Anda di halaman 1dari 12

Interpretasi Anomali Magnetik untuk Mengetahui Keberaan Mineral Sulfida

Laporan Tugas
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Metodelogi Penelitian

Oleh :
M.Farhan (2004107010050)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi dalam bidak eksplorasi sumber daya alam bawah permukaan semakin
dikembangkan seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia.Batuan dan kandungan mineral
di bawah permukaan bumi tidak dapat dilihat secara kasat mata. Para peneliti di duunia
melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi baik itu dalam model
bentuk maupun kedalam.Banyak metode geofisika yang dapat digunakan dalam mengeksplorasi
sumber daya alam bawah permukaan. Salah satunya metode yang dapat digunakan untuk
membuat model bawah permukaan bumi adalah metode magnetik.
Metode magnetik adalah metode yang sering digunakan dalam eksplorasi bawah permukaan
seperti pada eksplorasi panas bumi, minyak bumi, penyelidikan batuan dan kandungan mineral
batuan serta dapat diterapkan dalam pencairan prospeksi benda–benda arkeolog. Metode inidapat
digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan serta keberadaan mineral logam yang
terdapat di bawah permukaan. Pengoprasian alat juga relatif sederhana, mudah dan cepat jika
dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Sesuai namanya metode magnetik bekerja
berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi.Dengan
menggunakan metode magnetik, data yang diperoleh akn menggambarkan kontur anomali
medan magnetik batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dalam survei ini, yang
menjadi target pengukuran adalah variasi medan magnet yang terukur di permukaan, atau
dikenal sebagai anomali magnetik. Pengolahan anomali magnetik berupa pemodelan bawah
permukaan menghasilkan nilai suseptibilitas yang akan digunakan untuk menginterpetasikan
kondisi bawah permukaan.
Penentuan nilai suseptibilitas batuan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
suseptibilitas sampel batuan di laboratorium. Pengukuran suseptibilitas magnetik dari sampel
yang diambil dari alam akan memberikan informasi tentang mineral yang terkandung di dalam
sampel tersebut. Nilai suseptibilitas magnetik batuan selalu berada antara satu dengan lainnya.
Hal ini menyebabkan suseptibilitas batuan menyebar secara tidak merata di permukaan. Besar
kecilnya nilai suseptibilitas batuan di pengaruhi oleh litologi dan kandungan mineralnya.
Semakin besar kandungan mineral magnetik di dalam batuan, maka akan semakin besar pula
nilai suseptibilitasnya dan begitu juga sebaliknya. Perbedaan suseptibilitas itu sendiri pada
dasarnya diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral yang bersifat feromagnetik,
paramagnetik, dan diamagnetik.
Penelitian ini dilakukan di Gampong Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh
Besar, Provinsi Aceh . Jadi disini saya selaku penulis ingin mempelajari dari penelitian yang
dilakukan di daerah tersebut agar saya lebih paham untuk melakukan penelitian di wilayah saya
sendiri. Maka topik dari penelitian ini adalah ” Interpretasi Anomali Magnetik untuk Mengetahui
Keberaan Mineral Sulfida”
1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola sebaran anomali magnetik di sekitar daerah penelitian?
2. Bagaimana membuat model 2D menggunakan prangkat lunak Magpick dan Mag2DC?
3. Bagaimana informasi keberadaan mineral sulfida di daerah penelitian berdasarkan metode
magnetik?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran anomali magnetik di wiayah Aceh
Besar, membuat model 2D bawah permukaan dan melakukan interpretasi keberadaan batuan
pembawa mineral sulfida berdasarkan pemodelan menggunakan metode magnetik.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi anomali magnetik daerah penelitian.
2. Memberikan informasi mengenai gambaran 2D bawah permukaan daerah penelitian.
3. Memberikan informasi mengenai keberadaan batuan pembawa mineral sulfida di daerah
penelitian.
4. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk dapat melakukan pengolahan dan interpretasi
magnetik.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Metode Magnetik

Metode magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang seringkali
digunakan dalam rangka eksplorasi mineral logam maupun non logam yang beasosiasi dengan
mineral yang memiliki karakteristik magnetik (mengandung unsur Fe). Metode magnetik sangat
mudah digunakan dan cepat, sehingga bisa diaplikasikan untuk daerah yang luas, tetapi
kelemahan dari metode magnetik ini adalah dia memiliki resolusi vertikal yang rendah seperti
kelemahan metode potensial lainnya seperti metode gravity.Oleh karena itu metode magnetik
umumnya digunakan untuk survey pendahuluan untuk memperkirakan sebaran atau luas dari
daerah yang prospek sebelum dilajutkan dengan survey geofisika lainnya yang memiliki resolusi
vertikal yang bagus.Prinsip dasar dari metode magnetik ini adalah derajat dari kemagnetan
batuan yang terinduksi dengan medan magnet bumi. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan sifat
kemagnetan suatu mineral.

2.1.1 Gaya Magnetik


Gaya magnetik adalah gaya tarik atau gaya tolak yang terjadi akibat adanya hubungan antara
dua kutub magnetic pada jarak tertentu. Apabila kutub magnetik memiliki arah yang berbeda,
maka akan menimbulkan gaya magnetik yang saling tarik menarik. Sedangkan kutub dengan
arah yang sama akan menimbulkan gaya magnet yang saling tolak menolak. Dasar dari
hubungan ini adalah hukum coloumb yang berbunyi bahwa ggaya magnetic akan berbanding
terbalik terhadap kuadrat jarak antara dua kutub magnetic. Kutub magnetic yang terpisah pada
jarak r, masing-masing memiliki muatan sebesar m1 dan m2.
𝐹⃗ = 1 𝜇 P1P2 𝑟² 𝑟⃗
Dengan 𝐹⃗ adalah gaya magnet pada P1, P2, r dalah vektor satuan berarah dari P1 ke P2. Muatan
kutub 1 dan kutub 2 ditunjukkan oleh P1, P2 , dan 𝜇 adalah permeabilitas Medium magnetik
(untuk ruang hampa).
Gaya magnet 𝐹⃗ persatuan muatan P1 didefinisikan sebagai kuat medan magnet yang terukur
(H). Dengan demikian kuat medan magnet pada suatu titik berjarak r dari P1 dapat dituliskan
sebagai berikut :
𝐻⃗⃗ = 𝐹⃗ 𝑃1 = 1 𝜇 P1 𝑟² 𝑟⃗
Dengan H adalah kuat medan magnet yang terukur. Jika suatu benda termagnetisasi oleh medan
magnet H, mka besar intensitas magnet (I) yang dialami benda tersebut adalah :
𝐼 ⃗ = 𝑘𝐻⃗⃗
Dimana :
k =suseptibilitas magnetic
𝐻⃗⃗ =kuat medan bumi (0.6 gauss = 6 x 10-5 T = 6 x 104 nT)
𝐼 ⃗ =intensitas magnetic

2.1.2 Suseptibilitas Batuan dan Mineral


Suseptibilitas magnetik adalah kemampuan suatu material termagnetisasi yang ditentukan oleh
nilai suseptibilitas kemagnetan (k). Faktor yang mempengaruhi nilai suseptibilitas magnet suatu
batuan adalah kandungan mineral batuan dan litologi batuan. Suatu batuan relatif memiliki
suseptibilitas kemagnetan (k), jika batuan tersebut mengandung banyak mineral yang bersifat
magnetik seperti Fe Ti O2. Besarnya nilai suseptibilitas batuan ditunjukkan pada persamaan
berikut.
𝑀 = 𝑘𝐻⃗⃗
Secara umum setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam medan
magnet yang memudahkan dalam pencarian bahan-bahan tersebut, kemudian dianalisis dan
diklasifikasikan.

2.1.3 Medan Magnetik


Medan magnet merupakan sebuah gambaran yang biasa kita gunakan untuk
merepresentasikan bagaimana gaya magnet terdistribusi diantara suatu benda bermagnet atau
disekitar benda bermagnet tersebut.Seperti yang sudah kita ketahui bahwa magnet memiliki dua
kutub dimana jika kita dekatkan dua buah magnet maka dapat terjadi gaya tarik-menarik ataupun
gaya tolak-menolak tergantung kutub-kutub yang didekatkan. Selain itu, kita juga tahu bahwa
gaya tarik-menarik atau tolak-menolak tersebut memiliki batas jangkauan disekitar magnet
tersebut yang tidak bisa kita lihat. Medan magnet dapat mendeskripsikan bagaimana gaya yang
tidak terlihat tersebut disekitar magnet. Sesuai dengan hukum Ampere, besar medan magnet
yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus:
dimana I adalah besar arus listrik, r jarak dari kabel, dan   merupakan konstanta permeabilitas (
).

2.1.4 Induksi Magnetik

Induksi magnetik atau kerapatan fluks magnetik adalah perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh adanya arus listrik. Mereka memodifikasi sifat ruang yang mengelilinginya,
menciptakan bidang vektor.Vektor induksi magnetik, kerapatan fluks magnetik atau hanya
medan magnet B, memiliki tiga ciri-ciri khas: intensitas diungkapkan oleh nilai numerik, arah
dan juga rasa yang diberikan pada setiap titik dalam ruang. Hal ini disorot dalam huruf tebal
untuk membedakannya dari jumlah murni numerik atau skalar.

2.1.5 Intensitas Magnetik

Ketika sebuah magnet diletakkan dalam medan magnet, itu mengubah momen magnetnya.
Intensitas Magnetisasi didefinisikan sebagai perubahan momen magnetik per satuan volume.

Rumus Intensitas Magnetisasi diberikan sebagai:

I = M⁄V

Momen magnetik, M = mx

Volume, V= Ax

⇒ I = mx ⁄ A x = m ⁄ A

Dimana :

m = adalah kekuatan tiang,


A = adalah luas penampang,
x = adalah panjang magnet, &
I = adalah intensitas magnetisasi.
2.2 Kemagnetan Pada Bumi

Medan magnet Bumi, disebut juga medan geomagnetik, adalah medan magnet yang


menjangkau dari bagian dalam Bumi hingga ke batas di mana medan magnet bertemu radiasi
matahari. Besarnya medan magnet Bumi bervariasi antara 25 hingga 65 mikrotesla (0.25 hingga
0.65 gauss). Kutub-kutub medan magnet Bumi diperkirakan miring sepuluh derajat terhadap
aksis Bumi, dan terus bergerak sepanjang waktu akibat pergerakan besi paduan cair di dalam inti
luar Bumi.
Medan magnet Bumi memantulkan sebagian besar angin matahari, yaitu arus partikel
bermuatan dari matahari yang mampu mengionisasi lapisan atmosfer Bumi. Gas-gas yang
terkena angin matahari dapat terperangkap dalam gelembung medan magnet yang dapat terbawa
arus angin matahari, sebuah proses yang mungkin pernah terjadi di planet Mars. Studi mengenai
medan magnet Bumi pada masa lalu disebut dengan Paleomagnetisme. Polaritas dari medan
magnet Bumi terekam dalam bebatuan, dan pembalikan medan magnet Bumi terkema di dalam
garis-garis yang terbentuk ketika pembentukan bebatuan terjadi. Paleomagnetisme juga dapat
menjadi sarana perekaman geokronologi batuan dan sedimen. Medan mangetik Bumi juga
menyebabkan bebatuan yang mengandung bijih tambang dari unsur ferromagnetik lebih mudah
dicari karena menyebabkan anomali magnetik Bumi.

2.3 Kemagnetan pada Batuan


Kemagnetan batuan adalah kajian tentang sifat magnetik batuan yang terjadi karena adanya
proses perekaman sifat magnetik dimana minaral magnetik yang terdapat dalam batuan menjadi
pelakunya, atau dengan kata lain mineral magnetik yang terkandung dalam batuan sebagai
pembawa sifat magnetik batuan.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengolahan Data Awal
Pengambilan data magnetic bertujuan untuk mengamati besaran medan magnetic total (H)
bumi pada titik tertentu. Dari data yang diperoleh akan di dapatkan benda magnet terinduksi
dimana nilai medan magnet (H) tersebut harus dikurangi oleh nilai medan magnet yang disebut
anomaly magnetik.
Data yang diperoleh dari lapangan belumlah berupa data yang menunjukkan nilai anomaly
magnetic melainkan masih berupa data mentah hasil pengukuran di lapangan masih terdapat
pengaruh dari dalam dan luar bumi. Oleh karenanya dibutuhkan suatu koreksi terhadap data
lapangan tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan nilai anomaly magnetic yang sudah tidak
dipengaruhi oleh nilai magnetic dari dalam dan luar bumi tersebut.Terdapat 2 koreksi utama
yang diterapkan pada data lapangan yaitu koreksi IGRF dan Koreksi Harian. Selain itu dilakukan
juga koreksi drift yang berfungsi sebagai factor koreksi data base.
3.1.1 Koreksi IGRF (International geomagnetic Reference Field)
Koreksi IGRF merupakan koreksi secara regional yang dilakukan terhadap data
magnetic terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi. Koreksi ini
bersifat global. Koreksi ini dilakukan dengan cara mengurangkan nilai medan mag net yang
terbaca dengan nilai IGRF daerah tersebut. Data hasil pengukuran medan magnetik pada
dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali
IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian
pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah
dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0

Dimana H0 = IGRF

3.1.2 Koreksi Harian (Diurnal Correction)


Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik
bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang
dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di
setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif,
maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada
waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi
harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi,
datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian

3.1.3 Koreksi Drift (Drift Correction)


Koreksi ini dilakukan pada base camp yang telah terlebih dahulu dioreksi terhadap base
station. Hasil koreksi digunakan untuk mengkoreksi nilai bacaan pada tiap-tiap titik ukur
(ststion).
3.2 Anomali Magnetik
Anomali magnetik merupakan medan magnetik yang bersumber dari sebaran benda atau
batuan bawah permukaan bumi yang termagnetisasi. Menurut Telford et.al. suatu volume batuan
yang terdiri atas mineral-mineral magnetik dapat dianggap sebagai dipol magnetic. Pemodelan
sumber anomali magnetik bawah permukaan dilakukan menggunakan Mag2DC for Windows.
Langkah awal pemodelan adalah membuat line section (lintasan) dari anomali positif menuju
anomali negatif (pasangan dipol) yang diduga sebagai sumber anomali magnetik di atas peta
kontur anomali magnetik residual. Lintasan diletakkan di atas zona yang diperkirakan merupakan
sumber anomali magnetik paling kuat, namun harus melalui titik-titik ukur yang original dan
bukan sekedar hasil interpolasi, seperti terlihat pada gambar di bawah.

Anda mungkin juga menyukai