GOLONGAN C
OLEH:
MUHAMMAD ZAKARIYA PANATAGAMA
22322304
1
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
DASAR TEORI...............................................................................................................................5
2.1 Dasar teori metode magnetic..................................................................................................5
2.1.1 Gaya Magnetik....................................................................................................................5
2.1.2 Kuat Medan Magnetik......................................................................................................5
2.1.3 Intensitas Kemagnetan......................................................................................................6
2.1.4 Suseptibilitas Kemagnetan................................................................................................6
2.1.5 Jenis - jenis Magnet Pada Batuan....................................................................................6
2.1.6 Pengenalan Alat (Magnetometer)........................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................15
DESAIN SURVEY........................................................................................................................15
3.1 Desain Survey Metode Magnetik.........................................................................................15
3.2 Desain Survey Metode Geolistrik........................................................................................16
BAB IV PEMODELAN SINTESIS..............................................................................................17
4.1 Metode Magnetik.................................................................................................................17
4.2 Metode Geolistrik................................................................................................................17
BAB V...........................................................................................................................................19
RENCANA ANGGARAN BIAYA................................................................................................19
BAB VI..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
untuk daerah yang mempunyai kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadap
sekitarnya,misalnya untuk ore deposit pasir besi.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini ialah dapat memahami konsep forward modeling pada
pengolahan data magnetic dan geolistrik resistivitas.
4
BAB II
DASAR TEORI
(2.1)
Konstanta µ0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga
satu yang besarnya dalam SI adalah 4π x 10-7 newton/ampere2 (Telford, 1976).
(2.2)
5
Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted ( 1 Oersted = 1 dyne / unit kutub ) (cgts)
atau A/m (SI) (Telford, 1976).
Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm3 dalam satuan SI adalam Am-1
(Sartono, 1998)
6
• Diamagnetik
Merupakan jenis magnet dimana jumlah elektron dalam atomnya berjumlah genap dan
semuanya sudah saling berpasangan sehingga efek magnetisasinya paling kuat dalam
medan polarisasi. Pada diamagnetik ini nilai dari k akan negatif, hal ini menunjukan
bahwa intensitas induksinya akan berlawanan arah dengan gaya magnetnya atau medan
polarisasi.Contoh : kuarsa, marmer, air, kayu dll (Sharma,1997)
7
dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS) . Peralatan ini digunakan untuk
mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini
dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit
karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung,
bukit, lembah, dan jurang (Santoso, 2002).
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat
survei magnetik di lokasi.
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja untuk mencatat data dan PC/Laptop dengan software.
8
kesejajaran, perputaran proton berpresesi, dan putarannya semakin melambat. Frekuensi pada
saat presesi berbanding lurus dengan kuat medan magnet Bumi. Rasio Gyromagnetic proton
adalah 0,042576 Hertz / nano Tesla. Sebagai contoh, pada area dengan kekuatan medan sebesar
57.780 nT maka frekuensi presesi menjadi 2460 Hz. Komponen sensor pada proton precession
magnetometer adalah tabung silinder yang berisi cairan penuh atom hidrogen yang dikelilingi
oleh lilitan kabel. Cairan yang digunakan umumnya terdiri dari air, kerosin, dan alkohol. Sensor
tersebut dihubungkan dengan kabel ke unit yang berisi sebuah power supply, sebuah saklar
elektronik, sebuah amplifier, dan sebuah pencatat frekuensi (Indratmoko, 2004).
Ketika saklar ditutup, arus DC mengalir dari baterai ke lilitan, kemudian memproduksi
kuat medan magnet dalam silinder tersebut. Atom hidrogen (proton) yang berputar seperti dipol
magnet, menjadi sejajar dengan arah medan (sepanjang sumbu silinder). Daya listrik kemudian
memotong lilitan dengan membuka saklar. Karena medan magnet Bumi menghasilkan torsi
(tenaga putaran) pada putaran atom hydrogen, maka atom hydrogen memulai presesi disekitar
arah total medan Bumi. Prosesi tersebut menunjukkan medan magnet dalam berbagai wktu
(time-varying) yang mana menginduksi sedikit arus AC pada lilitan tersebut. Frekuensi pada arus
AC memiliki persamaan dengan frekuensi presesi atom tersebut. Karena frekuensi presesi
berbanding dengan kuat medan total dan karena konstanta perbandingan diketahui, maka kuat
medan total dapat ditetapkan dengan akurat (Indratmoko, 2004).
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di
dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah dengan menggunakan multimeter
yang terhubung melalui dua buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek
daripada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
9
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis
batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa
kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh jarak AB
yang biasa disebut AB/2 (apabila digunakan arus listrik DC murni),maka diperkirakan pengaruh
dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari – jari AB/2 (Broto, 2008).
Eksplorasi metode tahanan jenis (resistivity) telah dikembangkan sejak 2 abad yang lalu
dengan menggunakan alat yang sederhana.Penggunaan sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi
sudah dikenal peradaban manusia lebih dari beberapa abad yang lalu.Tokoh yang awalnya
menggunakan metode geolistrik untuk tujuan eksplorasi adalah Gray dan Wheeler pada tahun
1720 untuk melakukan pengukuran konduktivitas listrik batuan serta membakukan tabel
konduktivitas listrik bermacam batuan.Watson (1746) menemukan bahwa tanah merupakan
konduktor di mana potensial yang diamati pada titik - titik di antara dua elektroda yang diletakan
sejauh 2 mil,bervariasi akibat adanya perbedaan kondisi geologi setempat, dibandingkan arus
listrik yang diamatinya melalui kabel langsung.Robert W. Fox, th. (19891877) yang mula - mula
mempelajari hubungan sifat listrik dengan keadaan geologi,temperatur,terrestrial electric dan
panas tahanan tinggi pada medan panas Bumi. Fox mempelajari sifat-sifat tersebut ditambang
Corn Wall Inggris,di mana beliau mempelajari sifat - sifat kelistrikan yang dikaitkan dengan
keadaan geologi batuan setempat,beliau juga yang menentukan adanya gradien geothermal di
Bumi.Perkembangan selanjutnya berlanjut secara bertahap antara lain : Charles Matteucci
(1847), W. Skey (1871), Carl Barus (1882), Tahun 1891 Brown (1891), Bernfield (1897),
Gotchalk (1912), R. C. Wells (1914), George Ottis (1914) dan lain-lain (Pariadi, 2010).
10
Gambar 2.4 Definisi resistansi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa metode geolistrik menggunakan
beberapa sifat listrik.Salah satunya adalah konsep tentang resistansi.Menurut hukum Ohm :
𝑉=𝐼𝑅 (1)
Dengan V = tegangan (volt), I = arus (ampere), R = resistansi (ohm). Resistansi (R) ini
bergantung pada sifat bahan dan juga pada ukuran atau geometri (Reynold, 1997). Karena sifat
resistansi yang sangat bergantung pada ukuran atau geometri benda maka didefinisikan
parameter baru yang menunjukkan karakteristik suatu benda, yaitu resistivitas (ρ). Jadi,
resistivitas adalah resistansi yang dinormalisasi terhadap geometri dan merupakan besaran
karakteristik bahan atau suatu material (Reynold, 1997).
Apabila terdapat suatu sumber arus tunggal pada medium homogen maka arus akan
mengalir secara radial dan homogen.Selain itu akan terbentuk permukaan ekuipotensial yang
11
konsentris sehingga berbentuk seperti bola.Berdasarkan hukum Ohm maka potensial berbanding
lurus dengan arus.Sebaliknya potensial akan berbanding terbalik dengan jarak dari sumber arus
(Telford, 1990).
(2)
dengan I adalah arus listrik yang diinjeksikan, ΔV adalah beda potensial yang ditimbulkan dan K
adalah faktor geometri.Resistivitas semu adalah nilai yang diperoleh sebagai hasil dari resistansi
yang diukur (R) dengan faktor geometri (K).Faktor geometri merupakan besaran korelasi
terhadap perbedaan letak titik pengamatan.Oleh karena itu,faktor geometri sangat ditentukan
oleh jenis konfigurasi pengukuran yang digunakan.Faktor geometri ini dihitung berdasarkan
bentangan elektroda yang memiliki satuan panjang, yaitu meter.Jadi,resisitivitas semu (ρa)
memiliki satuan ohm-meter (Ωm).Resistivitas semu ini sebagai fungsi posisi (mapping) dan /
atau sebagai fungsi spasi elektroda (sounding) (Reynold, 1990).
12
Bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas yang berbeda-beda,sehingga
potensial yang terukur merupakan pengaruh lapisan-lapisan tersebut atau bersifat
anisotropi.Harga resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu
lapisan saja (Santoso, 2011). Apabila terdapat dua buah sumber arus di bawah dan di permukaan
bumi maka bidang ekuipotensial antara kedua sumber arus tersebut akan tampak seperti pada
gambar di bawah ini (Telford, 1990).
Gambar 2.7 Dua sumber arus pada (a) dalam bumi (b) permukaan
bumi
Berdasarkan tujuan dan cara pengubahan jarak elektroda,survei geofisika dibagi menjadi
dua cara: mapping dan sounding. Mapping dimaksudkan untuk mengetahui variasi horizontal
atau lateral tahanan jenis batuan pada kedalaman tertentu.Sedangkan sounding dimaksudkan
untuk mengetahui variasi tahanan jenis batuan terhadap kedalaman (secara vertikal).Gabungan
antara teknik sounding dan mapping adalah teknik sounding-mapping yang menggambarkan
variasi resistivitas 2D (imaging). Dibandingkan teknik mapping-sounding, teknik sounding lebih
mudah dilakukan karena pada dasarnya hanya elektroda arus saja yang dipindahkan sedangkan
elektrode potensialnya tetap. Sehingga teknik sounding membutuhkan lebih sedikit tenaga dalam
13
pengambilan data. Teknik sounding juga mempunyai kelebihan yaitu mampu mendeteksi batas
antar lapisan batuan. Pada dasarnya, yang membedakan teknik sounding dan teknik imaging
adalah sebaran datum point-nya.Teknik sounding mengambil datum point pada satu garis vertikal
sedangkan teknik imaging mengambil datum point pada bidang 2 dimensi (vertikal dan
horizontal). Data 2 dimensi tersusun atas beberapa data 1 dimensi.Oleh karena itu, beberapa titik
sounding yang berdekatan dapat memberikan gambaran resistivitas 2D (imaging) (Santoso,
2011).
Istilah sounding diambil dari Vertical Electrical Sounding (VES),yaitu teknik pengukuran
geofisika yang bertujuan untuk memperkirakan variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman
dari suatu titik pengukuran.Batasan terbesar dari teknik sounding adalah teknik ini tidak
mencatat perubahan lateral pada resistivitas lapisan.Ketidakmampuan dalam mengikutkan
perubahan lateral dapat mengakibatkan kesalahan dalam interpretasi resistivitas lapisan atau
ketebalannya. Teknik pengukuran secara lateral mapping (2D) digunakan untuk mengetahui
sebaran harga resistivitas pada suatu areal tertentu. Teknik imaging (Resistivity 2D) merupakan
gabungan antara teknik sounding dan teknik mapping sehingga akan tampak variasi resistivitas
lateral dan vertikal.Survey geolistrik metode resistivitas mapping dan sounding menghasilkan
informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical (Santoso,
2011).
Ada beberapa macam konfigurasi elektroda pada metode resistivitas.Salah satunya adalah
Wenner. Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga dari jarak AB.Bila jarak AB
diperbesar,maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB (Asra,
2012).
14
BAB III
DESAIN SURVEY
Pada metode magnetic ini, penulis membuat desain survey berupa grid dengan jumlah 27
titik. Dengan dimulai dari titip 01 dan sistem akuisisi berjalan looping dengan jarak setiap titik
pengukuran 500 meter.
15
3.2 Desain Survey Metode Geolistrik
Pada survey geolistrik ini penulis menggunakan desain survey metode geolistrik metode
wenner. Dikarenakan metode ini lebih efektif untuk memetakan secara mapping pada tambang
16
BAB IV
PEMODELAN SINTETIKS
17
4.2 Metode Geolistrik
18
BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA
01. EXCAVATOR
TARGET 40 RIT SEHARI X Rp. 40.000,- ( Rp. 1600.000,- ) x 30 RP.48.000.000,-
Rp. 48.000.000, x 2
Jumlah Rp.96.000.000,-
Jumlah Rp.3.800.000,-
Rp.150.0
Harga Jual 00,-
19
1.600.000,-
Selisih Rp.600.000,-
Hitungan
Stockpile
Kebutuhan Stockpile
Ceker 2 orang RP.150.000,-
Admin 2 x Rp. 75.000,- RP.150.000,-
Penjaga 1 x Rp. 100.000,- Rp.100.000,-
KEBUTUHAN BELANJA
MATERIAL
Jumlah
Operasional Rp.8.275.000
Jadi Operasional Per M3 Rp.8.275.000 : 45 : Rp.700
26 0
Kebutuhan Operasional per 6 hari
Rp.8.275.000 x 6 Rp.49.650.00
20
Konversi Rit Ke M3 Rata rata 9 M3 /
Rit
470.000 : 9 Rp.52.500
330.000 : 9 Rp.36.500
Harga Jual
Rp.63.000 x 500
Pasir Laut M3 Rp.31.500.000
Pasir Rp.60.000 x 500
Mix M3 Rp.30.000.000
Rp.50.000 x 270
Pasir Sungai M3 Rp.13.500.000
Sisa 170 M3 x
Pasir Rp.60.000 Rp.10.200.000
Jumlah Rp.85.200.000
Selisih Harga Jual Dan
Beli
Rp.85.200.000 -
77.875.000 Rp.7.325.000
Entertaint dan Operasional 15 % Rp.1.098.750
Over Head 10 % Rp. 732.500
Keuntungan
Bersih Rp.5.493.750
Hitungan Stockpile
Kebutuhan Stockpile
Ceker 4 x Rp. 100.000,- Rp.400.000,-
Admin 2 x Rp. 75.000,- RP.150.000,-
Penjaga 1 x Rp. 100.000,- Rp.100.000,-
Jasa loading loader dan
Rp.1.500.00
Jasa Parkir Tronton Rp.150.000,-/rit x 20 tronton 0,-
Lain lain Rp.200.000,-
RP.2.350.00
Jumlah Operasional Stockpile 0,-
Rp.18.000.0
Harga beli pasir Rp.36.000,-/ M3 x 500 M3 00,-
Rp.20.350.0
Jumlah 00
21
Kebutuhan Total dana operasional
Rp.228.000.
Terhitung 1 bulan adalah Rp.3.800.000,- x 2 x 30 000,-
Rp.58.750.0
Kebutuhan dana operasional stockpile Rp. 2.350.000,- x 25 00,-
BAB VI
PENUTUP
Pada penelitian ini menggunakan software Res2dmod untuk forward modeling resistivity
model block homogen dan digunakan nilai 150 Ohm m. Digunakan software mag2dc untuk
forward modeling pada magnetic, dan nilai suseptibilitas 0.0025
22
DAFTAR PUSTAKA
Indratmoko, Putut. 2004. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi
Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode Magnetik. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : Penerbit ITB
Sartono. 1998. Geofisika Eksplorasi. Jakarta : Dewan Riset Nasional
Sehah et al 2020 J. Phys.: Conf. Ser. 1494 012038
Sharma, Prem. 1997. Environmental an Engineering Geophysics. England : Cambridge
University Press.
Suyanto, Imam. 2003. Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik. Jakarta : Erlangga
Telford, 1976. Applied Geophysics. England : Cambridge University Press.
23