Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geomorfologi berasal dari kata Yunani yaitu Geos yang artinya bumi,
morpho yang artinya bentuk dan logos artinya ilmu. Sehingga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bentuklahan atau bentangalam, proses-proses yang
mempengaruhinya, asal mula pembentukannya (genesis), dan kaitannya dengan
lingkungannya dalam ruang dan waktu.
Bentangalam adalah kenampakan medan dipermukaan bumi yang dibentuk
oleh proses-proses alami yang mempunyai komposisi tertentu dan sifat
karakteristik fisika dan fisual.
Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsikan bentuk lahan dan proses
yang mempengaruhinya dan menyelidiki interelasi antara bentuk dan proses
tersebut dalam tatanan keruangannya. Konsep dasar geomorfologi:
1. Proses dan hukum fisika yang sama, terjadi pada saat sekarang dan pada
waktu lampau geologi, walaupun tidak harus dengan intensitas yang sama.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi
bentuk lahan, dan tercermin pada bentuk lahan tersebut.
3. Permukaan bumi memiliki relief sebab proses geomorfologi bekerja dengan
kecepatan yang berbeda.
4. Proses geomorfik meninggalkan rekaman pada bentuklahan dan tiap proses
geomorfik mengembangkan kelompok bentuklahan khasnya masing-masing.
5. Karena pelaku erosi berbeda bekerja pada permukaan bumi, terbentuklah
jajaran bentuklahan yang teratur.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dari pada yang sederhana.
7. Sedikit topografi yang berumur lebih tua dari pada tersier, umumnya tidak
lebih tua dari pada pleistosen.
8. Interpretasi yang layak bentanglahan sekarang tidak mungkin tanpa apresiasi
penuh pengaruh perubahan iklim dan geologist yang berkali-kali selama
pleistosein.

1
2

9. Apresiasi iklim dunia adalah perlu untuk suatu pemahaman yang layak
mengenai pentingnya proses geomorfik yang berbeda dan bervariasi.
10. Geomorfologi meskipun berkaitan utama dengan bentang lahan sekarang,
memperoleh kegunaan maksimumnya dengan luasnya hal-hal yang bersifat
sejarah.
Para ahli geomorfologi mempelajari bentuk-bentuk bentangalam yang
dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, disamping itu
juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping
memprediksi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang
melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan
pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat hubungannya dengan bidang ilmu
seperti fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi dan geografi.

I.1.1 Objek Kajian Geomorfologi


Objek utama kajian geomorgologi adalah bentangalam atau roman muka
bumi. Bentangalam berasal dari bahasa Inggris (landform) adalah suatu unit
geomorfologis yang dikategorikan berdasarkan karateristik seperti elevasi,
kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis
bentangalam antara lain adalah bukit, lembah, tanjung, dan lain lain. Sedangkan
samudra dan benua adalah contoh jenis bentangalam tingkat tertinggi.
Beberapa faktor mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat
membentuk dan memengaruhi bentangalam. Faktor biologi dapat pula
memengaruhi bentangalam, contohnya adalah peranan tumbuhan dan ganggang
dalam pembentukan rawa serta terumbu karang.
Istilah-istilah bentangalam tidak hanya dibatasi bagi bentukan di bumi,
melainkan dapat pula digunakan untuk menjelaskan bentukan pada permukaan
planet dan obyek-obyek lain di alam semesta. Jadi bentangalam berdasarkan
proses-proses yang bekerja di permukaan bumi baik berasal dari dalam maupun
luar bumi, maka terdapat beberapa jenis bentangalam, antara lain :
1. Bentangalam Fluvial, bentangalam yang terbentuk karena aktivitas sungai.
2. Bentangalam Vulkanik, bentangalam yang terjadi akibat aktivitas gunungapi.
3

3. Bentangalam Struktural, bentangalam yang diakibatkan karena terjadinya


tektonik.
4. Bentangalam Karst, bentangalam yang terbentuk akibat proses aktivitas
pelarutan kimia.
5. Bentangalam Eolian, bentangalam yang terjadi karena adanya aktivitas angin.
6. Bentangalam Glasial, bentangalam yang terbentuk di daerah bersalju atau es.
7. Bentangalam Marine, bentangalam yang terdapat di daerah pantai.
8. Bentangalam Denudasional, bentangalam yang disebabkan oleh proses
kimiawi dan fisika. Menyebabkan penelanjangan batuan atau pengikisan
batuan.

I.1.2 Proses-Proses Geomorfologi


Perubahan fisika dan kimia yang memberikan efek yang bervariasi pada
bentuk roman muka bumi, faktor-faktor pembentuk bentangalam terbagi menjadi:
1. Proses Eksogenik
Proses eksogenik adalah proses yang bekerja pada permukaan bumi dan
mempengaruhi bentuk bentangalam yang terjadi. Proses ini dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Agradasi
Agradasi merupakan proses pembentukan bentuk-bentuk positif atau
pengendapan.
b. Degradasi
Degradasi merupakan proses pembentukan negatif atau perendahan
permukaan tanah. Proses degradasi terdiri dari 3 proses utama yaitu
pelapukan, erosi dan gerakan tanah.
Proses eksogenik yang bekerja di permukaan bumi dikerjakan oleh agen
geomorfik, yaitu media alam yang mengerjakan dan mengangkut material pada
permukaan bumi. Agen geomorfik terdiri air, angin dan es.
2. Proses Endogenik
4

Proses Endogen adalah tenaga pengubah muka bumi yg berasal dari dalam


bumi, yang bersifat membangun. Secara geologis, tenaga endogen meliputi
tektonisme, vulkanisme, dan seisme (gempa).
a. Hasil dari Proses Tektonisme ( Diastropisme)
Tektonisme adalah perubahan letak/kedudukan lapisan kulit bumi secara
horizontal maupun vertikal.
1) Epirogenesa
Epirogenesa adalah gerakan lapisan kulit bumi secara horisontal maupun
vertikal. Gerakan epirogenesa di bagi menjadi 2:
a) Epirogenesa Positif
Epirogenesa positif yaitu gerak turunnya permukaan bumi
sehingga laut seolah olah mengalami kenaikan.
b) Epirogenesa Negatif
Epirogenesa negatif yaitu gerak naiknya permukaan bumi sehingga
laut seolah olah mengalami penurunan.
2) Orogenesa
Orogenesa adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara
horisontal maupun vertikal akibat pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi sangat cepat dan di wilayah yg sempit.
b. Hasil proses Vulkanisme
Vulkanisme yaitu proses naik dan munculnya magma ke
permukaan bumi. Contoh dari proses vulkanisme adalah Ilustrasi magma
(batholit, lakolit, sill, dike, apofisa, diatrema) dan Ekstrusi magma
(ekstrusisentral, ekstrusi linier, ekstrusi areal).
Bentangalam yang dapat terbentuk oleh proses-proses endogenik antara lain
pegunungan lipatan (Folded Mountain), pegunungan blok atau patahan (Block
Mountain) dan gunung api.
3. Proses Eksresterestial
Proses yang berasal dari luar angkasa, misalnya: jatuhnya meteorit di
muka bumi. Bentangalam yang terbentuk oleh proses ini adalah kawah
meteorit, yang terbentuk karena meteorit jatuh di permukaan bumi.
5

I.1.3 Aspek-Aspek Geomorfologi


Aspek kajian Geomorfologi. yang mencakup:
1. Morfologi
a. Morfografi, deskripsi bentuk lereng
b. Morfometri, aspek kuantitatif bentuk lereng, panjang lereng, dan beda
tinggi.
2. Morfogenesa, asal-usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan.
a. Morfostruktur aktif, proses dinamika endogen.
b. Morfostruktur pasif, tipe dan struktur  lithologi dan kaitannya dengan
pelapukan dan erosi.
c. Morfodinamik, proses dinamika eksogen dalam kaitannya dengan aktivitas
angin, air, es, gerak masabatuan, dan vulkanisme.
3. Morfokronologi, waktu terjadinya atau urutan terjadinya suatu bentuklahan.
a. UmurRelatif
b. Umur Absolut
4. Morfoaransemen, morfoaransemen adalah susunan keruangan dan hubungan
berbagai macam bentuklahan dan proses yang berkaitan.
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Geomorfologi adalah supaya praktikan memahami
apa itu geomorfologi, aspek aspek apa saja yang ada didalam geomorfologi serta
mengetahui bentangalam yang ada di muka bumi.
Tujuan praktikum Geomorfologi adalah agar praktikan dapat dan mengetahui
perbedaan bentangalam beserta ciri cirinya serta membuat penampang
geomorlogi.
I.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Kertas milimeterblok
2. Peta topografi
3. Alat tulis lengkap
4. Penggaris lengkap satu set
6

I.4 Waktu dan Lokasi


Waktu dan lokasi pelaksanaan praktikum geomorfologi berada di kampus 2
IST AKPRIND Yogyakarta, tempat di laboratorium geologi dinamik, pada hari
rabu dari pukul 12.45 sampai 14.45 WIB.

I.5 Peta Topografi


Topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi
yang berarti menggambar. Peta topografi adalah memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk
garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian.
Unsur-unsur peta topografi:
1. Relief
Relief adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi
rendah suatu daerah serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi
menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi.
  Contoh: Pegunungan, perbukitan, dataran, lereng, dan lembah.
2. Drainage
Drainage Pattern (pola pengaliran) adalah segala macam bentuk yang
hubungannya dengan pengaliarn air baik di permukaan atau di bawah
permukaan.
3. Culture
  Culture adalah segala bentuk hasil budi daya manusia. Contoh
perkampungan, jalan, dan lain-lain.
Peta topografi yang baik dan lengkap didapatkan bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Judul peta: umumnya memakai mana daerah, yang digambarkan pada peta.
2. Skala peta: perbandingan antara jarak pada peta (cm) dengan jarak sebenarnya
Lokasi (meter). (skala batang/grafik & skala angka).
3. Nomor lembar peta/ indeks peta; dan dituliskan pada bagian tengah atas dari
peta yang bersangkutan.
7

a. Peta topografi skala 1:25.000; nomor lembar peta 45/XLI-a


b. Peta topografi skala 1:50.000; nomor lembar peta 46/XLI-A
c. Peta topografi skala 1:100.000; nomor lembar peta 45/XLII
4. Arah Utara peta,terletak pada kanan bawah peta & terdapat 3 macam arah
utara:
b. Arah utara sebenarnya (TN); Arah yang sesuai dengan arah utara geografis
(sumbu bumi).
c. Arah utara Magnetik (MN); Arah yang sesuai dengan arah utara kutub
magnet bumi, biasa ditunjukan oleh jarum utara kompas.
d. Arah utara kotak (GN); Arah yang sesuai dengan arah utara tepi peta.
5. Kedudukan lembar peta terhadap lembar peta disekitarnya (index to edjoining
sheets).
6. Converage diagram adalah diagram yang menunjukkan darimana dan
bagaimana peta dibuat.
7. Legenda peta, menerangkan tanda/simbol yang ada pada peta (simbol warna,
litologi, dll).
8. Edisi peta, dapat dipakai untuk mengetaui mutu dari peta/kapan peta itu
dibuat.
9. Index administrasi digunakan untuk mengetahui pembagian administrasi di
dalam peta tersebut.
10. Pembagian lembar peta
Macam-macam Peta Topografi
1. Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan
bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
2. Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai
kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi
lainnya.
3. Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk
dasar laut.
A. Kontur
8

Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang
mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu
yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval
vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2garis ketinggian
yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan
skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara
jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang
sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal,
kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-
kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.

Gambar I.1 Kontur


(Sumber:www.kontur.com)

Sifat Garis Kontur


Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut:
a. Berbentuk kurva tertutup.
b. Tidak bercabang.
c. Tidak berpotongan.
d. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
e. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
f. Tidak tergambar jika melewati bangunan.
g. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
h. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai.
9

i. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika
datar maka interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan,
jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai
skala peta, jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan
dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah
1/200 dikalikan dengan nilai skala peta.
j. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis
kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada
daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
k. Satu garis kontur mewakili satuketinggian tertentu.
l. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan
gunung.
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu
Lembah atau jurang.

B. Profil Topografi
Profil topografi merupakan penampang permukaan bumi tanpa menghiraukan
bentuklapisan batuan yang ada di bawahnya sehingga yang diperlukan adalah
bagaimana bentuk muka bumi.
Istilah yang digunakan dalam membuat profil topografi:
1. Garis Profil (topographic line)
adalah garis peropotongan antara perpotongan permukaan bumi dengan
suatu bidan vertical.
2. Garis Dasar (base line)
Letaknya mendatar dibawah garis profil. Tinggi “base line” biasanya dipilih
nol (0) meter, yaitu tinggi permukaan laut. Sedangkan jarak mendatar sesuai
dengan jarak horizontal yang diukur pada peta topografi.
3. Batas Tepi (end line)
Adalah suatu garis tegak lurus “base line” yang membatasi sisi kiri dan kanan
profil. Pada batas tepi tertera angka ketinggian sesuai dengan interval kontur.
10

Gambar I.2 Profil Topografi


(Sumber:www.profiltopografi.com)

I.6 Pola Pengaliran


1. Pengertian Pola Aliran
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah
lemah tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul.
2. Macam-macam Pola Aliran
Pada dasarnya ada 7 jenis pola aliran sungai. Pembagian ini didasarkan pada
pola yang dibentuk sungai tersebut. Adapun jenis-jenis yang dimaksud sebagai
berikut:
1. Pola AliranDendritik
Merupakan pola aliran yang menyerupai percabangan batang pohon.
Percabangannya tidak teratur dan memiliki arah juga sudut yang beragam. Pola ini
berkembang di bebatuan yang cenderung homogen dan tidak melalui kontrol
struktur.
2. Pola Aliran Paralel
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk
aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan
cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel
kadang kala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah
11

yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari
transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
3. Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap
erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua
arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten
terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui
kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-
lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang
wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten
dan terkonsentrasi di tempat-tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-
cabang sungai yang membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran
sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan)
dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
4. Pola Aliran Trellis
Pola aliran ini menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan
anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang
lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua
sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus
sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai
yang berbentuk pagar(trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa
perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang
berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran
utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.
5. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunung api atau
bukit intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam
12

kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran sungainya
kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular. 
6. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan kearah hilir aliran kembali
bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi
loccolith.
7. Pola aliran multi-basinal
Pola aliran multi-basinal atau yang juga dikenal dengan nama pola aliran
sungai memusat. Ciri utama pola yang satu ini adalah alirannya yang terpusat
pada suatu lahan tertentu. Pola aliran ini umumnya ada pada wilayah dengan
cekungan yang mirip seperti dolina di wilayah krast. Berikut di bawah ini gambar
macam-macam pola aliran.

Gambar I.3 Macam-macam Pola aliran


(http://belajargeodenganhendri.wordpress.com/2011/04/13/hidrosfer/)

1. Modifikasi dari Dendritik


a. Subdendritik
Modifikasi dari pola dendritik, karena pengaruh dari topografi dari struktur.
Pada pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi sangat
kecil.
b. Pinatte
13

Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut. Tidak ada kontrol
struktur dan terdapat pada daerah landai dengan litologi bertektur halus
(lanau, lempung, dan lain lain).
c. Anastomtik
Jaringan saluran saling mengikat. Terdapat di daerah dataran banjir, delta dan
rawan, pasang surut.
d. Distributary
Bentuk menyerupai kipas. Terdapat pada kipas alluvial dan delta.
2. Modifikasi dari parallel
a. Subparalel
Kemiringan lerang sedang atau di kontrol oleh bentuk lahan parallel.
Dikontrol oleh lereng, lithologi dan struktur. Lapisan batuan relatif seragam
resistensinya.
b. Coliniar
Dicirikan oleh kelurusan sungai dan aliran yang selang–seling antara muncul
dan tidak, diantara punggungan bukit pasir pada daerah loss dan gurun pasir
landai.
3. Modifikasi trellis
a. Directional trellis
Anak sungai lebih panjang dari sungai utama. Di jumpai pada daerah
homoklin, dengan kemiringan landai.
b. Fault trellis
Kelurusan sungai–sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar. Menunjukkan
“graben” dan “horst” secara bergantian.
c. Join trellis
Kontrol strukturnya adalah kekar. Di tandai oleh aliran sungai yang pendek–
pendek, lurus dan sejajar.
4. Modifikasi rectangular
a. Angulate
Kelokan tajam dari sungai kemungkinan akibat sesar. Kelurusan anak sungai
di akibatkan kekar. Pada lithologi berbutir kasar dengan kedudukan
14

horizontal. Biasanya angulate dan rectangular terdapat bersama dalam satu


daerah.
5. Modifikasi radial
a. Centripetal
Pola ini berhubungan dengan kawah, kaldera, dolena besar atau uvala.
Beberapa pola centripetal yang bergabung menjadi yang bergabung menjadi
“Multicentripetal”.
6. Penggabungan dari beberapa pola dasar
a. Complex
Ada lebih dari satu pola dasar yang bergabung dalam satu daerah. Kontrol
struktur, topografi dan lithologi sangat dominan. Terdapat di daerah
“Melange”.
b. Compound
Terdiri dari dua pola kontemporer.Kombinasi pola radial dan anular yang
merupakan sifat kubah.
7. Perkembangan pola baru.
a. Palimpsest
Sungai tua atau pola pola tua yang sudah di tinggalkan dan membentuk pola
baru. Merupakan daerah pengangkatan baru.
Pengertian Pola Aliran
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil kesungai utama (Asdak, 1995). DAS termasuk suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan kedanau atau kelaut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).
Daerah-daerah DAS dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak jurang.
15

2. Tengah sungai, relative landai,terdapat meander. Banyak aktivitas penduduk.


3. Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian.
Macam-macam DAS dibedakan menjadi dua, yakni:
1. DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang besar, adapun
sungai yang memiliki DAS seperti ini cenderung mengalami luapan air yang
besar apabila terjadinya hujan di daerah hulu.
2. DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya tampungnya pun
kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu, tidak terjadi luapan air yang tidak
terlalu hebat.
Bentuk-bentuk DAS ada tiga jenis, yaitu:
1. Bentuk bulu ayam: DAS bentuk bulu ayam memiliki debit banjir sekuensial
dan berurutan. Memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mencapai
mainstream. Memiliki topografi yang lebih curam daripada bentuklainnya.
2. Bentuk kipas: DAS berbentuk kipas memiliki debit banjir yang terakumulasi
dari berbagai arah sungai dan memiliki waktu yang lebih lama daripada
bentuk bulu ayam untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi yang
relative landau daripada bulu ayam.
3. Bentuk parallel atau kombinasi: DAS bentuk kombinasi memiliki debit
banjir yang terakumulasi dari berbagai arah sungai di bagian hilir.
Sedangkan di bagian hulu sekuensial dan berurutan.

Gambar I.4 Contoh Daerah Aliran Sungai


(http://belajargeodenganhendri.wordpress.com/2011/04/13/hidrosfer/)

I.7 Kesimpulan
16

Pada analisis terhadap pola aliran didaerah Unggaran dan sekitarnya


didapati pola alirannya adalah pola aliran radial yang merupakan pola penyaluran
menyebar kesegala arah , pola aliran dendritic adalah pola penyaluran yang
berbentuk seperti ranting pohon dan pola aliran parallel yang anak sungai utama
saling sejajar .
Pada analisis terhadap pola aliran dipeta yang satunya didapati pola
alirannya adalah pola aliran radial yang merupakan pola penyaluran menyebar
kesegala arah , pola penyularan multi basinal yang terjadi umunya didaerah karst
dan pola aliran parallel yang anak sungai utama saling sejajar .

Anda mungkin juga menyukai