Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRESENTASI

TERMODINAMIKA KERAK BUMI DAN FLUIDA

TERMODINAMIKA KERAK BUMI DAN FLUIDA PADA SIKLUS BATUAN

Oleh:
Diki Setiawan (12117141)
Bayu Aria Mahardika (12117142)
Muhammad Ichsan (12117143)
Dafa Febriansyah (12117144)
Putri Iska Aldina (12117145)
Salsabila Tsania Putri (12117150)
Fira Pratiwi Darsono (12117151)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019/2020
Termodinamika Kerak Bumi dan Fluida Pada Siklus Batuan

 Pegertian batuan

Batuan adalah benda yang berbentuk solid yang tebuat karena proses alami yang menghasilkan
kumpulan kumpulan mineral. Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang
merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku
(igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam bumi atau
dipermukaan bumi ; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil rombakan
batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik, atau hasil penguapan dari larutan ;
dan batuan metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan padat dari
batuan yang telah ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda,
sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya.

 Siklus Batuan

Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang
mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu dan akibat dari
proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan
dasar dari jentera (siklus) batuan, seperti yang ditunjukkan pada gambar
Gambar diatas adalah siklus batuan dimana magma yang kontak keluar akan mengkristal, magma
bisa keluar kareana adanya arus konveksi dibawah, arus inilah yang juga membuat lempeng bumi
kita bergerak. Magma yang mendingin secara spontan membuat dia menjadi batan
beku,selanjutnya batuan beku tersebut mengalam proses proses pelapukan,erosi,tranpostasi dan
sedimantasi untuk selanjutnya menjadi batuan sedimen,yang selajutnya batuan sedimen yang tadi
akan masuk kedalam kerak bumi, terkenan tekanan dan juga suhu yang tinggi yang membuat dia
menjadi batuan metamorf.Dari batuan metamorf ini selanjutnya akan terus menuju ke inti bumi
akibat dari si arus konveksi tadi,hal ini membuat metamorf ini berubah kembali menjadi magma
karena suhu didalam bumi yang sudah sangat panas. Jadi pada batuan dan siklus batuan,kaitannya
dengan termodinamika adalah pada arus konveksi dan Hukum ke 2 Termodinamika.

 Batuan Beku

Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari selubung
bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini berasal dari dalam
bumi, dimana temperatur bertambah dengan 300 C setiap kilometer kedalaman (geothermal
gradient). Bahan yang lebur ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan
air, dan berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai
lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut
sebagai batuan beku ekstrusif.

Bagaimana magma yang sangat panas tersebut bisa membeku? Berikut adalah tahapan proses
pembentukan batuan beku.

1. Pada tahap pertama, magma yang berada di dalam dapur magma (magma chamber) akan
bergerak naik ke atas. Pergerakan magma tersebut di pengaruhi oleh sifat magma yang
lebih ringan dari batuan di sekitarnya.
2. Tahap kedua, magma yang telah bergerak ke atas akan mengalami tekanan yang besar baik
dari magma itu sendiri maupun tekanan dari sekitar dapur magma.
3. Tahap ketiga yaitu terjadinya erupsi gunung berapi. Erupsi ini akan melelehkan magma
berupa lava ke permukaan bumi. Terkadang erupsi juga disertai dengan letusan yang
dahsyat.
4. Selanjutnya yakni tahap pendinginan atau pengkristalan magma, baik magma yang sudah
berada di permukaan bumi maupun yang tidak mencapai permukaan bumi. Pengkristalan
merupakan proses menurunnya pergerakan ion- ion magma diserta penyusunan ion
menjadi bentuk yang teratur. Pengkristalan magma dipengaruhi oleh suhu permukaan bumi
yang lebih rendah dari pada suhu magma ketika berada di dalam perut bumi, dan juga
komposisi serta banyaknya kandungan bahan folatil pada magma.
5. Tahap terakhir yaitu magma yang telah mengkristal akan membentuk berbagai jenis batuan
beku tergantung pada kecepatan pembekuannya.

- Deret Bowen

Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas berbagai jenis
batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan cairan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi (900℃- 1600℃) dan berasal dari
bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi (mantel) bagian atas. Komposisi magma terdiri
dari 8 unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga mengandung senyawa H2O dan
CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO. Pada berbagai kondisi temperatur,
magma dapat berdiferensiasi atau mengalami kristalisasi membentuk berbagai asosiasi mineral
berupa berbagai jenis batuan beku.

Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
- Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang rendah dan silika
yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.
- Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan silika
yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan biotit.

Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama
yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen. Hukum termodinamika 0
menjelaskan kesetimbangan termal berlaku universal, dengan kata lain apapun zat atau materi
benda akan memiliki kesetimbangan termal yang sama bila disatukan.

“Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada
dalam kesetimbangan termal satu sama lain”

Pada Saat pembentukan mineral seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi
menerus dan reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi
plagioklas Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan
berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na, disini terjadi substitusi sodium
(Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi menerus pada plagioklas merupakan deret larutan padat
(solid solution) yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari mineral-mineral
feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin. Hasil reaksi selanjutnya
antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses ini berlanjut hingga terbentuk biotit.
Seri reaksi tidak menerus bersifat incongruent melting.

- Perbedaan Pembentukan Batuan Beku Intrusif dan Ekstrusif

Ada sedikit perbedaan antara pembentukan batuan beku intrusif dan ekstrusif. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh perbedaan intrusi dan ekstrusi magma serta faktor kecepatan pendinginan.

 Batuan beku intrusif

Batuan ini terbentuk karena proses intrusi magma, yaitu proses menerobosnya magma melalui
celah pada kerak bumi, tetapi magma tersebut tidak sampai ke permukaan bumi. Meski tidak
sampai ke permukaan bumi, magma akan mengalami proses pengkristalan karena suhu di bawah
permukaan bumi lebih rendah dari pada suhu di dapur magma. Pengkritalan atau pendinginan
magma di bawah permukaan bumi berlangsung lama, sehingga membentuk batuan beku plutonik
yang tersusun dari mineral- mineral berukuran besar. Besarnya ukuran mineral batuan plutonik
disebabkan ion- ion yang terdapat pada magma memiliki waktu yang cukup untuk berkembang
dan membentuk kristal yang besar. Contohnya adalah batu granite, peridottite,
gabbro, dan diorite.

 Batuan beku ekstrusif

Berbeda dengan batuan beku intrusif, batuan jenis ini terbentuk dari proses ekstrusi magma.
Ekstrusi magma adalah menerobosnya magma dari dari dapur magma melewati celah- celah pada
kerak bumi sehingga mencapai permukaan bumi. Magma atau lava yang berada di permukaan
bumi mengalami proses pembekuan yang relatif cepat sehingga membentuk batuan beku vulkanik.

Bahkan ketika terjadi erupsi gunung berapi, lava akan terlontar ke lapisan atmosfer dan kembali
ke permukaan bumi dalam bentuk batuan beku. Karena pembekuan yang sangat singkat, maka ion-
ion yang terdapat pada magma tidak sempat berkembang dan akhirnya membentuk kristal- kristal
sangat kecil dan halus yang disebut afanatik. Pada material afanatik terdapat lubang- lubang kecil
berbentuk bulat atau memanjang yang merupakan bekas dari keluarnya gas saat proses krintalisasi.
Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt, andesite, kimberlite, dan rhyolite.

 Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses
mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang binatang, sisa
tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi,
hasil keduanya dan pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi,
sementasi menjadi batuan yang padat.

- Proses pembentukan sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari bentuk – bentuk yang sudah ada sebelumnya oleh kekuatan –
kekuatan yaitu pelapukan, gaya – gaya air, pengikisan – pengikisan angina angina serta proses
litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat – tempat yang relatief
lebih rendah letaknya, misalnya : danau, laut, samudera. Mula – mula sedimen merupakan batuan
– batuan lunak, akan tetapi karena proses diagnosi sehingga batuan – batuan lunak tadi akan
menjadi keras.

Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendamkan
dan terlitifikasikan. Dan sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sedimen menjadi
batuan sedimen yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan
karena tekanan lapisan diatas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan – bahan lepas tadi
menajdi batuan keras oleh larutan – larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium, sebagian
batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Beberapa zat ini mengendap secara langsung oleh
reaksi – reaksi kimia misalnya garam (CaSO4nH2O). Ada pula yang diendapkan dengan
pertolongan jasad – jasad baik tumbuhan maupun hewan.

- Klasifikasi Batuan Sedimen

a. Golongan detritus/klastik

- Breksi (Breccia)
- Konglomerat (Conglomerate)
- Batulanau (Siltstone)
- Batulempung (Claystone)
- Napal (Marl)

b. Golongan karbonat

Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya adalah mineral
kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (ca, Mg (CO3)2). Sumber yang
utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari kelompok binatang laut. Pada
batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan, dimana bahan penyusun merupakan
hasil rombakan dari sumbernya.

Dikenal beberapa jenis batugamping :

- Kalkarenit
- Kalsirudit
- Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal)

Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping, dikenal sebagai
“Batugamping kristalin”, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut dolomit, jika terjadi penggantian
kristal kalsit menjadi dolomit.

c. Golongan evaporit

Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan tersebut. Misalnya :

- Anhidrit yaitu garam CaSO4


- Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O
- Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.

d. Batubara

e. Kelompok yang digolongkan jenis silika

Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, bersifat kimiawi dan
kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya radiolaria dan diatomea. Contoh
batuan ini adalah :

- Shert (Rijang)
- Radiolarit
- Tanah Diatomea

 Batuan Metamorf

Batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa.
Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan,
temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses
metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia
pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa
melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006). Pada proses terbentuknya batuan metamorf
ini berlangsung dalam keadaan system termodinamika tertutup.
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh
adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Berlaku hukum
termodinamika II

- Tipe tipe metamorfosa


1. Metamorfisme Regional (Orogenik)
Metamorfisme ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi
yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai
butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai
ribuan kilometer. Proses metamorfisme memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara
puluhan juta tahun.
Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:
a. Slate (Batu sabak)
b. Filit
c. Sekis
d. Gneiss
e. Marmer
2. Metamorfisme Kontak
Metamorfisme ini terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma.
Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa
rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta
penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.

Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:


a. Hornfels
b. Kuarsit
3. Metamorfisme Impact
Merupakan tipe metamorfisme dimana terjadi akibat benda luar angkasa yang
bertubrukan dengan bumi atau ledakan vulkanik yang sangat besar. Mengakibatkan timbulnya
mineral yang hanya bisa stabil pada suhu dan tekanan yang tinggi. Lokasi metamorfismenya
biasanya membentuk kawah (crater) karena akibat tumbukan yang sangat dahsyat dari benda
luar angkasa (meteor).

Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:


a. Coesite
b. Pseudotachylite
4. Metamorfisme Burial
Metamorfisme ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah
geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah
rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida. Perubahan komposisi mineral umumnya
tidak sempurna sehingga sering ditemukan butiran mineral sisa (relict) dari batuan asalnya.
Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:
a. Zeolit
5. Metamorfisme Hidrotermal
Metamorfisme ini terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan
antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi
mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure. Biasanya
lokasi metamorfisme ini berada di daerah vulkanik, dimana terdapat hidrotermal yang cukup
melimpah.
Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:
a. Skarn
6. Metamorfisme Kataklastik/Dinamik
Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti
pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan granulasi batuan.
Jenis Batuan Metamorf yang terbentuk:
a. Milonit
b. Filonit

Dari hasil metamorfisme batuan beku dalam temperature dan tekanan tinggi yang berhubungan
dengan Entropi dan Hukum kedua Termodinamika.

Anda mungkin juga menyukai