Mei 30
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengaruh fluida
Jenis-jenis Metamorfisme
1. Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
1. Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan
terjadi pada daerah yang luas.
1. Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan
patahan lempeng.
Facies Metamorfisme
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik
berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau
kimia.
BAB III
PEMBAHASAN
2.2Agen-agen Metamorfisme
Adapun agen-agen metamorfisme yaitu:
1. Panas (temperatur).
Suhu atau temperatur merupakan agen atau faktor pengontrol yang berperan
dalam proses metamorfisme. Kenaikan suhu atau temperatur dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi atau pengkristalan
kembali mineral-mineral dalam batuan yang telah ada dengan tidak melalui
fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 350-1200 derajat celcius.
2. Takanan.
Tekanan atau pressure merupakan faktor pengontrol atau agen dari proses
metamorfisme. Kenaikan tekanan dapat menyebabkan terjadi perubahan dan
rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya. Pada
kondisi ini tekanan sekitar 1-10.000 bar (Jackson).
3. Cairan panas/aktivitas larutan kimia.
Adanya kenaikan temperatur, tekanan dan aktivitas larutan kimia,
menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi yaitu proses
pengkristalan kembali mineral-mineral dan batuan yang telah ada dengan
tidak melalui fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 350oC 1200oC
dan tekanan 1 10000 bar (Jackson) = (0,9869) atm.
Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena
sulitnya menyelidiki kondisi dikedalaman dan panjangnya waktu.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf)
Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari
batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh
intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk
terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu
tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat
berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan
bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf
(Jackson, 1970).
a.TeksturBatuanMetamorf.
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
Relict /Palimpset /Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya.
Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan meta beku
atau metasedimen.
Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan
dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya
tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri
dan sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
di sekitarnya.
Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya
berbentuk anhedral.
Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari
mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai
porphyroblasts.
Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa
dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).
Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
b.Metamorfosadinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke
segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah
kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan
pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa
semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
2. Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa
ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a. Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah
temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila
diikuti oleh orogenesa.
b.Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi
pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang
tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah
cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan
suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas
butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Ciri k. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Warna : Abu-abu
4. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari
kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Warna : Bervariasi
6. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus
oleh proses metamorfosis .
Komposisi : Kuarsa
8. Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari
Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone.
Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar
dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan
milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
10. Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti
dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
BAB IV
PENUNUP
Fasies granulit
Fasies eklogite
3.2
Saran
G. TIPE-TIPE METAMORFOSA
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan
tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan
metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa
orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana
terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi.
Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran
mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar
dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan
juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan
temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi
intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah
rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak
samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic
ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan
air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.
Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi
Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar
kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan
terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan
oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona
metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi
antara mineral dan fluida serta penggantian dan penambahan
material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.
Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan
efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan
magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada
xenolith atau pada zone dike.
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif,
seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya
mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi
batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal
sebagai fault breccia, fault gauge, ataumilonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas
pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan
sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.
Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.
Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah
meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan
umumnya ditandai dengan terbentuknya
mineral coesite danstishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan panas bumi (geothermal).
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga
kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi
kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih rendah
(Combs, 1961).
1. Marmer
2. Marmer merah
Warna yang cenderung ngejreng dan terkesan vokal, membuat
jeni batu ini menjadi batu marmer favorit masyarakat. Batu ini
pun sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan untuk
mempercantik bangunan. Hingga saat ini jenis batu marmer
merah masih digunakan sebagai bahan elemen interior dan
eksterior. Ditemukan di karangsambung, Kebumen.
3. Sekismika
Batuan sekis mika memiliki warna abu-abu dan mengkilap putih,
dengan komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf
foliasi. Pada deretan batuan sekis mika ini terdapat aliran sungai
yang merupakan arah aliran subsekuaen karena sungainya
sejajar dengan arah straight. Pada struktunya terdapat rekahan
yang telah terisi oleh mineral kuarsa yang masuk ke celah-celah
rekahan tersebut. Sekis mika berfoliasi lemah terdapat
komponen mika dan kuarsa. Terbentuk karena akibat tektonik
yang merupakan fanerik lepidoblastik skistosa. Batuan dengan
mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini
adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Ditemukan di
bayat, Klaten.
4. Sekis hijau
Batuan Sekis hijau (metamorf) merupakan satuan batuan tertua
sebagai basement yang berumur Trias (TrS) terdapat di bagian
timur daerah penyelidikan. Luas penyebarannya cukup luas
sekitar 20% menutupi daerah penelitian dengan ketebalan
diperkirakan lebih dari 300 meter (?). Batuan Sekis hijau ini
tersingkap pada penorehan struktur sesar dijumpai pada bagian
tebing sungai Binangga hingga ke bagian selatan didaerah desa
Pakuli dan Simoro. Batuan ini tersingkap sebagai Sekis hijau,
berwarna hijau tua, berlapis sebagai bidang foliasi, kompak,
berbutir halus, lanau sampai lempung dan setempat-setempat
rekahan terisi oleh urat-urat kwarsa maupun kalsit. Ditemukan di
sadang, Kebumen.
5. Sekis biru
Fasies blueschist atau sekis biru yang mengandung mineral sodic
biru amp hibol, glaukopan bersama dengan mineral lawstonite.
Ditemukann di sadang, Kebumen.
6. Gneis
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini
terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan
temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli
batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur
lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat
dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi.
Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari
mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat pada
batuan batuan sediment. Ditemukan di Pulau bangka, belitung.
7. Filit
Filit berwarna hitam terdapat pada dinding sungai yang terjal.
Batuan ini terbentuk selama proses penunjaman serta
merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik
dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran
sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores
garis pada batuan filit. Ditemukan di Bayat, klaten.
8. Agate
Agate adalah mikrokristalin berbagai kuarsa ( silika ), ditandai
oleh kehalusan yang gandum dan kecerahan warna. Meski
agates dapat ditemukan di berbagai jenis batu, mereka klasik
terkait dengan gunung berapi batu tetapi dapat umum di
beberapa batu metamorfik dan lainnya chalcedonies diperoleh
lebih dari 3.000 tahun yang lalu dari Sungai Achates, sekarang
disebut Dirillo , di Sisilia . Agate adalah salah satu yang paling
bahan umum digunakan dalam seni ukir hardstone , dan telah
pulih di sejumlah situs kuno, yang menunjukkan penggunaan
meluas dalam dunia kuno, misalnya, pemulihan arkeologi di
Knossos situs di Kreta menggambarkan perannya dalam Zaman
Perunggu Minoan budaya. Ditemukan di karangsambunng,
Kebumen.
9. Nefrit
Nefrit adalah permata , berbagai amphibole , bersama dengan
giok giok dikenal nama. (Jadeit je pyroxen.) warna giok adalah
bayam hijau tua, mineral memiliki kekerasan sekitar 7 derajat
skala Mohs, seperti kuarsa, tetapi lebih sulit karena struktur
mikrokristalin. Setelah polishing sangat estetika, dengan kemilau
kaca sempurna. Ditemukan di Karang sambung Kebumen.
10. Horenfels
Hornfels ( Jerman , yang berarti "hornstone," setelah sering
hubungan dengan glasial "puncak" tanduk di Alps, menjadi batu
yang sangat keras dan dengan demikian lebih mungkin untuk
menolak tindakan glasial dan tanduk berbentuk seperti bentuk
puncak Matterhorn ) adalah kelompok peruntukan untuk
serangkaian metamorf kontak batuan yang telah dipanggang dan
indurated oleh panas mengganggu massa beku dan telah
diberikan besar, keras, splintery, dan dalam beberapa kasus yang
sangat tangguh dan tahan lama. Ditemukan di watumpang,
Kebumen.
11. Asbes
selain kuarsa dan feldspar (menempati 2/3 dari total feldspar yang hadir
di dalamnya) juga ada mika, sodic plagioklas, dan amfibol.
mineraloginya secara umum batuan ini memiliki ciri khas kaya akan
kuarsa dan alkali feldspar (kaya Kalium). umumnya, granit mengandung
butiran plagioklas sodik yang tersendiri. batuan intermediet-monzonit
kuarsa, graonidiorit, dan diorit lainnya- memiliki kadar alkali feldspar dan
plagioklas sodik, yang cukup berimbang, sementara batua calcic plagioklas
sampai intermediet merupakan satu satunya feldspar yang hadir yaitu
pada batuan diorit kuarsa, dan beberapa diorit lain dan gabbro.
mineral asesoris minor seperti apatit, magnetit, ilmenit, hematit, pirit, dan
sfen, juga turmalin, zirkon, rutil, garnet, dan fluorit, kandungannya
kurang dari 5 % dalam batuan. mineral altersi seperti lempung, kalsit,
epirodt, mika putih, klorit, serta hematit. merupakan jenis mineral alterasi
yang hadir dalam granit. sedangkan olivin dan piroksen yang hadir, dapat
membentuk laterasi serpentint.
teksturnya?
secara khas menunjukan hipidiomorfik-granular. tapi dalam quartz
monzonite umumnya menunjukan tekstur porfiritik, dengan alkali
feldspar bertekstur pokilitik sebagai fenokris. tekstur seriate dan
allotriomorphic-granular (aplitic) juga hadir, pada batuan yang lebih
mafic, khususnya gabbro, tekstur diabas juga umum. trakoid, subophitic,
ophitic, dan berbagai tekstur cumulate tidak begitu banyak hadir dalam
gabbro di granitoid. perlu diketahui batuan granitoid itu berbeda dengan
granit meski memiliki ciri umum yang sama granit memiliki kandungan
dua pertiga total mineral pengisinya adalah kuarsa (25%) dan feldspar
granitoid juga demikian hanya saja persentase kuarsanya lebih sedikit
dibandingkan granit (20%). tekstur pegmatit hadir pada seluruh kisaran
batuan granit, namun umumnya hadir dalam batuan siliceous seperti
granit.
Strukturnya?
batuan granitoid hadir dalam bentuk pluton entah batolith, stock ataupun
dike, dalam bentuk yang seehrana dan tubuh pegmatit yang komplek,
serta dike aplite. setiap struktur ini memiliki tekstur yang tersendiri,
memberikan petunjuk untuk mengetahui asal muasal dari batuan yang
hadir.
aplite hadir dalam bentuk dike, layer, lensa, atau massa tidak beraturan
(Jahns dan Tuttle, 1963). dike memotong masa batuan metamorfik dan
berbagai tubuh batuan plutonik, termasuk tubuh pegmatit. tubuh yang
tidak beraturan hadir pada batas layer sepanjang tepi tubuh pegmatit
sebagai assa dalam batuan pegmatitik.
struktur internal pluton granitoid
dalam usaha menghubungkan kimia dan tektonik G.C. Brown (1982) dan
G.C. Brown (1982), Thorpe, dan Webb (1984) membagi kelompok dasar
dari batuan granitoid (1) arc dan (2) back arc dan anorogenic- berdasarkan
kandungan kimia elemen major dan trace. sementara Pearce, Harris, dan
Tindle (1984) membagi batuan granitoid dalam empat kategori ocean
ridge granite, volcanic arc granite, within-plate granite, and collision
granite- setiapnya berasosiasi dengan lokasi tektonik yang disebutkan.
yang pertama dan yang ketiga berasosiasi dengan lingkungan anorogenik,
sementara yang kedua dan keempat berasosiasi dengan orogenik.
sementara itu White dan Cappble (1977) menemukan tipe lain di Australia
timur, berdsaran data kimia, minrealogi dan lapangan, yaitu tipe I
(igneous-type magma) dan tipe S (sedimen type magma source). untuk
mengetahui ini mereka melakukan pendekatan dari inklusi yang hadir
dalam pluton (xenolith, autolith, xenocryst, etc). white menganggap tipe I
dan S ini berasal dari hasil crustal melting (sedimen, metasedimen dan
batuan beku). Loiselle dan Wones (1979) memperkenalkan tipe granit
yang lain yaitu tipe A (anorogenic).
Granitization
granitisasi adalah transformasi tahap-padat dari batuan yang suda ada
sebelumnya membentuk komposisi mienral granitoid dan teksturnya, dan
proses ini lebih dekat ke metamorfik dibandngkan igneous. proses
metamorfisme ini dibantu oleh kontak metasomatisme atau pertukaran
ion unsur dalam batuan oleh fluida lain yang membawa ion tersebut tentu
saja dibantu oleh proses lainnya seperti anatexis dan fractional
crystallization. dalam proses ini ion K dan Na yang dibawa dapat
mengganti ion Ca yang sudah ada di dalam batuan dan terbentuklah
granit.
bukti terjadinya proses ini oleh para ahli diketahui berdasarkan (1) kontak
tajam diskordan antara country tock dan dike, apophyses, dan pluton
lainnya, (2) kontak metamorfisme dari cuntry rock, (3) chilled margin,
(4)xenolith menyudut dalam batuan pada tepi pluton, yang sama dengan
bentuk/jenis batuan pada country rock (yang menunjukan terhentinya
intrusi magma), (5) tekstur ang mengindikasikan kristalisasi magmatik.
bukti diatas kurang spesifik karena menjelaskan batas-batas tepi granit
tempat kristalisasi fraksional terjadi.. bukti lain yang lebih spesifik (kita
pake kode F ya biar gampang bedain nomor2nya sama proses petrogenesis
granit yang lain):
F1. pluotn yang berzona dan berlapis (zoned and layer pluton)
memberikan bukti lapangan bahwa kristalisasi fraksional dari magma
yang lebih basic untuk menghasilkan diferensiasi siliceous terjadi.
F2. nature (bentuk alami) dari internal layeringnya dalam beberapa pluton
dianggap terjadi akibat gravitational settling dari ristal dalam magma
(dapur magma).
F5. material groundmass berupa gelas atau segregasi dari batuan basaltis
memiliki komposisi siliceous.
F6. konsentrasi dan rasio dari elemen jejak dalam beberapa batuan
grantiik dirasa sesuai (cocok) dengan mantel (dibawa dari mantel or matle
derived), ocean island basalt dan diferensiasinya, yang hanya dapat
terbentuk melalui proses kristalisasi fraksional.
F9. ploting analisis kimia dari elemen major dan jejak menunjukan pola
cuvilinear dalam diagram Harker, AFM, dan diagram variasi (variation
diagram) lainnya.
ilustrasi hubungan proses fraksional kristalisasi pluton granit terhadap country rock (liat ada
xenolith batuan granit lain hasil proses ini yang menyudut masuk ke tubuh pluton)
contoh hasil ploting pada variation diagram untuk granit yang gambar a berpola curvilinier
Hybridization
proses yang ini simpel aja dimana terjadi modifikasi dari pencampuran
magma melalui asimilasi (dengan batuan samping) atau mixing dengan
magma lain yang sangat siliceous. pertama kali diperkenalkan Daly (1905,
1906, 1914, 1917, 1933) dan disebut juga hibridisasi syntexis.
mekanisme ini dijelaskan oleh Daly berupa suatu proses dimana magma
basaltis yang sangat panas (superheated solvent) yang dapat melarutkan
(meleburkan lebih tepatnya) batuan lain yang ada disekitarnya sperti
sedimen siliceous, granitoid ataupun batuan metamorf yang sudah ada
sebelumnya, dan kemudian mengalami kristalisasi membentuk granit.
H2. bukti lapangan dan petrografi dari asimilasi batuan sedimen dalam
magma basaltis dari sill, dike, dan pluton2 yang lebih gede lagi.
H3. pola analisis kimia yang koheren, curviliniear dari AFM, Harker, dan
diagram variasi lainnya, yang menggambarkan proses mixing dari
komposisi endmember (batuan yang terbentuk diakhir).
Anatexis
teori anatektik dari batolith granitoid memiliki dua bagian. pertama, yang
mengaggap material origin dari granitoid ini naik keatas masuk kedalam
batolith atau pluton lainnya, teori ini menganggap magma terbentuk pada
bagian tengah sampai bawah kerak atau pada uppermantle. suatu teori
anatektik konemporer menyatakan bahwa genesis magma dari anateksis
dari batuan kerak-yang dihasilkan dari melt plus residu dari material yang
tidak ikut mengalami melting, umumnya disebut restite- terpisahkan dari
melt (White dan Chappel, 1977). dari model unmixing restite ini, menjadi
sumber magma (granitoid). kedua, teori anateksis memudahkan
kristalisasi dari magma, juga kristalisasi ekilibrium yang trjadi atau
melalui kristalisasi fraksional.
bukti dari andil proses ini dalam pembentukan magma granitis adalah:
A2. kehadiran yang paling umum dari lensa granitoid dan pods (dapur
magma) dalam metamorfik terane ber grade tinggi (P dan T tinggi),
khususnya yang mengandung sekis mika dan amfibolit, menunjukan
terjadinya proses anateksis lokal.
A3. komposis normatif dari batuan dari hasil ploting ditunjukan oleh
Washington (1917) bahwa 80% normatif q+ab+thermal minimum sistem
granit. yang mana hal ini kompatibel dengan asal usul origin darimagma
yang menghasilkan batuannya.
A4. studi elemen major dan trace, termasuk isotop dari kebanyakan
batuan granitoid jelas mengindikasikan sumber dari granit selain batuan
mafic hingga ultramafic. sumber mafic ini diindikasikan mellaui data, yang
menjadi magma induk (sumber) dari melt (magma) granitoid.
adakah kontroversi dari bukti bukti diatas??? tentu tidak akan kita bahas
lagi kapok saya.. hahaha tapi apapun itu.. tak perlu terlalu skeptis..
terima aja teori teori diatas :P
seperti biasa brader and sister ditunggu caci makinya.