Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KULIAH LAPANGAN 1

GEOMORFOLOGI, GEOLOGI STRUKTUR DAN PETROLOGI


DAERAH PENELITIAN DESA JATIJEJER, KECAMATAN TRAWAS,
KABUPATEN MOJOKERTO

Nama Asisten : Intan Lestari


Npm : 11.2019.1.
Tanggal Praktikum : Desember 2023
Tanggal Laporan : 11 Desember 2023

Disusun Oleh:
Nama : Ariyandi Fahrul Arizi
Npm : 11.2022.1.00955

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHITAMA SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
KULIAH LAPANGAN 1

Diajukan Oleh:
ARIYANDI FAHRUL ARIZI
11.2022.1.00955
Diajukan sebagai laporan Kuliah Lapangan 1 Tahun ajaran 2023/2024
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan
Institut Teknologi Adhitama Surabaya
(ITATS)
Surabaya, 09 Desember 2023
Menyetujui
Staff Asisten Praktikum Kuliah Lapangan 1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah lapangan adalah kegiatan ilmiah yang berupa kuliah langsung
praktek di lapangan yang sesuai dengan keahlian bidang ilmu yang dituntut
dan menggunakan keilmuan terhadap objek di luar kelas yang terkait
dengan jurusan atau program studi tertentu. Program kuliah lapangan ini
ditempuh mahasiswa teknik pertambangan yang telah menempuh mata
kuliah mineralogi petrologi, geologi dasar dan geologi struktur. Dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mengenal, mengetahui serta mendeskripsikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kebumian dan ilmu mineral
secara langsung di lapangan sesuai yang telah dipelajari selama
perkuliahan berlangsung. Lokasi Kuliah Lapangan I berlokasikan di Desa
Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Mineralogi dan Petrologi yaitu bidang atau cabang ilmu geologi yang
memberikan informasi ilmiah mengenai mineral, kristalografi dan batuan
serta pembentukannya. Ada 4 (empat) cabang petrologi yang berkaitan
tentang tipe batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf
dan batuan piroklastik, selain itu juga petrologi membahas mengenai asal
usul batuan, genesa batuan dan sejarah batuan tersebut.

Geologi struktur cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai bentuk


arsitektur kulit bumi. Kekutan tektonik dan orogenik yang membentuk
struktur. Geologi itu berupa tegangan (stress). Adapun struktur geologi
yang cukup penting untuk di ingat adalah kekar, yaitu rekahan lurus planar
yang membagi batuan menjadi blok- blok atau struktur rekahan dalam
batuan. Sesar yaitu rekahan pada batuan yang mengalami proses geseran,
sehingga terjadi perpindahan antara bagian yang berhadapan dengan arah
yang sejajar dengan bidang patahan. Lipatan yaitu perubahan bentuk dan
volume batuan yang ditunjukan dengan lengkungan atau melipatnya batuan
tersebut. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses-proses yang berlangsung terhadap
permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang. Penyebab proses
tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama agen
geomorfik, berupa air dan angin. Keduanya merupakan penyebab yang
dibantu dengan adanya gaya berat, dan keseluruhannya bekerja bersama-
sama dalam melakukan perubahan terhadap permukaan muka bumi.
Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar
(eksogen), yaitu yang dating dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai
lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi.
Kedua tenaga ini pun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk
permukaan muka bumi ini. Dalam mempelajari geomorfologi terkait pada
geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang
tidak dapat diabaikan dalam perubahan bentuk lahan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan kuliah lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaiman keadaan geomorfologi pada daerah penelitian?
2. Bagaimana keadaan struktur geologi pada daerah penelitian?
3. Apa saja jenis batuan yang terdapat pada daerah penelitian?

1.3 Tujuan Kuliah Lapangan


Adapun tujuan kuliah lapangan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memahami dan mengetahui keadaan struktur geologi di
daerah penelitian.
2. Untuk memahami dan mengetahui kondisi geomorfologi di
daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui jenis batuan yang ada di daerah penelitian

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan Kuliah Lapangan 1 antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan kuliah lapangan dilakukan di Desa Jatijejer, Kecamatan
Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
2. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2 Desember 2023.
3. Pengambilan data geomorfologi meliputi kemiringan lereng dan
stadia sungai dengan menggunakan alat kompas.
4. Pengambilan sampel batuan minpet dengan menggunakan alat palu
geologi.
5. Pengambilan data geologi struktur meliputi strike dip menggunakan
alat kompas dan aplikasi rogloger.

1.5 Metode Kuliah Lapangan


Metode kuliah lapangan menggunakan metode observasi, dimana metode
tersebut dilakukan dengan mendatangi lokasi tempat penelitian dan
mengamati keadaan lapangan secara langsung serta melakukan penelitian
dan pengambilan data yang dibutuhkan. Pengambilan data dilakukan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya.
1. Tahap Studi Literatur
Tahapan ini merupakan tinjauan studi literatur terhadap dasar-dasar
tentang manajemen fenomena geologi sebelum menganalisa
langsung kelapangan dengan studi literatur berupa bahan materi
dari buku, internet dan tanya jawab.
2. Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahap ini diawali dari rumusan masalah fenomena geologi dan
tinjauan informasi terhadap medan lokasi yang akan dilakukan
dengan mencari studi informasi awal sebelum identifikasi langsung
di lokasi yang di analisa.
3. Tahap Analisa Lokasi Secara Langsung
Tahapan selanjutnya yaitu analisa secara langsung di lapangan
yang meliputi pengambilan data langsung di lapangan,
pengambilan data lokasi foto, dan pencatatan lokasi.
4. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini melibatkan pengumpulan informasi langsung ke lokasi
penelitian dengan survei, seperti pengambilan data strike dan dip
ataupun menganalisis batuan sesuai teori yang sudah dipelajari
5. Tahap Pengolahan Data
Tahapan ini kita harus mengelolah data-data yang kita ambil dari
lokasi penelitian dan kemudian menjadikan data- data ini menjadi
lebih spesifik.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap terakhir dari metode tahapan yang telah dilaksanakan adalah
penyusunan laporan, kemudian diserahkan pada dosen
pengampu mata kuliah.

1.6 Manfaat Kuliah Lapangan


Adapun manfaat dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menerapkan apa yang telah dipelajari saat kuliah
di lapangan.
2. Meninjau secara langsung kondisi di lapangan dan bermanfaat
pada saat di dunia pekerjaan nantinya.
3. Mengetahui berbagai bentuk morfologi, struktur geologi dan
batuan mineral secara langsung
4. Mengetahui dan dapat meninjau langsung terhadap kondisi
lapangan yang akan mempermudah mahasiswa ketika masuk dunia
kerja.
5. Mengetahu struktur lapangan secara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DATA LAPANGAN

2.1 Tinjauan Pustaka Geomorfologi


Medan adalah suatu bagian permukaan bumi yang mempunyai bentuk khusus
akibat pengaruh proses dan struktur batuan dalam jangka waktu tertentu.
Pengklasifikasian satuan geomorfologi dan satuan topografi tidak lain hanyalah
upaya untuk mengelompokkan bentuk-bentuk yang terdapat di permukaan bumi
berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki masing-masing kelompoknya. Tanah
mempunyai peranan dalam proses terbentuknya tanah, mempunyai aspek-aspek
yang bergantung dan berkaitan dengan proses dan keberadaannya. Medan sendiri
memberikan batas-batas sebagai fitur topografi yang dibentuk oleh proses alam
yang memperlihatkan karakteristik fisik dan visual dimanapun medan tersebut
berada (Zuidam, 1979 dalam Imanuson, 2008). Saat ini geomorfologi menjadi
ilmu terapan. Penerapannya di berbagai bidang muncul secara bertahap dan
dianggap penting untuk berbagai tujuan. Salah satu penerapan geomorfologi
adalah perencanaan dan pembangunan pedesaan di bidang pertanian dan
kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan melalui penilaian tanah.
Sumber :Kumparan.com 2020
Gambar 2.1
Fisiografi Jawa Timur
Menurut Van Bemmelen (1949), Cekungan Jawa Timur Laut secara geografis
terbagi menjadi empat zona. Pertama adalah zona Kendeng atau yang biasa
disebut antiklinalium Kendeng. Zona ini dimulai dari Gunung Ungaran dan
berlanjut melalui Mojokerto hingga Selat Madura (cekungan sedimen aktif).
Dua zona tekanan rendah randublatung, juga dikenal sebagai randublatung
Cyclinarium, terbentang dari Semarang hingga Wonokromo. Ketiga zona
Lembang yang disebut juga Antiklinorium Lembang ini dimulai dari Purwodadi
hingga Pulau Madura. Empat zona paparan laut Jawa terletak di bagian utara
Pulau Jawa.

2.1.1 Pengertian Geomorfologi


Siklus geografis dijelaskan oleh William Morris Davis sebagai teori evolusi
bentang alam modern pertama (1889, 1899, 1909), yang menunjukkan
pertumbuhan pesat. Proses geomorfik terjadi secara terus menerus dengan
menggunakan data bidang topografi tanpa adanya hambatan akibat pergerakan
tektonik. Siklus geografis dirancang untuk memperhitungkan evolusi bentang
alam di mana suhu batuan meningkat atau meningkat untuk mencapai
pembentukan yang merata secara alami dan mencegah erosi.
Variasi skema Davis diusulkan oleh Walther Penck. Menurut model Davis,
pengangkatan dan perencanaan terjadi secara bergantian. Namun, pertumbuhan
dan penggundulan hutan terjadi secara bersamaan di banyak wilayah (lanskap).
Proses tektonik dan denudasional menghasilkan pola waktu revolusi lanskap
yang bervariasi, di mana evolusi masing-masing lereng dapat menentukan
evolusi seluruh bentang alam (Penck 1924, 1953).

2.1.2 Bentang Alam


Bentang alam adalah hasil proses kimia dan fisika yang diciptakan oleh
kekuatan-kekuatan yang berasal dari bumi dan menyebabkan perubahan bentuk
permukaan bumi di bawah pengaruh air permukaan yang sepenuhnya berasal
dari alam tanpa campur tangan manusia. Terdapat empat jenis bentang alam yang
utama di Bumi, yaitu:

1. Gunug merupakan bagian kerak bumi yang letaknya lebih tinggi


dibandingkan daerah sekitarnya. Pegunungan sering kali memiliki lereng
curam yang memperlihatkan batuan dasar secara signifikan. Pegunungan
berbeda dari dataran tinggi karena memiliki luas permukaan terbatas di
puncaknya; gunung yang lebih besar dari bukit, biasanya setidaknya 300
meter (1.000 kaki) di atas daratan sekitarnya. Beberapa gunung merupakan
puncak yang berdiri sendiri, namun sebagian besar merupakan bagian dari
barisan pegunungan.

Sumber: lampung.tribunnews.com, 2021


Gambar 2.2
Gunung

2. Perbukitan
Bukit merupakan suatu bentang alam yang permukaan tanahnya lebih
tinggi dibandingkan permukaan tanah disekitarnya. Dengan mata
telanjang, Anda dapat melihat bahwa perbukitan di permukaan tanah lebih
menonjol dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Perbukitan itu seperti
gunung tetapi lebih kecil dan tidak bisa memuntahkan magma seperti
gunung.

Sumber:goodnewsfromindonesia.id, 2022
Gambar 2.3
Bukit
3. Dataran Tinggi
Dataran tinggi merupakan sebuah dataran yang terletak pada ketinggian
lebih dari 700m di atas permukaan laut. Dataran tinggi terbentuk oleh
erosi dan sedimentasi. Beberapa dataran tinggi tersebut antara lain Dataran
Tinggi Dieng. Dataran tinggi juga dapat terbentuk dari bekas kawah
gunung berapi yang besar, yang terkubur oleh material dari lereng
sekitarnya. Dataran tinggi tipe kedua antara lain Dataran Tinggi Dieng di
Jawa Tengah.

Sumber: bobo.grid.id, 2021


Gambar 2.4
Dataran Tinggi
4. Dataran
Dataran adalah wilayah daratan yang luas dan datar yang biasanya
ketinggiannya tidak terlalu bervariasi. Dataran dapat berupa dataran
rendah di sepanjang lembah atau di kaki pegunungan atau dataran pantai.

Sumber: katadata.co.id, 2019


Gambar 2.5
Dataran
2.1.3 Bentuk Lahan
Bnetuk lahan adalah geomorfologi yang diklasifikasikan berdasarkan karakteristik
seperti ketinggian, kemiringan, orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis
tanah. Tipe medan meliputi perbukitan, lembah, tanjung, dll., sedangkan samudra
dan benua adalah contoh tipe medan tingkat atas. Beberapa faktor dapat
membentuk dan mempengaruhi bentang alam, mulai dari lempeng tektonik
hingga erosi dan pengendapan. Faktor biologis juga dapat mempengaruhi bentang
alam, seperti peran tumbuhan dan alga dalam pembentukan rawa dan terumbu
karang.

2.1.4 Stadia
Proses terbentuknya sungai dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti litologi
batuan, kemiringan lereng, gaya tektonik dan lain-lain. Sungai yang ada saat ini
merupakan hasil proses yang terus berjalan dan akan terus berkembang. Tahapan
perkembangan sungai dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap awal, tahap muda, tahap
matang, tahap tua dan tahap peremajaan.

1. Stadia Awal
Stadia awal ditandai dengan bentuk sungai yang belum memiliki aliran
tetap seperti sungai pada umumnya. Sungai-sungai pertama sering kali
berkembang di daerah dataran pantai yang mengalami pengangkatan atau
di permukaan lava baru.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.6
Stadia Awal
2. Stadia Muda
Stadia muda ditandai dengan aktivitas aliran sungai yang erosif vertikal.
Erosi ini menimbulkan lembah yang menyerupai huruf “V”. Air terjun dan
aliran sungai yang deras mendominasi tahap ini.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.7
Stadia Muda
3. Stadia Dewasa
Stadia dewasa ditandai dengan pembentukan dataran banjir yang diikuti
dengan pembentukan liku-liku. Pada tahap ini aliran sungai mewakili
keseimbangan antara laju erosi vertikal dan laju erosi horizontal.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.8
Stadia Dewasa
4. Stadia Dewasa Penuh atau Tua
Stadia tua ditandai dengan sungai-sungai yang didominasi kelok-kelok dan
dataran banjir yang terus meluas. Danau mati dan rawa mulai terbentuk di
tepian sungai dan erosi horizontal terjadi dibandingkan erosi vertikal.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.9
Stadia Tua
5. Stadia Peremajaan
Stadia peremajaan merupakan perkembangan sungai yang kembali
didominasi oleh erosi vertikal dibandingkan erosi horizontal. Proses ini
terjadi karena adanya pengangkatan pada daerah sungai yang lama,
sehingga sungai tersebut kembali ke tahap muda/awal (peremajaan).
Peremajaan sungai terjadi ketika permukaan air dasar sungai turun, yang
dapat disebabkan oleh turunnya permukaan air laut dan pengangkatan
tanah. Keduanya merupakan efek dari zaman es dan zaman interglasial.
Sumber: generalgeomorphology, 2015.
Gambar 2.10
Stadia Peremajaan
2.1.5 Pola Aliran
Pola aliran sungai merupakan jalur air alami dan tempat berkumpulnya air tawar
yang berasal dari alam dan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
Kemudian air dari sungai tersebut akan dialirkan ke laut, danau atau sungai yang
lebih besar. Di bagian hulu sungai, air dipastikan akan mengalir lebih deras
dibandingkan sungai yang mengalir di bagian hilir. Perlu dipahami bahwa sungai
tidak selalu mengalir lurus, ada pula yang berkelok-kelok. Penyebabnya karena
proses erosi dan sedimentasi yang terjadi di sepanjang sungai.

1. Pola Aliran Denritik


Pola aliran dendritik merupakan pola aliran sungai dengan cabang-cabang
aliran yang menyerupai penampang daun. Pada dasarnya, pola aliran
dikendalikan oleh litologi yang seragam. Dalam hal ini model aliran
sungai mempunyai struktur aliran yang dikendalikan oleh jenis batuan.
Untuk struktur sungai, didefinisikan sebagai panjang aliran sungai per
satuan luas. Misalnya aliran sungai yang mengalir di atas batuan tahan
erosi akan membentuk struktur aliran yang padat.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.11
Pola Aliran Denritik
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran yang arah alirannya tersebar secara
radial dari suatu titik dengan ketinggian tertentu, seperti puncak gunung
berapi atau puncak rangkaian sungai magma. Pola ini tercipta setelah
terbentuknya permukaan tanah yang cembung. Inilah sumber aliran hasil.
Aliran sungai jenis ini juga banyak dijumpai pada kubah dan batugamping.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.12
Pola Aliran Radial

3. Pola Aliran Sentripetal


Pola aliran sentripetal ini merupakan kebalikan dari model aliran radial.
Pada pola aliran sungai ini, sungai biasanya mengalir ke cekungan yang
lebih besar atau lebih rendah. Secara umum, aliran sungai jenis ini umum
terjadi di Amerika Serikat Bagian Barat. Oleh karena itu, aliran sungai ini
dapat dikatakan mengalir sampai suatu titik tertentu. Misalnya, pergilah ke
kolam besar atau sumur. Daerah dengan rezim aliran sungai seperti ini
biasanya berada di Amerika Serikat bagian barat atau barat laut.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.13
Pola Aliran Sentripetal
4. Pola Aliran Rektangular
Pola aliran rectangular sering kali terbentuk pada batuan tahan erosi yang
memiliki pola hampir seragam tetapi dikendalikan oleh retakan yang
berasal dari dua arah dan tegak lurus satu sama lain. Anak-anak sungai
aliran sungai ini seringkali membentuk sudut tumpul dengan sungai
utama.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.14
Pola Aliran Rektangular
5. Pola Aliran Trellis
Pola aliran trellis mencakup kombinasi sungai sekunder dan berturut-turut.
Jenis aliran sungai ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah paralel di
sabuk lipatan pegunungan. Di kawasan ini, sungai jenis ini sering
melewati lembah-lembah, kemudian bergabung dengan aliran utama dan
kemudian mengalir keluar ke muara sungai.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.15
Pola Aliran Trellis
6. Pola Aliran Paralel atau Sejajar
Pola aliran paralel terkadang menunjukkan adanya sesar besar dan
melewati daerah lipatan batuan kasar dan lereng yang curam. Semua
kemungkinan bentuk transisi terjadi dalam bentuk aliran kisi, paralel,
dan dendritik.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.16
Pola Aliran Paralel
7. Pola Aliran Radial Senterifugal
Pola aliran radial sentrifugal merupakan salah satu jenis pola aliran sungai
pada kerucut gunung berapi atau kubah yang baru mencapai tahap muda.
Dimana sungai seperti ini mengalir menuruni lereng.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.17
Pola Aliran Radial Sentrifugal
8. Pola Aliran Pinnate
Pola aliran sungai pinnate merupakan bentuk aliran sungai yang cenderung
lebih kompleks dibandingkan pola aliran sungai dendritik. Pola aliran
sungai jenis ini ditandai dengan adanya anak-anak sungai dan anak-anak
sungai yang mengalir sejajar dengan sungai utama. Pola aliran sungai ini
juga mempunyai muara yang masuk ke sungai utama. Sudut pola aliran
sungai berbulu melambangkan kemiringan lereng yang tinggi. Pola aliran
sungai ini terdapat di lereng gunung seperti lereng Gunung Sinabung,
Gunung Kerinci, bahkan lereng Gunung Tandikat.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.18
Pola Aliran Pinnate
9. Pola Aliran Barbed
Pola barbed merupakan salah satu jenis pola aliran sungai di bagian hulu
yang alirannya cenderung menyempit. Pada pola aliran ini, terdapat anak
sungai atau anak sungai yang bergabung dengan sungai utama sehingga
membentuk sudut lancip ke hulu. Pola aliran sungai ini muncul akibat
pembajakan sungai. Pola aliran sungai berduri mempunyai ciri khas
berupa sudut terbuka atau gunting. Pola aliran sungai ini terdapat di Bali,
Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.19
Pola Aliran Barbed
10. Pola Aliran Deranged
Pola aliran deranged adalah pola aliran yang bentuknya tidak beraturan.
Pola aliran sungai ini biasanya terjadi di danau dan rawa. Dalam pola
turbulen jenis ini, arus mengalir masuk dan keluar dari danau dan rawa.
Sebaliknya, anak sungai dan anak sungai umumnya lebih pendek.
Gangguan aliran sungai hanya terjadi di dekat rawa dan danau.

Sumber: generalgeomorphology, 2015


Gambar 2.20
Pola Aliran Deranged
11. Pola Aliran Braided
Pola aliran braided adalah pola aliran yang dibuat dengan membagi aliran
sungai. Fenomena ini terjadi karena adanya gangguan aliran dan aliran
sungai akibat sedimentasi di bagian tengah sungai. Sedimen ini mungkin
merupakan bagian dari limpasan sungai dari limpasan sebelumnya.
Sumber: generalgeomorphology, 2015
Gambar 2.21
Pola Aliran Braided
2.2 Tinjauan Lapangan
Lokasi kuliah lapangan laporan ini adalah Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto. Pada lokasi penelitian lapangan di kabupaten Mojokerto,
proses pembentukan tanah didominasi oleh pengaruh pegunungan vulkanik yang
terletak di sebelah selatan kabupaten Mojokerto. Selain itu ada sedikit pengaruh
dari pegunungan kapur di sebelah utara Kabupaten Mojokerto. Saat ini di pusat
Kabupaten Mojokerto terdapat sebuah sungai yang bersumber dari Sungai
Brantas. Hal ini berdampak besar terhadap pembentukan tanah di Kabupaten
Mojokerto. Kabupaten Mojokerto cenderung lebih tinggi di bagian utara dan
selatan. Di wilayah selatan, formasi geologi didominasi oleh bentang alam
vulkanik yang dipengaruhi Gunung Penangungan. Namun di wilayah utara,
topografinya didominasi oleh karst.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Orientasi Lapangan


Lokasi perkuliahan lapangan berlokasi di Desa Jatijejer yang terletak di
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Secara geografis, lokasi survei
lapangan terletak pada koordinat 111°40’47”, 7°18’35”. Daerah penelitian
merupakan perbukitan yang membentuk Lembah dengan kemiringan 21°-23°.
Kesampaian wilayah lokasi kuliah lapangan dapat diakses dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Titik berwarna merah menunjukan titik awal berangkat yaitu
berada di kampus kita tercinta ITATS. Sedangkan titik berwarna hijau
menandakan lokasi KL1 yang berada di desa jatijejer.

Sumber: ArcMap 10.8, 2023


Gambar 3.1
Peta Kesampaian Wilayah
Sumber: ArcMap 10.8, 2023
Gambar 3.2
Peta Citra Satelit

Peta Citra Satelit berguna untuk menjadi sumber informasi perencanaan wilayah,
mengetahui kepadatan penduduk, luas daratan, hutan dan lain-lain. Titik awal
menandakan dimana peneliti melakukan brifing awal sebelum melaksanakan
kegiatan KL1. Pada titik petrologi atau LP1 disana peneliti melakukan pendataan
strike dip, lalu pada titik geologi struktur atau LP2 peneliti melakukan deskripsi
batuan yang terdapat di LP2. Pada titik terakhir ini LP3 atau geomorfologi disini
peneliti melakukan pemantauan stadia Sungai dan Lembah.

3.2 Pemetaan Lapangan


Pemetaan lapangan melibatkan analisis bentang alam, tingkat ketinggian,
topografi, dan jenis tahapan lokasi studi lapangan. Lokasi perkuliahan lapangan
berada di atas bukit landai dengan ketinggian beberapa meter dan kemiringan
21° hingga 23°. Tahapan sungai matang, lembah berbentuk V, dan pola aliran
sungai paralel.
Sumber: ArcMap 10.8, 2023
Gambar 3.4
Peta Lintasan
Pada peta lintasan ini peneliti melakukan tracking dimulai dari lokasi awal yang
di tandai dengan titik hijau, setelah melakukan briefing peneliti melanjutkan
perjalanan menuju LP1 petrologi (-7°36'23.7", 112°33'31.6") yang di tandai
dengan titik merah. Setelah pengambilan data di titik petrologi peneliti
melanjutkan perjalanan ke titik LP2 geologi struktur (-7°36'23.7", 112°33'31.9")
untuk pengambilan data batuan. Pada tracking terakhir ini peneliti menuju ke
LP3 (-7°36'34.6", 112°33'29.2") geomorfologi atau ditandai dengan titik
berwana biru yang lokasinya lebih jauh dari titik sebelumnya.
Sumber: ArcMap 10.8, 2023
Gambar 3.5
Peta Topografi

Pada pemetaan topografi ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang akan
peneliti lalui. Pada titik sayatan kita mulai dari titik A (-7°36'20.0",
112°33'40.1") yang berakhir pada titik A’ (-7°36'37.7", 112°33'22.9”). Pada
lokasi ini meiliki struktur yang naik turun.
3.3 Pengolahan Data Geomorfologi
Berikut adalah diagram alir pengolahan data:

Pengolahan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Bentang Lahan Klasifikasi Van Zuidam


2. Bentuk Lahan
3. Kemiringan
4. Stadia

Analisis Klasifikasi Van Zuidam

Kesimpulan

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2023


Gambar 3.1
Diagram Alir Pengolahan Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Potensi Bahan Galian


Dalam observasi lapangan dilakukan melalui kajian geomorfologi yang meliputi
keadaan material dan proses yang terjadi di daerah kajian. Survey lapangan ini
dilakukan berdasarkan titik pengambilan sampel yang telah ditetapkan dan
berdasarkan hasil penelitian lapangan. Setelah melakukan observasi lapangan dan
menyelesaikan pengukuran, akan dibuat data berupa peta geomorfologi. Peta
geomorfologi ini mengacu pada kondisi geomorfologi yang sebenarnya ada pada
lokasi penelitian. Pembuatan peta geomorfologi skala 1:15.000. Selain itu, di
daerah penelitian juga terdapat beberapa potensi batuan berupa batuan andesit,
batuan vulkanik, dan sedimen breksi yang terbentuk akibat pembentukan kerucut
gunung api atau kerucut piroklastik.

4.2 Analisis Satuan Morfologi


Pada daerah penelitian terdapat daerah pegunungan dan pada stadium muda
morfologinya menunjukkan adanya lingkungan cembung dan cekung. Jika terjadi
erosi, dapat terjadi erosi aliran lateral dan menipiskan bagian hulu sepanjang
puncak antiklin. Erosi pada puncak antiklin dapat berlanjut, meluas ke dalam
sepanjang puncak antiklin dan akhirnya membentuk lembah antiklin dengan
penampakan morfologi struktur geologi terbalik, perbukitan bergelombang dan
lembah bergelombang, serta terbentuk perbukitan. per lapisan: bukit-bukit yang
miring ke arah yang sama disebut bukit-bukit miring bersama. Daerah
pegunungan terjal di daerah penelitian merupakan perbukitan terjal dengan
lembah berbentuk “V” dan terdapat tumpang tindih antara lembah lebar dan
lembah sempit akibat perbedaan kekerasan batuan dan adanya batuan tebing terjal
dan pegunungan terjal.
Sumber: Data Hasil Penlitian 2023
Gambar 4.1
Sketsa Bentang Alam

Sumber: ArcMap 10.8


Gambar 4.2
Peta Geomorfologi
Fungsi pemetaan geomorfologi untuk mengetahui struktur tanah yang peneliti
lalui. Contohnya V7 memiliki struktur batuan piroklastik parasite gunung api, lalu
V2 menununjukan kerucut gunung api muda, dan yang terakhir V1 menunjukan
lereng gunung api muda.
Sumber: ArcMap 10.8
Gambar 4.2
Peta Kemiringan Lereng
Pada peta kemiringan lereng ini berguna menunjukan seberapa curam lokasi yang
peneliti lalui. Contohnya pada lokasi yang berwarna kuning ini termasuk lokasi
yang memiliki tingkat kemiringan 21°-25° yang termasuk di klasifikasi
kemiringan agak curam dengan persen kemiringan sekitar 15%-30%. Pada peta
diatas kontur berwarna yang terdapat di dalam iup menandakan kemiringan suatu
lereng, berwarna hijau menandakan lokasi yang datar dengan kemiringan 0-2%,
warna kuning menandakan lokasi dengan kemiringan agak curam dengan
presentase 15-30% dan yang berwana merah menandakan kemiringan terjal
dengan presentase lebih dari 140%.

Berdasarkan klasifikasi lereng menurut (Van Zuidam, 1983), proses pemetaan


pada daerah penelitian cenderung memiliki medan yang agak terjal. Memang
wilayah sekitar penelitian ini terdiri dari lembah dan sungai berbentuk “V dan U”,
sehingga wilayah sekitar penelitian ini memungkinkan adanya medan yang cukup
terjal. Mengapa Lembah tersebut memiliki klasifikasi “V dan U” karena terbentuk
oleh erosi glasial. Proses ini melibatkan pergerakan gletser yang mengukir dan
meratakan dasar lembah, menciptakan bentuk “U” yang khas. Erosi ini dapat
menggeser dan menghilangkan material batuan, membentuk lembah dengan
dinding curam dan dasar yang lebih lebar. Faktor lain seperti erosi sungai atau
aktivitas geologis juga dapat memengaruhi bentuk lembah. Dan salah satu
penyebab Lembah berbentuk “V” karena faktor-faktor geologis dan tektonik dapat
berkontribusi terhadap pembentukan lembah berbentuk V melalui pergerakan dan
pengangkatan lapisan tanah oleh aktivitas geologis. Pada gambar dibawah
Lembah tersebut memiliki keiringan sekitar 21° hingga 25° menurut data yang
telah kami teliti dilapangan dengan menggunakan kompas. Cara menggunakan
kompas tersebut sangatlah mudah, Langkah awal kita buka kompas lalu
tempelkan lubang pengintip dengan folding sight, selanjutnya intip melalui
jendela pandang dan bidik ke titik tertinggi lereng, Ketika mengintip atur juga
klino meter dengan benar hingga gelembung air berada di tengah-tengah garis,
lalu lihat berapa hasil pengukuran dibagian dalam kompas. Pengambilan data
dilakukan pada hari sabtu 2 desember 2023, jam 10.47 WIB dengan koordinat
lokasi -7°36'34.8", 112°33'29.9.
Sumber: Data Eksplorasi 2023
Gambar 4.3
Perbukitan
Pola aliran aliran yang dimiliki pada Sungai diarea lokasi KL1 yaitu pola aliran
denritik dan pola aliran parallel. Penyebab Sungai terebut memiliki pola aliran
denritik karena curah hujan yang tinggi, perubahan tutupan tanah, atau aktifitas
manusia seperti kontruksi yang mengubah aliran air secara signifikan. Sedanagkan
penyebab adanya pola aliran parallel karena disebabkan oleh topografi yang relatif
datar atau kemiringan yang seragam di daerah tersebut. Jenis batuan dan struktur
tanah juga dapat mempengaruhi pembentukan pola aliran parallel, seperti
pelapukan yang merata dan kurangnya hambatan fisik dapat membantu menjaga
pola aliran.
Vegetasi yang tumbuh didaerah tersebut sangatlah bervariasi karena lokasi
tersebut dijadikan lokasi Perkebunan oleh warga, jadi seringkali warga dengan
sengaja menanmi tumbuhan disekitar area untuk kepentingan mereka contohnya
sebagai bahan pangan ataupun pangan ternak. Tumbuhan yang terdapat dilokasi
ini antara lain pohon papaya, pohon pisang, pohon lamtoro, rumput gajah, pohon
pinus, pohon kapas, dan pohon singkong.
Sumber: Data Eksplorasi 2023
Gambar 4.4
Tabel Data Geomorfologi
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah saya peroleh di desa Jatijejer, kota Mojokerto,
provinsi Jawa Timur, Dapat di simpulkan bahwa letak geomorfologi Desa
Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
menunjukkan satuan geomorfologi yang membentang dari dataran hingga
perbukitan. Terdapat juga bukti morfologi potensi mineral berupa lelehan batuan
sedimen, andesit, dan pasir. Dan lokasi penelitian pada kuliah lapangan ini
mempunyai struktur geologi berupa singkapan berupa sambungan di desa
Jatijejer, kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, yang
merupakan struktur geologi berupa singkapan berupa sambungan.

5.2 Saran
1. Dapat mengupdate alat agar dapat memudahkan jalannya penelitian di
lapangan
2. Lebih mengutaman safety pada saat melakukan kuliah lapangan.
3. Penetapan format sebaiknya jauh-jauh hari sebelum jalannya kuliah
lapangan.
GEOLOGI STRUKTUR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LAPANGAN

2.1 Tinjauan Pustaka Geologi Struktur


Geologi struktural adalah bidang geologi yang terjadi pada tipe geologi dasar.
Studi tentang geologi struktural berkaitan dengan pembentukan struktur geologi
oleh gaya-gaya yang bekerja pada batuan, proses geologi dan mekanismenya.
Tujuan penelitian geologi struktur adalah untuk memahami struktur geologi dan
lempeng tektonik yang berhubungan dengan deformasi batuan. Analisis geologi
struktural khususnya menggunakan analisis dinamis, yang dapat
memperhitungkan gaya, energi, regangan, dan tekanan. Pengumpulan informasi
geologi struktural harus dilakukan secara sinkron dan harus mengandalkan intuisi
dan kreativitas untuk menghasilkan informasi yang lengkap. Geologi struktural
mempelajari pembentukan dan struktur batuan penyusun kerak bumi, struktur
batuan penyusun kerak bumi, dan proses terbentuknya struktur geologi. Beberapa
kelompok berpendapat bahwa geologi struktur lebih banyak dipelajari dalam studi
tentang unsur-unsur struktur geologi seperti lipatan, patahan, dan patahan yang
merupakan bagian dari satuan struktur. Rekayasa geoteknik dan tektonik dianggap
sebagai studi objek geologi berskala sangat besar seperti pegunungan, cekungan
sedimen, dan dasar laut.

Sumber: geologi.esdm, 2021


Gambar 2.1
Peta Geologi Mojokerto
Sumber: Jurnal Unitri, 2017
Gambar 2.2
Peta Jenis Tanah

Sumber: ArcMap 10.8, 2023


Gambar 2.3
Peta Geologi Regional
Sumber: ArcMap 10.8, 2023
Gambar 2.4
Peta Geologi Lokal

Sumber: ArcMap 10.8, 2023


Gambar 2.5
Peta Kemiringan Lereng
2.1.1 Kompas Geologi
Kompas geologi adalah alat yang digunakan oleh geolog untuk menentukan arah
dan kemiringan lapisan batuan, patahan, atau lipatan di lapangan. Kompas ini
membantu geolog dalam pengamatan dan pemetaan geologi serta menyediakan
data penting untuk analisis struktural dan penelitian lapangan. Kompas geologi
adalah alat yang dirancang khusus untuk membantu geolog dalam menentukan
arah dan kemiringan bidang-bidang geologi di lapangan. Beberapa komponen
umum pada kompas geologi meliputi:

Sumber: geostrukturupn, 2017


Gambar 2.6
Kompas Geologi

1. Jarum Kompas
Menunjukkan arah utara magnetik dan digunakan untuk mengukur arah
bidang geologi.
2. Skala Azimut
Terdapat di sekitar jarum kompas dan digunakan untuk membaca sudut
atau azimut bidang geologi terhadap arah utara.
3. Nivo Mata Sapi
Menunjukkan apakah kompas berada dalam posisi horizontal atau tidak.
Penting untuk memastikan akurasi pengukuran kemiringan.
4. Clinometer
Beberapa kompas geologi dilengkapi dengan pengukur kemiringan yang
memungkinkan geolog mengukur sudut kemiringan bidang geologi.
5. Penyetel Deklinasi Magnetik
Memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan kompas dengan deklinasi
magnetik pada lokasi tertentu.
6. Pendamping Peta Geologi
Beberapa model kompas geologi memiliki pengukur skala atau
pendamping peta geologi yang memudahkan pengamatan di lapangan.
7. Kaki Kompas
Memungkinkan kompas ditempatkan dengan stabil di atas bidang geologi
yang sedang diamati.

2.1.2 Struktur Geologi


Struktur geologi merujuk pada pola, pengaturan, dan bentukan batuan di bawah
permukaan bumi. Ini melibatkan studi tentang bagaimana batuan-batuan tersebut
disusun dan berinteraksi, termasuk lipatan, patahan, dan lipatan yang dapat terjadi
karena tekanan dan gaya di dalam kerak bumi. Struktur geologi memberikan
wawasan tentang sejarah geologis suatu wilayah, membantu dalam pemahaman
pembentukan lapisan batuan, dan dapat memengaruhi distribusi sumber daya alam
seperti minyak, gas, dan air bawah tanah.

2.1.2.1 Kekar
Kekar ialah rekahan atau retakan yang terbentuk pada suatu batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut serta belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh biasanya terisi oleh mineral, pemotongan bidang
perlapisan batuan, dan kenampakan breksiasi. Struktur kekar sendiri
dikelompokan berdasarkan karakter serta sifat rekahan dan retakan serta arah
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang sering dijumpai pada batuan
adalah sebagai berikut :
1. Kekar gerus (shear joint) ialah rekahan atau retakan yang membentuk
pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya
utama. Kekar jenis shear joint ini umumnya bersifat tertutup.
2. Kekar Tensional (Tension joint) ialah rekahan atau retakan yang berpola
sejajar dengan arah gaya utama, umumnya bentuk rekahan bersifat
terbuka.
3. Kekar tiang (columnar joint) terbentuk akibat pendinginan pada batuan
beku yang biasa terdapat dibasalt. Bentuk umum dari kekar ini adalah
retakan 5 atau 6 sisi (polygonal) yang berbentuk semacam tiang.
4. Kekar lembaran (sheeting joint) mempunyai bidang kekar yang kira – kira
sejajar dengan permukaan tanah. Kekar ini terbentuk akibat penghilang
beban batuan karena erosi.
5. Kekar Tektonik (Tectonic Joint) merupaka kekar yang terbentuk akibat
gaya tektonik.
6. Kekar ekstensi (Extension Joint) merupakan kekar yang terbentuk ajaran
bidang retakan yang searah dengan arah datangnya gaya eksternal yang
dominan.
7. Kekar rilis (Release Joint) pembentukan kekar ini berbeda dengan kekar
gerus maupun kekar ekstensi. Kekar gerus dan kekar ekstensi terbentuk
selama berlangsung stress, sedangkan kekar rilis terbentuk setelah
berlangsungnya stress. Awalnya, compressional stress mendorong batuan.
saat compressional stress menghilang, badan batuan berusaha Kembali ke
volume awal. Namun, deformasi yang berlangsung dapat menyebabkan
terbentuknya jajaran bidang retakan yang arahnya tegak lurus dengan arah
datangnya gaya eksternal yang menguasai. Dilihat dari formasi
rekahannya, kekar rilis sedikit mirip dengan kekar lembaran.

Sumber: berkaryaselalu, 2012


Gambar 2.7
Kekar
2.1.2.2 Lipatan
Lipatan ialah pembengkokan pada batuan. Struktur geologi ini terbentuk jika
batuan mengalami deformasi plastis akibat bekerjanya kompresi (comperessional
stress) selama selang waktu tertentu pada batuan tersebut. Tidak hanya batuan
yang bersifat ductile, batuan yang besifat brittle juga dapat mengalami perlipatan
jika laju deformasinya stain rate (rendah). Berdasarkan bentuknya lipatan
terdapat 4 macam yaitu sebagai berikut :

1. Antiklin
Antiklin ialah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang
terbengkokan keatas (menjadi concave atau cembung). Pada antiklin, arah
kemiringan sayap lipatan saling menjauhi hinge.
2. Siklin
Siklin ialah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang terbengkokan
kebawah (menjadi convex atau cekung). Pada sinklin, arah kemiringan
semua sayap lipatan terus mendekati hinge.
3. Dome (kubah)
Kubah ialah antiklin yang terbentuk elips atau melingkar
4. Basin (cekungan)
Cekungan ialah siklin yang berbentuk elips atau melingkar

Sumber: bloggeografi, 2020


Gambar 2.8
Bentuk Lipatan

Lipatan juga diklasifikasi menjadi beberapa macam menurut kenampakannya


yaitu:
1. Lipatan simetris merupakan kedua sayap lipatan miring kearah yang
berbeda dengan sudut kemiringannya sama.
2. Lipatan asimetris merupakan kedua sayap lipatan miring kearah yang
berbeda dengan sudut kemiringannya juga berbeda.
3. Lipatan rebah (recumbent) merupakan kedua sayap lipatan miring
kearah yang sama dengan posisi axial plane mendekati horizontal,
lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan sudah terbalikkan.
4. Lipatan menggantung (overtuned atau overfold) merupakan kedua sayap
lipatan miring kearah yang sama, lapisan batuan pada salah satu sayap
lipatan mengalami terbalikkan.
5. Lipatan chevron memiliki pembengkokan yang tajam (tidak
melengkung) pada hinge nya, sayap lipatan membentuk zig – zag.
6. Lipatan isoclinal merupakan kedua sayap lipatan miring kearah yang
sama besar dengan dip yang sama, dapat terbentuk jika compressioanal
stress terjadi sangat intens.

7. Teras structural dapat terbentuk pada lapisan miring yang secara local
memiliki lapisan horizontal.
8. Monoklin dapat terbentuk pada lapisan horizontal yang secara local
memiliki kemiringan.

Sumber: brainly, 2021


Gambar 2.9
Lipatan

2.1.2.3 Patahan
Dalam geologi, patahan atau sesar adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam
volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari
gerakan massa batuan. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan
hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-
batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar alih ragam. Energi yang
dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang merupakan
penyebab utama gempa bumi. Menurut ilmu geofisika, sesar terjadi ketika batuan
mengalami tekanan dan suhu yang rendah sehingga sifatnya menjadi rapuh.

Bidang sesar adalah bidang yang mewakili permukaan fraktur pada patahan.
Sebuah jejak sesar atau garis sesar adalah perpotongan dari bidang sesar dengan
permukaan tanah. Sebuah jejak sesar biasa diplot pada peta geologi untuk
mewakili suatu patahan. Patahan terdapat beberapa jenis yaitu :
1. Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan
batuan bergerak dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging
wall). Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan besar hingga
mendekati 90 derajat.
2. Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding
hanging wall. Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif
kecil yaitu kurang dari 45°.
3. Strike Fault
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan.
Arah patahan mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan
bergerak dengan arah mendatar namun sebagian ada yang bergerak dengan
arah vertikal. Bila gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial
dan bila ke kiri dinamakan sesar geser dekstral.
Sumber: researchgate, 2021
Gambar 2.10
Lipatan
2.1.3 Diagram Roset
Diagram roset adalah representasi grafis dari susunan tiga bidang atau lebih pada
suatu batuan, terutama dalam konteks geologi struktur. Diagram ini digunakan
untuk memvisualisasikan pola orientasi lipatan dan retakan pada bidang tertentu.
Diagram roset biasanya berbentuk lingkaran dengan garis-garis yang menunjuk ke
arah tingkat-tingkatnya.
Diagram Rosette membantu ahli geologi memahami hubungan antara tingkat
struktural dalam suatu wilayah dan dapat memberikan informasi penting tentang
sejarah tektonik dan deformasi batuan di wilayah tersebut. Penggunaan diagram
roset umumnya dikaitkan dengan analisis struktur dan pemodelan geologi.

Sumber: msycgeo, 2016


Gambar 2.11
Diagram Roset
2.1.4 Stereonet
Stereonet adalah alat grafis yang digunakan dalam geologi struktural untuk
memvisualisasikan dan menganalisis data orientasi batuan seperti bidang lipatan
dan patahan.
1. Polar
Stereonet polar merupakan salah satu bentuk stereonet yang biasa
digunakan untuk menganalisis dan merepresentasikan data orientasi pada
tingkat geologi, seperti patahan dan lipatan pada koordinat kutub. Dalam
stereonet polar, orientasi bidang dipetakan menjadi lingkaran dengan 0° di
atas dan 90° di kiri. Ini memberikan metode visual yang efisien untuk
memahami distribusi spasial dan hubungan antar wilayah geologi.
2. Kalsbeek
digunakan untuk plot (plane) menguji hubungan antara diskontinuitas dan
beberapa diskontinuitas tingkat data.
3. Schmidt
dapat digunakan untuk memplot bidang (plane) diskontinuitas, juga
digunakan dalam contouring plot kutub untuk menentukan konsentrasi
kutub yang merupakan representasi dari orientasi diskontinuitas

2.1.5 Klasifikasi Sesar Menurut Rickard


Klasifikasi sesar menurut Rickard adalah suatu sistem pengelompokan dan
pengklasifikasian sesar atau patahan berdasarkan sifat morfologi dan kinematik
yang dikemukakan oleh ahli geologi Richard Rickard. Saat membuat klasifikasi,
Ricardo mempertimbangkan parameter seperti sudut, pergerakan relatif antar
balok, dan gaya yang terlibat dalam pembentukan patahan.

2.1.6 Gaya-gaya yang bekerja pada sesar


Sesar atau patahan merupakan bidang di kerak bumi di mana batuan telah pecah
atau bergeser. Beberapa gaya yang bekerja pada sesar melibatkan gaya tektonik
dan respons batuan terhadap tekanan tersebut. Beberapa gaya utama yang terlibat
termasuk:
1. Gaya Pengepasan (Tensional Forces)
2. Gaya Penyusupan (Compressional Forces)
3. Gaya Geser (Shear Forces)
4. Gaya Sentripetal (Radial Forces)
5. Gaya Transformasi (Transform Forces)
Gaya-gaya ini dapat bekerja bersamaan atau saling mempengaruhi dalam
membentuk dan mengubah struktur sesar di dalam kerak bumi.

2.2 Tinjauan Lapangan


Kuliah lapangan 1 ini berada di Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kuliah lapangan ini merujuk pada LP 2, yaitu
Geologi Struktur dengan koordinat -7°36’23.7”, 112°33’31.9”,
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto memiliki luas wilayah 6.610,77 ha
Lereng pegunungan Welirang dan Penanggungan jadi sebagian besar Daerah
tersebut memiliki lereng yang curam. Oleh karena itu di daerah ini Longsor sering
terjadi terutama pada musim hujan. Bagian Trawas merupakan wilayah dengan
potensi longsor yang tinggi di wilayah lain Kabupaten Mojokerto. Pada penelitian
geologi struktur ini diambil Data kekar sebanyak 50 data yang kemudian dianalisa
dengan diagram roset, dan menggunakan proyeksi streonet.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Orientasi Lapangan


Kuliah lapangan 1 ini berada di Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini ditempuh kurang lebih 2jam
perjalanan menggunakan kendaraan yaitu truk tentara dari Surabaya ke
Mojokerto. Sesampainya di lapangan keadaan lapangan masih asri dengan
banyaknya pepohonan. Untuk mencapai lokasi yang ditentukan, di perlukan
berjalan kaki menuruni jalan setapak ditambah keadaan jalan yang licin dan
berbatu. Sesampainya di lokasi LP 1 yang berada di dekat Sungai dan terdapat
singkapan yang memiliki Struktur Geologi yaitu Kekar. Sungai ini termasuk
dalam stadia dewasa. Di daerah sungai ditemukan beberapa jenis batuan. Di LP 1
ini diambil data kekar sebanyak 50 data 5 menggunakan kompas geologi dan 45
menggunakan aplikasi rock logger.

Sumber: ArcMap 10.8, 2023


Gambar 3.1
Peta Citra Satelit
Peta citra satelit adalah representasi visual dari data citra yang diperoleh oleh
satelit. Citra ini biasanya mencakup informasi visual tentang permukaan bumi,
seperti warna tanah, vegetasi, air, dan fitur geografis lainnya. Peta citra satelit
memberikan pandangan luas tentang suatu wilayah dan dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, termasuk pemantauan lingkungan, analisis perubahan permukaan,
dan pemetaan detil.

Sumber: ArcMap 10.8, 2023


Gambar 3.2
Peta Kesampaian Wilayah
Kesampaian wilayah lokasi kuliah lapangan dapat diakses dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Titik berwarna merah menunjukan titik hijau berangkat yaitu
berada di kampus kita tercinta ITATS. Sedangkan titik berwarna merah
menandakan lokasi KL1 yang berada di desa jatijejer.
Sumber: ArcMap 10.8, 2023
Gambar 3.3
Peta Kesampaian Wilayah
Pada peta lintasan ini peneliti melakukan tracking dimulai dari lokasi awal yang
di tandai dengan titik hijau, setelah melakukan briefing peneliti melanjutkan
perjalanan menuju LP1 petrologi (-7°36'23.7", 112°33'31.6") yang di tandai
dengan titik merah. Setelah pengambilan data di titik petrologi peneliti
melanjutkan perjalanan ke titik LP2 geologi struktur (-7°36'23.7", 112°33'31.9")
untuk pengambilan data batuan. Pada tracking terakhir ini peneliti menuju ke
LP3 (-7°36'34.6", 112°33'29.2") geomorfologi atau ditandai dengan titik
berwana biru yang lokasinya lebih jauh dari titik sebelumnya.

3.2 Pemetaan lapangan


Pemetaaan geologi strukur berguna untuk mengidentifikasi struktur geologis yang
dapat mengindikasikan keberadaan deposit mineral. Pengambilan data strike dip
cukup menggunakan aplikasi rock logger dengan cara menempelkan smartphone
ke bidang yang ingin di ukur lalu tekan tombol plot, setelah menekan tombol data
strike dip akan muncul dengan sendirinya. Alat-alat yang diperlukan dalam
pengambilan data strike dip antara lain kompas, papan dada untuk tatakan
kompas, alat tulis, dan smartphone.
Dapat diketahui dari lokasi tersebut dengan memperoleh beberapa data strike dip
dilapangan dengan menggunakan Kompas Geologi sebagai alat bantu
mendapatkan data. Adapun data geologi struktur yang didapat adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Data Kekar
No Strike/Dip No Strike/Dip
1 N 316°/ 4° 26 N 122°/ 37°
2 N 279°/ 25° 27 N 330°/ 14°
3 N 262°/ 4° 28 N 195°/ 46°
4 N 206°/ 18° 29 N 26°/ 28°
5 N 265°/ 1° 30 N 82°/ 10°
6 N 186°/ 11° 31 N 5°/ 3°
7 N 160°/ 39° 32 N 17°/ 10°
8 N 237°/ 7° 33 N 133°/ 13°
9 N 30°/ 27° 34 N 154°/ 13°
10 N 140°/ 11° 35 N 88°/ 8°
11 N 65°/ 38° 36 N 51°/ 10°
12 N 350°/ 25° 37 N 121°/ 11°
13 N 102°/ 6° 38 N 55°/ 28°
14 N 46°/ 60° 39 N 24°/ 7°
15 N 9°/ 13° 40 N 28°/ 7°
16 N 239°/ 67° 41 N 24°/ 4°
17 N 327°/ 13° 42 N 280°/ 2°
18 N 170°/ 14° 43 N 337°/ 10°
19 N 102°/ 28° 44 N 336°/ 4°
20 N 91°/ 27° 45 N 265°/ 2°
21 N 262°/ 11° 46 N 231°/ 9°
22 N 153°/ 12° 47 N 21°/ 39°
23 N 294°/ 33° 48 N 291°/ 5°
24 N 251°/ 50° 49 N 163°/ 19°
25 N 342°/ 6° 50 N 106°/ 14°
Sumber: Data Lapangan
Setelah mengetahui jumlah data pada setiap interval maka dapat ditentukan jari-
jari maksimum dari gambar diagram roset dengan melihat jumlah data maksimum
pada interval dari data strike dip untuk data diagram roset pada praktikum ini
diketahui jumlah maksimum 9 sehingga dapat diketahui jari-jari maksimum 7.

3.3 Pengolahan Data Geologi Struktur


Berikut adalah diagram alir pengolahan data:

Pengolahan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Data Kekar 1. Diagram Roset


(Strike Dip) 2. Streonet
3. Klasifikasi Sesar Rickard

Analisis Klasifikasi Sesar Rickard

Kesimpulan

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2023


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Potensi Bahan Galian


Pada lokasi penelitian ini memiliki peluang terdapatnya bahan galian. Salah
satunya pada sungai, dimana sungai tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang
berbeda. Batuan tersebut merupakan suatu bahan galian industri. Batuan yang ada
dilokasi Kuliah Lapangan 1 ini merupakan batuan sedimen (breksi) dan batuan
beku merupakan batuan yang terbentuk oleh endapan dan tersedimentasi serta
terjadi dipermukaan bumi dan dibawah tanah atau di dalam air. Pada lokasi Lp 1
ini memiliki struktur geologi berupa kekar, dan pada Lp 1 ini juga dilalukan
pengukuran strike dan dip menggunakan alat yang berupa kompas geologi dan
aplikasi rock logger. Batuan ini berasal dari letusan gunung arjuno welirang yang
bertransportasi dengan mengikuti aliran Sungai hingga batuan tersebut berada di
lokasi KL 1 ini.

4.2 Analisa Geologi Struktur


Pada Lokasi LP 1 ditemukan adanya struktur geologi yaitu kekar yang berada di
sepanjang pinggiran sungai. Dari Lp 1 ini diproleh data strike dip sebanyak 50
data yang diambil menggunakan kompas geologi sebanyak 5 data dan aplikasi
rock logger sebanyak 45 data.

Data yang didapat dari lp 1 yaitu berupa data strike dip kemudian dianalisa
menggunakan diagram roset dan proyeksi streonet. Hasil yang didapat dari analisa
diagram roset yaitu nilai strike tebesar terdapat pada interval 281° - 290° dengan
jumlah 7. Pada analisa mengunakan proyeksi streonet diproleh hasil yaitu :
4.2.1 Diagram Roset
Tabel 3.2
Data Diagram Roset
Interval Turus Jumlah
0° - 10° II 2
11° - 20° II 2
21° - 30° IIIII I 6
31° - 40° - -
41° - 50° I 1
51° - 60° IIII 4
61° - 70° II 2
71° - 80° I 1
81° - 90° IIIII 5
271° - 280° III 3
281° - 290° III 3
291° - 300° II 2
301° - 310° II 2
311° - 320° III 3
321° - 330° II 2
331° - 340° IIIII 5
341° - 350° IIII 4
351° - 360° - -
Sumber : Data Lapangan

4.2.2 Stereonet
4.2.3 Klasifikasi Rickard
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah saya peroleh di desa Jatijejer, kota Mojokerto,
provinsi Jawa Timur, Dapat di simpulkan bahwa letak geomorfologi Desa
Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
menunjukkan satuan geomorfologi yang membentang dari dataran hingga
perbukitan. Terdapat juga bukti morfologi potensi mineral berupa lelehan batuan
sedimen, andesit, dan pasir. Dan lokasi penelitian pada kuliah lapangan ini
mempunyai struktur geologi berupa singkapan berupa sambungan di desa
Jatijejer, kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, yang
merupakan struktur geologi berupa singkapan berupa sambungan.

5.2 Saran
1. Dapat mengupdate alat agar dapat memudahkan jalannya penelitian di
lapangan
2. Lebih mengutaman safety pada saat melakukan kuliah lapangan.
3. Penetapan format sebaiknya jauh-jauh hari sebelum jalannya kuliah
lapangan.
MINERALOGI DAN PETROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LAPANGAN

2.1 Tinjauan Pustaka Batuan dan Mineral


Mineralogi dan petrologi adalah dua cabang utama geologi yang berhubungan
dengan batuan dan bahan mineral di Bumi. Mineralogi Berfokus pada studi
tentang mineral. Mineral adalah zat anorganik dengan komposisi kimia tertentu
dan struktur atom teratur. Mineralogi mempelajari sifat fisik, kimia, dan
kristalografi mineral untuk memahami sifat uniknya. Petrologi Baik batuan yang
terbentuk di dalam bumi (endapan batuan) maupun batuan yang terbentuk di
permukaan (batuan beku, sedimen, dan metamorf) diperiksa. Petrologi
memahami asal usul, komposisi, dan deformasi batuan, serta kondisi geologi
yang mempengaruhi pembentukannya. Secara keseluruhan, mineralogi dan
petrologi memberikan wawasan mendalam tentang material bumi dan membantu
para ilmuwan memahami proses geologi, sejarah bumi, dan sumber daya alam
yang tersedia.

2.2 Tinjauan Lapangan


Kuliah lapangan 1 ini berada di Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kuliah lapangan ini merujuk pada LP 1, yaitu
Geologi Struktur dengan koordinat -7°36'23.7", 112°33'31.6",
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto memiliki luas wilayah 6.610,77 ha
Lereng pegunungan Welirang dan Penanggungan jadi sebagian besar Daerah
tersebut memiliki lereng yang curam. Oleh karena itu di daerah ini Longsor sering
terjadi terutama pada musim hujan. Bagian Trawas merupakan wilayah dengan
potensi longsor yang tinggi di wilayah lain Kabupaten Mojokerto. Pada penelitian
geologi struktur ini diambil Data kekar sebanyak 50 data yang kemudian dianalisa
dengan diagram roset, dan menggunakan proyeksi streonet.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Orientasi lapangan


Kuliah lapangan 1 ini berada di Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini ditempuh kurang lebih 2jam
perjalanan menggunakan kendaraan yaitu truk tentara dari Surabaya ke
Mojokerto. Sesampainya di lapangan keadaan lapangan masih asri dengan
banyaknya pepohonan. Untuk mencapai lokasi yang ditentukan, di perlukan
berjalan kaki menuruni jalan setapak ditambah keadaan jalan yang licin dan
berbatu. Sesampainya di lokasi LP 1 yang berada di dekat Sungai. Sungai ini
termasuk dalam stadia dewasa. Di daerah sungai ditemukan beberapa jenis batuan.
Di LP 1 ini mendeskripsikan beberapa batuan yang ada di sekitar lokasi
penelitian.

3.2 Pemetaan dan Pengumpulan Sampel

3.3 Pengolahan Data Batuan dan Mineral


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Potensi Bahan Galian


Pada lokasi penelitian ini memiliki peluang terdapatnya bahan galian. Salah
satunya pada sungai, dimana sungai tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang
berbeda. Batuan tersebut merupakan suatu bahan galian industri. Batuan yang ada
dilokasi Kuliah Lapangan 1 ini merupakan batuan sedimen (breksi) dan batuan
beku merupakan batuan yang terbentuk oleh endapan dan tersedimentasi serta
terjadi dipermukaan bumi dan dibawah tanah atau di dalam air. Batuan ini berasal
dari letusan gunung arjuno welirang yang bertransportasi dengan mengikuti aliran
Sungai hingga batuan tersebut berada di lokasi KL 1 ini.

4.2 Analisis Satuan Morfologi


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah saya peroleh di desa Jatijejer, kota Mojokerto,
provinsi Jawa Timur, Dapat di simpulkan bahwa batuan yang terdapat di Desa
Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
merupakan batuan breksi yang berasal dari letusan gunung arjuno welirang.
Terdapat juga bukti berupa batuan yang telah kita bawa beberapa dari hasil
deskripsi dilapangan.

5.1 Saran
1. Dapat mengupdate alat agar dapat memudahkan jalannya penelitian di
lapangan
2. Lebih mengutaman safety pada saat melakukan kuliah lapangan.
3. Penetapan format sebaiknya jauh-jauh hari sebelum jalannya kuliah
lapangan.

Anda mungkin juga menyukai