Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RESUME METODE GEOFISIKA UNTUK

EKSPLORASI MINERAL

EKSPLORASI GEOFISIKA CEBAKAN MINERAL I

Dosen Pengampu:

Jarwinda, S.Si., M.T,

Dibuat Oleh:

Nicholas Perrin Simanjuntak 121370188

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2024
1. METODE MAGNETIK

1.1 Pengertian dan Tujuan

Metode Magnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki
kondisi bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Metode
ini banyak digunakan dalam eksplorasi bahan galian yang bernilai ekonomis seperti
emas, perak, timah, bijih besi, dan lain-lain. Metode magnetik digunakan dalam survei
pendahuluan untuk eksplorasi mineral karena memiliki sifat yang spontan ketika
mendeteksi benda-benda di bawah permukaan tanah dengan pengukuran yang dilakukan
di atas permukaan Kapabilitas suatu bahan untuk termagnetisasi bergantung pada
suseptibilitas kemagnetan yang dimiliki bahan tersebut. Anomali magnetik
merupakan variasi nilai kemagnetan suatu material dengan material lainnya. Metode
magnetik sering digunakan dalam memetakan struktur geologi berskala besar, batas
kontak litologi suatu batuan akibat faktor mineral-mineral yang bersifat magnetik yang
akan mempengaruhi besar kecilnya nilai suseptibilitas suatu batuan. Metode magnetik
telah digunakan untuk mengidentifikasi profil bawah permukaan bumi seperti untuk
mengetahui sistem sesar, struktur bawah permukaan dan tujuan lainnya. Anomali medan
magnetik bumi disebabkan karena adanya magnetisasi induksi dan remanen. Anomali
magnetik dihasilkan karena adanya magnetisasi induksi sekunder dalam suatu bongkahan
yang terdapat unsur logam seperti besi (Fe) dan lainnya di dalam bumi. Metode magnetik
memiliki kelebihan berupa pengukuran yang relatif mudah dilakukan, akumulasi data
berkecepatan tinggi pada daerah penelitian yang relatif luas, waktu yang relatif cepat,
serta biaya yang tidak terlalu besar

1.2 Prinsip Kerja

Pada Prinsipnya didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet di


permukaan bumi yang diakibatkan oleh distribusi benda yang termagnetisasi di bawah
permukaan. Variasi sifat kemagnetan diindikasikan sebagai variasi besarnya nilai
suseptibilitas. Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemagnetan yang
menunjukkan sifat kemagnetan suatu benda atau batuan. Varasi intensitas magnetik yang
terukur ditafsirkan sebagai bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan bumi
dijadikan dasar pendugaan keadaan geologi bawah permukaan bumi.

Teori fisika yang mendasari metode ini adalah hukum coulumb yang menyatakan 2
buah kutub magnetik yang berjarak dengan permebialitas magnetik yang menunjukkan
sifat medium sehingga gaya magnetik yang ditimbulkan oleh kedua kutub adalah :

Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan jarak r dari muatannya dapat dinyatakan :

Suatu benda dalam medan magnetik maka akan terjadi polarisasi magnetik (intensitas
magnetisasi) pada suatu medan magnet lemah dengan k adalah suseptibilitas. Dengan
persamaan :

Apabila suatu benda magnetik didekatkan dengan medan magnetik maka benda tersebut
akan termagnetisasi termagnetisasi dan menghasilkan medan sendiri yang kemudian
menambah medan, sehingga sekarang yang terukur adalah medan total yang didefinisikan
sebagai induksi magnetik yang merupakan jumlah dari medan magnetic benda dengan
medan magnetik utama. Dimana magnetik remanennya diabaikan dan berdasarkan
persamaan diatas, parameter kerentanan magnetik sangat penting karena menyatakan
tingkat magnetisasi benda akibat pengaruh medan lain. Kerentanan magnetik k
merupakan parameter yang menyebabkan timbulnya anomali magnetik yang memiliki
sifat khas setiap mineral dan logam. Semakin besar nilai k maka semakin besar
kandungan mineral dalam sebuah material, begitu juga sebaliknya
1.3 Alat Metode Magnetik

Eksplorasi mineral menggunakan metode magnetik merupakan pendekatan penting dalam


geofisika untuk mengidentifikasi dan memetakan mineral-mineral dan formasi geologi
berdasarkan anomali medan magnet bumi. Beberapa alat khusus, atau magnetometer,
digunakan untuk mengukur perbedaan kecil dalam intensitas medan magnet lokal yang
disebabkan oleh keberadaan mineral tertentu. Berikut adalah penjelasan tentang berbagai
jenis magnetometer yang sering digunakan dalam eksplorasi mineral:

• Magnetometer Proton Precession (PPM)


Magnetometer proton precession mengukur intensitas total medan magnet bumi
dengan memanfaatkan fenomena presepsi proton. Alat ini memanfaatkan sifat proton
di dalam air atau dalam zat hidrokarbon yang, ketika dipolarisasi oleh medan magnet
kuat dan kemudian dilepaskan, presepsi atau "berputar" kembali ke kesesuaian
dengan medan magnet bumi pada frekuensi yang sangat spesifik. Frekuensi ini secara
langsung proporsional dengan intensitas medan magnet lokal, memberikan
pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan. PPM sangat cocok untuk survei darat
karena kemampuannya untuk menghasilkan data yang konsisten di berbagai kondisi
geologis.

• Overhauser Magnetometer
Mirip dengan PPM dalam prinsip dasarnya, Overhauser Magnetometer menggunakan
efek Overhauser, di mana polarisasi proton ditingkatkan melalui interaksi antara
elektron dan proton dalam kehadiran medan magnet dan radiasi frekuensi radio
tertentu. Ini menghasilkan sinyal yang lebih kuat dan pengukuran yang lebih sensitif
daripada PPM, serta lebih efisien dari segi energi. Overhauser magnetometer sangat
berguna dalam survei yang memerlukan resolusi tinggi dan sensitivitas tinggi
terhadap perubahan kecil dalam medan magnet.

• Magnetometer Cesium Vapor


Menggunakan uap cesium, magnetometer jenis ini mengukur medan magnet dengan
memanfaatkan perubahan energi atom cesium ketika terpapar medan magnet.
Magnetometer Cesium Vapor dikenal dengan sensitivitas dan resolusi yang sangat
tinggi, membuatnya ideal untuk aplikasi eksplorasi detail yang memerlukan pemetaan
anomali magnetik dengan sangat akurat.

• Fluxgate Magnetometer
Magnetometer fluxgate mengukur komponen vektor medan magnet dengan
menggunakan dua inti feromagnetik. Alat ini sangat sensitif terhadap perubahan
medan magnet dan biasanya digunakan dalam aplikasi yang memerlukan pengukuran
medan magnet secara kontinu atau di tempat-tempat dengan variasi medan magnet
yang halus, termasuk studi arkeologi dan deteksi UXO.

• Gradiometer Magnetik
Gradiometer magnetik adalah instrumen yang menggunakan dua atau lebih
magnetometer untuk mengukur perbedaan (gradien) medan magnet antara berbagai
titik. Dengan mengukur gradien medan magnet, gradiometer dapat mengidentifikasi
objek atau struktur geologi dangkal dengan lebih baik, karena perbedaan lokal dalam
medan magnet lebih mudah terdeteksi.

• Aeromagnetometer (Magnetometer Udara)


Aeromagnetometer adalah magnetometer yang dipasang pada pesawat atau drone
untuk melakukan survei magnetik dari udara. Alat ini memungkinkan pemetaan area
yang luas dengan cepat dan efisien, sangat berguna untuk eksplorasi mineral di area
yang sulit diakses atau terlalu besar untuk dijelajahi dengan survei darat saja.
Aeromagnetometer dapat memberikan gambaran umum tentang anomali magnetik di
suatu area, yang kemudian dapat diteliti lebih lanjut dengan metode darat untuk detail
yang lebih spesifik.
2. METODE GEOLISTRIK

2.1. Pengertian dan Tujuan

Metode geofisika lain yang baik digunakan dalam eksplorasi mineral emas adalah
metode geolistrik resistivitas dan induced polarization (IP). Metode resistivitas dan IP
mampu menggambarkan kondisi bawah permukaan dengan resolusi yang tinggi.
Parameter yang terukur dari metode ini yaitu resistivitas dan chargeability. Resistivitas
tinggi merupakan respons dari hadirnya mineral silika dalam zona mineralisasi,
sedangkan chargeability tinggi mempresentasikan adanya kandungan mineral logam.

Metode geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912.
Salah satu metode geolistrik adalah metode resistivitas atau tahanan jenis. Metode ini
mempelajari struktur bawah permukaan berdasarkan beda nilai resistivitas pada batuan
terhadap kedalaman. Survei resistivitas listrik telah digunakan selama beberapa dekade
di hidrogeologis, pertambangan, dan investigasi geoteknis. Metode geolistrik adalah
salah satu metode dalam geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan dengan memanfaatkan sifat-sifat aliran listrik dengan cara mengalirkan arus
listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi
arus listrik ini menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke
dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang AB maka aliran arus listrik dapat
menembus lapisan batuan lebih dalam. Sedangkan dua buah elektroda potensial yang
berada di dalam konfigurasi digunakan untuk mengukur beda potensialnya.

Survei geolistrik di lapangan dilakukan dengan cara mengalirkan arus ke dalam tanah
melalui 2 elektroda arus (C1 dan C2) dan responsnya (beda potensial) diukur melalui 2
elektroda potensial (P1 dan P2). Berdasarkan konfigurasi elektroda dan respon yang
terukur maka sifat kelistrikan batuan yang berada di bawah permukaan dapat
diperkirakan.

2.2 Prinsip Kerja


Geolistrik merupakan merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui pe-
rubahan nilai resistivitas lapisan batuan di bawah permukaan bumi dengan cara
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai potensial tinggi. Konsep
dasar pengukuran ini adalah berupa beda potensial dari berb- agai jenis batuan di bawah
permukaan, dari hasil penginjeksian arus tersebut. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2
(dua) buah Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak
tertentu. Semakin panjang (jauh) jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik
bisa menembus lapisan batuan lebih dalamAkibat diinjeksinya arus listrik tersebut maka
akan menimbulkan poten- sial listrik pada batuan di bawah permukaan. Perbedan
potensial listrik yang terjadi di permukaan bumi diukur dengan menggunakan multimeter
yang di- hubungkan melalui 2 (dua) buah Elektroda Potensial M dan N yang jaraknya
lebih pendek dari pada jarak elektroda AB.

Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegan- gan listrik yang
terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan infor- masi jenis batuan yang ikut
terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman
lapisan batuan dibawah permukaan bumi yang dapat ditembus arus listrik tersebut adalah
sama dengan setengah dari jarak elektroda AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan
arus listrik DC mumi), maka dapat diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik
ini adalah berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 (empat) buah
elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang
simetris terhadap titik pusat pada kedua sisinya. Biasanya metoda geolistrik
menggunakan 4 (empat) buah elektroda yang terletak dalam lintasan atau satu garis lurus
serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 (dua) buah elektroda arus (AB) di bagian luar
dan 2 (dua) buah elek- troda tegangan (MN) di bagian dalam.

Setiap konfigurasi atau susunan elektroda mempunyai teknik perhitun- gan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan dibawah permukaan. Dari
kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
potensial listrik yang terjadi akan didapat suatu harga resistivitas semu (Apparent
Resistivity). Disebut resistivitas semu kare- na nilai resistivitas yang terhitung tersebut
merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus
listrik dengan asumsi lapisan yang serba sama (homogen).
Pada kenyataannya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti
yang diasumsikan pada pengukuran geolistrik. Untuk po- sisi lapisan batuan yang
terletak dekat dengan permukaan tanah akan san- gat berpengaruh terhadap hasil
pengukuran potensial dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari
nilai sebenarnya. Bila satu susu- nan hasil pengukuran resistivitas semu dari jarak AB
terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda
dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka
akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa di- hitung
dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan

Seperti penjelasan diatas, bahwa metode geolistrik merupakan metode yang


menggunakan prinsip aliran arus listrik dalam menyelidiki struktur bawah permukaan
bumi. Tujuan penggunaannya adalah untuk mendeteksi unsur-unsur cairan pembentuk
elektrolit yang terkandung di dalam batuan. Dimana aliran arus listrik yang mengalir
melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya fluida atau air dan garam
yang terkandung di da- lam batuan serta hadirnya mineral logam maupun panas yang
tinggi. Karena itu, metode ini sangat bergantung pada kuantitas fluida yang terdapat
dalam pori-pori batuan atau medium/formasi konduktif dan prinsip pergerakan elektron
pada fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan.
2.3 Alat Metode Geolistrik
Dalam eksplorasi mineral, metode geolistrik merupakan salah satu teknik geofisika
yang umum digunakan untuk memetakan sub-surface (bawah permukaan bumi)
berdasarkan perbedaan resistivitas atau kemampuan menghantarkan listrik dari berbagai
jenis batuan atau mineral. Beberapa alat yang umum digunakan dalam metode geolistrik
untuk eksplorasi mineral antara lain:

• Resistivity Meter
Alat utama yang digunakan untuk mengukur resistivitas tanah dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah melalui elektroda dan mengukur tegangan
yang dihasilkan. Dari data resistivitas, dapat diperoleh gambaran tentang distribusi
material di bawah permukaan.

• Global Positioning System (GPS)


Digunakan untuk menentukan posisi pasti dari setiap titik pengukuran di lapangan.
Data posisi sangat penting untuk pemetaan dan interpretasi data resistivitas.

• Elektroda
Digunakan bersama dengan resistivity meter. Elektroda ditempatkan di permukaan
bumi sesuai dengan konfigurasi pengukuran yang diinginkan (seperti Schlumberger,
Wenner, dipole-dipole, dll.). Elektroda ini berfungsi sebagai titik masuk dan keluar
untuk arus listrik yang diinjeksikan ke dalam tanah.

• Komputer dan Perangkat Lunak


Digunakan untuk memproses, memodelkan, dan menginterpretasikan data resistivitas
yang diperoleh dari lapangan. Perangkat lunak khusus bisa membantu dalam
membuat model bawah permukaan 2D atau 3D berdasarkan data resistivitas.

• Generator Listrik
Dalam beberapa kasus, terutama untuk metode dengan konfigurasi yang
membutuhkan arus listrik tinggi atau untuk investigasi pada kedalaman yang lebih
besar, generator listrik mungkin diperlukan untuk menyediakan sumber daya bagi
resistivity meter.

• Multimeter atau Voltmeter


Kadang-kadang digunakan sebagai alat tambahan untuk memeriksa tegangan atau
arus yang dihasilkan, memastikan bahwa peralatan berfungsi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

L. F. Rahmatillah, D. Gunarsih, D. Sartika, and A. Muhni, “APLIKASI METODE MAGNETIK


UNTUK IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DANGKAL DAN DALAM ”, hadron., vol.
5, no. 01, pp. 15-23, Mar. 2023.

Hanafi, A., Setiahadiwibowo, A. P., Soesilo, J., & Maskuri, F. (2022). Pemodelan Endapan
Epitermal Sulfidasi Rendah Berdasarkan Interpretasi Data Magnetik di Daerah Wonosidi.
Jambura Geoscience Review, 4(2), 158-166. doi:https://doi.org/10.34312/jgeosrev.v4i2.13993

Syukri, M. (2020). Dasar-Dasar Metode Geolistrik. Syiah Kuala University Press.

Junian, W. E., Laesanpura, A., Paembonan, A. Y., & Arief, M. (2021). Identifikasi zona
mineralisasi emas sistem epitermal sulfida rendah menggunakan metode geolistrik dan magnetik
di daerah Ciparay, Cibaliung. J. Aceh Phys. Soc., 10, 70-9.

Shabrina, S. N. R., Sehah, M., & Raharjo, S. A. (2023). Pemodelan struktur bawah permukaan
berdasarkan data anomali magnetik tereduksi ke kutub di kawasan prospek bijih emas desa
paningkaban kecamatan Gumelar kabupaten Banyumas. Jurnal Teras Fisika: Teori, Modeling,
dan Aplikasi Fisika, 6(1), 17-27.

Anda mungkin juga menyukai