Anda di halaman 1dari 3

JENIS METAMORFISME

Berdasarkan kenampakan hasil metamorfisme pada batuan, prosesnya dapat


dikelompokkan menjadi deformasi mekanik (mechanical deformation) dan
rekristalisasi kimia (chemical recrystalisation). Deformasi mekanik akan
cenderung menghancurkan, menggerus, dan membentuk foliasi. Rekristalisasi
kimia merupakan proses perubahan komposisi mineral serta pembentukan
mineral-mineral baru, dimana H2O dan CO2 terlepas akibat terjadinya kenaikan
suhu.
Perbedaan jenis metamorfisme mencerminkan perbedaan tingkat atau derajat
kedua prose situ. Adapun metamorfisme dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebab
utamanya yaitu bisa akibat suhu dan atau tekanan tinggi:

Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic metamorphism)


Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism)
Metamorfisme Timbunan (Burial metamorphism)
Metamorfisme Regional (Regional metamorphism)

METAMORFISME KATAKLASTIK (Cataclastic metamorphism)


Terkadang proses deformasi mekanik pada metamorfisme dapat berlangsung
tanpa disertai rekristalisasi kimia. Meskipun jarang terjadi, walaupun terjadi
sifatnya hanya setempat saja. Misalnya batuan yang berbutir kasar seperti granit
jika mengalami diferensial stress yang kuat, butirannya akan hancur menjadi
lebih halus.
Apabila ini terjadi pada batuan yang bersifat regas (britle) mengalami stress
namun tidak hancur dan berlanjut pada proses metamorfisme maka butiran dan
fragmen batuannya akan menjadi lonjong (elongated), dan berkembanglah
foliasi.

METAMORFISME KONTAK (Contact metamorphism)

Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada
batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi
kimia memegang peran utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil,
bahkan tidak ada, karena stress disekitar magma relatif homogen. Batuan yang
terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetamorfosa, membentuk
suatu lapisan di sekitar intrusi yang dinamakan aureole metamorphic (batuan
ubahan). Tebal lapisan tersebut tergantung pada besarnya tubuh intrusi dan
kandungan H2O di dalam batuan yang diterobosnya. Misalkan pada korok
ataupun sill yang seharusnya terbentuk lapisan setebal beberapa meter hanya
akan terbentuk beberapa centimeter saja tebalnya apabila tanpa H2O. Batuan
metamorf yang terjadi sangat keras terdiri dari mineral yang seragam dan halus
yang saling mengunci (interlocking), dinamakan Hornfels.Pada intrusi berskala
besar, bergaris tengah sampai ribuan meter menghasilkan energy panas yang
jauh lebih besar, dan dapat mengandung H2O yang sangat banyak. Aureol yang
terbentuk dapat sampai ratusan meter tebalnya dan berbutir kasar. Di dalam
lapisan yang tebal yang sudah dilalui cairan ini, terjadi zonasi himpunan mineral
yang konsentris. Zona ini mencirikan kisaran suhu tertentu. Dekat intrusi dimana
suhu sangat tinggi dijumpai mineral bersifat anhidrous seperti garnet dan
piroksen. Kemudian mineral bersifat hidrous seperti amphibol dan epidot.
Selanjutnya mika dan klorit.Tektur dari zonasi tersebut tergantung pada
komposisi kimia batuan yang diterobosnya, cairan yang melaluinya serta suhu
dan tekanan.

METAMORFISME TIMBUNAN (Burial metamorphism)


Batuan sedimen bersama perselingan piroklastik yang tertimbun sangat dalam
pada cekungan dapat mencapai suhu 3000 atau lebih. Adanya H2O yang
terperangkap di dalam porinya akan mempercepat proses rekristalisasi kimia
dan membantu pembentukan mineral baru. Oleh karena batuan sedimen yang
mengandung air lebih bersifat cair daripada padat, maka tegasan (stress) yang
bekerja leih bersifat homogen, bukan diferensial. Akibatnya pada metamorfisme
timbunan pengaruh deformasi mekanik sangat kecil sekali sehingga teksturnya
mirip dengan batuan asalnya, meskipun himpunan mineralnya sama sekali
berbeda.
Ciri khas pada metamorfisme ini adalah adalah kelompok mineral zeolit, yang
merupakan kelompok mineral berstruktur Kristal polymer silikat. Komposisi
kimianya sama dengan kelompok feldspar, yang juga mengandung H2O.
Metamorfisme timbunan merupakan tahap pertama diagenesa, terjadi pada
cekungan sedimen yang dalam, seperti palung pada batas lempeng. Apabila
suhu dan tekanan naik, maka metamorfisme timbunan meningkat menjadi
metamofisme regional.

METAMORFISME REGIONAL (
metamorphism)

Regional

Batuan metamorf yang dijumpai di kerak bumi dengan penyebaran sangat luas
sampai puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh metamorfisme regional
dengan melibatkan deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia sehingga
memperlihatkan adanya foliasi. Batuan ini umumnya dijumpai pada deretan
pegunungan atau yang sudah tererosi, berupa batu sabak (slate), filit, sekis dan
gneiss. Deretan pegunungan dengan batuan metamorf regional terbentuk akibat
subduksi atau collision. Pada collision batuan sedimen sepanjang batas lempeng
akan mengalami diferensial stress yang intensif sehingga muncul bentuk foloiasi
yang khas seperti batu sabak, sekis dan gneiss. Sekis hijau dan amfibolit
dijumpai dimana segmen kerak samudra purba yang berkomposisi masuk zona
subduksi dan bersatu dengan kerak benua dan kemudian termetamorfosa. Ketika
segmen kerak mengalami stress kompresi horizontal, batuan dalam kerak akan
terlipat dan melengkung (bukling). Akibatnya bagian dasar mengalami
peningkatan suhu dan tekanan, dan mineral baru mulai tumbuh.
Sumber: Sapiie, Benyamin. anonim. Geologi Fisik. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai