Anda di halaman 1dari 34

PENGERTIAN GEOMORFOLOGI

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe
= bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu
yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.

Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses -
proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.

Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan
bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa
bumi. Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu
THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata
sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan
cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.
Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu menelusuri proses -
proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan
bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan
cepat dan murah.

Geografi murninya.
Minggu, 20 Mei 2012
Makalah Geomorfologi (Bentukan Lahan)

MAKALAH BENTUKAN LAHAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa j uga
merupakan salah satu ba gi an da r i ge ogr a f i . Di mana ge omor f ol ogi yang
me r upa kan c abang da r i i l mu geografi, mempelaj ari tentang bentuk muka
bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan
sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan
(landform).
Hubungan ge omor f ol ogi dengan ke hi dupa n manus i a a da l ah
de ngan a danya pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat
maupun di dasar laut.Dan j uga dengan adanya bencana alam seperti gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan
yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan
dan mempelaj ari bentuk-bentuk geomor f ol ogi yang ada di bumi . Ba i k
yang da pa t be r pot ens i be r baha ya ma upun aman. Sehingga dilakukan
pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda)
atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan
mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu
lingkungant e r t e n t u ( Z o n n e v e l d , 1 9 7 9 d a l a m T i m F a k u l t a s
Ge o g r a f i UGM, 1 9 9 6 ) . Un t u k mengadakan analisis bentanglahan
diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi
bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang sesuai adalah unit
bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis d a n me n g k l a s i f i k a s i
b e n t a n g l a h a n s e l a l u me n d a s a r k a n p a d a
k e r a n g k a k e r j a bent ukl ahan. Be r das a r kan pe nge r t i an bent a ngl ahan
s e pe r t i di a t as , ma ka da pa t diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan.
Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora,
fauna, dan manusia.
B e n t u k l a h a n a d a l a h b a g i a n d a r i p e r mu k a a n b u mi y a n g
me mi l i k i b e n t u k topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam
dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst,
Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya
yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan
kembali apa yang dimaksud dengan bentanglahan yang terbentuk berasal dari proses
pelarutan.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan ?
2. Apa saja jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuk lahan dan bagaimana prosesnya.
2. Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya.
A. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan secara khusus,
pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih, kemudian mengimplikasikan.
2. Bagi Dosen dan tenaga pengajar, sebagai bahan informasi tambahan terhadap matakuliah
yang bersangkutan dan materi yang diajarkan.

B. Metode Pembuatan Makalah
Metode yang digunakan pembuatan makalah ini adalah metode sekunder, yaitu
metode berdasarkan data dari buku, internet atau artikel-artikel.

BAB II
DASAR TEORI

Asal kata Geomorfologi
Geos : Bumi
Morfo : Asal-usul
Logos : Ilmu (Yunani)
Artinya: Ilmu yang mempelajari asal-usul bumi.
Geomorfologi arti fisiologisnya adalah uraian tentang bentuk bumi (Kardono
Darmoyuwono, 1972).
Definisi Geomorfologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari atau mendeskripsi bentuklahan /landforms(Lobeck,
1983: 2).
Ilmu tentang bentuklahan (Thronbury, 1954: 3).
Studi tentang bentuklahan, terutama mengenai sifat alaminya, asal mula, proses
perkembangan dan komposisi material penyusunnya (Cook et al.,1978: 4).
Studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya, dan
menyelidiki interrelasi antara bentuk dan proses tersebut dalam tatanan keruangannya (Van
Zuidam et al., 1979: 5).
Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka bumi, baik di atas
maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula terbentuknya
(genesa) dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya/ hubungannya
dengan lingkungannya (Verstappen, 1983).
Dornhany dan Cooke
Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan unsure-unsur di dalamnya serta cara
terbentuknya, perkembangannya dan komposisi material yang ada di dalamnya.
Bentuklahan/Landforms
Merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk
permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi di permukaan bumi.
Proses Geomorfologis
Semua perubahan fisik maupun kimia pada permukaan bumi oleh tenaga-tenaga
geomorfologis.
Tenaga Geomorfologis
Semua tenaga yang ditimbulkan oleh medium alam yang berada di permukaan bumi
termasuk di atmosfer.

ASPEK - ASPEK YANG DIPELAJARI DALAM GEOMORFOLOGI
Bentuk lahan
Bentuk lahan dikaji secara kuantitatif maupun kualitatif (morfometri) dimana
tujuannya mendiskripsikan relief bumi. Bentuk lahan konstruksional misalnya gunung api,
patahan, lipatan, dataran, plato, dome dan pegunungan kompleks. Sedangkan bentuk lahan
distruksional meliputi bentuk lahan erosional, residual dan deposisional. Cabang yang
mengkaji tentang bentuk lahan disebut Geomorfologi Statis.
Cara Terbentuknya (Genesis)
Cara terbentuknya bentuk lahan dan perkembangan selanjutnya dalam waktu yang
lama dikaji dalam Geomorfologi Genetik. Bentuk muka bumi disebabkan oleh adanya
tenaga Geologi.
Proses
Proses merupakan perubahan bentuk lahan dalam waktu yang relatif pendek akibat
adanya gaya eksogen serta waktu perkembangannya relatif pendek. Poses ini dikaji dalam
Geomorfologi Dinamik.
Lingkungan (enviroment)
Proses Geomorfologi terjadi karena adanya kontak dengan lingkungan misalnya
tanah, air tanah, air permukaan serta vegetasi termasuk kotak dengan manusia akan
mempengaruhi terhadap bentuk lahan maupun proses yang terjadi.

Bentuk lahan berdasarkan genesisnya terbagi menjadi sepuluh klas utama yaitu:
Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh
struktur geologis, contohnya adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan
kubah dan sebagainya.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung
api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses
degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai,
contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar
sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial
dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut
seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura
(spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gletser
(gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena,
drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin,
contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik,
longitudinal, transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh
pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah
karst, dolina, uvala, polje, gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia contohnya kota, pelabuhan.
Proses
Proses yang membentuk permukaan bumi adalah:
Epigene (proses eksogen), terbagi atas:
Degradasi (penurunan permukaan bumi) prosesnya meliputi:
1. Erosi oleh air yang mengalir, air tanah, angin, gelombang dan arus laut serta gletser.
2. Pelapukan (wethering)
3. Pemindahan massa tanah (mass wasting)
Agradasi disebabkan oleh tenaga air yang mengalir, air tanah, gelombang, angin dan gletser.
Organisme
Hipogene (proses endogen), meliputi atas diatropisme serta vulkanisme.
Ekstraterestial yang disebabkan oleh adanya benda-benda luar angkasa yang jatuh ke bumi,
sehingga menimbulkan proses geomorfologi, contohnya meteor, asteroid.

KONSEP-KONSEP GEOMORFOLOGI
Ada sepuluh konsep dasar geomorfologi meliputi:
Konsep 1
Hukum dan proses fisika yang bekerja saat ini, bekerja pada waktu yang lampau meskipun
tidak dengan intensitas yang sama.
Penjelasan:
Hal ini mengandung pengertian bahwa hokum dan proses fisik yang bekerja saat ini telah
bekerja sejak waktu geologi meskipun dengan daya kehebatan yang berbeda.
Dalam prinsif uniformitarianisme dari James Hutton dikomunikasikan bahwa hokum dan
proses fisik yang berlangsung pada waktu lampau sama dengan yang bekerja saat ini. Pada
kenyataannya hokum dan proses fisik itu masing-masing mempunyai intensitas yang
berbeda.
Konsep 2
Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam perkembangan bentuk
permukaan bumi.
Penjelasan:
Pada setiap daerah akan memperlihatkan struktur geologi masing-masing, dimana struktur
geologi ini akan berubah-ubah menurut tingkat kedewasaannya. Dengan sendirinya
perkembangan bentuk permukaan bumi ini akan dapat dilihat melalui struktur geologi
yang berkembang pula.
Konsep 3
Pada bentuk lahan yang besar, permukaan bumi mempunyai relief (tinggi/rendah
permukaan) karena proses geomorfologi telah berlangsung dengan hal yang berbeda.
Konsep 4
Proses geomorfik akan meninggalkan bekasnya di atas permukaan bumi dan masing-
masing proses geomorfik membentuk suatu kelompok bentuk permukaan bumi sesuai
dengan karakternya.
Konsep 5
Karena ada perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan
urutan bentuk permukaan bumi yang mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan
tingakat perkembangannya.
Dalam hal ini akan didapatkan suatu bentuk lahan tertentu sesuai dengan tingkatan yang
bekerja (menurut orde). Misalnya :
Orde 1 (first order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal perkembangan
bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar laut.
Orde 2 (second order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal perkembangan
bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar laut.
Orde 3 (Third Order Relief)
Ditemukan relief berupa sisa pegunungan. Tenaga yang membentuknya adalah tenaga
eksogen.
Konsep 6
Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum didapat dari pada bentuk yang sederhana.
Karena banyaknya proses geomorfologi yang terjadi, maka bentuk-bentuk lahan dihasilkan
tidak hanya disebabkan oleh satu proses saja.
Misalnya: Adanya pegunungan kompleks, di mana di daerah itu terdapat lipatan, patahan
intrusi dan lain-lain.
Konsep 7
Sebagian kecil dari topografi bumi dibentuk lebih tua dari zaman Tersier dan sebagian
besar tidak lebih tua dari zaman Pleistosen. Hal ini dikarenakan pada zaman Tersier banyak
terjadi perubahan-perubahan bumi.
Misalnya: Pada zaman Tersier terjadi aktivitas vulkanis.
Pada zaman Pleistosen sebagian air dipermukaan bumi membeku (menjadi es).
Konsep 8
Interpretasi bentangan bumi pada saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa menilai
pengaruh geologi dan perubahan iklim selama zaman pleistosen.
Konsep 9
Apresiasi penilaian iklim yang terjadi di dunia adalah sangat penting untuk mengetahui
perbedaan proses-proses geomorfik.
Konsep 10
Di dalam geomorfologi, walaupun terutama berkaitan dengan bentangan bumi yang ada
sekarang, tetapi untuk mengkaji hal-hal tersebut harus meninjau masa lampau. Karena
bentangan bumi yang ada sekarang asalnya juga dari pembentukan masa lampau maka
untuk meninjau kembali kita tidak lepas dari sejarah pembentukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
Faktor fisik, yaitu iklim dan batuan.
Faktor iklim: suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dan lama penyinaran matahari.
Faktor batuan:
Struktur batuan, meliputi: mineral penyusun batuan, kekompakan batuan, bidang
perlapisan, sikap perlapisan batuan, kekar dan sesar.
Tekstur batuan, meliputi: tingkat kelolosan air dan mineral penyusun batuan.
Faktor non fisik, yaitu: vegetasi penutup, manusia dan hewan.

PELAPUKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelapukan:
Iklim,
Topografi,
Batuan,
Biota,
Waktu
Proses pelapukan ada 3 macam:
Pelapukan fisis (mekanis), disebabkan oleh:
Tekanan,
Suhu,
Pembentukan kristal garam, dan
Akibat aktivitas/kegiatan manusia.
Pelapukan yang menghasilkan fragmen batuan yang lebih kecil, namun dengan komposisi
kimia tetap.
Pelapukan Khemis, disebabkan oleh karena proses:
Hidrolisa,
Hidratasi,
Karbonasi,
Oksidasi dan masuknya koloid ke dalam batuan.
Pelapukan karena adanya perubahan susunan kimia pada batuan.
Pelapukan Organis
Pelapukan yang terjadi oleh aktivitas organisme, misal: cacing, rayap, dan berbagai jenis
serangga yang hidup di dalam tanah serta aktivitas binatang dan manusia.

EROSI
Erosi adalah proses pengelupasan dan pengangkutan material tanah atau batuan.
Faktor-faktor yang menentukan erosi:
Iklim (curah hujan),
Lereng,
Vegetasi penutup,
Batuan/tanah, dan
Pengelolaan
Tipe erosi permukaan:
Erosi percik (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas
oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di
daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-
partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
Erosi parit (gully erosion) adalah erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan
lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.

GERAK MASSA BATUAN
Gerak massa batuan atau mass-wasting atau mass movement adalah proses bergeraknya
puing-puing batuan menuruni lereng secara merayap, karena pengaruh langsung gravitasi.

Gerak massa batuan dibedakan menjadi 4 kelompok:
Aliran lambat (slow flowage)
Creepyaitu gerakan tanah atau puing-puing batuan menuruni lereng karena pengaruh
gravitasi, gerakan sangat lambat sehingga biasanya tidak tampak mata.
Contoh: soil creep, talus creep, rock creep, rock-glacier creep dan solifluction.
Aliran cepat (rapid flowage)
Bergerak sebagai aliran cepat, biasanya melewati saluran, material berupa: tanah, lempung,
puing batuan yang jenuh air.
Contoh: earthflow, mudflow, debris avalanche.
Longsoran atau landslide
Gerakannya nampak mata, material relatif kering.
Contoh: slump, debris slide, debris fall, rock slide, rock fall.
Terban atau subsidence
Adalah gerakan permukaan batuan ke bawah tanpa permukaan bebas dan gerakan
mendatar.
Relief Orde I
Merupakan proses pembentukan permukaan bumi, seperti benua dan ledok lautan dan
proses pembentukkannya sudah berlangsung jutaan tahun yang lalu, sehingga telah
mengalami proses geomorfik.
Relief Orde II
Merupakan kelanjutan dari relief orde I, dan bersifat membangun atau konstruksional,
karena dibentuk oleh proses endogen seperti proses diatrofisme dan proses volkanisme.
Hasil bentukkannya membentuk pegunungan dan daratan dan dibedakan menjadi 6, yaitu:
Plain dan Plateau,
Pegunungan Dome,
Pegunungan Blok,
Pegunungan Lipatan,
Pegunungan Kompleks, dan
Gunungapi dan bentukan yang berkaitan.
Relief Orde III
Merupakan kelanjutan dari orde II dan bersifat destruktif, yaitu terjadi pengrusakan relief
bumi yang dibentuk pada orde II oleh tenaga eksogen, seperti air, angin, gelombang dan es.
Hasil bentukan reliefnya terdiri dari 3 bentuk tahapan, yaitu:
Bentuk Erosional
Bentukan hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen pada seluruh bagian
permukaan atau sebagian dari bentuk relief orde II.
Bentuk Residual
Bentukan yang tersisa dari hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen.
Bentuk Deposisional
Bentukan hasil pengendapan material hasil pengelupasan relief yang terangkut oleh tenaga
eksogen.

LEMBAH DAN SUNGAI
Perkembangan lembah dibedakan menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Pelebaran lembah (valley widening)
Adanya erosi lateral/horisontal oleh sungai pada material dinding lembah dengan cara
hidrolik dan korasif.
Adanya erosi dan penggerusan dinding lembah oleh aliran air hujan.
Pelapukan dan gerak massa batuan yang terjadi pada dinding lembah.
Masuknya cabang sungai atau bergabungnya sungai ke dalam lembah sungai utama.
2. Pendalaman lembah (valley deepening)
Adanya proses hidrolisis, yaitu proses air yang mengalir di dasar lembah langsung
menggaruk dan membawa material-material yang ada di dasar lembah.
Adanya proses korosi dan abrasi pada dasar lembah, yaitu proses pengikisan dasar lembah
oleh air dan adanya material yang ternagkut mempunyai tenaga untuk mengangkut,
mengikis, merusak dan menghancurkan. Proses korosi bersifat kimiawi, yaitu proses
pengikisan yang dipercepat oleh adanya reaksi kimia.
Pothole driling atau pembentukan lubang pada dasar lembah yang dapat membentuk sebuah
kedung.
Adanya pelapukan pada dasar lembah.
3. Pemanjangan lembah (valley lengthening)
Adanya erosi mundur (headward erosion) oleh air sungai
Berkembangnya sungai meander
Adanya termini, yaitu prose pengangkatan lahan atau penurunan muka air laut.
Klasifikasi lembah didasarkan atas 4 faktor, yaitu:
1. Berdasarkan Umurnya, terbagi menjadi lembah muda, dewasa dan tua.
2. Berdasarkan Genetiknya, terbagi menjadi:
Lembah konsekuen (k), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir sesuai
dengan arah dip batuan atau perlapisan batuan.
Lembah subsekuen (s), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang arah alirannya sejajar
dengan arah strike.
Lembah resekuen (r), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir searah dip
batuan atau sejajar dengan lembah sungai konsekuen, biasanya aliran sungainya masuk ke
sungai subsekuen.
Lembah Obsekuen (o), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir menuruni
lereng, sehingga berlawanan dengan dip batuan dan masuk ke sungai subsekuen.
Lembah Insekuen (i), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang arah alirannya tidak
dikontrol struktur batuan (dip atau strike), sehingga mengalir dengan arah tidak menentu,
biasanya terjadi pada daerah pengangkatan baru.
3. Berdasarkan Struktur pengontrolnya, terbagi menjadi:
Lembah monoklinal,
Lembah antiklinal,
Lembah sinklinal,
Lembah sesar/patahan,
Lembah rekahan/joint.
4. Berdasarkan pemotongan pada struktur, terbagi menjadi:
Lembah superposed, yaitu lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang tidak searah
dengan kemiringan perlapisan batuan asal.
Lembah anteseden (antecedent), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang memotong
struktur geologi, karena proses pengikisannya lebih cepat daripada proses pengangkatan.
Pola Aliran Sungai
Pola Dendritik
Pola aliran yang perkembangannya menyebar ke segala arah dengan percabangan yang
teratur.
Cirinya: pada batuan berstruktur homogen atau struktur horisontal dan berbutir halus;
resistensi batuan homogen; permeabilitasnya seragam dan kemiringannya landai; terdapat
pada lereng-lereng pegunungan.
Misal: Batuan shale, lempung, pasir halus, napal, tuff bercampur lempung.
Pola Paralel
Pola aliran yang cabang-cabang sungainya berkembang secara paralel atau hampir paralel.
Cirinya: pada batuan shale atau clay dengan kemiringan yang nyata; jarak antar cabang
sungai beraturan karena pengaruh struktur.
Pola ini terdapat pada: pantai; aliran lava dan tilted valley.
Pola Radial
Pola Radial Sentripetal
Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menuju pusat suatubasin/cekungan atau
depresi, misal danau atau kaldera/kawah gunung api.
Pola Radial Sentrifugal
Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menyebar dari puncak gunung menuju ke
bawah. Terdapat pada gunungapi dan pegunungan dome mudaatau berstruktur volkan.
Pola Trellis
Pola aliran yang terjadi pada daerah yang telipat kuat atau batuan berlapis yang berdip, dan
menunjukan suatu pola aliran yang paralel dan biasanya mengikuti arah strike batuan.
Pola Rektanguler
Pola aliran yang berkembang mengikuti patahan atau belahan (joint), sungai-sungai lurus
dan belokan terjadi secara tiba-tiba membentuk sudut hampir 90
0
.
Pola Anuler
Pola alirannya menyebar dan merupakan peralihan dari pola radial, karena berkembang
pada struktur melingkar/dome yang sudah terkikis kuat dan adanya perbedaan resistensi
pada perlapisan batuan. Sungai-sungai subsekuen mengikuti pada zone yang kurang
resisten.
Pola Barbed
Pola aliran dengan sungai cabang yang membelok kearah hulu, merupakan pola aliran yang
menunjukkan penggabungan sungai-sungai kecil ke sungai induk dengan arah belokan ke
hulu. Pola ini terjadi pemenggalan sungai oleh patahan yang melintang terhadap sungai-
sungai besar, sehingga arah aliran membalik dari sebagian sistemnya.
Pola Deranged
Pola yang terbentuk pada daerah rawa atau dekat danau dengan bentuk tidak teratur,
terdapat kombinasi antara drainase permukaan dan bawah permukaan.
Pola Contorted
Pola aliran ini mula-mula sungai utama mengalir ke satu arah kemudian arahnya membalik
ke arah hulu. Proses terjadinya kemungkinan karena pengaruh retakan (fracture) pada
batuan atau adanya blok-blok batuan dengan berbagai kemiringan.
Pola Anguler
Merupakan hasil modifikasi dari tipe rektangular yang ditandai dengan belokan-belokan
tajam sehubungan dengan adanya joint atau patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang
paralel dengan sungai utama dengan sudut tumpul. Pola ini terdapat pada batuan sedimen
yang granuler seperti sandstone dengan kedudukan hampir horisontal.



BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bentuklahan dan Bentang Alam
Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau Landscap
(Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan.
Arti pemandangan mengandung dua aspek,yaitu aspek visual dan aspek estetika padasuatu
lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM,1996).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk
topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis
pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Dari
pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (T, P, S, M, K)(1)
Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah :
B = bentuklahan,
T = topografi
P = proses alam
S = struktur geologis
M = material batuan
K = ruang dan waktu kronologis.
Ol e h k a r e n a i t u u n t u k me n g a n a l i s i s b e n t a n g l a h a n l e b i h
s e s u a i d e n g a n berdasarkan unit bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan
juga akan lebihsesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan yang menyusunnya.
Verstappen ( 1983) t el ah mengkl as i f i kas i bent ukl ahan ber das ar kan
genes i s nya menj adi sepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah
sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.

B. Bentuk Bentuk Lahan Menurut Genesisnya

1. Bentuk lahan asal solusional (pelarutan),
Bentuklahan asal solusional atau pelarutan dikenal juga dengan istilah
karst.Bentuklahan karst termasuk bentuk bentuklahan yang penting, dan banyak
puladi t emukan di I ndones i a. Bent uk i ni s angat er at ber hubungan
dengan bat uane n d a p a n y a n g mu d a h me l a r u t . Ol e h k a r e n a i t u
d e n g a n me n g e t a h u i b e n t u k bent ang al amnya, pada umumnya or ang
dapat menget ahui j eni s bat uannya, t er ut ama j uga kar ena bent uk
bent angal am kar s t yang s angat kar akt er i s t i k dan me mp u n y a i t a n d a -
t a n d a y a n g mu d a h d i k e n a l b a i k d i l a p a n g a n , p a d a p e t a topografi
maupun pada potret udara dan citra satelit.
Bentang alam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat
atau memanjang, gua-gua dan bukit- bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia,
daerah yang ditutupi bentangalam karsttersebar di Perancis Selatan, Spanyol
Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapan e g a r a Ame r i k a S e l a t a n , d a n
b e b e r a p a n e g a r a b a g i a n d i Ame r i k a S e r i k a t (Tenesse, Indiana,
Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu pegunungan di
Yugos l avi a yang ber bent angal am s pes i f i k i ni . Di
I ndones i a bent angal am kar s t dapat di t emukan di beber apa daer ah di
pul au J awa, yai t uJampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo
Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa daerah di
SulawesiTengah. Di I r i an Bar at bent angal am kar s t di t emukan di Kepal a
Bur ung pada f or mas i Kl as af et , s edangkan di Sumat e r a di t emukan,
t er ut ama di Sumat er aSelatan dan Aceh.


Bentuklahan karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air
dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terj adi pada wilayah
yangtersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau
gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air
sangat p e n t i n g a r t i n y a . B e n t a n g a l a m k a r s t b i a s a n y a b e r k e mb a n g
d i d a e r a h y a n g mempunyai curah hujan cukup. Di samping itu, pelarutan maksimum
dapat terjadi b i l a a i r t i d a k m e n c a p a i j e n u h a k a n k a r b o n a t . A i r
y a n g m e n g a l i r d a p a t menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung
CO2 (gas) akan lebih mudah me l a r u t k a n b a t u g a mp i n g . Di b a wa h i n i
d i p e r l i h a t k a n r e a k s i k i mi a y a n g menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut) (gas)Bila
Ca(HCO3)2 t er kena udar a kembal i maka ber ar t i ada penambahan H2
dari udar a, ol eh kar ena i t u kes ei mbangan r eaks i akan ber ger ak ke ki r i
dan akan t e r b e n t u k k e mb a l i Ca CO3 y a n g me n g e n d a p . Re a k s i
t e r s e b u t k e mu d i a n menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal
dalam gua-gua didaerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk
terbentuknya kedua jenis e n d a p a n i n i i a l a h a d a n y a p e r s e d i a a n
H2 s ecar a t er us - mener us yang dapat diperoleh apabila udara dapat mengalir di
dalam gua itu. Udara yang segar selalu menggantikan udara yang berada di dalam gua.
Ciri-ciri umum daerah karst antara lain :
Daerahnya berupa cekungan-cekungan
Terdapat bukit-bukit kecil
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
Adanya endapan sedimen lempung berwarma merah hasil dari pelapukan batu gamping.
Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst sebagai
akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi,
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal,
4. Terdapat banyak diaklas (retakan),
5. Pada daerah tropis basah,
6. Vegetasi penutup yang lebat.
Pada kondisi demikian batugamping akan mudah mengalami pelarutan
oleh air yang mengalir yang akhirnya membentuk topografi karst. Kenampakan topografi
karst ini sangat spesifik, baik yang ada di permukaan maupun yang ada di
bawah per mukaan t anah. Menur ut J eni ngs , 1971 ( dal am Di byos aput r o
1997) , kar s t merupakan suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan
drainase yang khas, terutama disebabkan oleh pelarutan batuan yang tinggi oleh
air. Batuan yang membentuk karst terdapat di dekat atau pada permukaan bumi yang
meliputi daerah yang luas dan tebal (ratusan meter). Jenis batuan ini harus bersifat
mudahlarut di dalam air. Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar (fault)
dankekar (joint) menjadi faktor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje,
1983( d a l a m Di b y o s a p u t r o 1 9 9 7 ) , k e k a r - k e k a r y a n g t e r d a p a t p a d a
b a t u a n i t u member i kan r egangan mekani k, s ehi ngga memudahkan
ger akan ai r mel al ui batuan itu. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan
perkembangan pelarutan di dalam batuan.

Gambar bentuk lahan Kars
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga
lebat yang ber s amaan dengan t emper at ur yang t i nggi . Kondi s i s emacam
i ni menyebabkan pelarutan dapat berlangsung secara intensif. Adanya
vegetasi yang rapat membantu pelapukan solusional dan menyebabkan perkembangan
karst. Vegetasi menyediakan bahan or gani k yang ber bent uk humus dan
ber s ama- s ama dengan r es pi r as i akar t anaman dapat meni mbul kan
t i ngkat kons ent r as i kar bondi oks i da di dal am t anahs e k i t a r 3 0 %.
Di f u s i CO2 i n i k e d a l a m a i r me l a l u i s e l u r u h t a n a h
me mb a n t u me n i n g k a t k a n i n t e n s i t a s p e l a r u t a n y a n g t i n g g i
( F a n i r a n d a n J e j e 1 9 8 3 , d a l a m Di byos aput r o 1997) .
Kar s t i f i kas i adal ah pr os es ker j a ol eh ai r t er ut ama
s ecar ak i mi a wi , me s k i p u n s e c a r a me k a n i k p u l a , y a n g
me n g h a s i l k a n k e n a mp a k a n - k e n a mp a k a n t o p o g r a f i k a r s t ( Ri t t e r
1 9 7 9 , d a l a m Di b y o s a p u t r o 1 9 9 7 ) .
P r o s e s geomorfik yang penting yang bekerja di daerah berbatu gamping
adalah pelarutan.Katalisator yang penting dalam pelarutan itu adalah air hujan
dan karbondioksida. Karbondioksida (CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat
(H2CO3), yang bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO3) membentuk kalsium
bikarbonat yang merupakan larutan berair.
Pengelompokan bentuklahan yang terjadi pada daerah Karst
Bent ukl ahan yang t er j adi pada daer ah kar s t dapat
di kel ompokkan menj adi 2 bagian, yaitu bentuklahan negatif dan bentuklahan positif.
1. B e n t u k l a h a n N e g a t i f
Bentuklahan negatif dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawh rata-rata permukaan
setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun
terban.Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala,
polye,cockpit, blind valley.

D o l i n e
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain :s i nk,
s i nkhol e, c oc kpi t , bl ue hol e, s wal l ow hol e, at aup un c enot e. Dol i ne
i t usendiri telah diartikan oleh Monroe, 1970 (dalam Dibyosaputro 1997)
sebagais uat u l edokan at au l obang yang ber bent uk c or ong pada
bat ugampi ng dengandiameter dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya
dari beberapa meter hingga ratusan meter. Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan
menjadi 4yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban, dan doline aluvial
(Faniraandan Jeje 1983 dalam Dibyosaputro 1997).

Gambar Bentuk lahan doline

U v a l a
Uvala ialah ledokan tertutup yang luas, yang terbentuk oleh gabungan
dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar yang tidak teratur yang mencerminkan
ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah
mengalami d e g r a d a s i s e r t a l a n t a i d a s a r n y a t i d a k s e r a t a p o l j e
( Wh i t t o w 1 9 8 4 d a l a m Dibyosaputro 1997).

Gambar Bentuk lahan Uvalac
P o l j e
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang di daerah
topografikarst yang mempunyai dasar mendatar dan dinding sekelilingnya
terjal (Ritter, 1979 dalam Dibyosaputro 1997). Polje ini terjadi dari gabungan sistem gua
yangruntuh dan lantai dasarnya biasanya tertutup aluvium.

Gambar Bentuk lahan Polje
B l i n d V a l l e y
B l i n d v a l l e y a t a u l e m b a h b u t a a d a l a h s a t u l e m b a h y a n g
m e n d a d a k berakhir/buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi
lenyap di bawah tanah.

G a m b a r B l i n d v a l l e y

2. B e n t u k l a h a n P o s i t i f
Pada pr i ns i pnya t er dapat 2 mac am bent ukl ahan kar s t yang pos i t i f
yai t u kygelkarst dan turmkarst.
Kygelkarst
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang didirikan ol eh
s ej uml ah buki t ber bent uk ker uc ut , yang kadang- kadang di pi s ahkanoleh
cockpit. Cockpit-cockpit ini saling berhubungan satu sama lain dan terjadi pada
suatu garis yang mengikuti pola kekar (diaklas). Keygelkarst sering kali disebut
sebagai kerucut karst atau butte. Lereng bukit -bukit initerdiri dari cliff dan
endapan-endapan sebagai scree.


Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan manara karst, mogotewill,
pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri atas perbukitan berlereng curam atau
vertikal yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial

Topogr af i kar s t mempunyai per mukaan yang kas ar a ki bat dar i
domi nas i adanya doline, uvala maupun polje serta kubah-kubah kapur berupa
bukit yang banyak. Di samping itu di dalam permukaan bumi sering dijumpai adanya
sungai bawah tanah, gua dalam tanah, serta batu tetes yang menggantung di dinding
gua(stalagtit) dan batu tetes yang ada di dasar gua (stalagmit). Mengingat
bahwa didaer ah kar s t banyak di j umpai bai k bent ukl ahan yang pos i t i f
maupun negat i f , maka akan berpengaruh terhadap pola dan kerapatan kontur
yang ada.
Bentuk- bentuk membulat dari doline, dan bentuk memanjang dan uvala akan
dicerminkan o l e h b e n t u k k o n t u r y a n g me mb u l a t d a n me ma n j a n g
y a n g t e r t u t u p . De n g a n d e mi k i a n ma k a p a d a p e t a k o n t u r , p o l a
k o n t u r d i d a e r a h k a r s t me mp u n y a i kenampakan spesifik yakni adanya
kontur-kontur yang bulat maupun memanjang dari doline maupun gabungan
beberapa doline (uvala) dan polje. Pada umumnya pol a al i r an yang ada di
daer ah kar s t mer upakan pol a al i r an yang mengi kut i diaklas maupun joint
dan kekar yang ada.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa,
dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi
kimiaantara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat
dipakai13 untuk bahan pupuk. Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan
meninggalkan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu
akan terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi,
berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa .
Terra rosa yangmengandung kadar besi tinggi ditambang kandungan
bijih besinya. Dewasa ini mas i h di per s oal kan unt uk pengambi l an
al umi ni um yang Bent angal am kar s t terbentuk di daerah batu gamping, oleh
karena itu bahan bangunan batu gamping mudah diperoleh baik untuk industri
kecil (pembakaran batu gamping) atau pun bahan s emen. Pat ut
di per hat i kan kemungki nan adanya gua - gua yang s angat memegang
peranan dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang t i dak t ampak di
per mukaan dan menyebabkan kes al ahan per hi t ungan j uml ah c a d a n g a n .
P e r e n c a n a a n t a t a l e t a k b a n g u n a n , j a l a n , a t a u p u n wa d u k
h a r u s memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah
pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.

2. Bentuklahan Asal Proses Eolin

Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan
sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak,
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan
pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling
utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin
mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang
berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir
terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3,
yaitu :
Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :

1. Gumuk Pasir atau Sandunes
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin.
Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama,
kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan
permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid
(kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran
butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok
yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang
(longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa
adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu
penghalang). Beberapa tipe gumuk pasir:
1. Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak
memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai
dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga
apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan
umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses
eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir
seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan
kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

2. Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan
pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah
angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses
eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.
Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya
berkurang.


3. Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan
adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin.
Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena
pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.


4. Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama
lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini
berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan
gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga
menjadi lebih lebar dan memanjang.

5. Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan
berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan
disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan
pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan
terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah
terbentuknya bentukan baru disekitarnya.


3. Bentuklahan Asal Struktural



Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini
bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka
bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama struktur
geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu (1) struktur aktif yang
menghasilkan bentukan baru, dan (2) struktur tidak aktif yang merupakan bentuk lahan
yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa lalu. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada
13 macam, yaitu blok pegunungan patahan, blok perbukitan patahan, pegunungan
antiklinal, perbukitan antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan sinklinal, pegunungan
monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan kubah, perbukitan kubah, dataran tinggi,
lembah sinklinal, dan sembul.
4. Bentuklahan Asal Denudasional


Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan
gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri prosespengendapan. Semua proses pada batuan
baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan
dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas
erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian
terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat.
Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses
yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses agradasi adalah berbagai proses
sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi.
Sedangkan proses degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi.
Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi. Satuan geomorfologi dari
bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit
terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan/ perbukitan dengan gerakan masa
batuan, dan lahan rusak.
Faktor Faktor Pembentuknya
Pengendapan (sedimentation)
Proses-proses pelapukan (weathering
Erosi /pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik :
Topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam (55 - >140%)
Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi (relief) >500m
Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup serta proses erosi
ulang bekerja pada tempat tersebut
Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding terjal dan berbentuk V karena proses yang
dominan adalah proses yang cenderung pendalaman lembah (valley deepenting)

2. Perbukitan Denudasional
Karakteristik :
Topografi berbukit dan bergelombang
Lereng berkisar antara 15 55%
Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 - <500m
Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi
penutup baik alami maupun tataguna lahannya


3. Nyaris Dataran (Peneplain)
Karakteristik :
a. Proses denudasional yang bekerja terus-menerus pada pegunungan/perbukitan berakibat
pada bentuk permukaan lahan yang hampir datar yang disebut nyaris dataran (peneplain)
b. Dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang strukturnya berlapis (layers)
c. Bila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang datar akibat proses
erosi sering disebut permukaan planasi (planation surface). Kenampakan ini menunjukkan
bahwa bentuklahan tersebut berumur tua

4. Perbukitan Sisa Terpisah/Inselberg
Karakteristik :
a. Bila bagian depan (dinding) suatu pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi
dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus-menerus akan meninggalkan lereng
dinding bukit yang curam
b. Umumnya berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak singkapan (outcrops)
c. Dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok
pegunungan/perbukitan
d. Mempunyai bentuk membulat
e. Bila bentuknya relative memanjang dengan dinding bukit curam disebut monadnock

5. Kerucut Talus Atau Kipas Aluvial (Talus Cone Or Alluvial Fan)
Karakteristik :
a. Topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35%)
b. Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur
c. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
d. Fragmen yang kasar karena beratnya akan mudah meluncur ke bawah dan terendapkan di
bagian bawah talus


6. Lereng Kaki (Foot Slope)
Karakteristik :
a. Area memanjang dan relative sempit terletak di kaki pegunungan/perbukitan dengan
topografi landai hingga berombak
b. Mempunyai lereng dari landai hingga lembut (nearly flat to gentle)
c. Tanpa hingga sedikit terkikis
d. Terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin)
e. Pada umumnya sering dilewati fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya ayng
diangkut oleh tenaga pengankut (air) ke daerah yang lebih rendah (missal; cekungan)


5. Bentuklahan Asal Gunungapi (Vulkanik)

Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang
bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan
yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng
vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar
vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter.
6. Bentuklahan Asal Fluvial



Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan
deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan
struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
7. BENTUKLAHAN ASAL MARIN


Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di
kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai
puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh
mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini,
tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir
lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut
(transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
8. Bentuklahan Asal Glasial



Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit
di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas
es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
9. Bentuk Lahan Asal Organik

Yakni suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut oleh aktivitas
organisme endapan batugamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap
pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari
10. Bentuk Lahan Asal Organik

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan
aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan
yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah
disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan
yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah
bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk
lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan
dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan
struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan
denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia
seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan
lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan
antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena
sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan
permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja
sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di gumuk pasir.
Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran tinggi,
lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak
bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik.
Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak menimbulkan
perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya konstruksi bangunan pantai yang
berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau
danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat
dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan termasuk lahan
antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.
Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan
dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan
pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat
menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu.




BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk
topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis
pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen ( 1983) t el ah mengkl as i f i kas i bent ukl ahan ber das ar kan
genes i s nya menj adi sepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah
sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas
gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses
degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas
sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian
besar sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses
fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses
laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura
(spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley),
morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses
angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik,
longitudinal, transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah
karst, dolina, uvala, polje, gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.

B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan tentang batuan
sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur yang lebih lengkap.Untuk
mahasiswa agar kiranya pembuatan makalah seperti kami sebaiknya menyiapkan
prossedur data yang lengkap sesuai permintaan dosen, supaya hasilnya memuaskan.
Untuk Dosen agar lebih spesifik dalam menjelaskan agar mahasiswa dapat mengerti
dalam pembuatan makalah tentang batuan sedimen.
Meski kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini sempurna,
namun, masih banyah kekurangan yang meski kami harus benahi. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga orang yang membantu dibalas oleh Allah SWT. Amien.

Anda mungkin juga menyukai