Anda di halaman 1dari 49

STUDI KASUS

(Laporan Praktikum Lapangan Geologi Struktur)

Oleh
Kelompok 4

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Judul Praktikum : Praktikum Lapangan
Tanggal Praktikum : 27 Mei 2023
Tempat Praktikum : Desa Ketapang, Padang Cermin, Pesawaran
Nama : Kelompok 4
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : Kelompok 4

Bandar Lampung, 04 Mei 2023


Mengetahui,
Asisten

Ramot Efraim Frederick Togatorop


NPM 2015051039

iii
STUDI KASUS

Oleh
Kelompok 4

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum lapangan geologi struktur yang berlokasi di Kecamatan


Ketapang, Kabupaten Pesawaran. Geologi Struktur merupakan studi mengenai
distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat,
beserta susunan internalnya. Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang
juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan
mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan
mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian
deformasinya. Adanya praktikum lapangan geologi struktur ini untuk mengetahui
bentuk dan struktur geologi khususnya struktur patahan dan lipatan di permukaan
bumi secara nyata, proses terbentuk dan faktor-faktor yang memengaruhinya
sehingga praktikkan tidak hanya membayangkan bagaimana proses terbentuknya
patahan dan lipatan di permukaan bumi, adanya singkapan dan karakteristik suatu
batuan, serta proses terjadinya di alam bebas. Tetapi dapat melihat langsung
fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain sebagainya secara nyata.
Faktanya teori yang kemiringaneroleh di perkuliahan tidak sama dengan
karakteristik bentuk permukaan bumi maupun karakteristik dialam secara nyata,
sehingga perlu adanya pemahaman di lapangan mengenai faktor-faktor perbedaan
yang terjadi di alam dengan teori yang diajarkan. Dalam praktikum lapangan ini,
dilakukan beberapa analisis batuan dan analisis kekar dengan menggunakan teori
yang telah kemiringanelajari pada praktikum sebelumnya. Praktikkan mengambil
sampel batuan di lapangan dan mengambil foto kekar di lapangan untuk di analisis
formasi batuan, jurus dan kemiringan nya, serta mengambil 30 data kekar untuk
kemudian dianalisis menggunakan diagram rose. Praktikum lapangan ini bertujuan
agar para praktikan dapat mengukur dan menganalisa secara langsung batuan dan
kekar yang ada di lapangan.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................................1

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Lokasi Penelitian ....................................................................................1
B. Daerah Geologi Penelitian .....................................................................1

III. TEORI DASAR

IV. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan ......................................................................................4
B. Prosedur .................................................................................................4
C. Diagram Alir .........................................................................................5

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan ..................................................................................6
B. Pembahasan ...........................................................................................6

VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Peta Topografi Daerah Penelitian ....................................................3
Gambar 2. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung .......................................3
Gambar 3. Peta Geologi Regional Tanjung Karang ..........................................4
Gambar 4. Peta Rute Penelitian .........................................................................4
Gambar 5. Diagram Alir ..................................................................................10

iv
DAFTAR TABEKL

Halaman
Tabel 1. Data Koordinat Lokasi Praktikum .....................................................11

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai
akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi.. Beberapa kalangan berpendapat
bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur
struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala
yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan
sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

Dengan dilaksanakannya praktikum lapangan geologi struktur, diharapkan


para praktikan dapat melihat serta menganalisis secara langsung stuktur
geologi yang ada dan bukan hanya membayangkannya saja. Selain itu dengan
dilakukannya praktikum lapangan kemarin, para praktikan dapat menghitung
atau mengukur jurus and kemiringan dari sebuah kekar secara langsung dengan
menggunakan kompas geologi. Selain itu juga mengetahui batuan geologi
secara langsung sehingga dapat mengambil sampel batuannya.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari studi kasus lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan dapat mencari jurus dan kemiringan kekar secara langsung di
lapangan.
2. Praktikan dapat mengetahui struktur geologi secara langsung di lapangan.
3. Praktikan mampu menganalisis singkapan batuan secara langsung di
lapangan dan,mampu menghubungkan urutan kejadian terbentuknya
batuan dari jejak struktur yang ditinggalkan pada singkapan batuan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pertama yaitu pada Desa Durian Payung, Jalan RE
Martadinata, dan jaraknya kurang lebih 20 km dari Kota Bandar Lampung.
Kondisi cuaca dari lokasi ini yaitu cerah dan terik, namun pada sore harinya,
cuaca pun sedikit gelap dan mendung . Desa Durian Payung adalah salah satu
Desa / Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang ada di Kota /
Kabupaten Bandar Lampung dan termasuk Provinsi Lampung,
Negara Indonesia. Lokasi kedua terdapat pada komplek Gunung Kasih, berada
di Cisarua, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung. Lokasi terakhir yaitu pada pantai Ketapang dimana terletak wilayah
pesisir Provinsi Lampung merupakan pertemuan antara Laut Jawa dan
Sumudera Hindia (laut) dengan pegunungan Bukit Barisan (darat). Keadaan
alam daerah Provinsi Lampung yaitu sebelah Barat dan Selatan
merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai lanjutan dari jalur pegunungan
Bukit Barisan, bagian tengah merupakan dataran rendah sedangkan ke dekat
pantai sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa hingga ke Utara merupakan
daerah rawa-rawa perairan yang luas. Lokasi tepatnya yaitu di Kecamatan
Ketapan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (Kustanto,2015).

Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau


Sumatera dari utara ke selatan , dimulai dari Aceh hingga teluk Semangko di
Lampung. Patahan inilah yang membentuk Pegunungan Barisan, suatu
rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatera. Paling mudah terlihat di
daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi. Patahan ini
merupakan patahan geser atau patahan mendatar, sesar mendatarnya termasuk
sesar mendatar Right/Dextral Slip Fault, pergeserannya besar sekitar 25-30 km.
Tatanan Stratigrafinya saling menindih dan tidak sama, mempunyai struktur
penyerta berupa kekar, tegasan-tegasan rekahan setempat dan lipatan
(Kustanto, 2015). Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi
Lampung. Letakanya yang strategis sehingga menjadikan kota Bandar
Lampung menjadikan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan
3

dan kebudayaan, juga merupakan pusat perekonomian daerah Lampung.


Dilihat dari kondisi geografisnya Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20‟
sampai dengan 50 30‟ Lintang Selatan dan dan 1050 28‟ sampai dengan 1050
37‟ Bujur Timur. Ibukota Provinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung
yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung memiliki
luas wilayah 197,22km² (Wilujeng, 2019).

Gambar 1. Peta Topografi Daerah Penelitian

Gambar 2. Peta Geologi Regional Tanjung Karang


4

Gambar 3. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

Gambar 4. Peta Rute Daerah Penelitian

Kondisi topografi pada Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, dilihat dari
dataran pantai hingga kawasan perbukitan dan gunung, Kota Bandar Lampung
memiliki ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 meter, dengan kondisi
topografi 38 perbukitan sampai bergunung membentang luas dari arah Barat ke
arah Timur yang memiliki puncak tertinggi yaitu pada Gunung Betung yang
letaknya di sebelah Barat dan yang memiliki puncak tertinggi adalah Gunung
Dibalau serta perbukitan Batu Serampok yang berada di sebelah Timur.
5

B. Geologi Daerah Penelitian

Pada lokasi pertama sendiri terdiri dari 3 side, terdapat batuan piroklastik dan
vulkanoklastik yang lebarnya kira-kira 60 m x 20 m. Variasi litologi daerah ini
ialah batu pasir dengan batu tuff lempung yang di potong oleh aliran sungai
purba atau chenel dan juga terdapat batuan breksi dibagian yang paling atas,
selain itu juga terdapat kekar-kekar yang terbentuk. Pada lokasi penelitian pada
Komplek Gunung Kasih, batuan dasar yang tersingkap pada daerah ini yaitu
batuan metamorf, batuan metamorf yang tersingkap ialah batu sekis. Adapun
macam batuan yang terdapat pada Komplek Gunung Kasih yaitu sekis kuarsa
pelitik dan grafitik, pualan dan sekis gampingan, kuarsit serisit, sekis ambifol
dan ortogenesis (Suharno dkk., 2012). Batuan yang paling mendominasi daerah
Komplek Gunung Kasih ialah batu sekis, setelah melihat warna, tekstur dan jugs
butir yang terlihat pada batuan sample yang diambil dari singkapan yang
terdapat di Komplek Gunung Kasih. Hanya ada satu formasi dalam seluruh
daerah penelitian yaitu Formasi Lampung (QTl). Formasi Lampung memliki
umur Kuarter-Tersier. Formasi Lampung memiliki sebaran tuf batu apung, tuf
riolitik, tuf padu, batulempung tufan dan batupasir tufan. Daerah Penelitian ini
dilalui oleh Sesar Lampung-Panjang. Sesar Lampung-Panjang telah
diidentifikasi pada Peta Geologi Lembar Tanjungkarang (Mangga dkk., 1993).

Pegunungan Bukit Barisan menempati 25-30 % luas Peta Lembar Geologi


Regional Tanjungkarang, terdiri dari batuan beku dan malihan serta batuan
gunungapi muda. Lereng - lereng umumnya curam dengan ketinggian sampai
dengan 500 – 1680 m di atas muka laut. Daerah pantai bertopografi beraneka
ragam dan banyak juga terdiri dari perbukitan kasar mencapai 500 m di atas
muka laut dari batuan gunungapi Tersier dan Kuarter serta batuan terobosan
(Mulyasari, dkk., 2019)
III. TEORI DASAR

Geologi struktur adalah sebuah ilmu atau studi yang mempelajari mengenai bentuk
batuan yang menjadi hasil dari proses deformasi. Geologi struktur secara luas
adalah sebuah studi yang secara khusus mendalami aneka ragam bentuk arsitektur
dari batuan yang termasuk ke dalam bagian kerak bumi dan menjelaskan secara
rinci proses pembentukannya. Geologi struktur memberikan perhatian secara
khusus pada usnur yang terdapat pada struktur geologi yang berupa lipatan (fold),
patahan (fault), rekahan (fracture), dan hal-hal lain yang dinyatakan dalam satuan
tektonik (tectonic unit) (Asmaranto, Runi dkk, 2021).
Geologi struktur adalah ilmu pengetahuan dari cabang ilmu geologi yang
mempelajari bangun/bentuk dari kerak bumi sebagai akibat dari pergerakan
(deformasi) pada kulit bumi oleh tenaga endogen, terbentuklah macam-macam
bentuk atau struktur. Struktur yang terbentuk dapat berupa perlapisan, perlipatan
(folds), kekar (joints), ketidakselarasan, ataupun sesar atau patahan (fault)
(Kurniawan dan Hadimuljono, 2020).

Struktur geologi terbentuk akibat deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi
akibat adanya gaya-gaya endogen dan eksogen. Kedua gaya tersebut akan
membentuk tegangan-tegangan dari segala arah. Tegangan-tegangan ini menjadi
parameter yang dapat menghasilkan deformasi. Proses terbentuknya deformasi
terjadi pada zona di bidang diskontinu, pada zona ini gaya-gaya tersebut akan
terdistribusi (Anwar, Rai, dan Wattimena, 2018).

Jurus atau jurus adalah arah garis yang terbentuk dari perpotongan antara bidang
planar dengan bidang horizontal. Jurus atau jurus ditinjau atau diukur dari arah
utara. Sedangkan kemiringan atau kemiringan adalah sudut atau derajat yang
terbentuk antara bidang planar dengan bidang horizontal. Kemiringan atau
kemiringan memiliki arah yang tegak lurus terhadap garis kemiringan atau jurus.
Bidang planar adakah bidang yang memiliki bentuk relatif lurus, misalnya adalah
bidang perlapisan, bidang kekar, dan lain-lain (Wahyuni, Ayusari dkk, 2019).

Jurus atau jurus dan kemiringan atau kemiringan merupakan parameter yang dapat
digunakan untuk menentukan jenis sesar. Jurus atau jurus adalah parameter sesar
7

yang merupakan garis arah bidang sesar yang diukur dari arah utara ke arah timur
dengan besar berkisar 0˚-360˚. Sedangkan kemiringan atau kemiringan adalah
sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan bidang horizontal. Kemiringan atau
kemiringan diukur atau dihitung pada bidang vertikal yang arahnya tegak lurus
jurus patahan atau sesar dengan besar berkisar 0˚≤ δ ≤ 90˚. Selain jurus dan
kemiringan, parameter sesar lainnya adalah rake atau slip yang merupakan sudut
pergerakan hanging-wall terhadap jurus, rake bernilai postif untuk sesar naik dan
bernilai negatif untuk sesar turun (Rusmilawati, Djayus, Lepong & Hendrwanto,
2019).

Kekar adalah suatu retakan (fracture) pada batuan yang merupakan bidang terpisah
dan sepanjang bidang tersebut tidak terdapat perpindahan secara vertikal maupun
horizontal yang berarti. Apabila batuan mendapat tegangan (stress) yang
melampaui tegangannya, akan terjadi tegangan kekar. Tegangan yang bekerja dapat
berupa tegangan tekan, tarik, maupun geser. Kekar yang terbentuk dapat berupa
kekar gerus (shear), kekar tarik (tension), dan dapat mempunyai pola yang
bersistem ataupun tidak. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kekar akibat faktor
ekternalitas adalah kelongsoran, runtuh, dan penurunan muka tanah. Dalam
mempelajari kekar, perlu dikethui orientasi arah jurus dan kemiringan bidang kekar,
spasi bidang kekar, keluasan penyebaran pola kekar, sistem pola kekar, dan jenis
material pengisi bidang kekar (Kurniawan dan Hadimuljono, 2020).
Ketika batuan pecah sebagai respons terhadap tegasan, kerusakan yang dihasilkan
disebut fracture. Jika batuan di satu sisi patahan bergeser relatif terhadap batuan
lain, maka rekahan tesebut disebut sesar (fault). Jika tidak ada gerakan dari satu sisi
relatif terhadap yang lain, dan jika ada banyak rekahan dengan orientasi yang sama,
maka rekahan disebut kekar (joint). Mengacu pada arah geraknya kekar pada batuan
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu extension fracture dan shear fracture.
extension fracture memiliki gerakan tegak lurus dengan bidang kekar, sedangkan
shear fracture adalah kekar yang pergerakannya sejajar dengan bidang kekar (Isa
dkk, 2022).

Rekahan atau kekar adalah jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah.
Analisis kekar baik individu ataupun kelompok dapat dilakukan dengan cara
pemetaan kekar pada batuan, yaitu memetakan fisik kekar, posisi kekar,
pengelompokan kekar dari tata letak atau pola geografisnya. Sifat keterkaitan antara
kekar dengan materi yang melaluinya, baik cairan magma, gas, atau materi lain
yang berkaitan secara ecologyenvironment mempunyai ciri khas seperti filling, retas
rekahan dan kehancuran batuan (Tamril dkk, 2020).
8

Kekar adalah struktur yang dihasilkan dari batuan yang brittle, dimana batuan
relatif belum mengalami dislokasi atau pergeseran, hanya perenggangan
(extension). Kekar terbentuk akibat deformasi yang bersifat rapuh (brittle) dan
banyak ditemui di berbagai jenis batuan. sistem kekar terbentuk dari kumpulan set
kekar yang memiliki orientasi berbeda. Kekar ialah berupa bidang retak tanpa
pergeseran pada tubuh batuan dan dapat hadir secara sistematis karena terbentuk
oleh gaya tektonik dan dapat dianalisis sebagai interpretasi gaya tektonik
pembentuknya dari data sistematis. Kekar terbentuk akibat gagalnya sebuah batuan
untuk menahan elastisitasnya dari stress yang mengenai suatu batuan. karakteristik
umum yang ditemui pada kekar adalah pemotongan bidang perlapisan batuan dan
biasanya terisi mineral lain atau mineralisasi seperti sebagai bidang retak. Kekar
yang terisi mineral disebut urat (vein), sedangkan yang tidak terisi disebut joint.
Karakteristik selanjutnya adalah dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter rekahan/retakan, serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut (Faisal
dan Yulhendra, 2021).

Sesar (fault) adalah struktur yang terjadi karena adanya perpindahan batu besar
pada material batuan yang terjadi di sepanjang celah yang terdapat di dalam batu.
Sesar merupakan proses perpindahan yang terjadi pada batuan antara bagian yang
saling berhadapan dengan bidang yang mengalami patahan disebabkan oleh
pergeseran yang berlangsung pada batuan. secara umum sesar memiliki beberapa
macam. Pertama adalah sesar normal, yaitu gerakan yang terjadi secara relatif
hanging wall yang turun menuju footwall. Kedua adalah sesar naik, yaitu
pergerakan relatif hanging wall yang mengarah pada footwall. Ketiga adalah sesar
mendatar, yaitu gerakan yang terjadi secara relatif mendatar pada bagian yang
disesar (Asamaranto dkk, 2021).

Struktur sesar dapat diartikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya
pergeseran. Sesar dapat didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh
adanya pergeseran relatof (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya.
Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan
kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa
centimeter hingga puluhan kilometer. Sesar juga dapat diartikan sebagai suatu
bidang pecah (fracture) yang memotong suatu tubuh batuan dengan disertai oleh
adanya pergeseran yang sejajar dengan bidang pecahnya (Zuhdi, 2019).

Jenis-jenis sesar ada sesar turun, sesar naik, dan sesar geser. Sesar terbagi atas dua
bagian yang disebut sebagai hanging wall dan foot wall. Hanging wall meupakan
bagian sesar yang berada diatas bidang [atahan. Foot wall merupakan bagian yang
berada di bawah bidang sesar. Zona rekahan yang muncul pada sistem panas bumi,
yaitu zona sesar, zona sesar minor/rekahan, zona singkapan, dan intrusi sistem
vulkanik. Zona sesar menjadi jalan keluar fluida panas bumi ke permukaan atau
sebagai media resapan untuk menagkap air dari tanah (Isa, 2018).
IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum lapangan kali ini
sebagai berikut.
1. Palu geologi
2. Kompas geologi
3. Lup
4. Peta geologi tempat praktikum lapangan
5. GPS Garmin
6. Papan jalan
7. Cairan HCL 10%
8. Alat tulis
9. Kertas Hvs
10. Kamera
11. Komparator batuan beku
12. Komparator batuan sedimen
13. Plastik sampel
14. Label penanda batuan
15. Geodatabase

B. Prosedur
Adapun prosedur pada praktikum lapangan kali ini sebagai berikut.
1. Mendatangi lokasi praktikum.
2. Melakukan plotting di titik yang ingin diamati.
3. Menentukan singkapan batuan yang akan diamati.
4. Menggambar sketsa struktur singkapan.
5. Menghitung jurus dan kemiringan pada singkapan.
6. Mengambil sampel batuan dari singkapan yang sudah diamati.
7. Menentukan jenis struktur dari singkapan.
8. Menghitung pola kekar yang terdapat pada singkapan.
9. Mengidentifikasi sampel batuan.
10. Mencatat semua hasil dari penelitian pada Geodatabase.
10

D. Diagram Alir

Adapun langkah-langkah praktikum ini dapat dirincikan dalam diagram alir


berikut.

Mulai

Menyiapkan Alat dan Bahan Pengamatan


Lapangan

Mencari Dan Menentukan Suatu Singkapan

Melakukan Plotting Lokasi Penelitian

Menggambar Sketsa Singkapan

Mengambil Sampel Batuan Menggunakan Palu


Geologi

Mengukur Jurus dan Kemiringan Menggunakan


Kompas Geologi

Melakukan Interpretasi Terhadap Singkapan


Batuan

Hasil Pengamatan

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

Adapun data hasil penelitian adalah sebagai berikut :


Koordinat Elevasi
No. Lokasi Jenis Batuan
X Y (m)
Desa Durian 48 M Batu Tuf
1. 10524309 25
Payung 0556538 (Sedimen)
Batu Gneiss
Kompleks 48 M
2. 10523158 21 dan Sekis
Gunung Kasih 0556538
(Metamorf)
48 M Batu Pasir
3. Pantai Ketapang 31
0559206 10524291 (Sedimen)
Tabel 1. Data Koordinat Lokasi Praktikum

B. Pembahasan

Pada praktikum lapangan geologi struktur kali ini dilaksanakan di tiga lokasi
berbeda di Kabupaten Pesawaran. Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada
tanggal 27 Mei 2023. Sesampainya di tempat praktikum, praktikan langsung
dapat mengidentifikasi batuan yang terdapat di lokasi praktikum. Pada masing-
masing lokasi tempat pengambilan data, praktikan diharuskan untuk
menggambar sketsa singkapan batuan, melakukan plot untuk titik
pengambilan data lokasi menggunakan GPS, mengukur jurus dan kemiringan
menggunakan kompas geologi, mengambil sampel batuan, melihat mineral
yang terdapat di dalam singkapan batuan dengan menggunakan lup pada
singkapan batuan. Hal tersebut dilakukan untuk melakukan interpretasi
singkapan batuan dengan data-data yang jelas. Adapun tujuan dari praktikum
lapangan ini ialah mahasiswa dapat mengetahui batuan pada singkapan dan
struktur geologi secara langsung di lapangan.
12

Pada praktikum lapangan geologi struktur kali ini ada 3 titik lokasi praktikum
yang pertama Desa Durian Payung, Kompleks Gunung Kasih dan Pantai
Ketapang. Selanjutnya, di lokasi praktikum dilakukan pengambilan data. Data
pertama yang diambil yaitu melakukan plot pada lokasi pengambilan data
dengan menggunakan GPS model Garmin. Data lokasi diambil dengan cara
membuat waypoint pada lokasi pengambilan data. Kemudian tentukan titik
yang akan kemiringanlot dan plot titik koordinat dengan menekan tombol
“Enter” beberapa saat sehingga GPS memberikan informasi mengenai titik
koordinat berupa latitude (Y) dan longitude (X) serta memberikan informasi
elevasi lokasi tersebut. Kedua, pengambilan sampel batuan dengan
menggunakan palu geologi. Pada praktikum kali ini palu geologi yang
digunakan ada dua jenis yaitu palu batuan beku dan palu batuan sedimen.
Perbedaan kedua palu ini ialah terletak pada perbedaan bentuk kepala, dimana
pada palu batuan beku ujung kepala palu meruncing yang berfungsi untuk
memudahkan menghancurkan bagian batuan beku yang keras sedangkan palu
batuan sedimen ujung kepala palu berbentuk pipih yang berfungsi untuk
memudahkan pengguna untuk mengait pada perlapisan. Selanjutnya melihat
jenis mineral dan besar mineral yang terdapat di dalam batuan dengan
menggunakan lup. Lup pada geologi digunakan untuk memperjelas objek yang
kecil seperti mineral batuan. Dengan melihat mineral yang terkandung pada
batuan kita juga dapat menentukan singkapan yang ada pada batuan berupa
singkapan batuan sedimen, batuan beku ataupun batuan metamorf. Pada saat
pengidentifikasian batuan kita juga dapat memakai komparator batuan agar
lebih memudahkan dalam menentukan besar butir batuan, fragmen, dan
mineral batuan. Siapkan juga plastik zip untuk menyimpan batuan sampel yang
telah diambil. Kemudian pada lokasi pengambilan data praktikan diharuskan
mengambar sketsa singkapan batuan. Selain menganalisis sampel batuan pada
singkapan, praktikan juga melakukan pengukuran arah jurus dan kemiringan
dari singkapan batuan, termasuk mengukur arah jurus dan kemiringan dari
kekar-kekar yang ditemukan pada singkapan batuan. Pengambilan data jurus
dan kemiringan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi. Cara
mengukur jurus yaitu dengan menempelkan salah satu bagian sisi kompas
geologi yaitu sisi timur pada bidang yang akan diukur. Pada keadaan kompas
horizontal dengan mengatur kedudukan gelembung atau bubble tepat di
tengah. Kemudian baca kedudukan ujung utara jarum kompas, lalu catat
dengan sistem penulisan azimut N....E. Sebelum kompas diangkat, garis
dahulu tempat mengukur jurus. Selanjutnya cara mengukur kemiringan yaitu
dengan cara menempelkan sisi barat kompas dengan posisi tegak lurus
terhadap garis jurus. Putar klinometer higga gelembung tepat berada di tengah.
Klinometer di horizontalkan dan dibaca besar pada busur setengah lingkaran
kemiringan perlapisan kemiringaneroleh dengan penulisan N...E/.... Namun
pengambilan data jurus dan kemiringan hanya dapat dilakukan pada batuan
13

sedimen saja. Setelah semua data sudah diambil, hal yang perlu dilakukan yaitu
mencatat data yang didapat pada lembar geodatabase serta didukung dengan
alat tulis lainnya seperti papan jalan, pulpen, pensil, dan praktikan
mendapatkan telah data hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 1.2
yang merupakan hasil dari pengamatan tim praktikum.

Hasil pengamatan singkapan batuan di lokasi praktikum pertama, yaitu


Sukamaju, Kecamatan Teluk Betung, Kota Bandar Lampung, Lampung.
Lokasi pertama berdasarkan hasil penentuan titik lokasi menggunakan GPS,
terletak pada 48 M 0546432 untuk nilai latitude (X) dan longitude (Y) terletak
pada koordinat 10524309 dengan ketinggian (elevasi) 25 m. Dari hasil
pengamatan singkapan batuan, diketahui terlihat singkapan batuan merupakan
jenis batuan sedimen, yaitu batu tuf. Tuf merupakan batuan piroklastik hasil
letusan gunungapi secara megaskopis memiliki karakteristik berwarna lapuk
cokelat kekuningan dan warna segar abu-abu kekuningan, memiliki tekstur
dengan ukuran butir abu halus hingga abu kasar dominan abu halus, bentuk
butir menyudut tanggung-membundar tanggung, kemas terbuka, dan
pemilahan baik hingga menengah, sebagian besar batuan masif. Pada lokasi
pengamatan, singkapan didominasi oleh batuan tuf yang berbeda, diantaranya
tuff-pasir, tuff-lempung, breksi tufan. Disebut tuf pasir dikarenakan pada
batuan sedimen tersebut memiliki fragmen berupa batu pasir yang terletak pada
matrix (masa dasar) nya yaitu batu tuf. Begitupun sistem penamaan pada tuff-
lempung, yaitu batuan sedimen yang terdapat batuan lempung pada matrix batu
tuff. Sedangkan breksi tufan, yaitu batuan sedimen yang menampakkan
fragmen breksi vulkanik pada batuan tuff. Dari hasil pengamatan singkapan
batuan, singkapan terbentuk pada pleistosen awal atau sekitar 2,6 juta tahun
yang lalu. Adapun singkapan ini termasuk formasi Lampung (QTI) yang
didominasi oleh batuan tuf. Singkapan ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian atas terdapat breksi vulkanik, bagian tengah terdapat channel atau jalur
aliran air yang terbentuk di permukaan Bumi, dan bagian bawah terdapat
batupasir tuf. Pada singkapan dulunya terdapat sungai purba atau sistem sungai
yang telah ada di masa lalu dan tidak aktif lagi. Singkapan telah mengalami
banyak pelapukan, terutama oleh cuaca dan vegetasi dan tumbuh. Pada
singkapan banyak ditemukan adanya kekar rilis dan kekar ekstensi. Hal ini
kami dapat berdasarkan jurnal dan peta regional Tanjung Karang dan hasil dari
pengamatan tim praktikan sendiri. Adapun tekstur batuan beku tersebut
Tekstur pada batupasir tuf; besar butirnya 1/4 mm - 1/8 mm (fine sand),
pemilahannya menunjukkan kesseragaman besar butir yang terpilah baik (well
sorted), kebundarannya yaitu membundar (rounded), kemas (fabric) yaitu
kemas terbuka, fragmennya kuarsa, kemudian matriksnya tuf. Selain itu, juga
pada sisi lain singkapan terdapat fragmen berupa breksi vulkanik pada batuan
tuf. Sedangkan untuk mineral yang terkandung di dalamnya terdapat kuarsa,
14

plagioklas, muskovit, dan sedikit biotit. Pada singkapan batuan didominasi


oleh mineral plagioclase dan mineral kuarsa dan panjang singkapannya sekitar
30 m. Selain mengamati batuan, juga melakukan pengamatan dan pengukuran
terhadap kekar-kekar yang ada pada singkapan batuan. Terdapat 3 kekar pada
singkapan yang dilakukan pengukuran, yang mana pada masing-masing kekar
kemiringanlot lokasi kekar dan diukur arah jurus dan kemiringan kekar pada
batuan. Hasil pengambilan data kekar 1 berdasarkan hasil penentuan titik lokasi
menggunakan GPS, yaitu 48 M 0546493 untuk nilai latitude (X) dan longitude
(Y) terletak pada koordinat 10524291 dengan elevasi 31 m. Adapun kedudukan
sesar pada singkapan memiliki arah jurus N 106°E. Hasil pengambilan data
kekar 2 berdasarkan hasil penentuan titik lokasi menggunakan GPS, yaitu 48
M 0546492 untuk nilai latitude (X) dan longitude (Y) terletak pada koordinat
10524287 dengan elevasi 35 m. Adapun kedudukan sesar pada singkapan
memiliki arah jurus N 311°E. Hasil pengambilan data kekar 2 berdasarkan hasil
penentuan titik lokasi menggunakan GPS, yaitu 48 M 0546389 untuk nilai
latitude (X) dan longitude (Y) terletak pada koordinat 10524225 dengan elevasi
31 m. Adapun kedudukan sesar pada singkapan memiliki arah jurus N 314°E.

Hasil pengamatan singkapan batuan yang dilakukan di lokasi praktikum kedua,


yaitu berlokasi di Kompleks Gunung Kasih, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan hasil penentuan titik lokasi menggunakan
GPS, terletak pada 48 M 0556538 untuk nilai latitude (X) dan longitude (Y)
terletak pada koordinat 10523158 dengan ketinggian (elevasi) 21 m. Dari hasil
pengamatan singkapan, singkapan terletak di Kompleks Gunung Kasih (Pzg)
yang tersusun atas sekis pelitan, gneiss, dan juga kuarsit. Singkapan ini
kemiringanerkirakan terbentuk pada masa Pra-Tersier Paleozoikum. Pada
singkapan juga terdapat struktur geologi berupa sesar naik yang mana pada saat
itu terjadi proses pengangkatan daratan akibat dari proses tektonik pergerakan
lempeng sehingga batu-batu metamorf yang kita ketahui seharusnya ada pada
tekanan dan suhu yang tinggi, ada pada permukaan tanah. Pada singkapan juga
terlihat telah ditumbuhi oleh banyak vegetasi dan di dasar singkapan juga
dijadikan penduduk setempat sebagai tempat berkebun dan permukaan tanah
yang landai menjadikan singkapan mudah mengalami pelapukan. Batuan yang
ditemukan pada singkapan kebanyakan adalah batuan jenis metamorf yang
memiliki proses metamorfosa dan umur yang berbeda. Ditemukan batuan
gneiss yang merupakan batuan metamorf foliasi yang memiliki struktur
gneissic yang mana pada batuannya terlihat perlapisan mineral-minera yang
membentuk jalur terputus-putus dan terdiri dari tekstur lepidoblastik dan
granoblastik yang mana batuan asalnya adalah batuan beku dengan mineral
utama kuarsa. Berdasarkan hasil analisis kami bahwa batuan ini adalah batuan
metamorf yang terbentuk akibat dari metamorfisme regional, yaitu kemiringan
dipengaruhi oleh tekanan dan suhu, dikarenakan batuan memiliki struktur
15

lapisan-lapisan (foliasi) yang menandakan batuan tersebut telah mengalami


kompresi atau tekanan yang tinggi dan telah berubahnya mineral asli dari
batuan asalnya yang dapat dilihat dari warna dalam batuan yang diketahui
dengan cara membandingkan batuan yang telah mengalami proses
metamorfisme secara matang dengan batuan muda yang belum sepenuhnya
terubahkan. Adapun keadaan fisik dari batuan yaitu untuk tekstur pada Gneis;
besar butirnya 0,5 mm – 1 mm (Coarse sand), pemilahannya menunjukkan
kesseragaman besar butir yang terpilah buruk (poorly sorted), kebundarannya
yaitu menyudut sedang (Sub-angular), kemas (fabric) yaitu lepidoblastik,
fragmennya kuarsa, feldspar, dan mika, kemudian matriksnya serpih, klorit,
dan serisit. Warnanya merah kecoklatan. Selain batu gneis juga ditemukan
batuan sekis, yaitu batuan metamorf yang struktur foliasi schistosity, yaitu
pelapisan mineral-mineral pada batuannya yang menerus dan terdiri dari selang
seling tekstur lepidoblastik dan granoblastik. Adapun keadaan fisik dari batuan
yaitu untuk Tekstur pada Sekis; besar butirnya 0,25 mm – 0,5 mm (Medium
sand), pemilahannya menunjukkan kesseragaman besar butir yang terpilah
buruk (poorly sorted), kebundarannya yaitu menyudut sedang (Sub-angular),
kemas (fabric) yaitu nematoblastik, fragmennya kuarsa dan serisit, kemudian
matriksnya feldspar dan muskovit. Kemudian ada batuan Kuarsit yang dimana
tekstur pada Kuarsit yaitu besar butirnya 0,125 mm – 0,25 mm (Fine sand),
pemilahannya menunjukkan keseragaman besar butir yang terpilah buruk
(poorly sorted), kebundarannya yaitu menyudut sedang (Sub-angular), kemas
(fabric) yaitu granoblastik, fragmennya kuarsa, kemudian matriksnya feldspar
dan muskovit.

Hasil pengamatan singkapan batuan yang dilakukan di lokasi praktikum ketiga,


yaitu Pantai Ketapang, Batumenyan, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pantai
Ketapang berdasarkan hasil penentuan titik lokasi menggunakan GPS, terletak
pada 48 M 0559206 untuk nilai latitude (X) dan longitude (Y) terletak pada
koordinat 10523560 dengan ketinggian (elevasi) 31 m. Dari hasil pengamatan
singkapan, terlihat singkapan batuan merupakan jenis batuan sedimen
sandstone (batu pasir). Singkapan batuan terletak pada pinggir laut (Pantai
Ketapang) yang menampilkan formasi dari batuan sedimen (batu pasir).
Adapun berdasarkan analisis dari sampel yang diambil, memiliki warna luar
batuan coklat kehitaman akibat dari proses pelapukan (wethering) oleh air laut
dan cuaca yang mengenai permukaan batuan. Namun, jika diamati lagi dengan
meninjau bagian dalam batuan yang masih segar yang menujukkan warna abu-
abu dan krem. Berdasarkan klasifikasi batuan sedimennya, sandstone termasuk
ke dalam batuan sedimen klastik golongan silika. Sandstone merupakan batuan
endapan yang terutama terdiri dari mineral atau butiran batuan berukuran pasir
(1-16 mm hingga 2 mm). Sandstone (batu pasir) yang ditemukan terbentuk oleh
mineral kuarsa dan mineral orthoclase (feldspar) yang sangat mendominasi
16

yang memiliki ururan butir mineral (1/4 mm hingga 1/8 mm). Batu pasir ini
dapat dikelompokkan menjadi batu pasir halus. Tekstur pada batu sandstone
yang ditemukan; besar butirnya 1/4 mm hingga 1/8 mm, pemilihan
(sorting)nya menunjukkan kesseragaman besar butir yang sangat terpilah baik
(very well sorted), kebundaran (roundness), yaitu membundar baik (well
rounded), kemas (fabric), yaitu kemas tertutup, porositas yaitu buruk (poor),
fragmennya kuarsa dan matriksnya orthoclase Pada singkapan batuan
ditemukan juga struktur-struktur geologi berupa kekar- kekar (joints) tektonik,
menampilkan rekahan-rekahan pada singkapan batuan, diantaranya ditemukan
kekar rilis, kekar ekstensi, dan kekar gerus Reaksi batuan terhadap cairan HCl
10% adalah reaktif yang menandakan batuan tersebut mengandung karbonat
atau tergolong batuan karbonat. Pada singkapan batuan berdasarkan
kenampakannya didominasi oleh mineral gelap dan panjang singkapannya
sekitar 10 m. Selain menganalisi batuan pada singkapan, juga melakukan
pengukuran arah jurus dan kemiringan dari kekar-kekar yang terdapat pada
singkapan. Dari hasil pengukuran, terdapat total 31 kekar yang mampu diukur
arah jurus dan kemiringan dari kekar-kekar tersebut. Kemudian, data kekar
yang telah diukur tadi akan diolah dalam bentuk diagram batang dan diagram
Rose dengan menggunakan software Dips.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan dari praktikum lapangan yang telah dilakukan, kami dapat


menyimpulkan bahwa :
1. Cara menentukan jurus dengan menggunakan kompas geologi yaitu yang
pertama, mencari batuan yang agak rata dapat menggunakan bantuan papan
pengalas. Kedua, menempelkan sisi E (east) badan kompas kebidang batuan
dengan lengan kompas searah dengan jurus selanjutnya , mengatur badan
kompas hingga gelembung udara pada Bull’s eye tepat di tengah. Kemudian
menekan tombol kecil yang berada dibadan kompas untuk mengunci posisi
jarum kompas. Terakhir, membaca derajat yang ditunjukkan oleh jarum utara
(N). Cara menentukan kemiringan yaitu yang pertama menempelkan sisi W
(west) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan kompas tegak lurus
dengan jurus. Kedua, mengatur level tabung klinometer hingga tepat di tengah
dengan kuas yang berada dibadan kompas. kemudian membaca derajat yang
ditunjukkan diklinometer.
Struktur geologi terbagi menjadi dua jenis, yaitu struktur primer dan struktur
sekunder. Struktur primer merupakans struktur geologi yang terbentuk sebelum
atau bersamaan dengan pembentukan batuan. Sedangkan struktur sekunder
merupakan struktur geologi yang terbentuk akibat gaya tektonik. Pada
praktikum lapangan Geologi struktur yang telah dilakukan didapat struktur
geologi berupa kekar. Kekar merupakan rekahan-rekahan pada batuan yang
berbentuk lurus dan tidak menimbulkan pergeseran. Pembentukan rekahan
secara umum akibat adanya tekanan dan tarikan, tetapi tidak memiliki
pergerakan yang sejajar dengan bidang rekahan. Secara umum, kekar terbentuk
pada batuan yang regas. Jenis-jenis kekar yang ditemui berupa, Shear Joint
(Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis
shear joint umumnya bersifat tertutup. Tension Joint adalah retakan/rekahan
yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan
bersifat terbuka. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang
berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya
terbuka.
2. Dari hasil praktikum lapangan yang telah dilakukan didapat hasil analisis
yaitu batuan yang ditemui berupa batuan sedimen. Dimana batu sedimen
tersebut tersusun atas struktur lempung dan breksi vulcano, pada lapisan
tersebut terdapat kekar yang terjadi pada batuan tersebut yang diakibatkan oleh
cuaca dan suhu. Pada lokasi kedua didapat kesimpulan bahwa batuan yang
ditemui adalah batuab metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang
tinggi, karena pada sampel batuan yang ditemukan tidak terdapat lapisan pada
batuan. Pada lokasi ketiga didapat singkapan batuan terletak pada pinggir laut
(pantai ketapang) yang menampilkan formasi dari batuan sedimen (batu pasir).
Berdasarkan analisis dari sampel, warna luar batuan coklat kehitaman akibat
dari proses pelapukan (wethering) oleh air laut dan cuaca yang mengenai
permukaan batuan. Namun, jika diamati lagi dengan meninjau bagian dalam
batuan yang masih segar yang menujukkan warna abu-abu dan krem.
Berdasarkan klasifikasi batuan sedimennya, sandstone termasuk ke dalam
batyuan sedimen klastik golongan silika.
DAFTAR PUSTAKA

Runi Asmaranto, R. D. (2021). Geologi Teknik dan Pendugaan Geofisika Bidang


Sumber Daya Air. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Asmaranto, R., Lufira, R.D., Prasetyorini, L., Chandrasasi, D., Hidayat, M. N. &
Asterina, Y. 2021. Geologi Teknik dan Pendugaan Geofisika Bidang
Sumber Daya Air. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Kurniawan, P. & Hadimuljono, M. B. (2020). Applied Geotechnics For Engineers.


Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Anwar, H., Rai, M. A., Wattimena, R.K. (2018). Pengaruh Bidang Diskontinu
Terhadap Kestabilan Lereng Tambang-Studi Kasus Lereng PB9S4
Tambang Terbuka Grasberg. Jurnal Geomine Vol. 6 No, 1, 34-41.
Wahyuni, A., Fuadi, N., Zelviani, S., Ayu, D., Aminah, Azyurah, Z. & Nur, F.
(2019). Pengukuran Jurus dan Kemiringan Di Desa Pasaelo' Kecamatan
Mallawa Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. JFT Volume 6 Nomor 1, Juni
2019, 89-93.
Rusmilawati, D., Djayus, Lepong, P. & Hendrawanto, B. (2019). Studi Mekanisme
Sumber Gempa Bumi Di Wilayah Kalimantan Berdasarkan Gerak Awal
Gelombang P. Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 2, Agustus
2019, 1-9.
Kuniawan, Paulus & Hadimuljono, B. (2020). Applied Geotechnics For Engineers.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Isa, D.R., Permana, A.P. & Hutagalung, R. (2022). Kajian Arah Tegasan dan Nilai
RQD Berdasarkan Analisis Statistik Data Struktur Kekar . Jurnal Ilmiah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1-7.
Tamril, F. (2020). Indikasi Struktur Geologi Melalui Rekahan dan Retakan
Bangunan Pada Zona Sesar. Jurnal Buana Volume 04 Nomor 05, 904-908.
Faisal, M.A. & Yulhendra, D. (2021). Analisis Orientasi Kekar terhadap
Fragmentasi Batuan Hasil. Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.1, 1-13.
Kurniawan, P. & Hadimuljono, M. B. 2020. Applied Geotechnics For Engineers.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Isa, M. 2018. Eksplorasi Energi Panas Bumi. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Zuhdi, Muhammad. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka
Kustanto, A. R. 2015. Struktur Sesar Mendatar Semangko Pulau Sumatera.
Geology.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Pengukuran Titik Lokasi Penelitian

Gambar 1. Hasil Pengukuran Data X, Y, Z Lokasi Singkapan (1) Menggunakan GPS

Gambar 2. Hasil Pengukuran Data X, Y, Z Lokasi Singkapan (2) Menggunakan GPS


Lampiran 2
Hasil Pengukuran Titik Lokasi Penelitian

Gambar 3. Hasil Pengukuran Data X, Y, Z Lokasi Singkapan (1) Menggunakan GPS

Gambar 4. Hasil Pengukuran Data X, Y, Z Lokasi Singkapan (2) Menggunakan GPS


Lampiran 3
Hasil Penggambaran Sketsa Singkapan Batuan

Gambar 5. Sketsa Singkapan Batuan Desa Sukamaju (Plot 1)

Gambar 6. Sketsa Singkapan Batuan Desa Sukamaju (Plot 2)


Lampiran 4 Sketsa Singkapan

Gambar 7. Sketsa Singkapan Batuan Desa Durian Payung (Plot 3)

Gambar 8. Sketsa Singkapan Batuan Pantai Ketapang (Plot 4)


Lampiran 5
Sampel batuan yang diambil di lokasi 1

Gambar 9. Kenampakan batu pasir Plot 1

Gambar 10. Kenampakan batu Breksi Plot 1


Lampiran 6
Sampel batuan yang diambil di lokasi 2

Gambar 11. Kenampakan batu Gneis lokasi 2

Gambar 12. Kenampakan batu kuarsit di lokasi Padang Cermin Lokasi 2


Gambar 13. Kenampakan batu sekiss di lokasi Padang Cermin Lokasi 2

Lampiran 7
Sampel batuan yang diambil di lokasi 3

Gambar 14. Kenampakan Batu Pasir Pantai Ketapang


Lampiran 8
Hasil Geodatabase

Gambar 15. Geodatabase Lokasi ke 3


Gambar 16. Geodatabase Lokasi ke 1 (plot 1)
Gambar 17. Geodatabase Lokasi ke 1 (plot 2)
Gambar 18. Geodatabase Lokasi ke 1 (plot 3)
Gambar 19. Geodatabase Lokasi ke 2 (plot 1)
Gambar 20. Geodatabase Lokasi ke 2 (plot 2)
Gambar 21. Geodatabase Lokasi ke 2 (plot 3)
Lampiran 9
Tabel Tabulasi Data Kekar Lokasi 3

Gambar 22. Tabel Tabulasi Data Kekar


Lampiran 10
Hasil Pengolahan Data Kekar di Lokasi ke 3

Gambar 23. Data kekar dalam bentuk histogram

Gambar 24. Data kekar dalam bentuk diagram rose


Gambar 25. Hasil pengolahan data kekar menggunakan software Dips

Anda mungkin juga menyukai