Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN

TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


ACARA 4 BATUAN METAMORF

LAPORAN

JOE NALDY EFRAIN


D061221061

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan metamorf berasal dari kata metamorfosa berasal dari bahasa Yunani,

yaitu metamorphism dimana meta yang artinya berubah dan morph yang artinya

bentuk. Batuan metamorf (batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama

batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang

telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebutmetamorfisme,

yang berarti perubahan bentuk. Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari

150°C) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika atau kimia yang

besar. faktor penyebab terjadinya metamorfisme adalah panas/temperatur/suhu,

tekanan (pressure), tegangan (stress), shear, dan aktifitas pelarutan secara kimia.

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi dan

diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain itu juga oleh susunan mineral dan

susunan kimianya (fasies metamorfik). Mereka dapat terbentuk dari proses

tektonik seperti tabrakan benua, yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan

dan distorsi. Mereka juga ter-bentuk ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari

batuan cair dan panas yang disebut magma dari interior bumi. Studi tentang

batuan metamorf (yang sekarang tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan

pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu dan tekanan yang terjadi pada

kedalaman yang besar dalam kerak bumi. Beberapa contoh batuan metamorf

adalah slate, filit, sekis, gneis, dan lain-lain.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan diadakannya praktikum pengenalan batuan

metamorf adalah:

1. Praktikan dapat memahami apa itu batuan metamorf

2. Praktikan dapat mendeskripsikan setiap sampel batuan metamorf dilihat

dari warna, tekstur, struktur, komposisi mineral, nama batuan, dan genesa.

1.3 Manfaat Praktikum

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengenalan batuan

metamorf adalah:

1. Lembar Kerja Praktikum

2. Penuntun

3. ATK

4. Pensil Warna

5. Komparator Batuan

6. Lup

7. HCL

8. Penggaris

9. Kamera

10. Jas Lab


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses

metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)

dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan

tinggi dalam kerak bumi atau batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari

batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun

batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi,

tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang

tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,

dengan temperatur 200°C – 6500°C. (Ariany, 2012)

Gambar 2.1 Keterbentukan Batuan Metamorf

Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil

rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,

begitupula pada teksturnya. Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme


adealah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena

pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi

tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan

dan diagenesa. (Ariany, 2012)

2.2 Tipe Metamorfisme

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan

menjadi dua:

1. Metamorfosa Lokal

Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa

kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:

a. Metamorfosa kontak/thermal

Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang

tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi

magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km.

Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan

pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.

b. Metamorfosadinamo/dislokasi/kataklastik

Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan

yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang

mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin

dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar.

Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan
saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah

sesar/patahan.

2. Metamorfosa Regional

Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai

beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:

a. Metamorfosa regional/dinamothermal

Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi

adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif

apabila diikuti oleh orogenesa.

b. Metamorfosa beban/burial

Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi

terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan

sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di

bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa. (Ariany,

2012)

2.3 Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,

bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson,

1970).

2.4 Mineral-Mineral Penciri Batuan Metamorf

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan

tekanan tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal
sebagai mineral - mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit,

dan beberapa garnet.

Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan

kuarsa dapat ditemukan dalam batuan metamorf, tetapi belum tentu merupakan

hasil dari proses metamorfisme. Mineral ini terbentuk selama kristalisasi batuan

beku. Mereka stabil pada suhu dan tekanan tinggi yang secara kimia tidak berubah

ketika selama terjadinya proses metamorfisme. Namun, semua mineral stabil

hanya dalam batas-batas tertentu, dan adanya beberapa mineral dalam batuan

metamorf menunjukkan perkiraan suhu dan tekanan di mana mereka terbentuk.

2.5 Fasies Metamorfisme

Fasies metamorfisme adalah suatu kumpulan mineral-mineral metamorfik,

secara berulang berasosiasi dalam ruang dan waktu dan menunjukkan hubungan

umum antara komposisi mineral dan komposisi kimia secara keseluruhan. Oleh

karena itu fasies metamorfisme terkait dengan kondisi metamorfisme yang

berbeda, pada suhu dan tekanan yang khusus, walaupun beberapa variabel, seperti

PH2O juga dapat dipertimbangkan (Fettes dan Desmond, 2007).

Gambar 2.2 Fasies metamorfisme.


a) Fasies Zeolite Fasies zeolite merupakan fasies tingkat rendah, umumnya

terbentuk dari alterasi gelas vulkanik menjadi mineral zeolite berupa

heulandite atau stibnite (terkadang berupa analcime), bersama dengan

mineral-mineral phyllosilicate, seperti celadonite, smectite, kaolinite, atau

montmorillonite, dan kuarsa atau mineral karbonat sekunder. Mineral

kristalin batuan beku tidak mengalami perubahan. Pada kedalaman yang

sedikit lebih dalam, mineral klorit dapat muncul, dan heulandite digantikan

oleh laumontite, dan analcime oleh albite. Wairakite merupakan mineral

zeolite lain yang dapat terbentuk, yang umumnya lebih stabil pada grade yang

lebih tinggi dibandingkan laumontite.

b) Fasies Prehnite-pumpellyite Fasies prehnite-pumpellyite merupakan salah

satu fasies tingkat rendah selain fasies zeolite. Pada bagian atas dari fasies

zeolite, laumontite akan hilang dan digantikan oleh mineral prehnite +

pumpellyite + kuarsa yang menjadi stabil. (umumnya bersama dengan albite,

chlorite, phengite dan titanite). Fasies ini terbentuk sesaat sebelum fasies

blueschist dan greenschist terbentuk.

c) Fasies Greenschist Dalam kondisi tekanan dan suhu fasies greenschist, batuan

metabasaltik asal punggungan tengah samudra (mid oceanic ridge basalt –

MORB) terubah menjadi greenschist dengan kumpulan mineral asosiasi. Tiga

mineral pertama memberikan warna hijau. Keempat mineral pertama

merupakan mineral yang harus ada dalam greenschist dan penciri fasies

greenschist. Fasies greenschist terbentuk pada suhu 300 oC hingga 500 oC

dengan tekanan rendah-menengah. Transisi antara fasies greenschist dan


amphibolite bergradasi. Pada suhu sekitar 450 oC, batuan metabasa akan

membentuk mineral hornblende (menggantikan aktinolit) sebagai hasil reaksi

antara epidot dan klorit serta terbentuk pula plagioklas yang lebih basa.

d) Fasies Amphibolite Di bawah kondisi tekanan dan suhu fasies amphibolites,

metabasalt terubah menjadi amphibolites. Mineral hornblende menjadi

penciri utama fasies ini hingga > 50 %. Pada suhu lebih rendah dalam fasies

ini, mineral epidot mungkin masih tersisa. Mineral garnet juga melimpah

pada banyak jenis amphibolites. Pada tingkat yang lebih tinggi dalam fasies

ini, klinopiroksen bisa hadir, tentu dalam kondisi tekanan tinggi.

e) Fasies Granulite Fasies granulite terdiri dari batuan-batuan tingkat tinggi

yang terbentuk pada suhu tertinggi dari metamorfisme orogenik.

Klinopiroksen pada fasies ini merupakan hasil replacement dari hornblende

pada fasies amphibolite. Mineralmineral hydrous lain seperti mika tidak hadir

dalam fasies ini, karena batuan dalam fasies ini terdehidrasi secara kuat dan

pembentukannya dipengaruhi oleh tekanan air yang tinggi.

f) Fasies Blueschist Nama fasies blueschist berasal dari kehadiran glaukofan

dan mineral-mineral sodic amfibol yang lainnya. Mineral-mineral tersebut

umumnya dijumpai bersama dengan mineral. Dalam fasies ini mineral

feldspar dan biotit tidak hadir dalam batuan. Fasies blueschist terbentuk pada

suhu rendah dan tekanan yang relatif tinggi, yaitu di sepanjang gradien

geotermal rendah yang terkait dengan proses subduksi.

g) Fasies Eclogite Pada fasies eclogite, batuan dicirikan dengan kehadiran

kelompok mineral ompachite + garnet, sementara plagioklas tidak hadir pada


fasies ini. Eklogit merupakan batuan tekanan tinggi yang terbentuk pada

rentang suhu yang luas, dan terjadi pada tatanan geodinamik yang berbeda.

Low-T eklogit dihasilkan dari proses subduksi kerak samudra. Umumnya

dicirikan oleh kehadiran mineral-mineral hydrous seperti kloritoid, zoisit dan

talk disamping mineral omfasit dan garnet. Intermediate-T eklogit dihasilkan

dari penebalan akibat akresi antara kerak benua. Eklogit tipe ini masih

mengandung mineral hydrous, umumnya berupa zoisit + phengite. Pada high-

T eklogit, mineral hydrous tidak dijumpai lagi dan dicirikan dengan

kehadiran kyanit yang berasosiasi dengan omphacite dan garnet. Fasies

eclogite yang berupa lherzolite dapat mengandung pasangan mineral olivin +

garnet., yang telah mengalami metamorfosa pada kondisi di mana mineral

coesite dapat stabil.

h) Fasies Hornfels Fasies Hornfels merupakan fasies yang terbentuk pada

kondisi tekanan yang rendah dan hanya dipengaruhi oleh perubahan

temperatur yang signifikan pada daerah kontak metamorfisme. Fasies sanidite

sangat jarang ditemukan, karena umumnya hanya terbatas pada xenolith

dalam magma basa atau pada bagian paling dalam dari zona aureol kontak

yang berhubungan dengan intrusi basa atau anorthosit. (pirometamorfisme).

2.6 Klasifikasi Penamaan Batuan Metamorf

Anda mungkin juga menyukai