Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi


beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga
merupakan salah satu b a g i a n d a r i g e o g r a f i . D i m a n a g e o m o r f o l o g i
y a n g m e r u p a k a n c a b a n g d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang
bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).

Hubungan geomorfologi dengan kehidup an manusia adalah


d e n g a n a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat
maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan
lahan yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan
pengamatan dan mempelajari bentuk -bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i
b u m i . B a i k y a n g d a p a t b e r p o t e n s i b e r b a h a y a m a u p u n aman.
Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.

Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap
(Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti
pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada
suatu lingkungant e r t e n t u ( Z o n n e v e l d , 1 9 7 9 d a l a m T i m F a k u l t a s
G e o g r a f i U G M , 1 9 9 6 ) . U n t u k mengadakan analisis bentanglahan
diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi
bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang sesuai adalah
unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis b e n t a n g l a h a n s e p e r t i d i
atas, maka d a n m e n g k l a s i f i k a s i b e n t a n g l a h a n s e l a l u
m e n d a s a r k a n p a d a k e r a n g k a k e r j a bentuklahan. Berdasarkan
p e n g e r t i a n d a p a t diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan
anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora, fauna, dan
manusia
Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang
m e m i l i k i b e n t u k topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial,
Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di

1
bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan kembali apa yang
dimaksud dengan bentanglahan yang terbentuk berasal dari proses pelarutan.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :

1. konsep dasar bentang alam?

2. Gaya yang mempengaruhi dalam pembentukan bentang alam?

3. jenis-jenis bentang alam berdasarkan genesa

4. kenampakan bentang alam

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :

1. mengetahui konsep dasar bentang alam


2. mengetahui gaya yang mempengaruhi dalam pembentukan bentang alam
3. jenis-jenis bentang alam berdasarkan genesa
4. kenampakan bentang alam

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.a. PENGERTIAN
Pengertian bentang alam adalah pemandangan alam atau daerah dengan aneka
ragam bentuk permukaan bumi yang
sekaligus merupakan suatu kesatuan. Bentang
alam merupakan suatu unit geomorfologis yang
dikategorikan berdasarkan
karakteristik seperti elevasi, kelandaian,
orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan
jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain
adalah bukit, lembah, tanjung, dan lain-lain,
sedangkan samudera dan benua adalah contoh
jenis bentang alam tingkat tertinggi.
Beberapa faktor, mulai dari lempeng
tektonik hingga erosi dan deposisi dapat
Gambar II.a. contoh bentang alam
membentuk dan mempengaruhi bentang alam. Faktor biologi dapat pula
mempengaruhi bentang alam, contohnya adalah peranan tumbuh-tumbuhan dan
ganggang dalam pembentukan rawa serta terumbu karang.
Istilah - istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan dipermukaan bumi,
melainkan dapat pula digunakan pada permukaan planet dan obyek-obyek lain di alam
semesta. Bentang alam sering disebut juga dengan kenampakan alam.

II.B KONSEP DASAR BENTANG ALAM

Para ahli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang


dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu
juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping
memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang
melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan
pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu
seperti fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi. Kajian
mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk
pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam merupakan respon
terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk
melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui
erosi dan mass wasting. Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber bahan
sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan.
Bentangalam dapat juga mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang

3
disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi
dibawah endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan
dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.

Adapun konsep dasar bentang alam antara lain :

1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini


berlangsung juga pada masa lampau, dengan kata lain gaya-gaya dan proses-proses
yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini telah
berlangsung sejak terbentuknya bumi.

2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang paling dominan


dalam evolusi bentangalam dan struktur geologi akan dicerminkan oleh bentuk
bentangalamnya.

3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh
jadi karena derajat pembentukannya juga berbeda.

4. Proses-proses geomorfologi akan meninggalkan bekas-bekas yang nyata


pada bentangalam dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuk
bentangalam dengan karakteristik tertentu (meninggalkan jejak yang spesifik yang
dapat dibedakan dengan proses lainnya secara jelas.

5. 5. Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda beda di permukaan


bumi, maka akan dihasilkan suatu urutan bentuk bentangalam dengan karakteristik
tertentu disetiap tahap perkembangannya.

6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dijumpai dibandingkan


dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi pada
umumnya sangat kompleks/rumit, jarang sekali yang prosesnya sederhana).

7. Bentuk bentuk bentangalam yang ada di permukaan bumi yang berumur


lebih tua dari Tersier jarang sekali dijumpai dan kebanyakan daripadanya berumur
Kuarter.

8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin


dilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang terjadi

4
selama zaman Kuarter (Pengenalan bentangalam saat sekarang harus
memperhatikan proses yang berlangsung sejak zaman Pleistosen)

9. Adanya perbedaan iklim di muka bumi perlu menjadi pengetahuan kita


untuk memahami proses-proses geomorfologi yang berbeda beda yang terjadi
dimuka bumi (dalam mempelajari bentangalam secara global/skala dunia,
pengetahuan tentang iklim global sangat diperlukan)

10. Walaupun fokus pelajaran geomorfologi pada bentangalam masa kini,


namun untuk mempelajari diperlukan pengetahuan sejarah perkembangannya.

II.C GAYA PEMBENTUKAN BENTANG ALAM

Gambar II.c. contoh pembentukan gaya endogen


 GAYA ENDOGEN

yang berasal dari dalam bumi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-


perubahan diatas muka bumi. Adapun gaya endogen dapat berupa:

1. Epirogenesa (berasal dari bahasa Latin: epiros = benua dan genesis =


pembentukan), proses epirogenesa yang terjadi pada daerah yang sangat luas maka
akan terbentuk suatu benua, dan pembentukan benua dikenal sebagai “continent
buiding forces”. Atau dengan kata lain Gerak naik atau turun dari permukaan bumi,
meliputi daerah yang luas, baik samudera ataupun benua yang berlangsung lambat.

2. Vulkanisme
Tenaga Vulkanik (Vulkanisme) adalah proses pergeseran magma di dalam
bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktifitas magma yang menyusup
ke litosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian

5
dalam maka dinamakan intrusi magma', sedangkan apabila penyusupan magma
sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.
Dilihat dari bentuk dan terjadinya, ada 3 macam gunung api, yaitu :
a. Gunung Api Maar.
Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan eksplosif.
Bahannya terdiri dari efflata. Contohnya gunung lamongan di Jawa Timur.

b. Gunung Api Kerucut (Strato).


Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan effusif, secara
bergantian. Bahannya berlapis-lapis, sehingga disebut lava gunung api strato. Jenis ini
yang terbanyak terdapat di Indonesia.

c. Gunung Api Perisai (Tameng).


Bentuknya seperti perisai, terjadi karena lelehan maupun cairan yang keluar
dan membentuk lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali. Sudut
kemiringan lereng antara 1o – 10o. contohnya Gunung Maona Loa dan Kilanca di
Hawaii.
Kuat atau lemahnya ledakan gunung api tergantung dari: tekanan gas, kedalaman
dapur magma, luasnya sumber/dapur magma, dan sifat magma (cair/kental).

3. Seisme (gempa)
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya,
gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
a. Gempa tektonik
Terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik.
Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke
permukaan bumi.
b. Gempa vulkanik
Terjadi akibat aktifitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan
di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah
letusan.
c. Gempa runtuhan atau longsoran
Terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang
dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.

4. Orogenesa (berasal dari bahasa latin: Oros = gunung, dan genesis =


pembentukan ), proses orogenesa yang terjadi pada daerah yang luas akan
membentuk suatu pegunungan dan dikenal sebagai “mountain building
forces”.
Pembentukkan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif
singkat. Gerak itu dapat menimbulkan,

6
1) Lipatan
Gerakan tekanan horizontal menyebabkan lapisan kulit bumi yang elastis berkerut,
melipat, dan menyebabkan relief-relief mukabumi berbentuk pegunungan. Contoh,
pegunungan-pegunungan tua seperti pegunungan Ural. Lipatan ini terjadi pada zaman
primer.
Lipatan terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat (plastis)
sehingga permukaan bumi mengalami pengerutan. Lipatan ke atas dinamakan
punggung lipatan (antiklinal) sedangkan lipatan ke bawah dinamakan lembah lipatan
(sinklinal)
2) Patahan
Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan lapisan kulit bumi yang rapuh
menjadi retak atau patah. Misalnya: tanah turun (Slenk), tanah naik (Horst), dan
Fleksur.

 GAYA EKSOGEN

Tenaga eksogen mempunyai pengaruh yang besar terhadap terbentuknya bentang alam di
permukaan bumi. Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat
merusak. Batuan yang keras dapat hancur karena tenaga eksogen.

Pelapukan

Pelapukan merupakan proses perusakan dan penghancuran massa batuan yang disebabkan
oleh pengaruh cuaca, angin, maupun organisme. Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan
dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Pelapukan fisis (mekanis):

Pada pelapukan ini batuan mengalami perubahan/perusakan fisik. Pelapukan ini


dapat terjadi karena perbedaan perbedaan temperatur yang ekstrem, pembekuan air tanah,
mengkristalnya air garam, dan adanya gerakan air.

b. Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi merupakan proses penghancuran massa batuan yang disertai


perubahan struktur kimia batuan. Pelapukan ini terjadi karena adanya pelarutan. Pelapukan
kimiawi dapat ditemukan di daerah kapur. Bantukan-bentukan muka yang terjadi akibat
pelapukan kimiawi antara lain:
1) Karren : lubang-lubang di daerah kapur
2) Ponor : lubang-lubang di daerah kapur yang berupa doline atau pipa karst.
3) Doline : lubang yang berbentuk corong.
4) Pipa karst : lubang kecil yang dinding dalamnya tegak.
5) Uvala : lubang doline yang besar.
6) Polye : deretan doline-doline besar.
7) Sungai di bawah tanah.
8) Gua-gua kapur. Dalam gua-gua kapur biasanya terdapat stalaktit dan stalakmit.

7
Stalaktit : endapan batu kapur yang berbentuk kerucut yang
bergantung di atap gua.
Stalakmit : endapan batu kapur yang terdapat di dasar gua.

c. Pelapukan organis

Pelapukan yang terjadi karena organisme, misalnya disebabkan oleh tumbuhan, hewan
ataupun manusia. Contoh: proses penghancuran batuan yang dilakukan oleh akar tanaman
yang menempel pada batuan.

Erosi

Erosi atau pengikisan adalah proses terlepasnya partikel batuan secara alamiah oleh tenaga
pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara oleh angin dan air. Macam-macam erosi
menurut kecepatannya, erosi dibedakan menjadi dua yakni:

a. Erosi geologi yaitu suatu bentuk erosi dimana proses penghancuran tanah
relatif seimbang dengan proses pembentukannya.
b. Erosi yang dipercepat, adalah suatu bentuk erosi dimana proses penghancuran
tanah lebih cepat dibanding proses pembentukannya. Erosi yang dipercepat
dapat mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, sehingga lahan kritis semakin
meluas.

Berdasarkan penyebabnya, erosi terbagi menjadi:


a. Erosi air sungai.
b. Erosi air laut (abrasi).
c. Erosi es/gletser/eskarasi.
d. Erosi angin/korasi.

Beberapa bentuk lahan akibat erosi:

a. Cliff yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.


b. Relung yaitu cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
c. Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi.
d. Guguk pasir.
e. Morena yaitu massa batuan hasil erosi yang berukuran besar atau kecil.
f. Ngarai, yaitu lembah yang dalam.
g. Batu jamur (disebabkan erosi angin).

Mass wasting

Mass wasting (tanah bergerak) adalah perpindahan massa batuan atau tanah karena
pengaruh gaya berat. Bentuk-bentuk mass wasting antara lain:
a. Tanah longsor (land slide).
b. Tanah amblas atau ambruk (subsidence)

8
c. Tanah nendat (slumping) yaitu proses longsoran tanah yang gerakannya terputus-putus
sehingga hasilnya memperlihatkan bentuk teras.
d. Tanah mengali (earth flow) yaitu gerakan tanah jenuh air pada lereng-lereng yang landai.
e. Lumpur mengalir (mud flow) yaitu sejenis tanah mengalir dengan kadar air yang tinggi.
f. Rayapan tanah (soil creep) yaitu gerakan tanah lambat pada lereng yang landai

Sedimentasi

Sedimentasi adalah pengendapan material hasil erosi karena kecepatan tenaga media
pengangkutnya berkurang. Proses pengendapan ini dapat dilakukan oleh air, angin, dan es.

Material yang terbawa oleh erosi setelah menempuh jarak tertentu akan diendapkan, lama-
kelamaan membentuk batuan sedimen. Berdasarkan tenaga alam yang membentuknya, batuan
sedimen diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

a. Sedimen aquatis (air)

Sedimentasi ini juga disebut sedimentasi fluvial, karena banyak terjadi di aliran
sungai. Ciri-ciri fluvial: makin ke hilir makin kecil butiran batuan yang diendapkan, pada
bagian hulu batuan yang diendapkan berupa bongkahan besar dengan sudut runcing, di bagian
tengah sungai batuan yang diendapkan batuan gulung berbentuk bulat, di bagian muara sungai
yang diendapkan berupa pasir halus dan lumpur. Bentukan endapan fluvial antara lain delta
(endapan di muara sungai) dan bantaran sungai (endapan di tengah-tengah badan sungai).

b. Sedimen aeolis (angin)

Sedimentasi ini juga disebut sedimentasi terestrial, karena terjadi di daratan. Bentukan
alamnya berupa gumuk pasir (sand dunes), barkhan (gumuk pasir yang bentuknya seperti
bulan sabit), dan whale back (gumuk pasir yang memanjang).

c. Sedimen marine (air laut)

Pengendapan terjadi di sepanjang pantai. Bentukan sedimentasinya antara lain:


gosong (timbunan pasir hasil pengikisan air laut) tombolo (gosong yang menghubungkan
pulau karang dan pulau utama), beach, (timbunan puing-puing batu karang yang terdapat
disekitar cliff sebagai akibat pemecahari gelombang air laut), dan bar (gosong pasir di pantai
arahnya memanjang sebagai hasil pengerjaan arus laut).

d. Sedimen glasial (es)

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan tempatnya:


1) sedimen fluvial (sungai).
2) sedimen teristis (darat)
3) sedimen limnis (danau/rawa).
4) Sedimen marine (laut).
5) Sedimen glasial (es).

9
II. d JENIS BENTANG ALAM BERDASARKAN GENESA

Gambar II.d.1 kenampana jenis bentang alam berdasarkan genesa


BENTUK-BENTUK BENTANG ALAM

Geomorfologi secara luas dapat diartikan sebagai uraian tentang bentuk-bentuk


bentang alam beserta berbagai macam prosesnya. Bentuk bentang alam yang tampak
sekarang ini merupakan infestasi dari kerja kekuatan alam itu sendiri, yaitu kekuatan
endogen, gaya yang berasal dari dalam bumi bersifat membangun dan eksogen, gaya
yang berasal dari luar permukaan bumi yang bersifat merusak, dimana kedua kekuatan
tersebut bekerjasam untuk membentuk bentang alam.
Bentuk Bentang Alam
Bentang alam dapat pula disebut landscape termasuk bentang alam gunung,
lembah, sungai, ngarai, dataran tinggi, dataran rendah, cekungan, cliff dan lain
sebagainya. Ganesa asal mula bentuk tersebut di atas dibahas dalam geomorfologi,
antara lain:
1. Denudasi
Denudasi adalah proses pengelupasan batuan induk yang telah mengalami
proses pelapukan, akibat pengaruh air sungai, panas matahari, angin, hujan, embun
beku, dan es yang bergerak ke laut. Denudasi dapat meliputi pengikisan partikel
padat dan material yang sudah larut. Pada umumnya denudasi terdapat pada lereng-
lereng pegunungan yang dipengaruhi oleh gaya berat dan erosi sehingga bagian
terluar terangkat dan daerah tersebut akan mengalami ketandusan karena tidak
mempunyai lapisan topsoil lagi. Proses denudasi mengakibatkan pengikisan
permukaan bumi dan berujung pada berkurangnya ketinggian dari relief bentang
alam atau lanskap.

10
Denudasi melibatkan proses pelapukan, erosi, dan mass wasting. Pelapukan
adalah perubahan dan disintegrasi batuan oleh pengaruh atmosfer, kimia, dan
biologi. Erosi dapat diartikan sebagai proses penghilangan dan peniadaan produk
pelapukan. Pelapukan dapat
dibedakan menjadi pelapukan
mekanis dan pelapukan kimiawi.
Pelapukan mekanis disebabkan
oleh udarah yang membeku,
insolasi, dan perubahan
temperatur, serta aktivitas yang
dilakukan oleh akar tumbuhan,
cacing, dan lumut. Sedangkan
pela[pukan kimiawi disebabkan
oleh pelarutan, pembentukan
Gambar II.d.1a. kenampakan contoh denudasi
karbonat, oksidasi, dan hidrolisis oleh air hujan maupun sungai.
Bentuk-bentuk denudasi dapat berupa slope/lereng puing yang terlepas
jatuh, longsoran bukit (rockfall), gelinciran atau longsoran (landslide), dan
solifluksi. Macam-macam denudasi antara lain aliran (mudflow), pelelehan/rayapan
(soilcreep), dan pembilasan (sheet erosion). Denudasi dengan percepatan tinggi
dapat mengakibatkan bencana alam seperti getaran gempa bumi, erosi kaki lereng
yang tidak stabil, dan penaikan tinggi
air tanah dalam daerah patahan atau
gelinciran.
Faktor yang mempengaruhi denudasi
antara lain:
a. Topografi permukaan
b. Geologi
c. Iklim
d. Aktivitas tektonik
e. Biosfer (Flora dan Fauna) Gambar II.d.1b. contoh 2 kenampakan denusasi
f. Aktifitas Manusia
2. Kars Topografi
Geomorfologi yang berkembang atau dibangun oleh batugamping, dalam
peta topografi menunjukkan adanya kenampakan kontur yang membulat.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya kenampakan Kars Topografi
antara lain:
a. Bentuk asli dari pada koloni karang berupa onggokan-onggokan dalam bentuk
bukit-bukit karang dengan lereng yang terjal.
b. Kelarutan batugamping terhadap air hujan yang tinggi, sehingga mudah
membentuk lubang-lubang atau celah serta sungai bawah tanah.

11
c. Sifat batugamping (brittle), sehingga mudah mengalamin diaklas-diaklas
sebagi titik awal celah pemisah dan atau alur air.
d. Diaklas maupun pelarutan terbentuk dan berkembang menghasilkan rongga-
rongga atau berkembang sebagai pola pengaliran bawah tanah.
e. Pertumbuhan karang ke arah lateral akibat pendangkalan lingkungan atau
muka air laut tetap, sehingga karang tidak mampu tumbuh ke atas lagi, dan
untuk kelansungan hidupnya karang akan berkembang ke arah lateral,
perkembangan ini lama kelamaan diantara dua atau lebih terumbu akan
bersambung yang akhirnya membentuk gua yang besar.
2.1 Tingkat Perkembangan
Perkembangan daerah Kars oleh Davis membagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium Uvala
Proses pelarutan dan erosi yang bekerja lebih lanjut sehingga beberapa
dolina bergabung membentuk uvala.
2. Stadium Cock Pit
Apabila stadium uvala berkembang terus oleh erosi dan pelarutan, maka
akan berkembang tonjolan-tonjolan pada permukaan batugamping yang
disebut Cock Pit.
3. Stadium Hum
Tingkat perkembangan dari kars, diman permukaan batu gamping
berbukita landai atau hampir rata, atau bukit berbentuk kerucut membulat
dihasilkan oleh pelarutan.
2.2 Gejala-Gejala Kars
a. Dolina
Merupakan lekuk-lekuk berbentuk corong atau lubang-lubang membulat.
Terbentuk akibat efek pelarutan batu gamping yang selalu berhubungan
dengan sungai bawah tanah, dapat pula terbentuk akibat runtuhan-
runtuhan dari diatlas-diatlas batugamping.
b. Sinkhole
Merupakan lubang berbentuk cerobong pada batugamping akibat
pelarutan yang berhubungan langsung dengan sungai bawah tanah.
Semakin besar pengaliran bawah tanah semakin banyak pula sinkhole
yang dapat terbentuk.
c. Karren
Alur-alur berupa bekas erosi hujan pada permukaan batugamping. Banyak
ditemukan pada batugamping dengan vegetasi jarang atau bahkan tidak
berpepohonan.
d. Pipa Kars
Lubang-lubang berbentuk pipa yang relatif memanjang terjadi akibat
retakan yang mengalami pelarutan.
e. Uvala

12
Gabungan dari beberapa dolina menjadi satu, dapat berkembang lebih luas
hingga beberapa kilometer.
f. Polje
Lekuk memanjang atau depresi dapat berkaitan dengan pola sesar di
daerah batugamping, yang mana dasarnya terisi oleh endapan, umumnya
aluvium.
g. Gua Kapur
Merupakan lubang memanjang atau terowongan dalam batugamping,
arahnya bisa tidak teratur atau berkelok-kelok, terbentuk akibat
perkembangan diaklas oleh pelarutan lebih lanjut, juga ada gua kapur yang
terbentuk sejak perkembangan terumbu karang, yang ukurannya dapat
lebih besar gua ini terbentuk ketika terumbu karang berkembang ke arah
lateral yang kemudian bertumbuh satu dengan yang lainnya membentuk
ruang diantaranya yang kemudian disebut gua.
h. Stalaktit dan Stalakmit
Tonjilan-tonjolan berbentuk kerucut atau tiang pada tebing atau gua-gua
batugamping. Terbentuk sebagai pengendapan kimia atau evaporasi hasil
pelarutan air. Berstruktur dalam menunjukkan struktur berlapis tumbuh
sebagai hasil tahapan-tahapan pengendapan. Endapan ini sangat sulit larut
oleh air. Tonjolan yang menggantung di sebut stalaktit sifatnya tumbuh
kebawah dan yang berdiri tegak tumbuh ke atas disebut stalakmit.
i. Travertiner
Endapan kalsit hasil evaporasi kimiapada batugamping, dapat berbentuk
tanggul, teras, bukit kecil ataupun menyebar mengikuti bentuk permukaan
batugamping dengan struktur berlapis tumbuh, travertine dapat terbentuk
bukan hanya pada daerah batugamping, melainkan dapat pula terbentuk
ada batuan yang bersifat karbonatan.
j. Sungai Bawah Tanah
Karena banayaknya diatla-diatlas yang saling berhubungan satu dengan
yang lain di daerah kapur ini, sehingga akan membentuk alur-alur berupa
sungai bawah tanah. Kehadiran sungai bawahtanah banyak ditunjukkan
oleh adanya lubang pada permukaan batugamping seperti yang telah di
jelaskan. Bagian sungai dimana air masuk ke dalam lubang atau saluran
bawah tanah disebut ponore, sedang mulut sungai disebut voclus.
Berbagai ornamen gua yang sering di jumpai :
1. Flow Stone

13
Gambar II.d.2a kalsit endapan lereng pada gua
Adalah kalsit yang terdeposisi (diendapkan) pada lorong gua.
2. Grous

Gambar II.d.2b kalsit terbentuk di aliran air atau kemiringan tanah


Adalah kumpulan kalsit yang berkupul (terbentuk) dialiran air atau kemiringan tanah. Aliran
ini banyak mengan dung carbon dioksida (CO2), semakin CO2 menguap atau memuai, calsit
yang terbentuk semakin banyak.
3. Marble

Gambar II.d.2c contoh batuan gamping yang mengalami perubahan bentuk


Adalah batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan
tekanan, sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
4. Stalagtit

Gambar II.d.2d formasi kalsit yang menggantung


Adalah formasi kalsit yang menggantung.

5. Stalagmit

14
Gambar II.d.2e gambar kenampakan stalagmit
Adalah formasi yang menjulang keatas dibawah atap stalagtit.
6. Straw

Gambar II.d 2f. kenampakan straw


Bentuknya seperti stalagtit tetapi berdiameter kecil, sebesar tetesan air, panjangnya 1-15 Cm.
7. Pearls

Gambar II.d 2g kenampakan pearls


Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam dibawah tetesan air, disebut
pearls karena bentuknya seperti mutiara.
8. Styalalite

Gambar II.d 2h kenampakan styalite


Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
9. Curtain

Gambar IId 2i kenampakan curtain


Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau
di dinding gua.

10. Rimstone Pool

15
Gambar IId kenampakan Rimstone Pool
Berbentuk seperti bendungan yang terbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya
menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.

3. Vulkan
Geomorfologi ini lebih menampakkan bentuk khas dari bangun gunungapi,
yang tentunya tergantung pada bentuk dan sifat aktifitas gunungapi yang
membangunnya, seperti telah disinggung sebelumnya yaitu geomorfologi Vulkan
Maar, geomorfologi Vulkan Perisai, dan geomorfologi vulkan Strato.

Gambar IId.3 kenampakan vulkanik


4. Struktural
Terutama sesar dan lipatan dapat membangun suatu kenampakan
geomorfologi tertentu sehingga dalam uraian tentang pengelompokan geomorfologi
tidak sedikit peranan yang diberikan berdasarkan pada pembentukan geomorfologi
struktural dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Geomorfologi daerah Lipatan
Pada daerah lipatan lemah dapat membentuk bukit landai yang memanjang
searah sumbu lipatan, sedangkan lipatan kuat denagn persesaran normal dapat
memberikan bentuk morfologi tonjolan berupa pematang. Pada daerah lipatan
kuat kadang-kadang ditemukan gejala geomorfologi inversi (pembalikan),
dimana pada puncak antiklin menjadi lembah dan pada sumbu sinklin menjadi
bukit atau pematang. Hal ini terjadi karena pada zoan antiklin merupakan zona
tension yang mudah hancur dan tererosi, sebaliknya pada sinklin lebih resisten.
b. Geomorfologi daerah Sesar
Terutama pada daerah sesar naik dan turun atau sesar bongkah dapat
enampakkan suatu morfologi yang khas yaitu morfologi tangga. Banyak
ditemukan lembah-lembah dan pegunungan memanjang dengan tebing yang
terjal. Pembentukan morfologi demikian merupakan asosiasi dari proses

16
pengangkatan. Pada daerah yang relatif mudah dapat dilihat adanya
peremajaan sungai akibat pengankatan membentuk sungai “super imposed”,
daerah morfologi sesar dapat membentuk aliran sungai yang “rectangular”.

Gambar IId.4. kenampakan daerah sesar


5. Fluvial
Fluvial Geomorfologi adalah bentuk- bentuk bentang alam yang terjadi
akibat dari proses fluvial. Atau dengan kata lain Semua bentuk lahan yang terjadi
akibat adanya proses aliran air baik yang terkosentrasi yang berupa aliran sungai
maupun yang tidak terkosentrasi yang berupa limpasan permukaan.

Bentuk Lahan Fluvial

Sungai adalah permukaan air yang mengalir mengikuti bentuk salurannya.

Gambar IId.5.1 kenampakan bentuk sungai

SEJARAH HIDUP SUNGAI

 Youth (Sungai Muda)

Terjal, gradient besar dan berarus sangat cepat. Kegiatan erosi sangat kuat, khususnya
erosi kebawah. Terdapat air terjun, penampang longitudinal tak teratur, longsoran
banyak terjadi pada tebing – tebingnya.

 Mature (Sungai Dewasa)

17
Pengurangan gradient, sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya angkut erosi
berkurang. Tercapai kondisi keseimbangan penampangnya ‘graded’ hanya cukup
untuk membawa beban (load), terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi, terus
memperlebar lembahnya, dan mengembangkan lantai datar.

Gambar IId.5.2 kenampakan kedua sungai


a) Sungai Muda b) Sungai Dewasa

 Old Stream (Sungai Tua)

Dataran banjir, dibantaran yang lebar sungai biasanya mengembangkan pola


berkelok(meander), oxbow lakes, alur teranyam (braiding), tanggul alam, dan undak –
undak sungai menunjukan kondisi ‘graded’.

 Sistem Fluvial

Bentuk pengangkutan sedimen

 muatan dasar
 muatan suspensi
 muatan terlarut
 muatan mengapun

Proses pengangkutan sedimen


 muatan dasar, berpindah secara : berguling (rolling), bergeser (shifting),
melompat (saltation)
 muatan suspensi, bergerak secara melayang pada aliran sungai

Ada berapa tipe dasar saluran aluvial :

1. Braiding. Saluran terpecah oleh munculnya pulau-pulau kecil atau bars yang
merupakan akumulasi sedimen. Pulau kecil bervegetasi relatif stabil, bars relatif tidak
stabil, umumnya bermaterial pasiran – gravel.

18
Gambar IId.5.3 Kenampakan kemuncula pulau-pulai kecil/bars

2. Anastomosing

Memiliki kenampakan yang mirip dengan braiding, namun pada saluran yang tidak
berhubungan dipisahkan oleh bedrock atau aluvium yang stabil.

Saluran anastomosing mencerminkan proses erosional sungai terhadap material yang


resisten.

 Bentuk lahan asal fluvial

Didominasi proses Erosi


1. Teras Deposisional
2. Teras Batuan Dasar

Didominasi proses Sedimentasi


1. Sedimentasi Horisontal
1. Dataran Aluvial
2. Dataran Banjir
3. Rawa Belakang
4. Kipas Aluvial
5. Dataran Aluvial Pantai
6. Delta

2. Sedimentasi Vertikal
1. Tanggul Sungai
2. Gosong Sungai
3. Gosong Sungai Lengkung Dalam
4. Danau Tapal Kuda
5. Meander Terpenggal (Scar)
6. Dasar Sungai Mati

19
 Batuan Dasar
Penampang memanjang sungai tidak beraturan, terkontrol oleh struktur
geologi, misal : munculnya air terjun, Plunge pools (hasil erosi bagian dasar air terjun

Gambar IId.5.4 kenampakan batuan dasar

 Incised meander
Terbentuk hasil erosi air sungai pada batu sedimen berlapis horisontal

Gambar IId.5.5 kenampakan incesed meander

6. Glasial

Gambar IId 6. 1 kenampakan Glasial

Glasial merupakan suatu bentang alam dimana terdapat kenampakan alam


seperti gletser Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mapu
bergerak karena pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami
kompaksi dan rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah

20
melewati beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau
hilang.
Ada dua tipe bentang alam glasial :
1. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
2. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat peleburannya pada musim panas sangat
kecil. Gletser terbentuk oleh akumulasi es dengan faktor-faktor pendukung sebagai
berikut :
1. Tingginya tingkat presipitasi
2. Suhu lingkungan yang sangat rendah
3. Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
4. Pada musim panas tingkat peleburannya rendah
Benua Antartika menyimpan lebih dari 85 % cadangan es dunia, 10 % berada di
Greenland dan 5 % sisanya tersebar di tempat lain di seluruh dunia. Dari fakta ini
dapat disimpulkan bahwa Antartika menyimpan cadangan air dunia dalam jumlah
besar, sehingga bila es di Antartika meleleh maka muka air laut akan meningkat 60
meter (200 feet) yang dapat mngakibatkan banjir dan daratan tenggelam.
Tipe-tipe gletser :
1. Valley Glacier
Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat ankak-anak sungai.
Valley Glacier terdapat pada alpine glaciation.
2. Ice Sheet
Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup
dataran yang luas biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada
continental glaciation yaitu pada Greenland dan Antartika
3. Ice cap
Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan
seperti valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice sheet
dan ice cap mengalir ke bawah dan keluar dari pusat (titik tertinggi).
4. Ice berg
Ice shet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya
hilang / terbuang dalam jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok es
tersebut akan pecah dan mengapung bebas di permukaan air, hal ini disebut ice berg.

Proses Pembentukan Gletser


Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara
yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan mengendap pada
suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara keluar. Sisi-

21
sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi menjadi salju
yang berbentuk granular (granular snow) lalu mengalami sementasi membentuk es
geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk salju menjadi gletser dinamakn firn.

Glacial Budget :
1. Positive budget → bila dalam periode waktu tertentu, jumlah gletser > es yang
meleleh/hilang.
2. Negative budget → bila terjadi penurunan volume gletser (menyusut).
Gletser dengan positive budget yang tertekan keluar dan ke bawah pada tepinya
disebut advancing budget, sedangkan gletser dengan negative budget yang makin kecil
volumenya dan tepinya meleleh disebut receding budget. Bila jumlah es yang yang
bertambah sama dengan volume penyusutan es maka nilai advancing budget seimbang
dengan receding budget, hal ini disebut balance budget.
Bagian atas glacier disebut zone of accumulation → tertutup oleh es abadi. Bagian
bawah glacier disebut zone of wastage → es hilang (mencair atau terevaporasi).
Batas antara kedua zona disebut firn limit yang pergerakannya tergantung
apakah es terakumulasi atau terbuang. Bila firn limit bergerak ke bawah dari tahun ke
tahun, maka disebut positive budget, bila firn limit bergerak ke atas, disebut negative
budget. Bila firn limit berada di tempat yang tetap, dinamakan balanced budget.
Terminus merupakan tepi bawah gletser yang bergerak makin jauh ke bawah
lembah ketika valley glacier mengalami positive budget. Bila mengalami negative
budget (gletser menyusut) maka terminus bergerak ke bagian atas lembah.
Bila Ice sheet mangalami positive budget, maka terjadipenambahan volume
dan terminus mengalami kemajuan dan bila meluas sampai ke laut maka volume atau
jumlah ice berg di laut bebas meningkat. Penambahan dan pengurangan ice berg
merupakan indikator perubahan musim. Meningkatnya jumlah dan volume ice berg
menandakan suhu makin dingin dan presipitasi makin tinggi.
Bentang Alam Karena Proses Erosi
Bentang Alam Karena proses erosi yang berasosiasi dengan Alpine Glaciation.
Glacier valley → berbentuk U karena proses glasial
→ berbentuk V karena erosi sungai
Lembah terbentuk karena sungai mengalami pelurusan oleh aliran air akibat hantaman
massa es yang tidak fleksibel. Bentang alam akibat erosi yang terbentuk pada alpine
glaciation antara lain :
1. Truncated Spurs merupakan bagian bawah tepi lembah yang terpotong triangular
faced karena erosi glasial. Makin tebal gletser makin besar erosi pada bagian bawah
lantai lembah. Makin besar erosi maka mengakibatkan pendalaman lembah dan anak
sungainya sedikit.
2. Hanging valley
Ketika gletser tidak terlihat lagi, anak sungai yang tersisa menyisakan hanging valley
yang tinggi diatas lembah utama. Meskipun proses glasial membentuk lembah

22
menjadi lurus dan memperhalus dinding lembah, es meyebabkan permukaan batuan
dibawahnya terpotong menjadi beberapa bagian, tergantung resistensinya terhadap
erosi glasial.
3. Rock basin lake
Air meresap pada celah batuan, membeku dan memecah batuan sehingga
lapisan batuan kehilangan bagiannya, digantikan es dan ketika melelh kembali
terbentuk rock basinlake.
4. Cirques
Merupakan sisi bagian dalam yang dilingkari glacier valley, berisi gletser dari
glacier valley yang tumpah ke bawah. Terbenruk karena proses glasial, pelapukan dan
erosi dinding lembah.
5. Bergschrund
Merupakan batuan yang telah pecah, berguling-guling dan jatuh ke valley
glacier lalu jatuh ke crevasse.
6. Horn
Merupakan puncak yang tajam karena cirques yang terpotong / ada bagian
yang hilang karena erosi ke arah hulu pada beberapa sisinya.
7. Aretes
Merupakan sisi dinding lembah yang mengalami pemotongan dan
pendalaman sehingga bagian tepinya menjadi tajam, karena proses frost wedging.
8. Crevasses
Merupakan celah yang lebar (terbuka). Bila celah tertutup (sempit) disebut
closed crevasses.

Bentang Alam Karena proses erosi yang berasosiasi dengan Continental Glaciation
Batuan dibawah ice sheet tereosi seperti batuan di bawah valley glacier menghasilkan
grooves dan striation.

Bentang Alam Karena Proses Pengendapan Gletser


1. Till
Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yang terendapkan
mengisi valley glacier, berasal dari ice sheet membawa fragmen batuan yang terkikis
(fragmennya lancip) karena bertabrakan dan saling bergesek dengan batuan lain.
Berukuran clay-boulder, unsorted.
2. Erratic
Merupakan es berukuran boulder yang tertransport oleh es yang berasal dari
lapisan batuan yang jauh letaknya.
3. Moraines
Merupakan till yang terbawa jauh glacier dan tertinggal / mengendap setelah
glacier menyusut. Material-material lepas yang jatuh dari lereng yang terjal sepanjang
valley glacierterakumulasi pada sepanjang sisi es.

23
Lateral Moraines → Moraines yang tertimbun sepanjang sisi gletser
Medial Moraines → Gabungan anak-anak sungai yang dekat Lateral Moraines
membawa gletser turun sepanjang sisi till, dari atas tampak seperti multilane highway
(lintasan-lintasan pada daerah tinggi).
End Moraines → Tepi till yang tertimbun sepanjang sisi es, merupakan terminus yang
tersisa yang tetap selama beberapa tahun, mudah dilihat. Valley glacier membentuk
end moraines yang berbentuk seperti bulan sabit.
Bentuk-bentuk End Moraines :
• Terminal Moraines → End Moraines yang terbentuk karena terminus bergerak maju
jauh dari es.
• Recessional Moraines → End Moraines yang terbentuk karena terminus tidak
mengalami perubahan (tetap).
• Ground Moraines → Till yang tipis, seperti lapisan-lapisan karena batuan yang
terseret aleh gletser lalu mengendap.
4. Drumlin
Merupakan ground moraines yang terbentuk kembali seperti alur-alur sungai
lembah till, bentuknya seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan arah gerakan
es. Dihasilkan oleh ice sheet yang tertransport jauh dan terbentuk kembali menjadi
endapan till setelah melalui lereng yang dangkal.

II.f. KENAMPAKAN BENTANG ALAM DI PETA

2.4 KENAMPAKAN BENTANG ALAM

A. Kanampakan Bentang Alam Perairan

Perairan merupakan bagian dari permukaan bumi yang tergenangi air. Sama
seperti daratan, wilayah perairan juga ada yang alamiah dan buatan manusia.
Kenampakan alam yang termasuk wilayah perairan adalah sebagai berikut:

1. Sungai

Sungai merupakan tempat air mengalir. Di daerah pegunungan, sungai berasal


dari mata air. Sungai mengalir dari dataran tinggi di pegunungan ke dataran rendah
dan berakhir di laut.

Bagian sungai di pegunungan disebut hulu sungai. Hulu sungai membentuk


sungai kecil yang disebut anak sungai. Anak-anak sungai bertemu membentuk sungai
besar. Kadang-kadang saat mengalir, sungai harus melewati tebing sehingga
terbentuklah air terjun.

24
Bagian sungai di dataran rendah disebut hilir sungai. Pertemuan sungai dengan
laut di pantai disebut muara. Di muara, endapan lumpur menumpuk dan membentuk
semacam daratan kecil yang disebut delta. Beberapa sungai besar di Indonesia antara
lain Sungai Asahan di Sumatra Utara, Sungai Musi di Sumatra Selatan, Sungai
Bengawan Solo di Jawa Tengah, Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, dan Sungai
Digul di Papua.

2. Danau

Danau adalah kolam yang sangat luas. Air danau berasal dari sungai air hujan
atau yang tertampung, atau sungai gletser. Indonesia memiliki banyak sekali danau,
diantaranya Danau Toba di Sumatra Utara, Danau Maninjau dan Danau Singkarak di
Sumatra Barat, Danau Batur di Bali dan Danau Sentani di Papua.

3. Lautan dan Pantai

Laut merupakan perairan yang luas dengan ciri airnya terasa asin. Laut banyak
menghasilkan berbagai jenis ikan, udang, kerang serta rumput laut. Laut juga
menghasilkan minyak bumi yang dibor di laut lepas. Laut sangat luas disebut
samudra. Contoh laut di Indonesia adalah Laut Jawa. Laut yang sangat luas disebut
samudra. Contoh laut di Indonesia adalah Laut Jawa, Laut Banda, dan Laut Sulawesi.

Contoh samudra adalah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pantai adalah
pertemuan antara daratan dan lautan. Di sepanjang pantai, penduduk umumnya hidup
sebagai nelayan. Tanaman yang tumbuh baik di pantai adalah kelapa dan bakau.
Pantai terkenal di Indonesia adalah Pantai Ancol dan Partai Kuta – Bali.

4. Teluk dan Semenanjung

Laut yang menjorok masuk ke daratan disebut Tekuk. Sebaliknya, daratan


menjorok ke laut disebut semenanjung atau jazirah.

5. Pulau, Kepulauan, dan Selat

Pulau adalah daratan luas yang dikelilingi oleh laut, Pulau ada yang besar dan
ada pula yang kecil. Pulau besar contohnya Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra.

25
Pulau kecil contohnya Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu. Pulau-pulau kecil
seringkali terletak berdekatan. Kelompok pulau-pulau kecil yang berdekatan disebut
kepulauan. Contohnya Kepulauan Seribu dan Kepulauan Karimun Jawa. Selat adalah
laut di antara dua pulau. Contohnya Selat Sunda terletak antara Pulau Sumatra dan
Jawa, Selat Karimata antara Pulau Sumatra dan Kalimantan.

6. Kenampakan Perairan Buatan

Kenampakan alam buatan manusia di wilayah perairan contohnya bendungan.


Bendungan adalah danau buatan manusia. Sungai diberi tanggul agar air sungainya
bisa dibendung.

b. Kenampakan Bentang Alam Daratan

Wilayah daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air
dan yang berbentuk padat. Di daratan, terdapat dataran rendah, dataran tinggi, dan
gunung.

1. Dataran Rendah

Dataran rendah adalah wilayah darat dengan ketinggian 0-200 meter di atas
permukaan laut(dpi). Pada peta, dataran rendah biasanya digambarkan dengan warna
hijau.

Kota Jakarta, Surabaya, dan Pontianak adalah contoh kota-kota yang berada di
dataran rendah. Daerah dataran rendah dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan,
perumahan, industri, perkebunan tebu, dan perkebunan kelapa.

2. Dataran Tinggi

Permukaan dataran tinggi terletak lebih dari 200 meter dpi. Dataran tinggi
disebut juga plateau atau plato. Pada peta, dataran tinggi digambarkan dengan warna
cokelat. Contoh dataran tinggi adalah Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah) dan
Dataran Tinggi Bone (Sulawesi Selatan). Kota Bandung dan Malang adalah contoh
kota-kota yang berada di dataran tinggi. Dataran tinggi sangat cocok untuk kegiatan

26
wisata dan perkebunan. Tanaman yang cocok untuk perkebunan antara lain: teh,
cengkih, kopi, sayuran, dan buah-buahan.

3. Gunung dan Pegunungan

Gunung adalah bagian bumi yang menonjol tinggi dengan ketinggian


puncaknya lebih dari 600 meter dpi. Beberapa bagian dari gunung antara lain puncak,
kawah, magma, aliran lava, bukit, lereng, dan jurang. Gunung dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu gunung berapi dan gunung tidak berapi.

4. Hutan, Padang Rumput, dan Gurun Pasir

Hutan adalah wilayah daratan yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang


tumbuh secara alami. Indonesia memiliki banyak hutan. Di hutan ini hidup berbagai
satwa. Padang rumput adalah daerah yang hampir seluruhnya tertutup oleh rumput,
bisa rumput ilalang atau tumbuhan perdu lainnya. Satwa liar juga hidup di padang
rumput. Padang rumput di Indonesia terutama terdapat di daerah Sumbawa. Gurun
pasir adalah daerah dimana hampir seluruh wilayahnya tertutup oleh pasir. Contohnya
adalah Gurun Sahara di Afrika.

5. Tebing dan Gua

Terkadang, daratan tampak seperti tembok yang menjulang. Daratannya pun


terdiri dari batu-batuan. Daratan seperti ini disebut tebing. Tebing di pantai yang
terdapat curam atau pegunungan. Di beberapa tebing terdapat lubang-lubang yang
disebut gua.

6. Kenampakan Alam Buatan

Kenampakan alam buatan adalah hasil buatan manusia. Contohnya


persawahan, perkebunan, desa, kota, bandara, jalan, dan perumahan.

27
BAB II
PENUTUP

IIIa.Kesimpulan

Geomorfologi adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang


bentang alam atau keadaan alam yang di dalamnya mempelajari komponen komponen
penting dalam bentang alam

 Gaya yang mempengaruhi dalam pembentukan bentang alam


Yaitu dimana gaya ini mempengarahi gaya endogen dan eksogen

 jenis-jenis bentang alam berdasarkan genesa, yaitu mempengaruhi sejarah


pembentukan bentang alam di dalam bumi

 kenampakan bentang alam di peta, yaitu maksudnya symbol atau bentuk yang
ada pada keadaan sebenarnya dengan bentuk di peta

28
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com

Budi & Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan
Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Jurnal
Geoaplika Volume 1, Nomor 2, Hal 071-078. Bandung

Dibyosaputro, Suprapto. 1999. Catatan Kuliah: Geomorfologi Dasar. Yogyakarta:


Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada

Djauhari, Noor. 2010. Geomorfologi. Bogor: Teknik Geologi, Fakultas Teknik,


Universitas Pakuan.

29

Anda mungkin juga menyukai