Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

“Analisis Struktur Tektonik dan Risiko


Gempa Bumi di Jakarta”

Diajukan Kepada :

“Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika”

Oleh:
1. Gibrani Salomo Pardede (120150078)
2. Randhy Trianggara (120150100)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI JURUSAN


TEKNOLOGI MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : “Analisis Struktur Tektonik dan Risiko Gempa Bumi di Jakarta”
2. Pengusul : Gibrani Salomo Pardede
3. Institusi : Teknik Geologi, Institut Teknologi Sumatera
4. Tempat : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
5. Waktu : 3 Juli 2023 – 3 Agustus 2023

Hormat Kami,

Mahasiswa Mahasiswa

Gibrani Salomo Pardede Randhy Trianggara


NIM. 120150078 NIM. 120150100

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Teknik Koordinator Kerja Praktik


Geologi

Alviyanda, S.T., M.T. Rezki Naufan Hendrawan, S.T.,


M.T.
NRK. 1992 0127 2019 1186 NRK. 1991 0912 2018 1221
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geologi secara umum membahas mengenai material pembentuk bumi dan segala
proses yang terjadi baik di dalam bumi (bawah permukaan) maupun yang terjadi di
atas permukaan bumi. Gaya yang bekerja di dalam bumi (endogen) menghasilkan
gempabumi dan aktivitas vulkanik, sementara itu gaya eksternal (eksogen)
menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, dan pembentukan bentang alam. Semua
proses itu menyebabkan batuan memiliki ciri yang khusus. Karakteristik dan ciri
khusus dari batuan itulah yang dipelajari oleh geologi. Sehingga dapat dilakukan
interpretasi proses geologi apa saja yang berkontribusi dalam pembentukan batuan
tersebut.

Geologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari deformasi bumi
yang terjadi di dalam dan di atas kerak bumi, serta mempelajari bagaimana batuan
dan strata bumi saling berhubungan. Pengetahuan tentang geologi struktur sangat
penting dalam mitigasi bencana geologi karena dapat membantu mengidentifikasi
daerah-daerah yang rentan terhadap kebencanaan geologi. Jenis-jenis kebencanaan
geologi diantaranya, yaitu : Gerakan tanah (mass movement, berbagai jenis longsor).
Letusan gunungapi. Gempa tektonik dan gempa vulkanik, dan Tsunami. geologi
struktur sangat penting dalam memahami penyebab dan karakteristik gempa bumi.
Dengan mempelajari struktur geologi di daerah yang rentan terhadap gempa bumi,
para ahli dapat mengidentifikasi dan memetakan potensi zona-zona gempa serta
memahami sifat-sifat mekanis dari batuan yang dapat mempengaruhi karakteristik
gempa bumi, seperti magnitudo dan intensitas. Hal ini memungkinkan untuk
merancang struktur bangunan yang lebih tahan gempa dan menentukan lokasi yang
lebih aman untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, pengetahuan tentang
geologi struktur juga dapat membantu dalam memahami sifat-sifat bumi yang dapat
mempengaruhi kecepatan dan pola penyebaran gelombang gempa, sehingga dapat
membantu dalam merancang sistem peringatan dini dan mitigasi risiko terhadap
bencana gempa bumi.

Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib di Program
Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera yang bertujuan agar mahasiswa
mendapatkan wawasan serta ganmbaran nyata mengenai profesi yang bersangkutan
dalam dunia kerja. Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib di
Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera yang bertujuan agar
mahasiswa mendapatkan wawasan serta gambaran nyata mengenai profesi yang
bersangkutan dalam dunia kerja. Dengan itu penulis ingin menerapkan hal-hal diatas
dengan melakukan Kerja Praktik (KP) di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa dan berharap bisa menjadi sesuatu yang berharga
dan menambah pengalaman di masa depan.

I.2 Tujuan
Maksud dari kegiatan Kerja Praktik ini adalah memberikan pemahaman mengenai
cara mengaplikasikan teori secara langsung dalam dunia kerja. Adapun tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan kerja praktikkali ini adalah:
1. Menjadikan diri bertanggung jawab, profesional, disiplin, berani mengambil
keputusan dan mampu bersosialisasi dengan lingkungandi dunia kerja.
2. Mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkanselama
di jenjang perguruan tinggi.
3. Mampu mengolah data dari hasil survey langsung di lapangan dan
menghasilkan suatu interpretasi dan analisis yang tepat.
4. Menambah pengalaman serta wawasan dan mendapat keterampilan bagi
mahasiswa Teknik Geologi.
5. Menambah relasi maupun kerjasama antara Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) dengan Institut Teknologi Sumatera.

I.3 Topik Kerja Praktik


Topik kerja praktik yang diajukan yaitu “Analisis Struktur Tektonik dan Risiko
Gempa Bumi di Jakarta”. Jika terdapat kondisi di luar keinginan, maka topik
tersebut bersifat fleksibel atau dapat disesuaikan dengan kesepakatan atau mengikuti
ketentuan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional


Secara geologi, wilayah Jakarta berada di bawah dataran rendah yang terbentuk oleh
sedimentasi endapan aluvial sungai Ciliwung dan Cisadane. Endapan ini terdiri dari pasir,
lumpur, dan tanah liat yang terkompaksi dan membentuk tanah yang cukup subur. Di bawah
endapan aluvial tersebut terdapat batuan induk berupa endapan sedimen Tersier dan Kuarter
yang terdiri dari batuan pasir, lempung, dan batupasir yang terbentuk akibat pengendapan
sedimentasi di dasar laut pada masa lampau. Selain itu, wilayah Jakarta juga memiliki
beberapa sungai dan kanal yang membentang, seperti Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane,
Kanal Banjir, dan Kanal Banjir Timur. Keberadaan sungai dan kanal ini juga berpengaruh
pada kondisi geologi wilayah Jakarta.

Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city) yaitu kota yang
berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawahpermukaan laut, dan cukup
rentan terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakartadialiri oleh 13 aliran sungai dan
dipengaruhi oleh air pasang surut. Litologi batuanpenyusun Kota Jakarta merupakan batuan
hasil endapan alluvium.
Proses terjadinya dataran rendah tempat bertumpunya kota Jakarta dan sekitarnya,
menurut Verstappen (1953), lebih muda daripada pembentukan daerah di bagian
selatan, dengan gunung-gunung yang terbentang dari Banten Selatan hingga
Periangan Timur. Terjadinya Dataran Rendah Jakarta dan sekitarnya akibat proses
pengendapan bahan-bahan vulkanis yang berasal dari gunung api Salak, Pangrango,
dan Gede. Bahan-bahan ini kemudian dibawa arus sungai seperti Cisadane, Angke,
Ciliwung, dan Bekasi yang bermuara di pantai utara Jawa, sehingga terbentuk
lapisan-lapisan tanah alluvial yang disebut kipas alluvial. Menurut Verstappen (1953:
67-79), dataran rendah Jakarta dan sekitarnya telah berusia sekitar 5.000 tahun.
Berdasarkan kondisi struktur geologi wilayah Jakarta terdapat dua kemungkinan
mekanisme kejadian struktur yang berpengaruh pada pembentukan struktur depresif.
Pertama, gerak lateral utara-selatan yang bersifat kompresif menyebabkan
pembentukan lipatan dan pengangkatan pada posisi antiklinorium Bogor sekarang,
diikuti dengan penurunan dibagian utaranya, kurang lebih pada posisi batas
Cekungan Jakarta ke arah utara. Kedua, gerak lateral yang mempengaruhi wilayah
Jakarta menyebabkan struktur yang sudah ada, terutama yang berarah timurlaut-
baratdaya dan baratlaut-tenggara menjadi patahan geser. Gerak patahan geser ini
menyebabkan terjadinya struktur penyerta berupa patahan turun atau naik, yang
mengakibatkan terjadinya depresi atau pembubungan disekitar daerah pergeseran
tersebut

Gambar II.1 Peta Geologi DKI Jakarta


II.1.1 Tektonik dan Struktur Regional DKI Jakarta
Struktur Regional DKI Jakarta dapat dikelompokkan berdasarkan pola sturktur yang
dominan di Pulau Jawa, antara lain :

1. Pola Meratus yang berarah timur laut – barat daya, terbentuk pada Kapur Akhir
hingga Eosen Awal dan merupakan pola tertua di Pulau Jawa. Pola Meratus ini
diwakili oleh Sesar Cimandiri di Jawa Barat, yang dapat diikuti ke arah timur laut
sampai batas timur Cekungan Zaitun dan Cekungan Biliton, Sesar Naik Rajamandala
serta sesar – sesar lainnya di daerah sekitar Purwakarta

2. Pola Sunda yang berarah utara – selatan, terbentuk pada Eosen Awal hingga
Oligosen Akhir. Pola ini diwakili oleh sesar – sesar yang membatasi Cekungan Asri,
Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna.

3. Pola Jawa yang berarah barat – timur, merupakan pola yang termuda di Jawa Barat.
Pola ini merupakan pola struktur yang memotong dan merelokasi Pola Struktur
Meratus dan Pola Struktur Sunda. Berdasarkan kesetaraan umur dan lokasi secara
regional, daerah penelitian kemungkinan dipengaruhi oleh pola struktur ini

Gambar II.2 Peta Struktur Geologi DKI Jakarta


II.1.2 Tektonik dan Struktur Regional DKI Jakarta
Dalam stratigrafi DKI Jakarta, didapatkan setidaknya 6 formasi yang dengan
kompleks nya membentuk jakarta yang kita kenal sekarang, formasi ini memiliki
litologi yang didominasi oleh batuan sedimen. Berikut penjelasan formasi yang
membentuk DKI Jakarta :
1. Formasi Serpong
Formasi Serpong adalah salah satu formasi batuan sedimen yang terdapat di
wilayah Tangerang Selatan, Banten, Indonesia. Formasi ini terdiri dari batuan
pasir, silt, dan lempung yang terbentuk selama periode Miosen (sekitar 23-5,3
juta tahun yang lalu) dan tersusun secara berlapis-lapis. Formasi Serpong terletak
di atas Formasi Laut Jawa dan di bawah FormasiWaru.
Berdasarkan penelitian geologi, Formasi Serpong terdiri dari beberapa unit yang
terpisah secara batimetri, yaitu Unit Serpong bawah, Unit Serpong tengah, dan
Unit Serpong atas. Setiap unit memiliki karakteristik lithologi dan geokimia yang
berbeda, namun secara umum terdiri dari batuan pasir, silt, dan lempung dengan
berbagai ukuran butir dan kandungan mineral yang bervariasi.
2. Formasi Genteng
Formasi Genteng adalah salah satu formasi geologi yang terdapat di Indonesia,
terutama di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Formasi ini terbentuk selama
periode Tersier Awal hingga Miosen Awal (sekitar 65-23 juta tahun yang lalu) dan
terdiri dari batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, dan batugamping.
Formasi Genteng terletak di atas Formasi Jember dan di bawah Formasi Malang, dan
sering kali terjadi kontak langsung dengan batuan beku dan vulkanik. Formasi
Genteng ditandai dengan adanya lapisan batulempung berwarna abu-abu dan
batupasir berwarna putih yang saling bergantian, serta lapisan batugamping yang
berwarna keabuan.
3. Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik adalah salah satu formasi geologi yang terdapat di Indonesia,
terutama di wilayah Bandung, Jawa Barat. Formasi ini terbentuk selama periode
Miosen (sekitar 23-5 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari batuan sedimen seperti
batulempung, batupasir, dan batugamping.
Formasi Bojongmanik terletak di atas Formasi Andesit dan di bawah Formasi
Ciranjang. Formasi ini memiliki tebal yang bervariasi dari 100 hingga 600 meter, dan
seringkali memiliki kontak langsung dengan batuan beku dan vulkanik.
4. Formasi Klapanunggal
Formasi Klapanunggal adalah salah satu formasi geologi yang terdapat di wilayah
Jawa Barat, Indonesia. Formasi ini terbentuk selama periode Miosen Awal hingga
Miosen Akhir (sekitar 20-5 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari batuan sedimen
seperti batulempung, batupasir, dan batugamping.
Formasi Klapanunggal terletak di atas Formasi Bogor dan di bawah Formasi
Cibulakan, serta sering kali berada di antara lapisan batuan vulkanik dan beku.
Formasi ini memiliki tebal yang bervariasi, namun umumnya mencapai 100 hingga
500 meter.
5. Formasi Jatiluhur
Formasi Jatiluhur adalah salah satu formasi geologi yang terdapat di wilayah Jawa
Barat, Indonesia. Formasi ini terbentuk selama periode Kuarter (sekitar 2,6 juta tahun
yang lalu hingga sekarang) dan terdiri dari batuan sedimen seperti pasir, lempung,
dan kerikil. Formasi Jatiluhur terletak di atas Formasi Ledok dan di bawah Formasi
Citarum. Formasi ini memiliki tebal yang bervariasi, namun umumnya mencapai 20
Hingga 150 meter
II.2 Metode Seismik dan Pengaplikasian nya Dibidang Kegempaan
Menurut United States Geological Survey (USGS), seismik adalah studi tentang
gelombang dan getaran yang terjadi di dalam bumi, termasuk gempa bumi dan
gelombang yang diproduksi oleh manusia. Dengan kata lain, seimik merupakan
sebuah gelombang yang terjadi secara alamiah dari bumi, atau sebuah gangguan
buatan yang diberikan manusia kedalam bumi unutk mendapatkan data seismik yang
diperlukan. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seismik adalah ilmu yang
mempelajari gelombang dan getaran di dalam bumi, dan digunakan untuk memahami
struktur dan perilaku bumi serta fenomena geofisika yang terkait. Teknik dan metode
seismik sangat penting dalam penelitian ilmu bumi dan dalam aplikasi praktis seperti
eksplorasi minyak dan gas, pemetaan geologi, dan mitigasi risiko bencana gempa
bumi.
Sudah menjadi fakta yang sering kita dengar bahwa Indonesia merupakan negra yang
sering sekali terjadi gempa. hal ini tidak lepas dari letak geografis Indonesia yang
dilalui oleh wilayah cincin api Pasifik, yaitu wilayah yang mengelilingi Samudra
Pasifik dan memiliki aktivitas seismik yang tinggi. Di wilayah ini, lempeng tektonik
bertemu dan saling bergesekan satu sama lain, yang dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi dan aktivitas vulkanik. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak
gunung berapi aktif, yang merupakan indikator aktivitas geologi di wilayah ini.
Aktivitas gunung berapi dapat memicu terjadinya gempa bumi dan tsunami, sehingga
meningkatkan risiko bencana alam di Indonesia. Kondisi geologi Indonesia yang
kompleks dan beragam inilah yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara
dengan risiko bencana gempa bumi yang tinggi di dunia. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya mitigasi risiko bencana dan peningkatan kesiapsiagaan di Indonesia
untuk menghadapi ancamangempa bumi dan bencana alam lainnya.

II.3 Teori Seimik Dalam Bidang Kegempaan


Teori seismik adalah serangkaian konsep dan prinsip yang digunakan untuk
memahami bagaimana gelombang seismik merambat dan berinteraksi dengan batuan
di bawah permukaan bumi. Teori ini mencakup berbagai aspek, seperti sifat
gelombang seismik, struktur bawah permukaan bumi, dan metode pengukuran dan
analisis data seismik.
Teori seismik sangat penting dalam studi kegempaan, karena dengan memahami
bagaimana gelombang seismik berinteraksi dengan batuan di bawah permukaan
bumi, kita dapat mempelajari struktur dan komposisi bumi, mengidentifikasi zona-
zona yang berpotensi mengalami gempa bumi, dan memodelkan kejadian gempa
bumi. Adapun beberapa contoh teori yang digunakan untuk mempelajari bidang
kegempaan adalah sebagai berikut :
1. Teori Elastisitas: Teori elastisitas merupakan dasar dari seismologi.
Teori ini menjelaskan bagaimana benda padat merespons terhadap tekanan dan
gaya yang diberikan pada mereka. Dalam konteks kegempaan, teori elastisitas
digunakan untuk menjelaskan bagaimana bumi bergetar dan merespons terhadap
gempa bumi.
2. Teori Gelombang: Teori gelombang digunakan untuk memahami bagaimana
gelombang seismik merambat melalui bumi. Gelombang seismik terdiri dari
beberapa jenis, termasuk gelombang P, gelombang S, dan gelombang
permukaan. Dalam konteks kegempaan, teori gelombang digunakan untuk
menganalisis data seismik dan menentukan karakteristik gempa bumi.
3. Teori Tektonik Lempeng: Teori tektonik lempeng menjelaskan bagaimana
bumi terdiri dari lempeng tektonik yang bergerak dan bertabrakan satu sama
lain. Dalam konteks kegempaan, teori ini digunakan untuk memahami
bagaimana gempa bumi terjadi di zona subduksi, zona transformasi, dan zona
divergensi.
4. Teori Sesar: Teori sesar menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi akibat
pergeseran pada sesar. Teori ini digunakan untuk memahami bagaimana sesar
bekerja dan bagaimana sesar dapat memicu gempa bumi.
5. Teori Reologi: Teori reologi menjelaskan bagaimana bahan yang terdiri dari
cairan, padatan, dan gas merespons terhadap tekanan dan deformasi. Dalam
konteks kegempaan, teori reologi digunakan untuk memahami bagaimana
batuan bereaksi terhadap tekanan dan deformasi selama gempa bumi.
II.3.1 Parameter Penting Seismik

Dalam pengapilkasian metode seismik, diperlukan nilai penting yang patut untuk
diperhatikan guna memaksimalkan hasil pengambilan data dan mengurangi nilai
error yang bisa saja terjadi, antara lain :

1. Sifat Geolombang
Seismik mempelajari sifat gelombang elastis yang merambat melalui bumi,
termasuk kecepatan, amplitudo, frekuensi, dan polarisasi. Pengetahuan tentang
sifat gelombang ini penting untuk memahami bagaimana gelombang merambat
melalui lapisan-lapisan bumi dan bagaimana gelombang ini merekam informasi
tentang struktur bawah permukaan.
2. Metode dan Teknik
Ada banyak metode dan teknik seismik yang digunakan untuk mempelajari
struktur bumi, seperti seismik refleksi, seismik refraksi, seismik pemodelan,
dan seismik interferometri. Setiap metode dan teknik memiliki kelebihan dan
kelemahan tersendiri dan harus dipilih berdasarkan tujuan penelitian atau
aplikasi tertentu.
3. Instrumen dan Peralatan:
Instrumen dan peralatan seismik seperti geophone, perekam data, dan sumber
energi digunakan untuk merekam dan memproses gelombang seismik.
Pengetahuan tentang jenis dan karakteristik instrumen dan peralatan seismik
sangat penting untuk memastikan kualitas data dan hasil yang dihasilkan.

4. Interpretasi Data
Data seismik harus diinterpretasikan dengan benar untuk memperoleh informasi
yang akurat tentang struktur bawah permukaan bumi. Interpretasi data seismik
memerlukan pengetahuan tentang geologi regional, fisika seismik, dan metode
dan teknik seismik.
5. Aplikasi Praktis
Teknik dan metode seismik memiliki banyak aplikasi praktis, seperti eksplorasi
minyak dan gas, pemetaan geologi, mitigasi risiko bencana gempa bumi, dan
penelitian kegempaan. Pengetahuan tentang aplikasi praktis seismik sangat
penting untuk memahami nilai dan manfaat teknologi seismik dalam kehidupan
sehari-hari.
II.4 Metode Seismik
Dalam kegempaan, metode seismik digunakan untuk mempelajari struktur dan sifat-
sifat batuan di bawah permukaan bumi dengan cara memanfaatkan gelombang
seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang dihasilkan oleh
gempa bumi ini dapat direkam oleh jaringan stasiun seismik dan kemudian diolah
untuk memperoleh informasi tentang gempa bumi itu sendiri, seperti kedalaman
hiposentrum, magnitudo, dan waktu tiba gelombang seismik di stasiun-seismik.

Selain itu, metode seismik juga digunakan untuk memetakan patahan aktif dan
struktur-struktur geologi di bawah permukaan bumi yang berpotensi menyebabkan
gempa bumi. Metode seismik yang umum digunakan dalam penelitian kegempaan
antara lain adalah:
1. Metode Refraksi
Metode ini menggunakan perbedaan kecepatan gelombang P dan S untuk
memperkirakan kedalaman lapisan bawah permukaan. Gelombang P merambat
lebih cepat daripada gelombang S melalui batuan, sehingga metode ini dapat
digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dan struktur bawah
permukaan.

2. Metode Penyebaran
Metode ini digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan dan
memetakan lapisan batuan dengan memperhitungkan refleksi gelombang
seismik. Metode ini sering digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas, karena
dapat membantu menemukan reservoar bawah tanah.
3. Metode Refleksi
Metode ini menggunakan gelombang seismik yang dipantulkan oleh lapisan
bawah permukaan untuk membuat gambaran 3D struktur bawah tanah.
Gelombang seismik dipancarkan dari permukaan dan kemudian dipantulkan
kembali oleh lapisan batuan yang berbeda.
4. Metode Tomografi Seismik
Metode ini digunakan untuk menghasilkan gambaran 3D dari struktur bawah
tanah dengan mengumpulkan data seismik dari berbagai sumber. Metode ini
sering digunakan dalam pemodelan gempa bumi dan eksplorasi minyak dan
gas.
5. Metode Shear-wave Reflection
Metode ini menggunakan gelombang seismik S untuk memperoleh informasi
tentang struktur bawah tanah dan sifat mekanik batuan di bawah permukaan.
6. Metode Passive Seismic
Metode ini menggunakan gelombang seismik alami yang dihasilkan oleh
aktivitas alami, seperti gempa bumi atau aktivitas vulkanik, untuk memetakan
struktur bawah tanah.
II.5 Kegunaan Seismik dalam Mengindentifikasi Kegempaan di Indonesia
Seismik sangat penting di Indonesia karena Indonesia terletak di wilayah Cincin
Api Pasifik, yang merupakan kawasan dengan aktivitas vulkanik dan gempa
bumi yang sangat tinggi. Kegempaan di Indonesia sangat beragam, mulai dari
gempa bumi dangkal yang sangat merusak hingga gempa bumi dalam yang
sangat kuat.

Dengan memanfaatkan metode seismik, para ilmuwan dan peneliti dapat


mempelajari struktur bawah permukaan Indonesia dengan lebih detail dan
memperkirakan potensi terjadinya gempa bumi. Hal ini sangat penting untuk
pengembangan strategi mitigasi risiko gempa bumi yang lebih efektif, seperti
perencanaan bangunan yang tahan gempa dan pengembangan sistem peringatan
dini gempa bumi. Adapun kegunaan seismik didalam bidang kegempaan adalah
sebagai berikut :

1. Pemetaan Struktur Bawah Tanah:

Metode seismik dapat digunakan untuk memetakan struktur bawah


tanah dan mengidentifikasi potensi kegempaan pada suatu daerah. Hal
ini dapat membantu dalam perencanaan tata ruang dan mitigasi risiko
bencana di daerah-daerah rawan gempa.

2. Identifikasi Patahan Aktif:

Metode seismik dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi patahan


aktif, yaitu tempat di mana lempeng tektonik bergerak dan
menyebabkan gempa bumi. Identifikasi patahan aktif dapat membantu
dalam pemodelan kejadian gempa bumi dan mitigasi risiko bencana.

3. Pemodelan Gempa Bumi:

Metode seismik dapat digunakan untuk memodelkan kejadian gempa


bumi dan mengidentifikasi zona-zona yang berpotensi mengalami
gempa bumi di masa depan. Hal ini dapat membantu dalam perencanaan
mitigasi risiko bencana dan pengembangan infrastruktur yang aman.
4. Monitoring Aktivitas Seismik:

Metode seismik dapat digunakan untuk memonitor aktivitas seismik di


daerah-daerah rawan gempa. Hal ini dapat membantu dalam mendeteksi
perubahan aktivitas seismik yang berpotensi mengindikasikan adanya
gempa bumi atau aktivitas vulkanik.

5. Studi Struktur Lapisan Bumi:

Metode seismik juga dapat digunakan untuk studi struktur lapisan bumi,
termasuk kedalaman dan komposisi lapisan-lapisan batuan di bawah
permukaan. Studi ini dapat membantu dalam pemodelan kejadian
gempa bumi dan mitigasi risiko bencana.
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

III.1 Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik (KP) dilaksanakan pada
Waktu : 3 Juli 2023 – 3 Agustus 2023*
Tempat : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jl. Angkasa 1 No.2,
RT.1/RW.10, Gn. Sahari Sel., Kec. Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10610

Waktu pelaksanaan Kerja Praktik ini akan direncanakan selama 1 bulan. Berikut
merupakan rancangan kegiatan yang diusulkan:

Minggu ke-
Jenis Kegiatan
1 2 3 4
Studi Literatur
Bimbingan
Pengolahan data dan
Analisis
Pembuatan Laporan dan
Presentasi
*) Jadwal dapat menyesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan yang diberikan
oleh pihak Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi DKI
Jakarta.
III.2 Peserta Kerja Praktik
Peserta yang akan melaksanakan kegiatan kerja praktik adalah Mahasiswa Program
Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut Teknologi
Sumatera yang berjumlah dua orang (Curriculum Vitae terlampir), yaitu:
1. Nama : Gibrani Salomo Pardede
NIM :120150078
Prodi : Teknik Geologi
Email : gibrani.120150078@student.itera.ac.id
Telepon : 081283519045
2. Nama : Randhy Trianggara
NIM : 120150100
Prodi : Teknik Geologi
Email : randhy.120150100@student.itera.ac.id
Telepeon : 0895326743597

III.2 Mata Kuliah Penunjang


Adapun mata kuliah penunjang yang sudah dan sedang diambil untuk mendukung
topik kerja praktik ini yakni sebagai berikut:

Kode Mata Nama Mata Kuliah

Kuliah

GL1002 Geologi Fisik

GL2011 Petrologi

GL2021 Sedimentologi

GL2022 Tektonofisik

GL2023 Geologi Struktur

GL2031 Geomorfologi

GL2224 Pengantar Geofisika

GL2227 Prinsip Stratigrafi

GL2233 Sistem Informasi Geologi

GL3219 Geokimia Umum

GL4106 Metode Eksplorasi Geologi

Tabel III.1 Mata kuliah penunjang

II.4 Laporan

Semua hasil pengolahan data selama kerja praktik akan disusun dalam bentuk
laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada instansi terkait yaitu Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan kemudian diberikan
pengesahan sebagai salah satu bukti telah menempuh mata kuliah kerja praktik.
Setelah itu, laporan ini akan dilaporkan serta dipresentasikan kembali di kampus
sebagai penyempurnaan syarat dalam memenuhi mata kuliah kerja praktik ini.
III.5 Pembimbing

Pembimbing saat berada di Instansi terkait diharapkan dapat disediakan oleh instansi
tempat kerja praktik tersebut. Adapun untuk pembimbing di kampus berasal dari
salah satu staff pengajar atau dosen Program Studi Teknik Geologi, Institut
Teknologi Sumatera.
BAB VI
PENUTUP

Demikianlah proposal ini kami susun sebagai acuan dalam melaksanakan Kerja
Praktik, dengan harapan dapat memberikan gambaran singkat dan jelas tentang
maksud dan tujuan kami melakukan Kerja Praktik di Instansi yang Bapak/Ibu
pimpin. Kami menyadari bahwa kelancaran Kerja Praktik ini tidak akan tercapai
tanpa Ridho Allah SWT serta bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak yang
terkait. Semoga dengan adanya Kerja Praktik ini dapat memberikan manfaat yang
berdaya guna untuk mahasiswa Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera.

Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pihak Badan Meteorologi


Klimatologi dan Geofisika. Besar harapan saya agar dapat diterima melaksanakan
kerja praktik di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ini, mengingat
pentingnya Kerja Praktik dalam menambah kemampuan ilmu kegeologian saya. Atas
perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

BMKG. (2021). "Pusat Gempa Nasional." Badan Meteorologi, Klimatologi, dan


Geofisika.

McGuire, R. K. (2004). "Seismic Hazard and Risk Analysis." Earthquake


Engineering Research Institute.

Kanamori, H., & Brodsky, E.E. (2004). The Physics of Earthquakes, Reports
on Progress in Physics. Institute of Physics.

Muhari, A., dan M. H. Wibowo. (2017). "Karakteristik Seismik Indonesia: Data


Gempa dan Risiko Gempa." Geomedia.
Endriyawan, R., S. C. Azhar, dan R. W. Wardhana. (2018). "Kajian Potensi Gempa
Bumi di Indonesia." Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan
Informatika (SNTEI). Hal. 129-133.

Anda mungkin juga menyukai