Anda di halaman 1dari 3

RESUME GEOLOGI SEJARAH

(ZAMAN KAPUR : PALEOGEOLOGI 2)

Disusun oleh:
1. M. Firnanda Yusuf (161.101.062)
2. M. Mahdi (161.101.097)
3. Clarita B (161.101.100)
4. Rizki M. R (171.101.002)
5. Mutiara Bunga S. A. L (171.101.006)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2019
Pada awal zaman awal cretaceous terjadi penguapan yang sangat luas, suatu
kondisi yang menyebabkan bumi pada zaman tersebut menjadi hangat yang
merupakan interval dari iklim-iklim yang tak terubah. Iklim-iklim tersebut juga
mendukung adanya pertumbuhan dari bukit karang sejauh 30 derajat garis
khatulistiwa. Suatu hal yang menguntungkan pada zaman itu yaitu suatu
endapan laut zaman kapur itu banyak mengandung fosil, sehingga
dengan fosil tersebut dapat dilakukan suatu interpertasi.
Endapan Kapur atau lebih dikenal sebagai Sistem Kapur dijumpai dengan
pelamparan yang luas. Tempat-tempat yang sudah dikenal antara lain daerah
Perancis selatan. Di tempat ini dikenal sebagai wilayah tipe untuk endapan Kapur
Bawah. Daerah Perancis selatan adalah merupakan bagian dari pelamparan
Geosinklin Tethys, dan di tempat ini endapan Kapur Bawah berkembang dalam 2
fasies yang berbeda. Fasies yang satu merupakan lempung dan napal, dan padanya
terdapat banyak fosil Ammonit. Fasies yang lain berkembang di sepanjang tepi
cekungan, di dekat sisa pegunungan Variscia, tersusun dari batugamping yang
banyak mengandung fosil Orbitolina, Echinidae dan Rudistae.
Di Indonesia endapan-endapan yang jelas termasuk zaman kapur hanya
terdapat di bebeberapa tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat sistem
Kapur dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini
juga dijumpai pada sistem Kapur yang ada di Indonesia bagian timur. Di Bukit
Gumai di Sumatera Selatan dijumpai lapisan yang dikenal sebagai Formasi Saling
yang terdiri dari tufa, breksi volkanik, lava, batu hijau, batugamping dan retas-
retas batuan beku basa. Di Sumatra Selatan, tidak jauh dari formasi ini dijumpai
Formasi Lingsing yang terdiri dari serph gampingan, radiolarit, basal ofiolit,
andesit, lava, dan batugamping yang mengandung fosil Orbitolina yang
menunjukan umur kapur.
Di Jambi didapatkan sedimen klastik dengan fosil Neocomites yang
menunjukan umur Kapur. Di Kalimantan Barat di bagian hulu Sungai Kapuas
didapatkan endapan Kapur di daerah Seberuang. Di Kalimantan Tengah dijumpai
sekumpulan litologi yang dikenal sebagai kelompok Seberuang yang berumur
Kapur. Kelompok ini dapat dibagi menjadi Formasi dibagian bawah dan Formasi
Selangkai di bagian atas. Formasi Bedungan terdiri dari serpih, napal, batupasir
polimik, konglomerat yang merupakan Formasi Bedungan Bawah. Di Sulawesi
endapan Kapur mempunyai fasies yang bermacam-macam, berumur Kapur
Tengah sampai Atas, terdiri dari batugamping, batugamping napalan, serpih
dengan fosil Globotruncana serta batupasir.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada
Cenomanian mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada
Zaman Yura. Daratan Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua
pada waktu Zaman Yura, sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2
daratan, yaitu daratan Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia,
lautan menggenangi pula bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-
teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah
utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di Zaman Yura.

Anda mungkin juga menyukai