Anda di halaman 1dari 30

Batuan Malihan : Pengertian, Proses, dan Jenisnya

Bumi adalah salah satu planet yang ada di tatasurya (baca: Planet di Tata Surya
dan Penjelasannya). Sebagai planet, bumi terdiri dari berbagai macam lapisan
yang membentuk struktur bumi (baca: Struktur Bumi dan Penjelasannya). salah
satu struktur yang melapisi bumi adalah batuan (baca: Jenis-jenis Batuan
Penyusun Lapisan Bumi – Beku, Sedimen, Metamorf). Batuan adalah salah satu
mineral yang membentuk bumi, serta permukaan bumi.
Batuan awalnya terbentuk akibat dari proses pendinginan magma yang ada di
dalam dan di luar bumi. Magma adalah cairan panas di dalam bumi (Baca: Proses
Terjadinya Magma – Suhu dan Kandungannya). selain itu, proses
sedimentasi juga membentuk batuan. Hanya saja, dengan berjalannya waktu,
betuan ,mengalami perubahan dan menghasilkan batuan- batuan baru. Batuan
inilah yang menyebabkan batuan di bumi memiliki berbagai macam jenis. Setiap
jenis batuan di bumi, terbentuk dari berbagai macam sebab. Mulai dari pelapukan
hingga akibat dari tekanan panas yang mengubah struktur batuan. Salah satu
batuan yang ada dibumi, serta menjadi batuan yang melapisis bumi, disebut
batuan malihan.
Pengertian Batuan Malihan
Batuan malihan adalah batuan yang terbentuk melalui tekanan tinggi maupun
suhu yang tinggi. Batuan malihan juga disebut sebagai batuan metamorf. Batuan
ini mengalami proses metamorfosis sehingga mengubah struktur batuan asal
menjadi batuan baru. Mineral adalah elemen pembentuk batuan. Setiap mineral
dalam batuan malihan akan mengalami perubahan.
Mineral ini disebut sebagai mineral indeks. Mineral indeks adalah mineral yang
ada di dalam batuan, dan sebagai pembentuk batuan. Mineral indeks yang ada di
batuan malihan antara lain: silimanit, kyanit, staurolit, andalusit,
olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa. Mineral inilah yang bereaksi
terhadap proses metamorfosis batuan. Selain itu, batuan malihan terbentuk akibat
adanya proses kritalisasi batuan beku.
Proses Pembentukan Batuan Malihan
Batuan malihan adalah batuan yang terjadi akibat proses metamorfosis. Proses
metamorfosis adalah perubahan struktur mineral, sehingga menjadi batuan yang
baru. Dalam proses ini, dibutuhkan tekanan dan panas dengan suhu yang tinggi.
Batuan malihan pada awalnya adalah batuan beku atau batuan sedimen. Kedua
batuan ini mendapatkan tekanan serta suhu yang tinggi.
Hal ini menyebabkan kedua batuan ini, mengalami perubahan struktur batuan.
Salah satu proses pembentukan batuan malihan adalah rekristalisasi. Rekristalisasi
adalah perubahan partikel kecil yang berubah menjadi besar. Hal ini disebabkan
suhu panas dan tekanan yang didapatkan oleh batuan awal. Proses ini biasanya
terjadi pada batuan beku. Selain itu terdapat proses foliasi. Proses ini adalah
proses pelapisan dalam batuan malihan. Dalam proses ini, betuan memendek
untuk menyeimbangkan mineral yang memendek akibat tekanan pada proses
rekristalisasi.
Jenis- jenis Batuan Malihan
Batuan malihan memiliki beberapa jenis. Jenis- jenis batuan malihan terbagi
berdasarkan proses pembentukan batuan tersebut. Batuan malihan, terbentuk
berasal dari batuan beku atau batuan sedimen. Akan tetapi, proses terbentuknya
batuan malihan dilihat berdasarkan lokasi, mineral yang membentuk, tekanan dan
suhu, serta kejadian- kejadian yang terjadi di dalam bumi.
Setiap batuan malihan, menjadi uni akibat dari cara atau proses terbentuknya yang
juga berbeda- beda. Terdapat enam bentuk batuan malihan, antara lain: batuan
malihan kontak, batuan malihan regional, batuan malihan katalistik, batuan
malihan hidritermal, batuan malihan tindihan, dan batuan malihan dampak.
1. Batuan malihan kontak
Batuan malihan kontak adalah batuan yang terbentuk akibat kontak antara magma
dan batuan. Hal ini menyebabkan batuan awal berubah menjadi keras, akibat suhu
panas magma dan tekanan yang dihasilkan besar. Pada batuan malihan kontak,
terdapat sisa- sisa magma berupa kristalin kasar. Batuan malihan kontak juga
sering disebut oleh berbagai ilmuwan sebagai batuan tanduk.
Beberapa batuan yang berubah akibat kontak dengan magma adalah batu serpih
yang berubah menjadi lempeng berwarna gelap, batu gamping yang menjadi
marmer, batu andesit yang menjadi andesit batu tanduk, dan batu api yang
menjadi kuarsit.
2. Batuan malihan regional
Batuan malihan regional adalah batuan yang mengalami metamorfosis.
Metamorfosis adalah proses perubahan batuan akibat adanya suhu dan tekanan
yang sangat tinggi di dalam bumi. batuan malihan regional adalah batuan malihan
yang memiliki skala yang besar. Batuan ini biasanya berada di dalam bumi. kerak
benua adalah kumpulan dari batuan malihan regional. Batuan malihan regional
berasal dari intrusi batuan beku yang ada di dalam bumi. batuan malihan regional,
dapat terlihat saat erosi terjadi, dan mengikis permukaan bumi.

3. Batuan malihan katalstik


Batuan malihan katalsik adalah batuan malihan yang terjadi akibat gesekan dari
dua batuan yang besar. Gesekan ini menyebabkan timbulnya panas yang ada
antara dua batuan. Gesekan ini, menyebabkan terjadinya batuan yang hancur, dan
saling menumbuk, sehingga membentuk batuan malihan katalsik. Batuan malihan
katalsik, biasa terjadi pada daerah yang sempit, sehingga gesekan tidak dapat
dihindari. Gesekan itu juga dapat terjadi jika terjadi patahan atau lipatan.
4. Batuan malihan hidrotermal
Batuan malihan hodrotermal adalah batuan malihan yang terbentuk akibat adanya
cairan hidrotermal. Cairan ini memiliki suhu dan tekanan yang tinggi. Batuan
malihan hidrotermal sangat jarang di temukan. Hal ini diakibatkan pembentukan
batuan oleh cairan hidrotermal sangat jarang terjadi. Salah satu batuan hidrotermal
adalah batuan basaltik.
5. Batuan malihan tindihan
Batuan malihan tindihan adalah batuan yang tertimbun di dalam bumi sedalam
ratusan meter. Semakin dalam, suhu dan tekana di bumi menjadi semakin tinggi.
Kedalaman ratusan meter, suhu di dalam bumi dapat mencapai 300 derajat
celcius. Hal ini menyebabkan batuan yang ada di dalam bumi saling tumpang
tindih, dengan suhu mencapai lebih dari 300 derajat selsius. Salah satu batuan
malihan tindihan adalah batu zeolit.

6. Batuan malihan dampak


Batuan malihan dampak adalah batuan yang terbentuk akibat dampak yang terjadi
di bumi. dapak tersebut dapat berupa benturan oleh meteor atau proses
vulkanisme. Meteor adalah batuan yang berada di luar angkasa. Sedangkan
vulkanisme adalah proses letusan gunung api (baca: Pengertian Vulkanisme dan
Contohnya). Akibat dari benturan serta letusan gunung api, batuan mendapatkan
tekanan. Tekanan tersebut membuat mineral menghasilkan batuan baru.
Manfaat Batuan Malihan
Batuan malihan terkenal akan keindahan yang ditampilkan. Sehingga batuan
malihan banyak dimanfaatkan sebagai barang yang bernilai seni tinggi. Salah satu
batuan malihan yang dimanfaatkan sebagai benda seni adalah batu marmer, batu
zambrud, permata dan topaz. Batu marmer biasanya di gunakan sebagai hiasan
rumah, meja, atau kursi. Sedangkan permata, zambrud dan topas digunakan
sebagai aksesoris yang sangat mahal.
https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-malihan
Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat
berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah
mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat
pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan
temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan
metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan
kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya.
Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan
berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur
dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate
yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan
perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu
pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh
maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan
kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
Faktor-Faktor Batuan Metamorfisme
Adapun yaitu:
1. Panas (temperatur).
Suhu atau temperatur merupakan agen atau faktor pengontrol yang berperan
dalam proses metamorfisme. Kenaikan suhu atau temperatur dapat menyebabkan
terjadinya perubahan dan rekristalisasi atau pengkristalan kembali mineral-
mineral dalam batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada kondisi
ini temperatur sekitar 350-1200 derajat celcius.
2. Takanan.
Tekanan atau pressure merupakan faktor pengontrol atau agen dari proses
metamorfisme. Kenaikan tekanan dapat menyebabkan terjadi perubahan dan
rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya. Pada kondisi
ini tekanan sekitar 1-10.000 bar (Jackson).
3. Cairan panas/aktivitas larutan kimia.
Adanya kenaikan temperatur, tekanan dan aktivitas larutan kimia, menyebabkan
terjadinya perubahan dan rekristalisasi yaitu proses pengkristalan kembali
mineral-mineral dan batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada
kondisi ini temperatur sekitar 350oC – 1200oC dan tekanan 1 – 10000 bar
(Jackson) = (0,9869) atm.
 
BEBERAPA SIFAT BATUAN METAMORFOSA
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20 km)
yang keseluruhannya  atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni
tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogy baru yang
sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan tempertur (T) tertentu.
Batuan sedimen merupakan jenis yang mineraloginya stabil disekitar permukaan
bumi yakni pada tekanan dan temperature rendah, sedangkan batuan beku
tersusun oleh mineral yang stabil pada temperature 700 – 1100 dengan tekanan
10.000 atmosfer, selain itu juga jenis batuan yang terjadi disesuaikan dengan
kondisi kimia.
Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena
sulitnya menyelidiki kondisi dikedalaman dan panjangnya waktu.
Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf Mineral dalam batuan metamorfosa
disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam
suasana padat, dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu Kristal yang
terjadi disebut blastos. Idiomorf untuk mineral metamorfosa adalah idioblastik,
sedangkan xenomorf adalah xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar
daripada massa dasarnya disebut profiroblastik.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan
digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan
yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga
terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan
terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu
tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat
erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur
merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
a.TeksturBatuanMetamorf.
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
• Relict /Palimpset /Sisa; masih  menunjukkan  sisa  tekstur  batuan  asalnya.
Awalan  blasto digunakan  untuk  penamaan  tekstur  batuan metamorf ini.
Batuan  yang  mempunyai  kondisi seperti ini sering disebut batuan meta beku
atau metasedimen.
• Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan
dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak
tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
• Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
• Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
• Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
• Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
• Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
• Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
• Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
• Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
• Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
• Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
• Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
• Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
• Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari
mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai
porphyroblasts.
• Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
• Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
• Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
• Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf
dibagi menjadi dua, yaitu :
• Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur
batuan.
• Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis
tekstur batuan.
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf
mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur
pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi
karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut
dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan
metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran
halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau
foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam
bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan
lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang
ukurannya besar disebut profiroblastik.
Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami
hancuran yang fragmental sifatnya.
Penelitian menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di
permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang
sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan
bumi.Menurut struktur yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu
batuan metamorf foliasi dan batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa
batuan metamorf itu terbentuk dari suatu proses penambahan temperatur dan suhu
yang terjadi pada suatu batuan.
b. Struktur batuan metamorf.
Struktur FoliasiØ
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Slatycleavage
2. Struktur Gneissic
3. Struktur Phylitic
4. Struktur Schistosity
Struktur Non FoliasiØ
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Hornfelsik
2. Struktur Milonitik
3. Struktur Kataklastik
4. Struktur Flaser
5. Struktur Pilonitik
6. Struktur Augen
7. Struktur Granulosa
8. Struktur Liniasi
2.4 Jenis-jenis Metamorfisme
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer
saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
a. Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan
biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi
dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada
zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar
intrusi.
b.Metamorfosadinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala
arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi
pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian
kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini
biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
2. Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu
kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a. Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah
temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti
oleh orogenesa.
b.Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada
daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di
bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan
mengalami proses metamorfosa.
2.5 Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
1. Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen
(O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral
ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
2. Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku
dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna
terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa
digores dengan kuku.
3. Plagioclase feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang
mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthite.
4. Potassium feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya
plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna
merah daging hingga putih.
5. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).
6. Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca
dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7. Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna
putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari
batugamping.
Macam – Macam Batuan Metamorf
1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang
rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir
yang sangat halus (very fine grained).
Asal                             : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna                          : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir                : Very fine grained
Struktur                       : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi                   : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri k. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica
dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal                             : Metamorfisme Shale
Warna                          : Merah, kehijauan
Ukuran butir                : Halus
Stuktur                        : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi                   : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas                      : Membelah mengikuti permukaan gelombang
has                      : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica
dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal                             : Metamorfisme Shale
Warna                          : Merah, kehijauan
Ukuran butir                : Halus
Stuktur                        : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi                   : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas                      : Membelah mengikuti permukaan gelombang
 
3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi
dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal                                   : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna                                : Abu-abu
Ukuran butir                      : Medium – Coarse grained
Struktur                             : Foliated (Gneissic)
Komposisi                         : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme       : Tinggi
Ciri khas                            : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
4. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal                             : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna                          : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir                : Fine – Medium Coarse
Struktur                       : Foliated (Schistose)
Komposisi                   : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas                      : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat
kristal garnet
5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami
perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat.
Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal                             : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna                          : Bervariasi
Ukuran butir                : Medium – Coarse Grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas                      : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat
fosil, bereaksi dengan HCl.
 
6. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Asal                             : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna                          : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir                : Medium coarse
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas                      : Lebih keras dibanding glass
 
7. Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi
dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-
butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal                             : Metamorfisme dinamik
Warna                          : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir                : Fine grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas                      : Dapat dibelah-belah
 
8. Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate.
Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip
dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding
milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan milonit yang
kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Asal                             : Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna                          : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran butir                : Medium – Coarse grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas                      : Permukaan terlihat berkilau
 
9. Serpetinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana
mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi
adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan
dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize
dengan air menjadi serpentinit.
Asal               : Batuan beku basa
Warna            : Hijau terang / gelap
Ukuran butir  : Medium grained
Struktur         : Non foliasi
Komposisi     : Serpentine
Ciri khas        : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
10. Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
 
Asal                             : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna                          : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir                : Fine grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas                      : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata
https://mithaariany.wordpress.com/2012/05/30/batuan-metamorf/
STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF
A. Struktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit
poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur batuan
metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi
karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty),
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau
kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin)
yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur
dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur


1b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan
mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)
Gambar Struktur Phylitic
1c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar.
Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur


1d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai
bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari
butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
2.a  Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose


2b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
2c.    Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
2d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya
telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada
batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
B. Tekstur Batuan Metamorf
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan
tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran
blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
1.   Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi
sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran
blastik.
2.   Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
3.   Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
d.   Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya
berbentuk anhedral.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya
berbentuk anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya
adlah sebagai berikut:
Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat
padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena
pemecahan (crhusing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.
https://ptbudie.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-metamorf/
Batuan Metamorf
A. Pengertian Batuan Metamorf

Kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”metamorphism”


dimana ”meta” yang artinya ”berubah” dan ”morph” yang artinya
”bentuk”. Pengertian metamorf dalam geologi merujuk pada
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan. Perubahan
terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur
yang berbeda.

Gambar. Animasi melting pada batuan metamor (Sumber: Mc Knight, Tom L & Hess,
Darrel, 2008)

dowload animasi

Batuan metamorf berarti batuan yang terbentuk dari batuan asal


(batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena berbagai sebab, antara
lain: temperatur tinggi, tekanan tinggi, serta temperatur dan
tekanan tinggi. Penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut sebagai
berikut.

1. Temperatur tinggi

Temperatur tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan


dengan dapur magma, sehingga ini disebut metamorf kontak.
Contoh: marmer dari batugamping (limestone) dan antrasit dari
batubara.
Gambar. Salah satu tambang marmer yang ada di Kecamatan Besuki, Tulungagung

Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonisme


berkaitan erat dengan terdapatnya batuan metamorf di kawasan
Tulungagung selatan. Jenis batuan metamorf yang ada di kawasan
ini adalah marmer, yang merupakan malihan dari limestone. Batuan
metamorf di kawasan ini tidak tersebar secara meluas, yaitu hanya
di sekitar Desa Besole Kecamatan Besuki.

2. Tekanan tinggi

Tekanan yang tinggi dapat berasal dari endapan-endapan yang tebal


sekali. Contoh,  batulumpur (mudstone) menjadi batutulis (slate).
Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.

Gambar. Batulempung (mudstone) yang berubah menjadi batutulis (slate) (Sumber:


http://en.wikipedia.org)

Gambar di atas menunjukkan perubahan pada mudstone yang


berubah menjadi slate. Slate terbentuk pada temperatur dan suhu
yang rendah. Oleh karena itu, agen metamorfosis yang paling
berperan adalah tekanan terhadap batuan tersebut. Slate ditandai
oleh struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir
yang sangat halus (very fine grained).

3. Temperatur dan tekanan tinggi

Tekanan dan suhu tinggi terjadi bila ada pelipatan dan pergeseran
saat pembentukan pegunungan. Proses seperti ini disebut
metamorfosis pneumatolistik, contoh: Sekis. Batu Sekis yang
ditemukan di lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Batuan Sekis di Kali Brengkok, Karangsambung, Kebumen (Sumber: LIPI-


Balai Informasi dan Konservasi Kebumian)

Sekis berasal dari mineral asam lempeng benua. Batuan ini


berkilauan ketika tertimpa sinar matahari dan merupakan batu
tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif
menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman
Kapur.  Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi
karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan
lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan
Karangsambung.

B. Klasifikasi Batuan Metamorf

Batuan metamorf dibagi menjadi 3, yaitu: batuan metamorf kontak,


dinamo, dan pneumatolistik. Batuan-batuan metamorf tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.

1. Metamorf termal (kontak)

Batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang sangat


panas. Suhu yang panas dikarenakan letaknya dekat dengan
magma. Contoh dari batuan metamorf kontak adalah marmer.
Marmer termasuk batuan malihan dari batugamping.   Berkaitan
dengan hal tersebut, suhu yang panas akan membakar bahkan
mencairkan batugamping. Pada tahap selanjutnya, batugamping
mengalami pendinginan dan menjadi marmer.

Gambar. Salah satu tambang Batu Marmer di Desa Besole, Kecamatan Besuki,
Tulungagung (Sumber: http:// beritadaerah.co.id)

Gambar di atas menunjukkan salah satu pertambangan marmer di


Kecamatan Besuki. Marmer dapat terbentuk di Kecamatan Besuki
karena daerah tersebut merupakan pegunungan kapur. Formasi
lapisan batuan kapur yang ada di Tulungagung terbentuk oleh
pengangkatan dasar lautan. Pengangkatan tersebut terjadi karena
adanya aktivitas tektonik, yakni batas lempeng Indo-Australia
dengan Eurasia.

Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonisme


berkaitan erat dengan terdapatnya marmer di kawasan Tulungagung
selatan. Hipotesis yang pertama pembentukan marmer disebabkan
oleh aktivitas vulkanisme. Panas yang ditimbulkan oleh magma
dapat mengubah batugamping menjadi marmer. Kelemahan dari
hipotesis ini, marmer yang ada di Tulungagung masih mempunyai
komposisi mineral yang sama dengan batugamping yang ada di
sekitarnya. Seharusnya, komposisi marmer mengalami perubahan
jika terjadi melalui metamorf kontak.

Aktivitas endogenik lainnya yang mempengaruhi pembentukan


marmer di Tulungagung adalah tektonisme. Tenaga tektonik
menimbulkan tekanan yang yang tinggi. Akibatnya, batugamping
akan mengalami rekristalisasi dan  membentuk berbagai foliasi
mapun nonfoliasi. Akibat rekristalisasi ini, struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur kuarter
hingga tersier. Peta di bawah ini akan sedikit menjawab
terbentuknya Marmer di Tulungagung.
Gambar. Peta Geologi Tulungagung yang menggambarkan kondisi formasi batuan di
daerah tersebut (Sumber: http://www.blog.ub.ac.id)

Keterangan:

 Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma).  Berupa runtuhan


endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah
menjadi batuan gunung api.
 Satuan Batugamping/Formasi Campurdarat.  Disusun oleh
batugamping hablur yang bersisipan dengan batulempung
berkarbon.
 Satuan Batu Lempung/Formasi Nampol ( Tmn).  Tersusun oleh
perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan
konglomerat dan breksi.
 Satuan Batugamping Terumbu/Formasi Wonosari
(Tmwl).  Litologi tersusun oleh batugamping terumbu,
batugamping berlapis, Batugamping berkepingan,
batugamping pasiran kasar, batugamping tufan dan napal.
 Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn).  Batuan
penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan
batulanau.
 Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw).  Tersusun
oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang
umumnya tufan, bersisipan batugamping.

2. Metamorf dinamo (sintektonik)

Batuan yang terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi.


Batuan metamorf dinamo pada umumnya terjadi di bagian atas
kerak bumi. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan
menyebabkan perubahan butir-butir mineral menjadi pipih dan ada
yang mengkristal kembali.

Jenis metamorfosa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan


dan lipatan. Pada jenis batuan metamorf dinamo, batuan sedimen
berubah menjadi batuan hablur, misalnya: Gneis, Sabak, Antrasit,
dan Serpih.

Gambar. Antrasit yang ditambang di Ibbenburen, Jerman (Sumber:


http://www.en.wikipedia.org)

Gambar di atas adalah contoh Antrasit yang di tambang di


IIbenburen, Jerman. Antrasit ditambang dari formasi geologi tertua
dan paling lama tinggal di dalam tanah. Antrasit merupakan
batubara yang paling keras. Ketika dibakar, antrasit menghasilkan
api biru yang sangat panas dan berwarna hitam mengkilat. Antrasit
lebih banyak menghasilkan panas dan lebih sedikit asap
dibandingkan dengan batubara lainnya.

3. Metamorfik  pneumatolitis kontak


Batuan metamorf pneumatolitis kontak terbentuk karena pengaruh
gas-gas dari magma. Pengaruh gas panas pada mineral batuan
menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral tersebut.
Contoh batuan metamorf pneumatolitis kontak adalah kuarsa
dengan gas borium berubah menjadi Turmalin seperti gambar di
bawah ini.

Gambar. Turmalin (Sumber: http://www.globalhealingcenter.com/)

Batu Turmalin termasuk batu mineral semi mulia yang terkenal


karena kemampuannya. Batu ini dapat membantu dalam proses
detoksifikasi tubuh manusia. Turmalin termasuk salah satu mineral
yang memiliki kemampuan untuk memancarkan ion negatif dan
sinar inframerah jauh. Turmalin juga memiliki kemampuan untuk
menjadi sumber muatan listrik sendiri.

B. Struktur Batuan Metamorf

Batuan metamorf memiliki struktur yang unik. Hal ini disebabkan,


batuan metamorf terbentuk dari batuan asal yang beraneka ragam.
Selain itu, batuan metamorf terbentuk oleh tenaga yang berbeda-
beda seperti temperatur, tekanan, atau gabungan keduanya.
Penjelasan mengenai struktur batuan metamorf sebagai berikut.

1. Struktur foliasi

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral


pipih/ mineral prismatik. Struktur foliasi seringkali terjadi pada
metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik. Beberapa
struktur foliasi yang umum ditemukan antara lain, yaitu: Slaty
Cleavage, Phylitic, Sekisose, Gneisose.
Gambar. Struktur foliasi batuan metamorf (Sumber: Noor, 2012)

Keterangan:

 Slaty cleavage.  Struktur foliasi planar yang dijumpai pada


bidang belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir,
batuannya disebut slate (batutulis).
 Phylitic.  Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage,
batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak
mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan
mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum
sempurna, batuannya disebut Phyllite (Filit).
 Sekisose.  Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus,
sering disebut dengan close Sekisosity, batuannya disebut
Sekis.
 Gneisose.  Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus,
sering disebut dengan open Sekisosity, batuannya disebut
Gneis.

2. Struktur nonfoliasi

Struktur nonfoliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-


mineral yang equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran granular. Strktur ini seringkali terjadi pada metamorfosa
termal. Beberapa struktur nonfoliasi yang umum ditemukan, yaitu:
Granulase, Hornfelsik, Cataclastic, Mylonitic, dan Phylonitic.
Gambar. Struktur nonfoliasi batuan metamorf (Sumber: Noor, 2012)

Keterangan:

 Granulose, struktur nonfoliasi yang terdiri dari mineral-mineral


granular.
 Hornfelsik, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh mineral-
mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi,
khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut
Hornfels.
 Cataclastic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh
pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut Cataclasite
(Kataklasit).
 Mylonitic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh adanya
penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik,
menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer,
batuannya disebut Mylonite (Milonit).
 Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik
tetapi butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi,
menunjukan kilap silky, batuannya disebut Phyllonite (Filonit).

C. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang


berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi butir mineral individual
penyusun batuan metamorf.
1. Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur


batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. Tekstur Relic (sisa)

Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur


batuan asalnya. Penamaannya dengan memberi awalan blasto
(kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya: tekstur
Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi awalan ”meta”,
misalnya Metasedimen, Metagraywacke, Metavulkanik, dsb.

b. Tekstur Kristaloblastik

Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada


saat metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik.
Penamaan ini dipakai untuk memberikan nama tekstur yang
terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorphosis. Misalnya,
tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan
tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul
akibat rekristalisasi metamorfosis.

2. Berdasarkan ukuran butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan


menjadi:

 Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.


 Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan
mata.

3. Berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan


menjadi:

 Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang


kristal itu sendiri.
 Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang
permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan
kristal disekitarnya.
 Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang
permukaan kristal lain disekitarnya.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf


dapat dibedakan menjadi:
 Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
euhedral.
 Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh
kristal berbentuk anhedral.

4. Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat


dibedakan menjadi:

 Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk


tabular.
 Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
prismatic.
 Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat tidak
teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
 Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat lebih
teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Referensi:

 Mc Knight, Tom L & Hess, Darrel, 2008. Physical Geography: A


Landscape Appreciation 9th  . Pearson Prentice Hall.
 Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuwon
University Press.
 Berbagai sumber

https://dedisasmito.wordpress.com/bahan-ajar-2/litosfer/batuan-beku-2/

Anda mungkin juga menyukai