Anda di halaman 1dari 2

SIFAT KEMAGNETAN BATUAN

Batuan yang merupakan material pembentuk kerak bumi memiliki sifat- sifat yang
dapat diperikan dan digunakan untuk membedakan antara satu dengan yang
lainnya.Salah satu sifat batuan yang biasanya diperikan adalah sifat kemagnetan
batuan.
Sifat magnet pada batuan dipengaruhi oleh kandungan mineral pada batuan
tersebut.Sifat magnetik pada mineral ini dikaji secara mendalam dalam bidang
paleomagnetisme atau kemagnetan purba. Stabil tidaknya magnetisasi pada suatu
batuan sangat tergantung pada jenis mineral dan ukurannya. Sifat magnetik pada
batuan ini juga berperan dalam metode geomagnetik untuk eksplorasi.
Namun istilah mineral magnetik biasanya digunakan bagi mineral yang tergolong
feromagnetik dalam batuan dan tanah (soils), keluarga besi-titanium oksida,
sulfida-besi, dan hidroksida besi (Bijaksana, 2002).
Contoh mineral-mineral magnetik tersebut di antaranya adalah :
Darri keluarga besi-titanium oksida antara lain magnetite (Fe3O4 ) atau karat
(aFe2O3) dan maghemite (gFe2O3).
Dari keluarga sulfida-besi antara lain pyrite (FeS2) dan pyrrhotite (Fe7S8),
Golongan hidroksida besi antara lain goethite (aFeOOH).
Setiap jenis batuan memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet
yang dimanifestasikan dalam parameter susceptibilitas magnetik batuan atau
mineralnya (k). Susceptibilitas magnet batuan merupakan tingkat kemagnetan suatu
benda untuk termagnetisasi, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan
mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam
batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk
pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor
kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi. Dengan
adanya perbedaan dan sifat khusus dari tiap batuan dan mineral inilah yang
melandasi digunakannya metode magnetik untuk kegiatan eksplorasi maupun
kepentingan geodinamika.
Susceptibilitas suatu magnet batuan berpengaruh terhadap besarnya Intensitas
magnetik batuan tersebut.Pengaruh tersebut dapat digaaambarkan dengan
persamaan
I = k. H
I = intensitas magnetik
H = kuat medan magnet
Nilai k pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak
dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik. Berdasarkan nilai k dibagi tiga kelompok
jenis material dan batuan peyusun litologi bumi, yaitu:
1. Diamagnetik
Memiliki nilai susceptibilitas (k) negatif dan kecil artinya Orientasi elektron orbital
substansi ini selalu berlawanan arah dengan magnet luar, sehinggga medan totalnya
selalu berkurang. Sebagai contoh adalah grafit, marbele, kuarsa, marmer, garam dan
anhidrit atau gypsum.
2. Paramagnetik
Memiliki arah sama dengan medan luarnya sehingga harga susceptibilitas
magnetiknya (k) bernilai positif namun kecil.Sifat-sifat paramagnet akan timbul bila
atom atau molekul suatu bahan memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat
medan luar dan interaksi antara atom adalah lemah. Pada umumnya momen magnet
menyebar acak, tetapi bila diberi medan magnet luar momen tersebut akan
mengarah sesuai dengan arah medan luar tersebut. Sebab-sebab sifat paramagnet
ialah karena tidak seimbangnya putaran momen magnet elektron.Contoh mineral
yang termasuk pada jenis ini adalah olivine dan biotit.
3. Ferromagnetik
Memiliki harga susceptibilitas magnetik (k) positif dan besar, yaitu sekitar kali dari
diamagnetik/paramagnetik. Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh
keadaan suhu, yaitu pada suhu diatas suhu curie sifat kemagnetannya
hilang.Atom-atom dalam bahan-bahan ferromagnet memiliki momen magnet dan
interaksi antara atom-atom tetangganya begitu kuat sehingga momen semua atom
dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan,
bahkan dengan tidak adanya magnet dari luar.
Contoh mineral yang termasuk jenis ini adalah besi dan nikel.
Pada tabel dapat dilihat daftar kerentanan magnetik (k) beberapa jenis batuan dan
mineral yang umum dijumpai.

Anda mungkin juga menyukai