dengan penurunan polusi udara, diharapkan akan mampu mencegah
terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak hanya erhadap lingkungan
namun terhadap kelangsungan hidup manusia.

Daftar Pustaka

Hujan asam oleh kelompok 1

20

Anonim

2009.

Cause

and

Effects

of

Acid

Rain.

Diperoleh

dari:

http://www.buzzle.com/ articles/ causes and effects of acid rain.html. Diakses


pada: 4 Mei 2011.
Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek
Pltn Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir,
BATAN. Diperoleh dari: http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi /PIN/ pin-pdf/
06Anto.pdf. Diakses pada: 5 Mei 2011.
Howard, Rhonda. 2010. Acid Rain and Heart Disease. Diperoleh pada:
http://www.ehow.co.uk/about_5640136_ acid- rain- heart- disease .html. Diakses
pada: 4 Mei 2011.
Likens, Gene . 2010. Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?topic. Diakses pada 4 Mei 2011.
Nandika, Dodi.,2004. Hujan Asam Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian
Hutan. Sataf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan-IPB. Diperoleh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/

123456789/

23543/Dodi%

20Nandika_RK.pdf?sequence=1. Diakses pada: 5 Mei 2011.


Ophardt,

C.O.,

2003.

Acid

Rain.

Diperoleh

dari:

http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook. Diakses pada 4 Mei 2011.


Rahardiman,

Arya.

2009.

Hujan

Asam.

Diperoleh

dari:

http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/ hujan -asam. html. Diakses pada: 5 Mei


2011.
Rahmawaty, 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan. Fakultas
Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Diperoleh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream

/123456789/857/1/

hutan-rahmawaty2.pdf.

Diakses pada 5 Mei 2011.

Hujan asam oleh kelompok 1

21

Sumahamijaya,I., 2009.

Hujan Asam Menghancurkan Bumi. Diperoleh dari

http://majarimagazine.com/2009/03/ hujan asam mencegah global warmingmenghancurkan- bumi/. Diakses pada 5 Mei 2011.

Hujan asam oleh kelompok 1

22

Anda mungkin juga menyukai