Sifat magnet pada batuan dipengaruhi oleh kandungan mineral pada batuan
tersebut.Sifat magnetik pada mineral ini dikaji secara mendalam dalam bidang paleomagnetisme
atau kemagnetan purba. Stabil tidaknya magnetisasi pada suatu batuan sangat tergantung pada
jenis mineral dan ukurannya. Sifat magnetik pada batuan ini juga berperan dalam metode
geomagnetik untuk eksplorasi.
1. Dari keluarga besi-titanium oksida antara lain magnetite (Fe3O4 ) atau karat (Fe2O3) dan
maghemite (Fe2O3).
2. Dari keluarga sulfida-besi antara lain pyrite (FeS2) dan pyrrhotite (Fe7S8),
3. Golongan hidroksida besi antara lain goethite (FeOOH).
Setiap jenis batuan memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet yang
dimanifestasikan dalam parameter susceptibilitas magnetik batuan atau mineralnya (k).
Susceptibilitas magnet batuan merupakan tingkat kemagnetan suatu benda untuk termagnetisasi,
yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar
kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya.
Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak
mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi.
Dengan adanya perbedaan dan sifat khusus dari tiap batuan dan mineral inilah yang melandasi
digunakannya metode magnetik untuk kegiatan eksplorasi maupun kepentingan geodinamika.
Susceptibilitas suatu magnet batuan berpengaruh terhadap besarnya Intensitas magnetik batuan
tersebut.Pengaruh tersebut dapat digaaambarkan dengan persamaan
I = k. H
Nilai k pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai
mineral-mineral bersifat magnetik. Berdasarkan nilai k dibagi tiga kelompok jenis material dan
batuan peyusun litologi bumi, yaitu:
1. Diamagnetik
Memiliki nilai susceptibilitas (k) negatif dan kecil artinya Orientasi elektron orbital substansi ini
selalu berlawanan arah dengan magnet luar, sehinggga medan totalnya selalu berkurang. Sebagai
contoh adalah grafit, marbele, kuarsa, marmer, garam dan anhidrit atau gypsum.
2. Paramagnetik
Memiliki arah sama dengan medan luarnya sehingga harga susceptibilitas magnetiknya (k)
bernilai positif namun kecil.Sifat-sifat paramagnet akan timbul bila atom atau molekul suatu
bahan memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan interaksi antara atom
adalah lemah. Pada umumnya momen magnet menyebar acak, tetapi bila diberi medan magnet
luar momen tersebut akan mengarah sesuai dengan arah medan luar tersebut. Sebab-sebab sifat
paramagnet ialah karena tidak seimbangnya putaran momen magnet elektron.Contoh mineral
yang termasuk pada jenis ini adalah olivine dan biotit.
3. Ferromagnetik
Memiliki harga susceptibilitas magnetik (k) positif dan besar, yaitu sekitar kali dari
diamagnetik/paramagnetik. Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu
pada suhu diatas suhu curie sifat kemagnetannya hilang.Atom-atom dalam bahan-bahan
ferromagnet memiliki momen magnet dan interaksi antara atom-atom tetangganya begitu kuat
sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar
yang diimbaskan, bahkan dengan tidak adanya magnet dari luar. Contoh mineral yang termasuk
jenis ini adalah besi dan nikel.
Cat