Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

Geomagnet
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Praktikum Geofisika
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Disusun Oleh:
Reza Mahendra
(072001500096)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “
Gravity Method ”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu bagian akhir dari tugas Mata
Kuliah Praktikum Geofisika Eksplorasi yang dibimbing oleh Dr.Ir.Hidartan M.S. dan
Wildan Tri Koesmawardani S .T.,M .T

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih sangat banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Jakarta, 2 Juli 2021

Reza Mahendra

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….....................................................................................i
DAFTAR ISI…...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…................................................................................4
1.1 Latar Belakang…...........................................................................................4
1.2 Tinjauan lokasi Penelitian…..........................................................................5
1.3 Rumusan Masalah….......................................................................................10
1.3.1 Geomagnet.............................................................................................10
1.4 Tujuan Praktikum….......................................................................................10
1.4.1 Geomagnet….........................................................................................10
BAB II TEORI DASAR.......................................................................................11
2.1 Teori Medan Magnet.......................................................................................11
2.1.1 Medan Magnet..................................................................................11
2.1.2 Suseptibilitas Magnet......................................................................12
2.1.3 Kontinuasi ke Atas.........................................................................12
2.1.4 Anomali Medan Magnet...............................................................14
2.1.5 Variasi Harian...............................................................................14
2.2 Transformasi................................................................................................14
2.2.1 Reduksi ke Kutub….....................................................................14
2.3 Medan Magnet Bumi...................................................................................15
2.4 Medan Magnet Luar....................................................................................16
2.5 Kemagnetan Material Bumi….....................................................................17
2.6 Proton Precession Magnetometer…............................................................18
2.7 Sesar…........................................................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…........................................................19
3.1 Alat dan Bahan Praktikum…........................................................................19
3.2 Prosedur Praktikum…....................................................................................19
3.2.1 Geomagnet…..................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….......................................................45

3
4.1 Geomagnet....................................................................................................45
4.2 Anomali Magnetik Total...............................................................................45
4.3 Medan Magnet Regional..............................................................................47
4.4 Medan Magnet Residual…...........................................................................48
BAB V PENUTUP….......................................................................................53
5.1 Kesimpulan…..............................................................................................53
5.2 Saran…........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA…....................................................................................55

4
BAB I

5
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geofisika diartikan sebagai ilmu fisika yang diterapkan untuk meneliti bumi, bulan dan
planet (Reynold, 1997). Secara harfiah, geofisika mengacu pada penerapan ilmu fisika yang
menjadikan bumi, atmosfer serta sekelilingnya sebagai objeknya dan meninjau segala
fenomena di dalamnya dengan menggunakan parameter-parameter fisika. Saat ini geofisika
telah menjadi alat (tool) dari berbagai ilmu lain yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
bawah permukaan bumi. Di dalam ilmu geofisika sangat kental dengan berbagai metode
yang diimplementasikan untuk melakukan eksplorasi objek penelitian. Secara umum metode
yang saat ini sering digunakan dalam upaya penelitian fenomena alam antara lain metode
gravitasi, metode magnet, metode geolistrik, metode seismik, metode radioaktif dan metode
elektromagnet.

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang ditafsirkan dalam
bentuk distribusi bahan magnetik yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas
medan magnetik dipermukaan bumi. Variasi intensitas magnetik disebabkan oleh adanya
distribusi batuan dan magnetisasi dibawah permukaan bumi yang bisa disebabkan oleh
adanya perubahan struktur geologi dibawah permukaan bumi.Kemampuan untuk
termagnetisasi tergantung dari susseptibilitas magnetic masing-masing batuan. Batuan
dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi
geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali. Pada dasarnya penyelidikan magnet adalah
mengukur besaran magnet bumi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber,baik yang ada
didalam perut bumi itu sendiri maupun adanya pengaruh luar,seperti radiasi matahari.
(Telford,1981:101).Metode magnetik umumnya digunakan untuk mengetahui sifat
magnetik batuan,serta untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan
anomaly medan magnetik. Daerah Tuntungan kecamatan Pancur Batu Medan,menurut
informasi geologi merupakan daerah yang mempunyai adanya penyebaran distribusi
batuan dan mineral dengan maksud untuk membuat fungsi anomaly magnetik dengan
tujuan menentukan jenis batuan dan mineral berdasarkan susseptibilitas anomalinya.

6
Metode geomagnet (magnetik) dilakukan berdasar- kan pengukuran anomali geomagnet
yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau per- meabilitas magnetik tubuh
jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh
perbedaan distribusi mineral ferro- magnetic, paramagnetic dan diamagnetic. Alat yang
digunakan untuk mengukur anomali geomagnet yaitu magnetometer. Metode geomagnet
ini sensitif terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh
intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic dan struktur
geologi (Yopanz, 2007).

1.2 Tinjauan Daerah Penelitian


1.2.1 Lokasi penelitian terletak pada Nagrak yang merupakan desa di
kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Batas Wilayah :
a. Desa/Kelurahan Sebelah Utara Ciangsana
b. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Cikeas Udik / Wanaherang
c. Desa/Kelurahan Sebelah Timur Kecamatan Cileungsi
d. Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kali Cikeas

Geologi Regional

Tatanan tektonik dan struktur geologi di daerah Jawa bagian barat dipengaruhi oleh
tektonik kepulauan Indonesia yang merupakan titik pertemuan antara tiga lempeng, yaitu
lempeng Eurasia yang relatif lebih diam, lempeng Samudra Pasifik yang bergerak relatif ke
arah barat laut dan lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak kearah utara (Hamilton,
1979). Pola struktur yang berkembang di Jawa Barat merupakan pola Meratus yang diwakili
oleh sesar Cimandiri berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Sesar-sesar pada pola Meratus
ini diketahui berumur Kapur-Paleogen. Pola Sunda yang berarah utara-selatan (N-S)
umumnya berkembang di bagian barat wilayah Jawa Barat. Gerakan sesar pada pola Sunda
ini umumnya berpola regangan (strain).. Sedangkan pola Jawa yang berkembang diwakili
oleh sesar-sesar naik berarah barat-timur (W-E).

7
Berdasarkan pembagian zona fisiografi daerah Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) lembar
Bogor termasuk dalam zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan. Dan desa nagrak
kabupaten Bogor, termasuk dalam Zona Bogor.

Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemmelen (1949)

Zona Bogor, zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor,
Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan
perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu
Antiklonorium, dibeberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman
Pliosen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan
Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit
rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat bukit-bukit dengan batuan keras yang
dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi seperti Gunung Parang dan Gunung
Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung Buligir sekitar
Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078
meter) di Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684 meter) di Sumedang.

8
Peta Geologi Regional Lembar Bogor (A.C. Effendi, Kusnama, & B. Hermanto, 1998
Edisi Ke-Dua)

Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta geologi regional tersebut, Berikut satuan batuan geologi regional lembar
Bogor, Zona Bogor yang diurutkan dari muda ke tua.

Tufa dan Breksi (Tmtb):


Tufa batuapung, breksi tufaan bersusunan andesit, batupasir tufa, lempung tufaan dengan
kayu terkersikkan dan sisa tumbuhan, batupasir berstruktur cross bedding.

Formasi Bojongmanik (Tmb):


Batupasir, tufa batuapung, napal dengan moluska, batugamping, batulempung dengan
lempung bitumen dan sisipan lignit dan sisa damar. Tebal satuan ini diperkirakan mencapai

9
550 meter. Fosil dalam batulempung adalah plankton yang menunjukkan umur Miosen
Tengah. Satuan ini dikorelasikan dengan formasi Subang di daerah Subang.

Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik (Tmbl):


Batugamping mengandung moluska. Satuan ini berupa lensa-lensa dalam formasi
Bojongmanik yang umurnya setara dengan Miosen Tengah.

Anggota Breksi Formasi Cantayan (Tmcb): breksi polymict dengan fragmen andesit -
basal dan batugamping koral. Sisipan batupasir sela dibagian atas, tebal satuan 1700 meter.
Anggota ini ditindih secara selaras oleh formasi Bojongmanik dan menindih selaras formasi
Klapanunggal. Umur anggota breksi ini Miosen Tengah.

Formasi Klapanunggal (Tmk):


Terutama batugamping terumbu padat dengan foraminifera besar dan fosil - fosil lainnya
termasuk moluska dan echinodermata. Umur satuan ini diduga setara dengan formasi
Lengkong dan Bojonglopang di zona pegunungan selatan yaitu Miosen Awal. Formasi ini
menjemari dengan formasi Jatiluhur dan di bagian timur lembar ketebalannya mencapai 500
meter.

Formasi Jatiluhur (Tmj):


Napal dan serpih lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa, bertambah pasiran ke arah
timur. Bagian atas formasi ini menjemari dengan formasi Klapanunggal dan berumur
Miosen Awal.

Batuan Gunungapi Lava Gunungapi Endut - Prabakti (Qvep):


tersusun andesit hornblende yang mengandung oligoklas, andesin, hipersten dan hornblende.

Batuan Gunungapi Gunung Salak


Merupakan produk dari gunungapi gunung Salak yang terdiri atas; aliran lava, andesit basal
dengan piroksin (Qvsl); lahar, breksi tufaan dan lapili, bersusunan andesit basal, lapuk
(Qvsb); tufa batuapung pasiran (Qvst).

10
Batuan Gunungapi Gunung Pangrango
Hasil erupsi gunungapi Pangrango yaitu; endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit
(Qvpy) dan endapan lebih tua, lahar dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin,
labradorit, olivin, piroksin dan hornblende (Qvpo).

Batuan Gunungapi Gunung Gede


Hasil kegiatan erupsi gunung Gede terdiri atas; aliran lava termuda (Qvgy); breksi tufaan
dan lahar, andesit dengan oligoklas-andesin, piroksin dan abundan hornblende, tekstur trakit,
umumnya lapuk (Qvg); aliran lava bersusunan andesit basal (Qvgl); aliran lava basal gunung
Gegerbentang (Qvba); breksi dan lava gunung Kencana dan gunung Limo (Qvk).

Batuan Gunungapi Tua


Batuan Gunungapi Tak Terpisahkan (Qvu); breksi dan aliran lava, terutama andesit.
Breksi Gunungapi (Qvb); breksi bersusunan andesit-basal, setempat aglomerat, lapuk.
Lava Gunungapi (Qvl); aliran lava di daerah Bogor bersusunan basal dengan labradorit,
piroksin dan hornblende. Di daerah Palabuhanratu bersusunan andesit dengan oligoklas-
andesin dan abundan hornblende.

Bahan Gunungapi (Tpv);


breksi, breksi tufa batuapung, aliran lava dan batupasir tufaan. Pada umumnya berlapis
kurang baik, konglomerat bersusunan andesit dan basal. Satuan ini tersingkap baik di lembar
Cianjur di duga berumur Plio-Plistosen dan menindih secara tak selaras batuan sedimen
yang lebih tua.

Bahan Gunungapi (Tpb);


breksi , aliran lava, batupasir tufaan dan konglomerat dengan susunan andesit-basal.

Batuan Terobosan

11
Batuan terobosan yang terdapat pada lembar Bogor yaitu; andesit (a) dengan komposisi
mineral oligoklas-andesin, augit, hipersten dan hornblende yang membentuk plug dan dike;
dasit (da) tersingkap di daerah sudut baratlaut; diorit kuarsa (qd) di daerah sudut baratlaut;
andesit hornblende (ha) di daerah sebelah sudut tenggara; diorit porfiri (dp) merupakan dike
sepanjang sungai Cicareuh.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Geomagnet
- Bagaimana pola sebaran anomali medan magnetik di daerah Desa Nagrak?
- Bagaimana kondisi geologi bawah permukaan di daerah Desa Nagrak, berdasarkan
pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj?

1.4 Tujuan Praktikum

1.4.1 Geomagnet
- Untuk mengetahui pola sebaran anomali medan magnetik di desa Nagrak.
- Untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan pada desa Nagrak, berdasarkan
pemodelan dengan menggunakan software Oasis Montaj.

12
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Teori Medan Magnet


Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan,
yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras
magnetik di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat
menimbulkan perubahan sifat kemagnetan batuan, dengan kata lain kemagnetan batuan akan
menjadi turun atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam
alterasi hidrotermal, maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah untuk
melokalisir daerah anomaly magnetik rendah yang diduga berkaitan erat dengan manifestasi
panas bumi.

2.1.1 Medan Magnet


Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785 menyatakan bahwa gaya magnet
berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak antara dua muatan magnetik, yang persamaannya
mirip hukum gaya gravitasi Newton. Dengan demikian, apabila dua buah kutub P1 dan P2
dari monopole magnet yang berlainan terpisah pada jarak r, maka persamaan gaya magnet
dinyatakan sebagai

dengan Gm adalah gaya magnet monopole pada P1 dan P2, r adalah vektor satuan berarah
dari P1 ke P2, P1 dan P2 adalah muatan kutub 1 dan 2 monopole, µ adalah permeabilitas
medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1). Gaya magnet Gm per satuan muatan P1
didefinisikan sebagai kuat medan magnet terukur (H). Dengan demikian dihasilkan kuat
medan magnet pada muatan P1 yang dapat dinyatakan sebagai,

13
dengan H adalah kuat medan magnet terukur. Jika suatu benda terinduksi oleh medan magnet
H, maka besar intensitas magnet yang dialami oleh benda tersebut adalah (Reynold, 1995),

dengan M adalah intensitas magnetisasi dan k adalah suseptibilitas magnetik.

2.1.2 Suseptibilitas Magnet


Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu material termagnetisasi yang
ditentukan oleh nilai suseptibilitas kemagnetan pada Persamaan 3. Faktor yang
mempengaruhi nilai suseptibilitas magnet suatu material adalah litologi batuan dan
kandungan mineral batuan. Tabel 1 menunjukkan nilai suseptibilitas magnet beragam batuan.

dengan adalah sumber material, adalah titik observasi, adalah titik distribusi, dan ) adalah
fungsi Green. Terdapat hubungan umum dalam domain Fourier antara anomali gravitasi atau
anomali magnet yang diukur pada permukaan horizontal dan distribusi sumber penyebab
yang terletak sepenuhnya di bawah permukaan.

2.1.3 Kontinuasi ke Atas


Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mentransformasikan medan potensial yang
diukur pada permukaan tertentu menuju ke medan potensial pada permukaan lain yang jauh
dari sumber. Transformasi ini mengurangi anomali sebagai fungsi panjang gelombang.
Semakin pendek panjang gelombang maka semakin besar atenuasinya. Konsep dasar dari

14
transformasi ini berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan bahwa
apabila suatu fungsi adalah harmonik, kontinyu, dan mempunyai turunan yang kontinyu di
sepanjang daerah , maka nilai pada suatu titik di dalam daerah (Gambar 4) dapat dinyatakan
dengan persamaan (Blakely, 1996):

Tabel 1. Nilai Suseptibilitas Batuan (Telford, dkk, 2004)

Adanya medan magnet yang berasal dari bumi dapat mengakibatkan terjadinya induksi
magnet pada batuan yang memiliki suseptibilitas. Induksi magnet dalam suatu material
dipengaruhi medan eksternal dan magnetisasi material tersebut. Secara umum, persamaannya
dapat dituliskan sebagai (Serway & Jeweet, 2004):

15
2.1.4 Anomali Medan Magnet
Anomali medan magnet adalah hasil perhitungan dari medan magnet total dan medan
magnet regional atau IGRF. adalah nilai medan magnet total dalam nT dan adalah nilai
medan magnet regional dalam nT. Nilai anomali medan magnet dalam nT sebagai ˂˂ | | dan
arah sama dengan arah , maka dapat dituliskan (Blakely, 1996):

dengan adalah nilai medan magnet total dalam nT, adalah nilai variasi harian dalam nT,
adalah nilai IGRF dalam nT.

2.1.5 Variasi Harian


Variasi harian adalah representasi gangguan terhadap medan magnet regional F
karena adanya sumber medan magnet luar dalam nT, sehingga untuk mendapatkan nilai
variasi harian, persamaannya dapat dituliskan sebagai (Gravmag, 2015):

dengan adalah waktu saat pengukuran dalam detik, adalah waktu terukur di base awal dalam
detik, adalah waktu terukur di base akhir dalam detik, adalah nilai medan magnet total pada
base akhir dalam nT, dan adalah nilai medan magnet total pada base awal dalam nT.

2.2 Transformasi

2.2.1 Reduksi ke Kutub


Baranov dan Naudy dalam Blakely (1996) mengembangkan metode transformasi
untuk menyederhanakan interpretasi data magnet pada daerah berlintang rendah dan
menengah yang dikenal dengan reduksi ke kutub. Proses transformasi reduksi ke kutub dapat
mengurangi satu tahap kompleks dari proses interpretasi, di mana anomali medan magnet
16
menunjukkan langsung posisi bendanya. Proses transformasi ini dilakukan dengan mengubah
arah magnetisasi dan medan utama dalam arah vertikal. Hubungan antara medan potensial
dan distribusi sumber material (Blakely, 1996):

dengan menunjukkan permukaan daerah , menunjukkan arah normal keluar, dan adalah jarak
dari titik ke suatu titik permukaan . Persamaan 16 menjelaskan prinsip dasar dari kontinuasi
ke atas, bahwa suatu medan potensial dapat dihitung pada setiap titik di dalam suatu daerah
berdasarkan sifat medan magnet pada permukaan yang melingkupi daerah tersebut.

Gambar 5. Kontinuasi ke Atas dari Permukaan Horizontal (Blakely, 1996)

2.3 Medan Magnet Bumi


Komponen medan magnet bumi biasa disebut elemen medan magnet bumi yang
mempunyai tiga arah utama dan dinyatakan dalam koordinat kartesian (Gambar 5), yaitu
komponen arah utara , komponen arah timur , dan komponen arah ke bawah . Isi dari elemen
medan magnet bumi adalah deklinasi (D) yaitu sudut utara magnet bumi dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara magnet dan utara
geografis), inklinasi (I) yaitu sudut antara medan magnet total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari horizontal menuju ke bidang vertikal ke bawah (sudut antara bidang horizontal

17
dan vektor medan total), intensitas horizontal ( ) adalah magnitudo dari medan magnet total
pada arah horizontal, dan medan magnet total ( ) adalah magnitudo dari vektor magnet total.
Karena medan magnet utama berubah terhadap waktu, maka untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan magnet utama dibuat standar nilai yang dikenal dengan IGRF. Nilai IGRF
diperbaharui setiap 5 tahun sekali.

Gambar 6. Elemen Medan Magnet Bumi (Telford, dkk, 2004)

2.4 Medan Magnet Luar


Medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di
atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka
perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat (Telford, dkk, 2004). Beberapa sumber
medan magnet dari luar antara lain: a. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer
dengan siklus 11 tahun. b. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan
pasang surut matahari dan mempunyai jangkauan 30 nT. c. Variasi harian dengan periode 25

18
jam yang berhubungan dengan pasang surut bulan dan mempunyai jangkauan 2 nT. d. Badai
geomagnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkauan sampai dengan 1.000 nT.
Pengamatan badai geomagnet telah lama dilakukan dan yang pertama kali mengidentifikasi
pola badai magnet adalah Moos. Moos mengamati terjadinya peningkatan mendadak dari
komponen H geomagnet di Colaba, India. Chapman kemudian mendefinisikan kejadian
tersebut sebagai „magnetic storm‟. Chapman pertama kali mengamati dampak badai magnet
di berbagai stasiun geomagnet di dunia. Sugiura dan Chapman mendefinisikan dampak
tersebut sebagai Disturbance Storm Time (DST) yang direpresentasikan sebagai indeks yang
menggambarkan gangguan pada komponen H geomagnet saat terjadi badai (Sugiura, 1964).
Pengukuran DST dilakukan empat stasiun yang berlokasi di lintang rendah dan terdistribusi
secara merata terhadap ekuator magnet, yaitu Hermanus, Kakioka, Honolulu, dan San Juan
yang menghasilkan indeks DST skala global (INGV, 2015)

2.5 Kemagnetan Material Bumi


Setiap jenis material mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet.
Hinze, dkk (2012) mengklasifikasikan material menjadi empat jenis berdasarkan nilai
suseptibilitas magnet, yaitu diamagnet, paramagnet, ferromagnet, dan ferrimagnet.

1. Diamagnet Diamagnet adalah bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh
elektron yang berpasangan. Jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, spin elektron akan
menghasilkan arah momen magnet yang berlawanan dengan arah medan magnet luar
sehingga akan menghasilkan resultan yang berarah negatif. Diamagnet memiliki nilai
suseptibilitas k< 0 dalam satuan cgs. Contohnya adalah bismuth, gypsum, marmer,
kuarsa, garam, seng dan emas (Siswoyo, dkk, 2010).
2. Paramagnet
Paramagnet adalah bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya tidak lengkap
(sebagian ada elektron yang tidak berpasangan). Tanpa pengaruh kuat medan magnet
luar, momen magnet memiliki arah orientasi yang acak. Jika ada pengaruh dari medan
luar, maka momen magnet akan sejajar dengan medan tersebut. Paramagnet memiliki
nilai suseptibilitas 0 <k< 10-6 dalam satuan cgs. Contohnya adalah pyrite, zincblende,
dan hematite (Siswoyo, dkk, 2010).

19
3. Ferromagnet
Ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh temperatur, yaitu
pada temperatur di atas temperatur Curie akan kehilangan sifat kemagnetannya. Jika
dimasukkan ke dalam medan magnet luar, magnetisasi bahan ini akan meningkat tajam.
Ferromagnet memiliki nilai suseptibilitas 1<k<k
4. Ferrimagnet
Ferrimagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya seperti ferromagnet yaitu
dipengaruhi oleh temperatur. Tanpa adanya pengaruh kuat medan magnet luar, arah
momen magnetnya parallel dan saling berlawanan. Ferrimagnet memiliki nilai
suseptibilitas 10-6 <k

2.6 Proton Precession Magnetometer


Setiap proton adalah massa yang berputar dan membawa muatan listrik positif. Putaran
muatan partikel ini menghasilkan momen magnet dan momentum angular pada arah sumbu
putarnya. Sebagai akibatnya, sumbu proton akan berpresesi, seperti ditunjukkan pada
Gambar 9. Jumlah putaran sumbu proton di sekitar sumbu dalam waktu tertentu disebut
frekuensi presesi proton ( ). Nilai tergantung pada momen magnet proton , momentum
angular proton , dan medan magnet bumi yang dapat dinyatakan dalam persamaan (Telford,
dkk, 2004):

2.7 Sesar
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang terbentuk ketika salah satu bagian yang
retak bergeser relatif terhadap bagian yang lain. Sesar terjadi karena batuan mengalami efek
tegangan yang melampaui kekuatan elastisitasnya. Pergeseran blok batuan yang retak
tersebut dapat terjadi dalam ukuran jarak yang sangat kecil sampai dengan skala yang lebih
besar atau disebut dengan daerah sesar skala regional. Setiap sesar memiliki komponen-
komponen yaitu arah (strike), dan sudut kemiringan (dip). Strike atau jurus adalah garis yang
dibentuk dari perpotongan bidang sesar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara ke
arah timur dengan sudut antara 0 sampai 360 derajat dan dip sesar merupakan sudut yang
dibentuk oleh bidang sesar terhadap bidang horizontal dengan sudut kemiringan antara 0
sampai 90 derajat.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Praktikum
- Seperangkat Komputer
- Untuk pengolahan data Geomagnet menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Oasis
Montaj V.6.4.2.

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Geomagnet

1. pada langkah pertama Persiapkan data-data lapangan geomagnet pada desa Nagrak, Jawa
Barat yang akan dilakukan koreksi. Terdapat 4 data dari setiap stasiun, yang kemudian
digabungkan menjadi satu berdasarkan urutan waktu pengamatan.

2. Selanjutnya dilakukan koreksi-koreksi untuk menghilangkan noise yang diperoleh saat


tahap akuisisi data dan bertujuan untuk memperoleh nilai anomali magnetik yang
diharapkan. Koreksi ini terdiri dari koreksi harian/diurnal, koreksi IGRF.Untuk Koreksi

21
IGRF, diperoleh dari web Kalkulator BMKG (https://www.bmkg.go.id/geofisika-
potensial/kalkulator-magnet-bumi.bmkg) dengan tanggal 09 April 2017

3. Untuk koreksi Diurnal, rumusnya adalah (waktu pada titik-n – waktu pada base)/(waktu
pada titik akhir-waktu pada base)*(nilai pembacaan pada titik akhir-nilai pembacaan pada
base).

22
4. Untuk mendapatkan koreksi IGRF, pertama dilakukan konvert nilai easting dan northing
pada web http://www.rcn.montana.edu/resources/converter.aspx untuk mendapatkan nilai
latitude dan longitude.

23
5. Selanjutnya, buka web Kalkulator BMKG https://www.bmkg.go.id/geofisika-
potensial/kalkulator-magnet-bumi.bmkg. Masukkan tanggal 09 April 2017 (sebagai tanggal
pengambilan data) dan masukkan nilai lintang dan bujur yang telah didapat tadi. Lalu, klik
Hitung. Lalu akan didapatkan nilai Koreksi IGRF, Deklinasi, dan Inklinasinya.

24
6. Kemudian, copy nilai IGRF pada kalkulator BMKG tersebut, berserta Deklinasi, dan
Inklinasi itu untuk melengkapi data pada Excel awal. kamudian lakukan perhitungan
Anomali Magnetik Total dengan rumus = (nilai pembacaan-koreksi diurnal)-koreksi IGRF.

25
7. Selanjutnya, lakukan pensortiran data yang akan digunakan untuk pengaplikasian pada
Oasis Montaj. Yaitu, Easting, Northing, Elevasi, dan AMT.

8. Kemudian, buka dan jalankan software Oasis Montaj. Klik File, Project dan Pilih New.
Lalu tulis nama folder untuk disimpannya seluruh pekerjaan.

26
9. Pilih data, pilih import lalu Excel Spreadsheet dan klik Single Sheet.

27
10. Isi nama database, disini diisi oleh lokasi penelitian yaitu Nagrak lalu klik OK.

11. Kemudian import file data akhir excel yang telah disortir dan pilih Selected sheet &
Columns.

28
12. Tampilannya akan seperti ini. Apabila terdapat tanda ** maka geser garis pada kolom
masing masing , jadi perbesar kolomnya. Jika * maka terdapat data yang salah, dapat
diperbaiki kembali pada data excel. Setelah diperbesar kolomnya akan muncul angka-
angkanya.

29
13. Pilih Coordinates, lalu Klik Change X, Y Coordinates.

14. Lalu setting X menjadi Easting, Y menjadi Northing, dan Z menjadi Elevasi. Dan klik OK.

30
15. Selanjutnya, membuat peta AMT. Pilih Grid, lalu Gridding, pilih minimum curvature, dan
klik Dialog Controls.

31
16. Tuliskan Anomali Magnetik Total pada channel to grid. Begitu juga pada name of new grid
file. Kemudian isi grid cell size menjadi 17. Klik OK.

17. Seperti ini tampilan Peta Anomali Magnetik Total.

32
18. Selanjutnya untuk membuat peta Elevasi. Pilih Grid, Gridding, dan minimum curvature

19. Tuliskan Elevasi pada Channel to grid dan name of new grid file. Lalu isi grid cell size
menjadi 17. Klik OK.

33
20. Selanjutnya inilah tampilan Peta Elevasi.

21. Kemudian, pilih GX dan Klik Load Menu.

34
22. Lalu searching Magmap.omn dan klik open.

23. Selanjutnya membuat peta Preprocess. Pilih MAGMAP, lalu interactive Filtering dan klik
Prepare Grid.

35
24. Lalu tuliskan name of input menjadi AMT, name of output menjadi PreProcess dan pilih
Rectangular expansion. Dan klik Start.

25. Seperti ini tampilan Peta Preprocess.

36
26. Kemudian membuat FFT, pilih MAGMAP, interactive filtering, dan klik Forward FFT.

27. Tuliskan name of input preprocess menjadi preprocess. Lalu klik OK.

37
28. Selanjutnya pilih MAGMAP, interactive filtering dan klik Radial Average Spectrum.

29. Lalu tuliskan name of input menjadi Preprocess dan name of output menjadi FFT. Klik
OK.

38
30. Kemudian pilih MAGMAP, interactive filtering, dan klik interactive Spectrum Filters.

39
31. Otomatis spectrum name akan menjadi FFT dan control file menjadi magmap.omn, lalu

40
Save.

41
32. Selanjutnya akan muncul Spectral Filter yang berguna untuk pemisahan kawasan Regional
dan Residual. Yang pertama adalah Klik Regional. Kamudian Ubah filter name menjadi
Butterworth dan kontrol dengan central wavenumber serta filter degree hingga Garis merah
konstan menutup garis hitam (hanya sampai belokan kurva). Lalu OK.

42
33. Kemudian untuk membuat peta Regionalnya, klik MAGMAP, interactive filtering, dan
pilih Apply Filter.

34. Lalu tuliskan name of output menjadi Regional. Klik OK.

43
35. Seperti inilah tampilan Peta Regional.

36. Kemudian untuk membuat peta Residualnya, klik MAGMAP, interactive filtering dan pilih
Interactive spectrum files kembali.

44
37. Otomatis spectrum file akan FFT dan control file name yang magmap.omn. Klik OK.

45
38. Selanjutnya klik residual, lalu filter name butterworth dan atur central wavenumber dan
filter degreenya hingga garis merah menutupi garis hitam (sampai pada belokan kurva
regional). Klik OK.

39. Kamudian klik MAGMAP, interactive filtering, dan pilih Apply Filter.

46
40. Tuliskan name of output menjadi Residual, lalu klik OK.

41. Seperti inilah bentuk tampilan dari Peta Residual.

47
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Geomagnet

Anomali medan magnet merupakan nilai residu yang dihasilkan dari koreksi pada nilai
medan magnet total. Anomali medan magnet mencerminkan batuan yang mengandung
mineral-mineral bersifat magnetik yang berada di bawah permukaan.Data medan magnetik
total yang telah diperoleh dari lapangan merupakan data yang masih perlu dilakukan proses
koreksi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Koreksi variasi harian
didapatkan dari data medan magnetik total yang diukur di base station. Setelah dilakukan
koreksi variasi harian kemudian data dikenai koreksi IGRF (International Geomagnetic
Reference Field). Nilai IGRF ini ditentukan berdasarkan kesepakatan internasional dibawah
pengawasan Intenational Association of Geomagnetic and Aeronomy (IAGA) dan
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Setelah data dilakukan koreksi variasi harian dan koreksi
IGRF kemudian akan didapatkan pola anomali medan magnetik total.
Gambar dibawah menunjukkan pola persebaran nilai anomali medan magnet total.

4.2 Anomali Magnetik Total

49
Peta diatas adalah Peta AMT, Anomali Magnetik
hasil pengukuran geomagnetik. Untuk mengetahui pola sebaran medan magnet total
dilakukan proses interpolasi sehingga membentuk pola medan magnet total yang ditunjukan
dengan perbedaan tingkat warna.Pada peta tersebut intensitas medan magnet pada daerah
pengukuran memiliki perbedaan pola warnanya yang mengartikan perbedaan medan magnet.
Yang pertama adalah wilayah intensitas medan magnet tinggi yang ditunjukkan oleh
warna pink hingga merah. Kemudian pada wilayah dengan intensitas medan magnet sedang
ditunjukkan oleh warna jingga hingga kuning. Terakhir, daerah dengan intensitas medan
magnet rendah yang ditunjukkan oleh warna hijau hingga biru. Dari peta tersebut dapat
diketahui nilai intensitas medan magnet rendah dominan terdapat pada bagian barat hingga
selatan peta dan beberapa pada timur peta. Kemudian untuk nilai intensitas medan megnet
yang sedang berada pada bagian utara dan dikelilingi nilai intensitas rendah. Lalu pada nilai
intensitas medan magnet tinggi terdapat pada bagian timur. Perubahan dari anomali tersebut,
tampak jelas dari arah baraat ke timur dengan perubahan nilai anomali dari rendah menuju
tinggi. Nilai anomali tinggi diindikasikan berasal dari batuan yang memiliki tingkatan
densitas yang tinggi atau batuan dasar yang mengalami suatu deformasi uplift atau dapat
diasumsikan merupakan bagian struktur seperti sinklin ataupun antiklin dan nilai anomali
rendah yang direpresentasikan sebagai daerah rendah dengan batuan yang memiliki tingkatan
densitas rendah.
Berdasarkan dari pola geologi regional lembar bogor, desa Nagrak kabupaten Bogor
terdapat pada formasi Qav ng terdiri dari batuan lanau, batupasir, kerikil, dan kerakal dari
batuan gunung api kuarter, kemudian diendapkan kembali sebagai kipas Alluvium.
Diasumsikan bahwa bagian yang memiliki nilai medan magnet rendah merupakan formasi
Qav ini, dimana memiliki nilai suseptibilitas rendah. Kemudian, bagian yang memiliki nilai
medan magnet sedang hingga tinggi, diperkirakan terdiri dari batuan yang mempunyai nilai
suseptibilitas yang sedang seperti batupasir. Sedangkan pada bagian yang memiliki nilai
medan magnet tinggi diperkirakan terdiri dari batuan beku seperti basal andesit yang
memiliki nilai suseptibilitas tinggi.

50
4.3 Medan Magnet Regional

Peta diatas adalah medan magnet Regional. Medan magnet regional merupakan
medan magnet utama bumi yang berubah terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan
nilai-nilai medan magnet utama bumi dibuat standar nilai yang disebut dengan International
Geomagnetic Reference Field (IGRF), model IGRF pada dasarnya hanya dapat menunjukan
nilai medan magnet bumi secara umum dan tidak dapat secara detai menunjukan pola medan
magnet pada setiap daerah penelitian. Peta diatas ini Peta Butterworth Regional, Peta
Butterworth Regional adalah peta yang dihasilkan pada proses filter butterworth. Pada peta
tersebut intensitas medan magnet pada daerah penelitian dapat dibilang relatif
sama. Penyebaran klosur rendah, sedang, dan tingginya relatif sama pada Peta AMT. Hal
tersebut karena pada peta anomali regional yang secara otomatis mencakup area
yang luas serta kedalaman yang tinggi, yang kemudian diasumsikan sebagai
basement rock dengan litologi yang relatif sama, oleh karena itu range pada intensitas medan
magnetnya tidak terlalu besar.
jika dilihat Berdasarkan paparan geologi regional lembar bogor, desa Nagrak
kabupaten Bogor termasuk kedalan formasi Qav yang terdiri dari batu lanau, batupasir,
kerikil, dan kerakal dari batuan gunung api kuarter, yang kemudian diendapkan kembali
sebagai kipas Alluvium. Kemudian dari hasil peta yang diperoleh Dapat dikatakan bahwa
bagian pada peta yang memiliki nilai medan magnet rendah merupakan bagian dari formasi

51
Qav yang juga memiliki tingkat nilai suseptibilitas rendah. Kemudian, pada bagian yang
memiliki nilai medan magnet sedang hingga tinggi, dapat diindikasikan terdiri dari batuan
yang mempunyai tingkat nilai suseptibilitas yang sedang seperti batupasir. Sedangkan pada
bagian yang memiliki nilai medan magnet tinggi dapat diindikasikan terdiri dari batuan beku
seperti basal dan andesit yang memiliki tingkat nilai suseptibilitas yang tinggi.

4.4 Medan Magnet Residual

Peta diatas merupakan Peta Butterworth Residual. Pada peta tersebut terdapat
gambaran dari penyebaran intensitas medan magnet pada setiap bagian peta. Dapat dilihat
bahwa banyak terdapat perbedaan warna yang kontras antara klosur rendah-sedang-tinggi
pada peta, yang diindikasikan adanya tanda-tanda struktur. Missal seperti pada pola klosur
berwarna biru yang anomali magnetiknya rendah diapit oleh klosur pink yang nilai
magnetiknya tinggi, pada bagian utara dan timur peta. perbedaan tingkat nilai magnetik
rendah dan nilai magnetic tinggi ini dapat diindikasikan terdapat suatu struktur yang diduga
disebabkan oleh proses tektonik ataupun proses vulkanik.
Untuk melihat perubahan pola magnetic residual dari beberapa jadwal waktu
penelitian, gambar dibawah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola
perubahan tersebut.

52
 09 April 2017 ( Penelitian 1 )

 03 Agustus 2017 ( Penelitian 2 )

 29 Desember 2017 ( Penelitian 3 )

53
 27 April 2018 ( Penelitian 4 )

 11 April 2019 ( Penelitian 5 )

Jika dilihat dari beberapa hasil peta anomaly magnetic residual yang berasal dari
beberapa jadwal penelitian diatas, diperlihatkan bahwa terjadi perubahan pada pola magnetic
selama kegiatan penelitian, pada peta anomaly magnetic residual ini ditandai dengan
beberapa warna seperti klosur warna merah hingga pink yang menandakan tingkat nilai
magnetic yang tinggi, warna kuning hingga hijau menandakan tingkat nilai magnetic yang
sedang dan warna biru yang menandakan tingkat nilai magnetic yang rendah, pada penelitian
pertama ditunjukan pola anomaly magnetic residual dengan penyebaran klosur warna merah
yang lebih padat dan rapat pada bagian barat hingga selatan yang kemudian perlahan
berubah seperti pada peta residual penelitian ke dua yang cenderung lebih menyusut tingkat

54
kerapatannya hingga pada peta residual penelitian ke empat, lalu pada peta residual
penelitian ke lima pola anomaly magnetic dengan klosur berwarna merah mengalami
perubahan kembali menjadi lebih tersebar pada bagian barat hingga selatan dan lebih rapat
polanya
Kemudian dilanjutkan pada klosur yang berwarna kuning hingga hijau, pada peta
residual penelitian pertama pola klosur berwarna kuning hingga hijau tersebar pada bagian
barat hingga selatan peta denga tingkat penyebaran yang merata, pada peta residual
penelitian kedua tidak terdapat perbedaan pola klosur berwarna kuning hingga hijau yang
signifikan terhadap pola penyebaran pada peta residual penelitian pertama, sedangkan pada
peta residual penelitian ke tiga sampai peta residual penelitian ke lima terdapat perubahan
yang cukup signifikan dimana sebelumnya pada peta residual penelitian ke tiga dan keempat
pola klosur warna kuning hingga hijau mengalami penyusutan pola penyebaran yang
selanjutnya pada peta residual penelitian ke lima kembali mengalami pola penyebaran yang
merata pada bagian barat hingga selatan peta
Selanjutnya pada klosur yang berwarna biru, pada peta residual penelitian pertama
dan peta residual penelirian ke dua tidak ada perubahan yang signifikan diantara keduanya,
hal ini terlihat pada pola klosur berwarna biru terdapat pada bagian utara hingga timur peta
dengan posisi yang berhimpitan dengan klosur berwarna merah hal ini dapat diindikasikan
banyak terdapat suatu struktur pada wilayah tersebut. yang diperlihatkan dengam pola klosur
yang memiliki kerapatan tinggi dan mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan
peta residual penelitian ke tiga dan peta residual penelitian ke empat. Lalu pada peta residual
penelitian ke lima terjadi perubahan kembali pada pola penyebarannya yang meluas dan
banyak berhimpit dengan klosur berwarna merah yang mengindikasikan banyaknya terdapat
struktur, dimana dapat dilihat pada peta residual sebelumnya mengalami penyusutan cakupan
wilayah penyebaran.
Kemudian dari perbandingan dengan beberapa pola gambaran peta residual yang
memiliki wilayah penelitian yang sama namun dengan waktu yang berbeda dapat diketahui
bahwa pada setiap berjalanya waktu kondisi nilai inklinasi dan deklinasi pada peta akan
berubah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan pola anomaly magnetic yang
diperlihatkan. Perbedaan yang terjadi pada pola anomaly residual ini karena pergerakan bumi

55
yang selalu berotasi dan mengakibatkan pola anomaly residual ini selalu berbeda dari tahun
ke tahun walaupun berada pada lokasi penelitian yang sama

56
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Geomagnet

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan metode magnetik pada
daerah Desa Nagrak, kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dapat
disimpulkan bahwa:

1. Pada Peta AMT, diketahui nilai intensitas medan magnet rendah dominan
terdapat pada bagian barat hingga selatan peta dan beberapa terdapat pada barat laut
peta. Kemudian nilai intensitas medan magnet yang sedang berada pada bagian utara
yang dikelilingi nilai intensitas rendah. Lalu pada nilai intensitas medan magnet tinggi
terdapat pada bagian timur peta. Diasumsikan bahwa bagian yang memiliki nilai medan
magnet rendah merupakan formasi Qav yang mencakup wilayah Desa Nagrak,
Kab.Bogor dimana memiliki tingkat nilai suseptibilitas rendah.
2. Pada Peta Butterworth Regional, pola penyebaran nilai magnetic rendah, sedang, dan
tingginya relatif sama. Hal tersebut diindikasikan bahwa pada daerah penelitian ini
memiiki basement rock yang litologinya relatif sama yang diperlihatkan oleh range
intensitas medan magnet yang tidak terlalu tinggi.
3. Pada Peta Butterworth Residual, adanya pola penyebaran nilai magnetik pada setiap
bagian peta yang diasumsikan adanya indikasi struktur dibawahnya.seperti halnya pada
klosur berwarna biru yang memiliki nilai anomali magnetiknya rendah diapit oleh klosur
merah yang memilika nilai magnetiknya tinggi, pada bagian utara dan timur peta.
4. Jika dilakukan perbandingan dengan beberapa pola gambaran peta residual yang
memiliki wilayah penelitian yang sama namun dengan waktu yang berbeda dapat
diketahui bahwa pada setiap berjalanya waktu kondisi nilai inklinasi dan deklinasi pada
peta akan berubah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan pola anomaly magnetic
yang diperlihatkan. Perbedaan yang terjadi pada pola anomaly residual ini karena

57
pergerakan bumi yang selalu berotasi dan mengakibatkan pola anomaly residual ini
selalu berbeda dari tahun ke tahun walaupun berada pada lokasi penelitian yang sama.

5.2 Saran
5.2.1 Geomagnet
Dalam hal penjelasan mengenai langkah langkah dalam interpretasi peta sebaiknya
dipelukan penjelasan yang lebih lengkap sehingga data yang aka diinterpretasikan oleh setiap
orang dapat lebih jelas dan tidak mengalami perbedaan yang jauh dari hasil interpretasi dengan
data geologi yang ada.

58
DAFTAR PUSTAKA

 Abidin, HZ., Andreas, H., Meilano, I., Gamal, M., Gumilar I., Abdullah, C. I., 2009.
Deformasi Koseismik Dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 Dari Hasil
Survey GPS. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.4, 275-284.
 Aziz, Khafid Nur. 2015. Interpretasi Struktur Bawah Tanah dan Pemodelan 2D
dengan Metode Geomagnet di Wilayah Karst Bribin, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul, DIY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
 Bahagiarti, Sari Kusumayudha. (2005). Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di
Daerah Gunungsewu. Yogyakarta: Adi Cita.
 Bemmelen. Van, R. W,. 1949. The Geology Of Indonesia. Nederland : Martinus
Nyhoff, The Haque.
 Blakely, R.J. (1996). Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Edinburgh:
Cambridge University Press.
 Ginanjar, dinar., 2016. Interpretasi Anomali Magnetik Untuk Mengidentifikasi Struktur
Geologi Bawah Permukaan Laut Di Perairan Luwuk Sulawesi Tengah, Universitas
Pendidikan Indonesia.Bandung
 Telford, W.M. Geldart, L.P. Sheriff, R.E. Keys, D.A. 1990. Applied Geophysics.
Cambridge University Press

59

Anda mungkin juga menyukai