Geomagnet
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Praktikum Geofisika
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti
Disusun Oleh:
Reza Mahendra
(072001500096)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “
Gravity Method ”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu bagian akhir dari tugas Mata
Kuliah Praktikum Geofisika Eksplorasi yang dibimbing oleh Dr.Ir.Hidartan M.S. dan
Wildan Tri Koesmawardani S .T.,M .T
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih sangat banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Reza Mahendra
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….....................................................................................i
DAFTAR ISI…...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…................................................................................4
1.1 Latar Belakang…...........................................................................................4
1.2 Tinjauan lokasi Penelitian…..........................................................................5
1.3 Rumusan Masalah….......................................................................................10
1.3.1 Geomagnet.............................................................................................10
1.4 Tujuan Praktikum….......................................................................................10
1.4.1 Geomagnet….........................................................................................10
BAB II TEORI DASAR.......................................................................................11
2.1 Teori Medan Magnet.......................................................................................11
2.1.1 Medan Magnet..................................................................................11
2.1.2 Suseptibilitas Magnet......................................................................12
2.1.3 Kontinuasi ke Atas.........................................................................12
2.1.4 Anomali Medan Magnet...............................................................14
2.1.5 Variasi Harian...............................................................................14
2.2 Transformasi................................................................................................14
2.2.1 Reduksi ke Kutub….....................................................................14
2.3 Medan Magnet Bumi...................................................................................15
2.4 Medan Magnet Luar....................................................................................16
2.5 Kemagnetan Material Bumi….....................................................................17
2.6 Proton Precession Magnetometer…............................................................18
2.7 Sesar…........................................................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…........................................................19
3.1 Alat dan Bahan Praktikum…........................................................................19
3.2 Prosedur Praktikum…....................................................................................19
3.2.1 Geomagnet…..................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….......................................................45
3
4.1 Geomagnet....................................................................................................45
4.2 Anomali Magnetik Total...............................................................................45
4.3 Medan Magnet Regional..............................................................................47
4.4 Medan Magnet Residual…...........................................................................48
BAB V PENUTUP….......................................................................................53
5.1 Kesimpulan…..............................................................................................53
5.2 Saran…........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA…....................................................................................55
4
BAB I
5
PENDAHULUAN
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang ditafsirkan dalam
bentuk distribusi bahan magnetik yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas
medan magnetik dipermukaan bumi. Variasi intensitas magnetik disebabkan oleh adanya
distribusi batuan dan magnetisasi dibawah permukaan bumi yang bisa disebabkan oleh
adanya perubahan struktur geologi dibawah permukaan bumi.Kemampuan untuk
termagnetisasi tergantung dari susseptibilitas magnetic masing-masing batuan. Batuan
dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi
geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali. Pada dasarnya penyelidikan magnet adalah
mengukur besaran magnet bumi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber,baik yang ada
didalam perut bumi itu sendiri maupun adanya pengaruh luar,seperti radiasi matahari.
(Telford,1981:101).Metode magnetik umumnya digunakan untuk mengetahui sifat
magnetik batuan,serta untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan
anomaly medan magnetik. Daerah Tuntungan kecamatan Pancur Batu Medan,menurut
informasi geologi merupakan daerah yang mempunyai adanya penyebaran distribusi
batuan dan mineral dengan maksud untuk membuat fungsi anomaly magnetik dengan
tujuan menentukan jenis batuan dan mineral berdasarkan susseptibilitas anomalinya.
6
Metode geomagnet (magnetik) dilakukan berdasar- kan pengukuran anomali geomagnet
yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau per- meabilitas magnetik tubuh
jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh
perbedaan distribusi mineral ferro- magnetic, paramagnetic dan diamagnetic. Alat yang
digunakan untuk mengukur anomali geomagnet yaitu magnetometer. Metode geomagnet
ini sensitif terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh
intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic dan struktur
geologi (Yopanz, 2007).
Batas Wilayah :
a. Desa/Kelurahan Sebelah Utara Ciangsana
b. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Cikeas Udik / Wanaherang
c. Desa/Kelurahan Sebelah Timur Kecamatan Cileungsi
d. Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kali Cikeas
Geologi Regional
Tatanan tektonik dan struktur geologi di daerah Jawa bagian barat dipengaruhi oleh
tektonik kepulauan Indonesia yang merupakan titik pertemuan antara tiga lempeng, yaitu
lempeng Eurasia yang relatif lebih diam, lempeng Samudra Pasifik yang bergerak relatif ke
arah barat laut dan lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak kearah utara (Hamilton,
1979). Pola struktur yang berkembang di Jawa Barat merupakan pola Meratus yang diwakili
oleh sesar Cimandiri berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Sesar-sesar pada pola Meratus
ini diketahui berumur Kapur-Paleogen. Pola Sunda yang berarah utara-selatan (N-S)
umumnya berkembang di bagian barat wilayah Jawa Barat. Gerakan sesar pada pola Sunda
ini umumnya berpola regangan (strain).. Sedangkan pola Jawa yang berkembang diwakili
oleh sesar-sesar naik berarah barat-timur (W-E).
7
Berdasarkan pembagian zona fisiografi daerah Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) lembar
Bogor termasuk dalam zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan. Dan desa nagrak
kabupaten Bogor, termasuk dalam Zona Bogor.
Zona Bogor, zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor,
Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan
perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu
Antiklonorium, dibeberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman
Pliosen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan
Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit
rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat bukit-bukit dengan batuan keras yang
dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi seperti Gunung Parang dan Gunung
Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung Buligir sekitar
Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078
meter) di Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684 meter) di Sumedang.
8
Peta Geologi Regional Lembar Bogor (A.C. Effendi, Kusnama, & B. Hermanto, 1998
Edisi Ke-Dua)
Stratigrafi Regional
Berdasarkan peta geologi regional tersebut, Berikut satuan batuan geologi regional lembar
Bogor, Zona Bogor yang diurutkan dari muda ke tua.
9
550 meter. Fosil dalam batulempung adalah plankton yang menunjukkan umur Miosen
Tengah. Satuan ini dikorelasikan dengan formasi Subang di daerah Subang.
Anggota Breksi Formasi Cantayan (Tmcb): breksi polymict dengan fragmen andesit -
basal dan batugamping koral. Sisipan batupasir sela dibagian atas, tebal satuan 1700 meter.
Anggota ini ditindih secara selaras oleh formasi Bojongmanik dan menindih selaras formasi
Klapanunggal. Umur anggota breksi ini Miosen Tengah.
10
Batuan Gunungapi Gunung Pangrango
Hasil erupsi gunungapi Pangrango yaitu; endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit
(Qvpy) dan endapan lebih tua, lahar dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin,
labradorit, olivin, piroksin dan hornblende (Qvpo).
Batuan Terobosan
11
Batuan terobosan yang terdapat pada lembar Bogor yaitu; andesit (a) dengan komposisi
mineral oligoklas-andesin, augit, hipersten dan hornblende yang membentuk plug dan dike;
dasit (da) tersingkap di daerah sudut baratlaut; diorit kuarsa (qd) di daerah sudut baratlaut;
andesit hornblende (ha) di daerah sebelah sudut tenggara; diorit porfiri (dp) merupakan dike
sepanjang sungai Cicareuh.
1.3.1 Geomagnet
- Bagaimana pola sebaran anomali medan magnetik di daerah Desa Nagrak?
- Bagaimana kondisi geologi bawah permukaan di daerah Desa Nagrak, berdasarkan
pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj?
1.4.1 Geomagnet
- Untuk mengetahui pola sebaran anomali medan magnetik di desa Nagrak.
- Untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan pada desa Nagrak, berdasarkan
pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj.
12
BAB II
TEORI DASAR
dengan Gm adalah gaya magnet monopole pada P1 dan P2, r adalah vektor satuan berarah
dari P1 ke P2, P1 dan P2 adalah muatan kutub 1 dan 2 monopole, µ adalah permeabilitas
medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1). Gaya magnet Gm per satuan muatan P1
didefinisikan sebagai kuat medan magnet terukur (H). Dengan demikian dihasilkan kuat
medan magnet pada muatan P1 yang dapat dinyatakan sebagai,
13
dengan H adalah kuat medan magnet terukur. Jika suatu benda terinduksi oleh medan magnet
H, maka besar intensitas magnet yang dialami oleh benda tersebut adalah (Reynold, 1995),
dengan adalah sumber material, adalah titik observasi, adalah titik distribusi, dan ) adalah
fungsi Green. Terdapat hubungan umum dalam domain Fourier antara anomali gravitasi atau
anomali magnet yang diukur pada permukaan horizontal dan distribusi sumber penyebab
yang terletak sepenuhnya di bawah permukaan.
14
transformasi ini berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan bahwa
apabila suatu fungsi adalah harmonik, kontinyu, dan mempunyai turunan yang kontinyu di
sepanjang daerah , maka nilai pada suatu titik di dalam daerah (Gambar 4) dapat dinyatakan
dengan persamaan (Blakely, 1996):
Adanya medan magnet yang berasal dari bumi dapat mengakibatkan terjadinya induksi
magnet pada batuan yang memiliki suseptibilitas. Induksi magnet dalam suatu material
dipengaruhi medan eksternal dan magnetisasi material tersebut. Secara umum, persamaannya
dapat dituliskan sebagai (Serway & Jeweet, 2004):
15
2.1.4 Anomali Medan Magnet
Anomali medan magnet adalah hasil perhitungan dari medan magnet total dan medan
magnet regional atau IGRF. adalah nilai medan magnet total dalam nT dan adalah nilai
medan magnet regional dalam nT. Nilai anomali medan magnet dalam nT sebagai ˂˂ | | dan
arah sama dengan arah , maka dapat dituliskan (Blakely, 1996):
dengan adalah nilai medan magnet total dalam nT, adalah nilai variasi harian dalam nT,
adalah nilai IGRF dalam nT.
dengan adalah waktu saat pengukuran dalam detik, adalah waktu terukur di base awal dalam
detik, adalah waktu terukur di base akhir dalam detik, adalah nilai medan magnet total pada
base akhir dalam nT, dan adalah nilai medan magnet total pada base awal dalam nT.
2.2 Transformasi
dengan menunjukkan permukaan daerah , menunjukkan arah normal keluar, dan adalah jarak
dari titik ke suatu titik permukaan . Persamaan 16 menjelaskan prinsip dasar dari kontinuasi
ke atas, bahwa suatu medan potensial dapat dihitung pada setiap titik di dalam suatu daerah
berdasarkan sifat medan magnet pada permukaan yang melingkupi daerah tersebut.
17
dan vektor medan total), intensitas horizontal ( ) adalah magnitudo dari medan magnet total
pada arah horizontal, dan medan magnet total ( ) adalah magnitudo dari vektor magnet total.
Karena medan magnet utama berubah terhadap waktu, maka untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan magnet utama dibuat standar nilai yang dikenal dengan IGRF. Nilai IGRF
diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
18
jam yang berhubungan dengan pasang surut bulan dan mempunyai jangkauan 2 nT. d. Badai
geomagnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkauan sampai dengan 1.000 nT.
Pengamatan badai geomagnet telah lama dilakukan dan yang pertama kali mengidentifikasi
pola badai magnet adalah Moos. Moos mengamati terjadinya peningkatan mendadak dari
komponen H geomagnet di Colaba, India. Chapman kemudian mendefinisikan kejadian
tersebut sebagai „magnetic storm‟. Chapman pertama kali mengamati dampak badai magnet
di berbagai stasiun geomagnet di dunia. Sugiura dan Chapman mendefinisikan dampak
tersebut sebagai Disturbance Storm Time (DST) yang direpresentasikan sebagai indeks yang
menggambarkan gangguan pada komponen H geomagnet saat terjadi badai (Sugiura, 1964).
Pengukuran DST dilakukan empat stasiun yang berlokasi di lintang rendah dan terdistribusi
secara merata terhadap ekuator magnet, yaitu Hermanus, Kakioka, Honolulu, dan San Juan
yang menghasilkan indeks DST skala global (INGV, 2015)
1. Diamagnet Diamagnet adalah bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh
elektron yang berpasangan. Jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, spin elektron akan
menghasilkan arah momen magnet yang berlawanan dengan arah medan magnet luar
sehingga akan menghasilkan resultan yang berarah negatif. Diamagnet memiliki nilai
suseptibilitas k< 0 dalam satuan cgs. Contohnya adalah bismuth, gypsum, marmer,
kuarsa, garam, seng dan emas (Siswoyo, dkk, 2010).
2. Paramagnet
Paramagnet adalah bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya tidak lengkap
(sebagian ada elektron yang tidak berpasangan). Tanpa pengaruh kuat medan magnet
luar, momen magnet memiliki arah orientasi yang acak. Jika ada pengaruh dari medan
luar, maka momen magnet akan sejajar dengan medan tersebut. Paramagnet memiliki
nilai suseptibilitas 0 <k< 10-6 dalam satuan cgs. Contohnya adalah pyrite, zincblende,
dan hematite (Siswoyo, dkk, 2010).
19
3. Ferromagnet
Ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh temperatur, yaitu
pada temperatur di atas temperatur Curie akan kehilangan sifat kemagnetannya. Jika
dimasukkan ke dalam medan magnet luar, magnetisasi bahan ini akan meningkat tajam.
Ferromagnet memiliki nilai suseptibilitas 1<k<k
4. Ferrimagnet
Ferrimagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya seperti ferromagnet yaitu
dipengaruhi oleh temperatur. Tanpa adanya pengaruh kuat medan magnet luar, arah
momen magnetnya parallel dan saling berlawanan. Ferrimagnet memiliki nilai
suseptibilitas 10-6 <k
2.7 Sesar
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang terbentuk ketika salah satu bagian yang
retak bergeser relatif terhadap bagian yang lain. Sesar terjadi karena batuan mengalami efek
tegangan yang melampaui kekuatan elastisitasnya. Pergeseran blok batuan yang retak
tersebut dapat terjadi dalam ukuran jarak yang sangat kecil sampai dengan skala yang lebih
besar atau disebut dengan daerah sesar skala regional. Setiap sesar memiliki komponen-
komponen yaitu arah (strike), dan sudut kemiringan (dip). Strike atau jurus adalah garis yang
dibentuk dari perpotongan bidang sesar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara ke
arah timur dengan sudut antara 0 sampai 360 derajat dan dip sesar merupakan sudut yang
dibentuk oleh bidang sesar terhadap bidang horizontal dengan sudut kemiringan antara 0
sampai 90 derajat.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
- Seperangkat Komputer
- Untuk pengolahan data Geomagnet menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Oasis
Montaj V.6.4.2.
1. pada langkah pertama Persiapkan data-data lapangan geomagnet pada desa Nagrak, Jawa
Barat yang akan dilakukan koreksi. Terdapat 4 data dari setiap stasiun, yang kemudian
digabungkan menjadi satu berdasarkan urutan waktu pengamatan.
21
IGRF, diperoleh dari web Kalkulator BMKG (https://www.bmkg.go.id/geofisika-
potensial/kalkulator-magnet-bumi.bmkg) dengan tanggal 09 April 2017
3. Untuk koreksi Diurnal, rumusnya adalah (waktu pada titik-n – waktu pada base)/(waktu
pada titik akhir-waktu pada base)*(nilai pembacaan pada titik akhir-nilai pembacaan pada
base).
22
4. Untuk mendapatkan koreksi IGRF, pertama dilakukan konvert nilai easting dan northing
pada web http://www.rcn.montana.edu/resources/converter.aspx untuk mendapatkan nilai
latitude dan longitude.
23
5. Selanjutnya, buka web Kalkulator BMKG https://www.bmkg.go.id/geofisika-
potensial/kalkulator-magnet-bumi.bmkg. Masukkan tanggal 09 April 2017 (sebagai tanggal
pengambilan data) dan masukkan nilai lintang dan bujur yang telah didapat tadi. Lalu, klik
Hitung. Lalu akan didapatkan nilai Koreksi IGRF, Deklinasi, dan Inklinasinya.
24
6. Kemudian, copy nilai IGRF pada kalkulator BMKG tersebut, berserta Deklinasi, dan
Inklinasi itu untuk melengkapi data pada Excel awal. kamudian lakukan perhitungan
Anomali Magnetik Total dengan rumus = (nilai pembacaan-koreksi diurnal)-koreksi IGRF.
25
7. Selanjutnya, lakukan pensortiran data yang akan digunakan untuk pengaplikasian pada
Oasis Montaj. Yaitu, Easting, Northing, Elevasi, dan AMT.
8. Kemudian, buka dan jalankan software Oasis Montaj. Klik File, Project dan Pilih New.
Lalu tulis nama folder untuk disimpannya seluruh pekerjaan.
26
9. Pilih data, pilih import lalu Excel Spreadsheet dan klik Single Sheet.
27
10. Isi nama database, disini diisi oleh lokasi penelitian yaitu Nagrak lalu klik OK.
11. Kemudian import file data akhir excel yang telah disortir dan pilih Selected sheet &
Columns.
28
12. Tampilannya akan seperti ini. Apabila terdapat tanda ** maka geser garis pada kolom
masing masing , jadi perbesar kolomnya. Jika * maka terdapat data yang salah, dapat
diperbaiki kembali pada data excel. Setelah diperbesar kolomnya akan muncul angka-
angkanya.
29
13. Pilih Coordinates, lalu Klik Change X, Y Coordinates.
14. Lalu setting X menjadi Easting, Y menjadi Northing, dan Z menjadi Elevasi. Dan klik OK.
30
15. Selanjutnya, membuat peta AMT. Pilih Grid, lalu Gridding, pilih minimum curvature, dan
klik Dialog Controls.
31
16. Tuliskan Anomali Magnetik Total pada channel to grid. Begitu juga pada name of new grid
file. Kemudian isi grid cell size menjadi 17. Klik OK.
32
18. Selanjutnya untuk membuat peta Elevasi. Pilih Grid, Gridding, dan minimum curvature
19. Tuliskan Elevasi pada Channel to grid dan name of new grid file. Lalu isi grid cell size
menjadi 17. Klik OK.
33
20. Selanjutnya inilah tampilan Peta Elevasi.
34
22. Lalu searching Magmap.omn dan klik open.
23. Selanjutnya membuat peta Preprocess. Pilih MAGMAP, lalu interactive Filtering dan klik
Prepare Grid.
35
24. Lalu tuliskan name of input menjadi AMT, name of output menjadi PreProcess dan pilih
Rectangular expansion. Dan klik Start.
36
26. Kemudian membuat FFT, pilih MAGMAP, interactive filtering, dan klik Forward FFT.
27. Tuliskan name of input preprocess menjadi preprocess. Lalu klik OK.
37
28. Selanjutnya pilih MAGMAP, interactive filtering dan klik Radial Average Spectrum.
29. Lalu tuliskan name of input menjadi Preprocess dan name of output menjadi FFT. Klik
OK.
38
30. Kemudian pilih MAGMAP, interactive filtering, dan klik interactive Spectrum Filters.
39
31. Otomatis spectrum name akan menjadi FFT dan control file menjadi magmap.omn, lalu
40
Save.
41
32. Selanjutnya akan muncul Spectral Filter yang berguna untuk pemisahan kawasan Regional
dan Residual. Yang pertama adalah Klik Regional. Kamudian Ubah filter name menjadi
Butterworth dan kontrol dengan central wavenumber serta filter degree hingga Garis merah
konstan menutup garis hitam (hanya sampai belokan kurva). Lalu OK.
42
33. Kemudian untuk membuat peta Regionalnya, klik MAGMAP, interactive filtering, dan
pilih Apply Filter.
43
35. Seperti inilah tampilan Peta Regional.
36. Kemudian untuk membuat peta Residualnya, klik MAGMAP, interactive filtering dan pilih
Interactive spectrum files kembali.
44
37. Otomatis spectrum file akan FFT dan control file name yang magmap.omn. Klik OK.
45
38. Selanjutnya klik residual, lalu filter name butterworth dan atur central wavenumber dan
filter degreenya hingga garis merah menutupi garis hitam (sampai pada belokan kurva
regional). Klik OK.
39. Kamudian klik MAGMAP, interactive filtering, dan pilih Apply Filter.
46
40. Tuliskan name of output menjadi Residual, lalu klik OK.
47
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Geomagnet
Anomali medan magnet merupakan nilai residu yang dihasilkan dari koreksi pada nilai
medan magnet total. Anomali medan magnet mencerminkan batuan yang mengandung
mineral-mineral bersifat magnetik yang berada di bawah permukaan.Data medan magnetik
total yang telah diperoleh dari lapangan merupakan data yang masih perlu dilakukan proses
koreksi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Koreksi variasi harian
didapatkan dari data medan magnetik total yang diukur di base station. Setelah dilakukan
koreksi variasi harian kemudian data dikenai koreksi IGRF (International Geomagnetic
Reference Field). Nilai IGRF ini ditentukan berdasarkan kesepakatan internasional dibawah
pengawasan Intenational Association of Geomagnetic and Aeronomy (IAGA) dan
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Setelah data dilakukan koreksi variasi harian dan koreksi
IGRF kemudian akan didapatkan pola anomali medan magnetik total.
Gambar dibawah menunjukkan pola persebaran nilai anomali medan magnet total.
49
Peta diatas adalah Peta AMT, Anomali Magnetik
hasil pengukuran geomagnetik. Untuk mengetahui pola sebaran medan magnet total
dilakukan proses interpolasi sehingga membentuk pola medan magnet total yang ditunjukan
dengan perbedaan tingkat warna.Pada peta tersebut intensitas medan magnet pada daerah
pengukuran memiliki perbedaan pola warnanya yang mengartikan perbedaan medan magnet.
Yang pertama adalah wilayah intensitas medan magnet tinggi yang ditunjukkan oleh
warna pink hingga merah. Kemudian pada wilayah dengan intensitas medan magnet sedang
ditunjukkan oleh warna jingga hingga kuning. Terakhir, daerah dengan intensitas medan
magnet rendah yang ditunjukkan oleh warna hijau hingga biru. Dari peta tersebut dapat
diketahui nilai intensitas medan magnet rendah dominan terdapat pada bagian barat hingga
selatan peta dan beberapa pada timur peta. Kemudian untuk nilai intensitas medan megnet
yang sedang berada pada bagian utara dan dikelilingi nilai intensitas rendah. Lalu pada nilai
intensitas medan magnet tinggi terdapat pada bagian timur. Perubahan dari anomali tersebut,
tampak jelas dari arah baraat ke timur dengan perubahan nilai anomali dari rendah menuju
tinggi. Nilai anomali tinggi diindikasikan berasal dari batuan yang memiliki tingkatan
densitas yang tinggi atau batuan dasar yang mengalami suatu deformasi uplift atau dapat
diasumsikan merupakan bagian struktur seperti sinklin ataupun antiklin dan nilai anomali
rendah yang direpresentasikan sebagai daerah rendah dengan batuan yang memiliki tingkatan
densitas rendah.
Berdasarkan dari pola geologi regional lembar bogor, desa Nagrak kabupaten Bogor
terdapat pada formasi Qav ng terdiri dari batuan lanau, batupasir, kerikil, dan kerakal dari
batuan gunung api kuarter, kemudian diendapkan kembali sebagai kipas Alluvium.
Diasumsikan bahwa bagian yang memiliki nilai medan magnet rendah merupakan formasi
Qav ini, dimana memiliki nilai suseptibilitas rendah. Kemudian, bagian yang memiliki nilai
medan magnet sedang hingga tinggi, diperkirakan terdiri dari batuan yang mempunyai nilai
suseptibilitas yang sedang seperti batupasir. Sedangkan pada bagian yang memiliki nilai
medan magnet tinggi diperkirakan terdiri dari batuan beku seperti basal andesit yang
memiliki nilai suseptibilitas tinggi.
50
4.3 Medan Magnet Regional
Peta diatas adalah medan magnet Regional. Medan magnet regional merupakan
medan magnet utama bumi yang berubah terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan
nilai-nilai medan magnet utama bumi dibuat standar nilai yang disebut dengan International
Geomagnetic Reference Field (IGRF), model IGRF pada dasarnya hanya dapat menunjukan
nilai medan magnet bumi secara umum dan tidak dapat secara detai menunjukan pola medan
magnet pada setiap daerah penelitian. Peta diatas ini Peta Butterworth Regional, Peta
Butterworth Regional adalah peta yang dihasilkan pada proses filter butterworth. Pada peta
tersebut intensitas medan magnet pada daerah penelitian dapat dibilang relatif
sama. Penyebaran klosur rendah, sedang, dan tingginya relatif sama pada Peta AMT. Hal
tersebut karena pada peta anomali regional yang secara otomatis mencakup area
yang luas serta kedalaman yang tinggi, yang kemudian diasumsikan sebagai
basement rock dengan litologi yang relatif sama, oleh karena itu range pada intensitas medan
magnetnya tidak terlalu besar.
jika dilihat Berdasarkan paparan geologi regional lembar bogor, desa Nagrak
kabupaten Bogor termasuk kedalan formasi Qav yang terdiri dari batu lanau, batupasir,
kerikil, dan kerakal dari batuan gunung api kuarter, yang kemudian diendapkan kembali
sebagai kipas Alluvium. Kemudian dari hasil peta yang diperoleh Dapat dikatakan bahwa
bagian pada peta yang memiliki nilai medan magnet rendah merupakan bagian dari formasi
51
Qav yang juga memiliki tingkat nilai suseptibilitas rendah. Kemudian, pada bagian yang
memiliki nilai medan magnet sedang hingga tinggi, dapat diindikasikan terdiri dari batuan
yang mempunyai tingkat nilai suseptibilitas yang sedang seperti batupasir. Sedangkan pada
bagian yang memiliki nilai medan magnet tinggi dapat diindikasikan terdiri dari batuan beku
seperti basal dan andesit yang memiliki tingkat nilai suseptibilitas yang tinggi.
Peta diatas merupakan Peta Butterworth Residual. Pada peta tersebut terdapat
gambaran dari penyebaran intensitas medan magnet pada setiap bagian peta. Dapat dilihat
bahwa banyak terdapat perbedaan warna yang kontras antara klosur rendah-sedang-tinggi
pada peta, yang diindikasikan adanya tanda-tanda struktur. Missal seperti pada pola klosur
berwarna biru yang anomali magnetiknya rendah diapit oleh klosur pink yang nilai
magnetiknya tinggi, pada bagian utara dan timur peta. perbedaan tingkat nilai magnetik
rendah dan nilai magnetic tinggi ini dapat diindikasikan terdapat suatu struktur yang diduga
disebabkan oleh proses tektonik ataupun proses vulkanik.
Untuk melihat perubahan pola magnetic residual dari beberapa jadwal waktu
penelitian, gambar dibawah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola
perubahan tersebut.
52
09 April 2017 ( Penelitian 1 )
53
27 April 2018 ( Penelitian 4 )
Jika dilihat dari beberapa hasil peta anomaly magnetic residual yang berasal dari
beberapa jadwal penelitian diatas, diperlihatkan bahwa terjadi perubahan pada pola magnetic
selama kegiatan penelitian, pada peta anomaly magnetic residual ini ditandai dengan
beberapa warna seperti klosur warna merah hingga pink yang menandakan tingkat nilai
magnetic yang tinggi, warna kuning hingga hijau menandakan tingkat nilai magnetic yang
sedang dan warna biru yang menandakan tingkat nilai magnetic yang rendah, pada penelitian
pertama ditunjukan pola anomaly magnetic residual dengan penyebaran klosur warna merah
yang lebih padat dan rapat pada bagian barat hingga selatan yang kemudian perlahan
berubah seperti pada peta residual penelitian ke dua yang cenderung lebih menyusut tingkat
54
kerapatannya hingga pada peta residual penelitian ke empat, lalu pada peta residual
penelitian ke lima pola anomaly magnetic dengan klosur berwarna merah mengalami
perubahan kembali menjadi lebih tersebar pada bagian barat hingga selatan dan lebih rapat
polanya
Kemudian dilanjutkan pada klosur yang berwarna kuning hingga hijau, pada peta
residual penelitian pertama pola klosur berwarna kuning hingga hijau tersebar pada bagian
barat hingga selatan peta denga tingkat penyebaran yang merata, pada peta residual
penelitian kedua tidak terdapat perbedaan pola klosur berwarna kuning hingga hijau yang
signifikan terhadap pola penyebaran pada peta residual penelitian pertama, sedangkan pada
peta residual penelitian ke tiga sampai peta residual penelitian ke lima terdapat perubahan
yang cukup signifikan dimana sebelumnya pada peta residual penelitian ke tiga dan keempat
pola klosur warna kuning hingga hijau mengalami penyusutan pola penyebaran yang
selanjutnya pada peta residual penelitian ke lima kembali mengalami pola penyebaran yang
merata pada bagian barat hingga selatan peta
Selanjutnya pada klosur yang berwarna biru, pada peta residual penelitian pertama
dan peta residual penelirian ke dua tidak ada perubahan yang signifikan diantara keduanya,
hal ini terlihat pada pola klosur berwarna biru terdapat pada bagian utara hingga timur peta
dengan posisi yang berhimpitan dengan klosur berwarna merah hal ini dapat diindikasikan
banyak terdapat suatu struktur pada wilayah tersebut. yang diperlihatkan dengam pola klosur
yang memiliki kerapatan tinggi dan mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan
peta residual penelitian ke tiga dan peta residual penelitian ke empat. Lalu pada peta residual
penelitian ke lima terjadi perubahan kembali pada pola penyebarannya yang meluas dan
banyak berhimpit dengan klosur berwarna merah yang mengindikasikan banyaknya terdapat
struktur, dimana dapat dilihat pada peta residual sebelumnya mengalami penyusutan cakupan
wilayah penyebaran.
Kemudian dari perbandingan dengan beberapa pola gambaran peta residual yang
memiliki wilayah penelitian yang sama namun dengan waktu yang berbeda dapat diketahui
bahwa pada setiap berjalanya waktu kondisi nilai inklinasi dan deklinasi pada peta akan
berubah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan pola anomaly magnetic yang
diperlihatkan. Perbedaan yang terjadi pada pola anomaly residual ini karena pergerakan bumi
55
yang selalu berotasi dan mengakibatkan pola anomaly residual ini selalu berbeda dari tahun
ke tahun walaupun berada pada lokasi penelitian yang sama
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Geomagnet
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan metode magnetik pada
daerah Desa Nagrak, kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada Peta AMT, diketahui nilai intensitas medan magnet rendah dominan
terdapat pada bagian barat hingga selatan peta dan beberapa terdapat pada barat laut
peta. Kemudian nilai intensitas medan magnet yang sedang berada pada bagian utara
yang dikelilingi nilai intensitas rendah. Lalu pada nilai intensitas medan magnet tinggi
terdapat pada bagian timur peta. Diasumsikan bahwa bagian yang memiliki nilai medan
magnet rendah merupakan formasi Qav yang mencakup wilayah Desa Nagrak,
Kab.Bogor dimana memiliki tingkat nilai suseptibilitas rendah.
2. Pada Peta Butterworth Regional, pola penyebaran nilai magnetic rendah, sedang, dan
tingginya relatif sama. Hal tersebut diindikasikan bahwa pada daerah penelitian ini
memiiki basement rock yang litologinya relatif sama yang diperlihatkan oleh range
intensitas medan magnet yang tidak terlalu tinggi.
3. Pada Peta Butterworth Residual, adanya pola penyebaran nilai magnetik pada setiap
bagian peta yang diasumsikan adanya indikasi struktur dibawahnya.seperti halnya pada
klosur berwarna biru yang memiliki nilai anomali magnetiknya rendah diapit oleh klosur
merah yang memilika nilai magnetiknya tinggi, pada bagian utara dan timur peta.
4. Jika dilakukan perbandingan dengan beberapa pola gambaran peta residual yang
memiliki wilayah penelitian yang sama namun dengan waktu yang berbeda dapat
diketahui bahwa pada setiap berjalanya waktu kondisi nilai inklinasi dan deklinasi pada
peta akan berubah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan pola anomaly magnetic
yang diperlihatkan. Perbedaan yang terjadi pada pola anomaly residual ini karena
57
pergerakan bumi yang selalu berotasi dan mengakibatkan pola anomaly residual ini
selalu berbeda dari tahun ke tahun walaupun berada pada lokasi penelitian yang sama.
5.2 Saran
5.2.1 Geomagnet
Dalam hal penjelasan mengenai langkah langkah dalam interpretasi peta sebaiknya
dipelukan penjelasan yang lebih lengkap sehingga data yang aka diinterpretasikan oleh setiap
orang dapat lebih jelas dan tidak mengalami perbedaan yang jauh dari hasil interpretasi dengan
data geologi yang ada.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, HZ., Andreas, H., Meilano, I., Gamal, M., Gumilar I., Abdullah, C. I., 2009.
Deformasi Koseismik Dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 Dari Hasil
Survey GPS. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.4, 275-284.
Aziz, Khafid Nur. 2015. Interpretasi Struktur Bawah Tanah dan Pemodelan 2D
dengan Metode Geomagnet di Wilayah Karst Bribin, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul, DIY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Bahagiarti, Sari Kusumayudha. (2005). Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di
Daerah Gunungsewu. Yogyakarta: Adi Cita.
Bemmelen. Van, R. W,. 1949. The Geology Of Indonesia. Nederland : Martinus
Nyhoff, The Haque.
Blakely, R.J. (1996). Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Edinburgh:
Cambridge University Press.
Ginanjar, dinar., 2016. Interpretasi Anomali Magnetik Untuk Mengidentifikasi Struktur
Geologi Bawah Permukaan Laut Di Perairan Luwuk Sulawesi Tengah, Universitas
Pendidikan Indonesia.Bandung
Telford, W.M. Geldart, L.P. Sheriff, R.E. Keys, D.A. 1990. Applied Geophysics.
Cambridge University Press
59