Disusun oleh:
Tubagus Gleamen B. P.
(Nomor Pokok Mahasiswa: 270110160149)
Contoh: Batusabak
Jenis ini berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih, batulumpur); komposisinya
banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya kebanyakan bertekstur skistosa
contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi : muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit,
garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan berubah menjadi batuan metamorfosis
dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-turut : batu sabak – filit – sekis – genes.
Contoh: Gneiss
Jenis ini berasal dari batupasir atau batuan beku felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan
kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah, hasilnya batuannya bertekstur bukan
skistosa.
Batuan Metamorf Calcareous
Contoh: Marmer
Jenis ini berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3 (batugamping, dolomit), hasil
metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2
diharapkan terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain,
bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot,
hornblenda yang hampir mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan
beku basa.
Jenis ini berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan metamorfnya disebut
metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan Al2O3 maka mineral
metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan hornblenda (fasies
amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.
PENJELASAN
Metamorfisme Kontak (Contact Metamorphism)
Metamorfisme kontak terjadi akibat intrusi tubuh magma panas pada batuan
yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi kimia
memegang peran utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, bahkan tidak ada,
karena stress disekitar magma relatif homogen. Batuan yang terkena intrusi mengalami
pemanasan dan termetamorfosa, membentuk satu lapisan disekitar terobosan yang
dinamakan aureole metamorphic, batuan ubahan.
Zona himpunan mineral ini mencirikan kisaran suhu tertentu. Dekat dengan
terobosan, dimana suhu sangat tinggi, dijumpai mineral-mineral anhidrous, garnet dan
piroksen. Kemudian dijumpai mineral-mineral hidrous seperti amfibol dan epidot.
Selanjutnya mika dan klorit,. Zonasi himpunan-himpunan mineral tersebut tekstunya
tergantung pada komposisi kimia batuan yang diterobos, cairan yang melaluinya serta
suhu dan tekanan.
Metamorfisme Regional
Batuan metamorf yang umum dijumpai pada kerak benua dengan penyebaran
yang sangat luas, sampai puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh proses
metamorfisme regional. Pada metamorfisme ini melibatkan juga deformasi mekanik
selain rekristalisasi kimia. Oleh karena itu batuannya memperlihatkan adanya foliasi.
Saat satu segmen kerak mengalami stress, kompresi horizontal, batuan dalam
kerak terlipat dan melenglung (buckling). Akibatnya kerak akan menebal pada satu
tempat, seperti diperlihatkan pada di atas. Dasar kerak yang menebal akan terdorong
lebih kedalam selubung.
Berdasarkan kecepatan penimbunan, dari batuan yang sama, dapat terjadi dua
batuan metamorf yang berbeda, karena perbedaan suhu dan tekanan yang
mempengaruhinya.
Kesimpulan
Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak biasanya terjadi pada area yang lebih kecil dibandingkan dengan
metamorfisme regional dalam kondisi suhu yang sangat tinggi juga terdapat intrusi batuan
beku. Disaat magma menerobos dan memanaskan batuan beku disekitarnya maka lama
kelamaan akan terbentuk aureole.
Metamorfisme Regional
Metamorfisme Regional terjadi sebagai hasil dari aktivitas tektonik konvergen dan terjadi
pada kondisi temperatur rendah dengan tekanan tinggi. Dapat dikatakan bahwa tipe
metamorfisme ini mencakup area yang lebih luas dibanding metamorfisme kontak.
Cairan yang menyebabkan metasomatisme kaya akan H2O dan bersuhu 2500
C atau lebih dinamakan larutan hidrotermal (dari bahasa Yunani, hidro- air dan termal
- panas). Larutan hidrotermal membentuk urat-urat (veins) dengan mengendapkan
bahan yang terlarut seperti kwarsa atau kalsit dalam rekahan-rekahan.
Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya.
Larutan hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan cebakan
mineral berharga., dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan mineral
berharga hasil larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai dari pada tipe lainnya.
Komposisi utama larutan hidrotermal adalah air.
Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya adalah saat
magma yang terjadi oleh peleburan parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air
yang menyebabkan peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai air
murni, tapi mengandung semua unsur yang dapat larut yang terdapat dalam magma,
seperti NaCl, dan unsur-unsur kimia, emas, perak, tembaga, timbal, zinc, merkuri dan
molybdinum, yang tidak terikat kwarsa, feldspar, dan mineral lain dengan substitusi
ion.
Suhu yang tinggi meningkatkan efektivitas larutan sangat asin ini untuk
membentuk endapan mineral hidrotermal. Volkanisme dan panas merupakan satu
kesatuan. Oleh karena itu wajar bila banyak endapan mineral berasosiasi dengan
batuan volkanik panas yang dimasuki air yang bersirkulasi di kedalaman, yang berasal
dari air hujan atau air laut. Banyak sekali endapan mineral dijumpai pada bagian atas
tumpukan volkanik, yang diendapkan saat larutan hidrotermal yang bergerak naik,
mendingin dan mengendapkan mineral bijih.
DAFTAR PUSTAKA
Blatt, Harvey and Robert J. Tracy. 1996. Petrology.London: W.H Freeman
Berry, L,G., B. Maron. 1959. Tabel Determinasi Mineral. London : W. H. Freeman.
Buranda, JP. TT. Geologi Umum. Malang : Lab. Geografi FMIPA UM.B.E.
M.S. Kaharuddin. 1998. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : Jurusan Teknik Geologi.
Brahmantyo, Budi; Idham Abdullah, Chalid; Aziz Magetsari, Noer. 2003. Catatan Kuliah
GL-211 Geologi Fisik. Bandung: Departemen Teknik Geologi, ITB
J.A. Katili, P. Marks. 1982. Geologi. Jakarta. Departemen Urusan Research Nasional,
Djakarta.