= konduktivitas thermal
a = konduktivitas suhu (thermal diffusivity)
c = panas/kalor jenis
Kalor Jenis
Kalor jenis atau kapasitas panas per unit massa
rasio dari panas masukan Q kepada massa
peningkatan suhu T
didenisikan sebagai
m dan menghasilkan
Q
Q
c
c=
=
=
m T d V T d
c = cd
T
c p cv = (3T ) k
d
2
Konduktivitas thermal
adalah :
j = T
a = (d c p )
Simbol
Sauan SI
W m-1K-1
Satuan cgs
cal cm-1s-1C-1
Konversi
m2s-1
cm2s-1
J kg-1K-1
cal g-1C-1
( W m-1K-1 )
Mineral
Symmetry
Muskovit
monoclinic
0.84
5.1
Ortoklas
monoclinic
2.9
4.6
Gipsum
monoclinic
2.6
3.7
Kalsit
trigonal
3.2
3.7
Dolomit
trigonal
4.7
4.3
Kuarsa
trigonal
6.5
11.3
Hematit
trigonal
14.7
12.1
Anhidrit
orthorhombik
5.6
5.9
Grafit
heksagonal
355
89.4
Dengan cara yang sama ke sifat batuan lain, konduktivitas termal ditandai
oleh yang
Kandungan mineral dan sifat thermal dari mineral tersebut (terdapat pada
grafik anisotropi)
Struktur internal
a.
Granit
kandungan kuarsa
dipengaruhi
konduktivitas termal.
Pada tekanan rendah (diatas sekitar 100 MPa), konduktivitas termal meningkat
dalam kaitan terhadap retakan, fraktur, pori-pori, dan sebagainya, dan
peningkatan terhadap daerah kontak (pada butir dan batasan retakan). Ini
membuat ketergantungan non linear dari konduktivitas thermal pada tekanan
dan fenomena hysteresis sebagai hasil perubahan bentuk yang tetap.
Konduktivitas termal dari sampel sumur KTB sebagai fungsi tekanan (kiri) dan temperatur
(kanan); dhitung pada T = 540C, p = 10 MPa. G = batuan beku dari kedalaman 1793 m; A =
amphibolit dari 147 m.
Gambar mengilustrasikan ketidak linieran dari sampel batuan beku G dari lubang
bor. Ketergantungan terhadap temperatur juga digambarkan. Jika dibandingkan
dengan batuan beku, sampel A amphibolite yang lebih kompak, tidak
menunjukkan tipe retakan dikondisikan pada tekanan rendah
Material
Porosity
Pore Fluid
Air
n-heptane
Water
0.026
0.128
0.628
Berkeley s
0.3
2.9
6.49
7.11
7.41
St.Peters s
0.11
2.49
3.56
5.34
6.36
Tensleep s
0.155
2.62
3.04
4.37
5.56
Berea s
0.22
1.68
2.39
3.74
4.48
Teapot s
0.29
1.09
1.54
2.65
4.05
Tabel Konduktivitas termal dari batupasir dengan variasi fluida pengisi pori.
SUMMARY
Kapasitas panas tergantung pada tipe dari proses thermal
Di antara batuan yang membentuk mineral, kwarsa dan
mineral yang dikandung pada batuan metamorf
(kyanite, andalusite) memiliki konduktivitas thermal
relative tinggi
Konduktivitas thermal anisotropi (dan diffusivitas thermal) utamanya dimulai dari
tiga sebab :
1. Anisotropi kristal dari batuan individu yang membentuk mineral
2. Intrinsik atau anisotropi structural dihasilkan dari pembentukan mineral dan
penempatannya di dalam batuan
3. Bentuk dan geometri dari retakan, pecahan, dan gangguan lainnya
Pada sedimen berpori, sifat termal sangat dipengaruhi oleh
perbedaan yang jelas antara sifat termal material matriks padat
(mineral) dengan berbagai pori-pori yang mengisi meterial.
Unconsolidated sediments
Marine unconsolidated
sediments merupakan
tipe utama dari batuan
sediment, yang ditandai
dengan porositas yang
tinggi dan ikatan yang
lemah antara butirnya
Gambar di samping,
merupakan grafik
hubungan antara
konduktivitas panas dan
kandungan air (berat %).
A log-log presentation
hasil dari kurva konduktivitas panas vs
tekanan berupa korelasi linear. Hal ini
sesuai dengan persamaan berikut:
= 0. p /
p)
Review
Panas specific
1 n
C p = Vti.di.C pi
d i =1
Vi = pecahan
volume dari
komponen i
Cpi = panas specific
dari komponen i
di = densitas
komponen i
Konduktivitas Panas
parallel model
n
// = Vi.i
i =1
series model
1
= Vi.
i =1
//
= (1 ). m + . p
(
)
=
[
1
/
+
.
]
m
p
Tinjauan
Kalor jenis sebagai besaran skalar dapat digambarkan sebagai hubungan sederhana
dari tipe persamaan (3-2)
n
cp
dengan
Vi
cp,i
di
1
=
d
V
i =1
d i c p 'i
hubungan di atas valid untuk batuan konsisten yang terdiri dari n komponen (mineral, pori
terisi material).
konduktivitas panas sebagai tensor bergantung pada fraksi volum dan konduktivitas panas
penyusun batuan, distribusinya, geometrinya, dan struktur internal, serta kondisi transfer
panas pada hubungan antaranya. Keistimewaan rumit ini membuat teori semakin sulit.
=
- Model Seri
1 =
V
i =1
V
i =1
i
i
paralel = (1 ) m + p
1
seri = [ (1 ) / m + / p
]1
Gambar 8.17 Kelompok model lembaran (sheet) untuk menghitung konduktivitas panas
Keterangan: 1 model paralel 2 model seri 3 model oleh Krischer dan Esdorn (1956)
mmatrix pcairan pori.
1
H = ( paralel + seri )
2
i=1
g =
1
m
A
= m 1 Do e p*
= m
( 2 + 1) 2 ( 1)
( 2 + 1) + ( 1)
Partikel
(porositas tinggi)
3 2( 1)
= p
3 + ( 1)
(Parrot dan Stuckes,1975)
Brailsford dan Major (1964) membangun suatu persamaan untuk suatu model dalam dua
komponen padat (1,2) yang memiliki konduktivitas berbeda dicelupkan ke dalam suatu
fluida kontinu fase ketiga (3):
3C 3 3 C1
3C 3
3C 2 2
3C 2
+
+
= C1 +
+
+
+
+
+
2
1
2
1
3 1
1
2
1
3
asumsi utamanya:
1 Anisotrop intrinsik inklusi dan material matrix dapat
diabaikan. Medan kalor di dalam inklusi adalah homogen.
2 Tidak ada interaksi antar inklusi yang berbeda, dan
untuk perhitungannya digunakan hubungan untuk model
suatu medium yang terdiri hanya satu inklusi terisolasi
dalam satu matrix.
Karakterisasi panas model diberikan oleh rasio antara konduktivitas panas inklusi dan matrix, dan
karakterisasi geometri diberikan oleh konsentrasi volum inklusi (atau porositas) dan aspek rasio
inklusi.
Hasilnya menunjukkan bahwa efektivitas konduktivitas panas dari material komposit mayoritas
bergantung pada,
1. Porositas dan saturasi material pori
2. Aspek rasio: untuk kasus dengan inklusi oblat (retakan) dengan , anisotrop lebih berat daripada
untuk kasus inklusi prolat ketika atau , perhitungan konduktivitas cenderung mendekati nilai
asimptotik yang digunakan untuk kasus terbatas oleh persamaan 8-38 dan 8-39 (media serat dan
berlapis berturut-turut). Sehingga, untuk medium dengan menjadi makroskopis seperti medium
berlapis.
Perbandingan dengan data eksperimen untuk batu pasir (pengukuran Woodside dan Maessmer,
1961) menjelaskan kurva pendekatan yang baik bisa dicapai dengan perhitungan konduktivitas
panas terhadap porositas di bawah asumsi segi perbandingan diantara 0.05 dan 0.1.
i =1
3V i ( 2 + i ) 1
1 = 3 (2 + p ) 1 + 3 (1 ) (2 + m ) 1
dengan , m dan p adalah konduktivitas panas batuan, matrix, dan pori terisi mineral
Gambar 8.22 Perbandingan diantara eksperimen dan teori konduktivitas panas terhadap
porositas; P-paralel S-seri E-teori medium efektif; m = 7,7 W/Mk p = 0,6 W/mK; -batu pasir
jenuh air; Woodside dan Messmer (1961).
grain b
grain
s +
1 = 2 = 1
pore a
pore
c
b
1
b
p
+
+
a
a
a
p
1
grain b 1 grain b
b
a b
1
s +
p 2 + 2 c
3 = 1
pore a
pore a
a b a
p
transformasi ke dalam sistemikro berperan penting untuk hubungan berikut pada konduktivitas
panas
1 = 2 = paralel = 1 cos 2 + 3 sin 2
paralel
A =
seri
1
+ tan 2
3
1
=
=
1
3
tan 2 + 1
3
Persamaan 8-64 smapai 8-67 menunjukkan, bahwa konduktivitas panas tergantung pada:
a) konduktivitas panas pada unsur pokok (kandungan)
b) Dimensi model. Tercatat bahwa dimensi digambarkan hanya sebagai perbandingan reratanya bahwa
konduktivitas panas tergantung pada porositas dan bentuk butir, tapi tidak secara pokok pada ukuran butir.
c) struktur internal, digambarkan oleh struktur sudut.
Gambar 8.24 konduktivitas panas normal vertical 3/ s terhadap porositas, dihitung untuk model
dengan struktur internal, struktur sudut = 45o