PRINSIP STRATIGRAFI
DIBUAT OLEH :
M. EKAR DAENG P
F 121 19 072
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT penulis panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan berkat-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Field Trip Prinsip Stratigrafi sesuai
dengan rencana dan tepat pada waktunya.
Laporan Field Trip Prinsip Stratigrafi ini disusun berdasarkan hasil kunjungan ke
Desa Lonca, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kegiatan Field
Trip tersebut dilaksanakan pada mata kuliah Prinsip Stratigrafi.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada dosen penanggung jawab
praktikum dan para asisten yang senantiasa memberikan arahan dan pesan-pesan
positif yang dapat saya jadikan acuan dalam penulisan laporan ini, diantaranya:
1. Harly Hamad ST.MT selaku dosen penanggung jawab praktikum
2. Para asisten dosen yang banyak membantu di lapangan
3. Teman-teman kelompok dan mahasiswa teknik geologi 2019
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran dari
segala pihak guna kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
M. Ekar Daeng P
F 121 19 072
M. EKAR DAENG P ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….....….i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...…...iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…………...1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….….......1
1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………..…..…....2
1.3 Manfaat…………………………………………………………..…..…....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian………………………………..…….3
2.1.1. Strarigrafi……………………………………………………....…...3
2.1.2. Geomorfologi……………………………………………..…..….....5
2.1.3. Stuktur Geologi…………………………………………….….……5
2.2 Pengertian Stratigrafi…………………………………………….….…….6
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Stratigrafi………………………………………..…7
2.4 Unsur-Unsur Dasar Stratigrafi…………………………………….……..12
2.5. Measuring Section……………………………………………..…......….15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................16
3.1 Waktu dan tempat penelitian……………………………………………..16
3.2 Alat dan bahan………………………………………………………...…17
3.3 Metode dan tahapan penelitian (dilengkapi diagram alir)……………….18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….………..23
4.1 Hasil……………………………………………………………………...23
- Ms
- Penampang vertikal dn sekuen stratigrafi
- Peta lintasan
- Data lapangan (data singkapan)
DANIEL ALFA GIMELLY iii
4.2 Pembahasan……………………………………………………………...….24
4.2.1 Jenis Litologi Daerah Penelitian………………..………………….….24
BAB V PENUTUP……………………………………………………….…………29
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..29
5.2 Saran…………………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA
M. EKAR DAENG P iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.5 Hukum hubungan potong menyilang oleh AWR Potter & H……….11
Gambar 3.1 Jalur perjalanan dari kota Palu menuju lokasi pengamatan………...16
M. EKAR DAENG P v
DAFTAR TABEL
M. EKAR DAENG P vi
BAB I
PENDAHULUAN
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan. Stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam
batuan di alam dalam ruang dan waktu.
M. EKAR DAENG P 1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Prinsip Stratigrafi ini untuk mengaplikasikan teori-
teori dari materi perkuliahan dan dapat lebih memahami dengan melakukan
praktikum ini.
Adapaun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui cara pengukuran stratigrafi menggunakan metode measured
section di lapangan
2. Mengetahui cara pengolahan data hasil pengukuran stratigrafi
3. Mengetahui lingkungan pengendapan serta proses pembentukan batuan pada
daerah penelitian.
1.3 Manfaat
1 Mengetahui cara pengukuran stratigrafi menggunakan metode measured
section di lapangan dan cara pengolahan data hasil pengukuran stratigrafi
2 Mengetahui lingkungan pengendapan serta proses pembentukan batuan pada
daerah penelitian berdasarkan pola system track.
M. EKAR DAENG P 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Desa Lonca, Kecamatan Kulawi, Kabupaten, Sigi ini masuk pada Lembar
Geologi Regional Daerah Pasangkayu, dimana pada daerah tersebut merupakan
Komplek Batuan Terobosan (Tmpi) (Granit dan Granodiorit), yang ditandai
dengan pengambilan titik koordinat 119°96’71’’E dan 1°49’92’’.
M. EKAR DAENG P 3
Lariang (Tmpl) yang di bawahnya dan dibagian atas ditindih secara tidakselaras
Formasi Pakuli (Qp) serta endapan Aluvial.
- Formasi Pakuli disebut juga Formasi Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin,
dengan luas + 272, 50 km2, dengan sebaran di bagian timur CAT - Palu
seluas 182,74 km2 dan di bagian barat CAT - Palu seluas 89,76 km2.Batuan
penyusun formasi ini terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi - sisi
kedua pematang, yaitu dataran aluvial bagian timur dan barat. Batuan ini
menindih secara tidak selaras seluruh Formasi Tinombo dan Kompleks
Batuan Metamorf, terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur,
batugamping koral, dan napal.
M. EKAR DAENG P 4
- Endapan Aluvial terdiri dari endapan aluvial sungai, endapan rawa, endapan
aluvial pantai, penyebarannya menempati dataran rendah di pantai Barat
Kabupaten Mamuju Utara. Memanjang dari selatan di sekitar muara Sungai
Karossa hingga dataran rendah di Utara disekitar muara Sungai Lariang.
Umur satuan ini Holosen (Hadiwijoyo, dkk, 1993).
Calvert dan Hall (2003) telah melakukan studi detail dan pemetaan geologi
wilayah Lariang dan Karama termasuk daerah penelitian dengan mengusulkan
nama Formasi baru yaitu Formasi Lisu yang oleh peneliti terdahulu dipetakan
sebagai Formasi Pasangkayu dan Formasi Lariang. Formasi Lisu terdiri dari
perselingan batulempung, batupasir dan batupasir konglomeratan. Tebal
Formasi ini sekitar 2.000 meter yang berumur Miosen Awal bagian Akhir
sampai Pliosen Awal.
2.1.2 Geomorfologi
Secara umum morfologi Lembar Pasangkayu dapat dibagi menjadi tiga
satuan morfologi (Hadiwijoyo, dkk, 1993), yaitu : dataran rendah, perbukitan
dan pegunungan. Dataran rendah menermpati wilayah bagian Barat, satuan ini
tersebar hampir di sepanjang pesisir dan melebar di sekitar muara Sungai
Lariang. Tingginya berkisar dari 0 sampai 50 meter di atas permukaan laut,
dengan lereng sangat landai hingga datar.
Wilayah perbukitan tersebar di bagian tengah lembar, memanjang dari arah
Utara sampai Selatan dan umumnya berlereng landai hingga curam,
ketinggiannya berkisar dari 50 m hingga 500 m di atas permukaan laut. Di
sekitar lembah Palu satuan ini menempati daerah yang sempit diantara dataran
rendah dan pegunungan, diantaranya di sekitar Bora, Bombaru hingga Bomba
atau Kulawi.
Wilayah pegunungan menempati sebagian besar daerah pemetaan, terutama
di bagian Timur lembar, membujur dengan arah utara – selatan, dan melebar di
bagian Selatan. Satuan morfologi ini umumnya berlereng terjal, mempunyai
M. EKAR DAENG P 5
ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Puncak – Puncaknya
berketinggian antara 1.500 meter dan 2.250 meter di atas permukaan laut.
2.1.3 Struktur Geologi
Pulau Sulawesi merupakan wilayah di Indonesia yang mempunyai proses
pembentukan yang kompleks. Pulau ini adalah hasil bentukan dari pertemuan
tiga lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Benturan ini pula
yang menyebabkan Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K” (Katili, 1978).
Secara regional pada daerah penelitian struktur geologi yang berkembang
dipengaruhi oleh tiga arah tegasan utama, yaitu berarah Timurlaut – Baratdaya,
Baratlaut – Menenggara, dan berarah Utara – Selatan (Calvert and hall, 2007).
Tegasan utama ini membentuk struktur perlipatan dan sesar-sesar yang terekam
pada batuan-batuan Mesozoikum. Letak Sungai Lariang yang terlihat sekarang
ini dikontrol oleh tegasan utama yang berarah Baratlaut – Menenggara yang
diinterpretasikan berhubungan dengan pembentukan Sesar Palu-Koro
(Sukamto, 1975 dalam Calvert and Hall, 2007).
Proses pemekaran selat Makassar yang berlangsung sejak Kala Miosen
Tengah (Weissel, 1980; and Rangin et al., 1990 dalam Wilson, 1998)
mengakibatkan terbentuknya half graben pada bagian Barat dari lengan
Sulawesi Barat. Memasuki Kala Pliosen Awal hingga Plistosen terjadi proses
deformasi yang menyebabkan batuan – batuannya mengalami perlipatan dan
pensesaran yang kemudian membentuk topografi dengan elevasi yang tinggi
pada sebagian besar daerah sebelah Timurnya (Calvert and Hall, 2003).
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-
19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa
perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama
(superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa
M. EKAR DAENG P 6
lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa
pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang
utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu
tempat ke tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu
kata "strati" berasal dari kata "stratos", yang artinya perlapisan dan kata "grafi"
yang berasal dari kata "graphic/graphos", yang artinya gambar atau lukisan.
Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu
pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat
M. EKAR DAENG P 7
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan
pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
M. EKAR DAENG P 8
b. Hukum Kejadian Horizontal (Law of Origin Horizontality)
Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar
(horizontal) sedangkan akumulasi pengendapannya secara vertikal. Jadi
apabila sekarang dijumpai batuan sedimen dengan kedudukan lapisannya
miring, berarti batuan tersebut telah mengalami proses tektonik (endogen)
maupun perlapukan (eksogen).
M. EKAR DAENG P 9
Gambar 2.3.3. Hukum kemenerusan lateral (Sumber : Rangga Satria
Gemilang)
M. EKAR DAENG P 10
Gambar 2.3.4. Continental Drift adalah salah satu penerapan dari
hukum uniformitarianisme (Sumber : Rangga Satria
Gemilang)
M. EKAR DAENG P 11
Gambar 2.3.5 Hukum hubungan potong menyilang oleh AWR Potter & H
(Sumber : Rangga Satria Gemilang)
M. EKAR DAENG P 12
5. Prinsip Kumpulan Fosil oleh William Smith (1816)
Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali
kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.
6. Hukum Katastrofa oleh George Cuvier (1769 – 1832)
1. Elemen Perlapisan
M. EKAR DAENG P 13
Gambar 2.4.1. Ketidakselarasan angular unconformity (Sumber : Rangga
Satria Gemilang)
M. EKAR DAENG P 14
c. Disconformity adalah ketidakselarasan yang terdapat bidang erosi pada
kontak perlapisannyadan juga tanah purba atau paleosoil karena adanya
proses eksogen pada lapisan dibawahnya.
M. EKAR DAENG P 15
Selain keselarasan dan ketidakselarasan elemen perlapisan juga
mencakup tentang pembajian yang terbaagi menjadi 3 yaitu ; membaji
(wedging), melensa (lenses) dan menjari (interfingering).
a. Membaji (Wedging) adalah perlapisan batuan sedimen yang menipis ke
satu arah.
b. Melensa (lenses) adalah pembajian yang terjadi di dua arah.
c. Menjari (Interfingering) adalah pembajian yang berulang-ulang antar
dua satuan batuan yang umurnya sama.
M. EKAR DAENG P 16
BAB III
METODOLOGI
a) Praktikum teori
Praktikum teori di laksanakan setiap hari sabtu, 2 bulan 1 minggu di mulai
pada tanggal 10 Oktober-11 Desember 2021 secara luring (tatap muka) dan
praktikun secara daring dilakukan pada tanggal 27 November 2021.
b) Fieldtrip
Praktikum lapangan dilaksanakan pada tangal 17-19 Desember 2021 di
Desa Loncah Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Jarak
yang ditempuh kelokasi praktikum sejauh 103 Km yang dapat ditempuh
selama 3 Jam 20 menit yang ditempuh dengan menggunakan bus dan
dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 2 jam 20 menit.
Gambar 3.1 Jalur perjalanan dari kota Palu menuju lokasi pengamatan (googleMaps,
2021)
M. EKAR DAENG P 17
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama fieldtrip ini berlangsung
diantaranya :
M. EKAR DAENG P 19
Hal yang sangat penting dalam pendeskripsian untuk analisis
perkembangan sedimentasi antara lain struktur batuan, tekstur, ukuran
butir, hubungan vertikal, kemas, dan komposisi litologi, warna segar dan
warna lapuk serta kandungan fosilnya.
Pada tahap ini ditempuh dalam dua bagian yaitu studi literatur dan studi
pustaka, adininistrasi persuratan dan persiapan perbekalan, perlengkapan
dan peralatan. Studi pustaka dan literatur dilakukan para peserta, untuk
mempersiapkan dan membekali diri dengan teori, data penelitian terdahulu,
interpretasi peta dasar dan sebagainya, yang berhubungan dengan daerah
penelitian dan dapat mendukung praktek lapangan ini. Bagian adininistrasi
dan persuratan dilakukan untuk melengkapi segala persuratan dan perizinan
yang ada hubungannya dengan penelitian lapangan, agar tidak memperoleh
hambatan pada saat penlitian. Selanjutnya persiapan perbekalan,
perlengkapan dan peralatan ke lapangan.
M. EKAR DAENG P 20
1. Plotting peta, merupakan langkah paling awal pada saat berada di
lapangan agar kita mengetahui lokasi tepat kita berdiri dan daerah
tempat kita melakukan pengambilan data-data (stasiun).
2. Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati berupa
bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun
tersingkap sebagian. Prosedur pengamatan singkapan yang baik diawali
dengan memperhatikan singkapan dari jarak jauh sehingga seluruh
singkapan dapat teramati dengan pandangan luas. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan yang
terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan mana yang perlu
mendapat perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah
mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak
dekat ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang
lebih detail.
3. Melakukan pengamatan secara Litostratigrafi dengan melihat dan
memperhatikan bentuk perlapisan.
4. Melaksanakan pengukuran strike/dip dan slope.
M. EKAR DAENG P 21
6. Mengambil sampel, setelah mencatat setiap data-data yang kita
butuhkan, selanjutnya kita mengambil sampel sebagai hal utama dalam
penelitian ini.
M. EKAR DAENG P 22
Tahap Persiapan
Tahap
Pencatatan Plotting Peta
Pengumpulan
Data
Data
Tahap Pengolahan
Data
Tahap Analisis
Data
M. EKAR DAENG P 23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
KOREKSI(cm)
TEBAL (cm)
JARAK (cm)
AZIMUTH
TEBAL
SLOPE
LITOLOGI PEMERIAAN
DARI KE TR TK TR TK Skala 1 : 30 Skala 1 : 70
M. EKAR DAENG P 24
4.2 Pembahasan
M. EKAR DAENG P 25
Stasiun 06 dengan titik kordinat BT 119°96’73” LS 1°49’61”
dijumpai tiga litologi yang menyusun antaralain terdiri dari batupasir
sedang, konglomerat, lempung dan batu lanau
M. EKAR DAENG P 26
<1/256 mm . sortasi sangat baik, Derajat Kebundaran very rounded, kemas
tertutup, porositas sangat buruk, permeabilitas sangat buruk (Wentworth,
1922).
Pola sytem track yang terjadi pada derah penelitian yaitu Lowstand
System Tract (LST) dan Transgressive System Tract (TST). (LST)
merupakan systems tract paling bawah, dimana pada sistems tract ini terjadi
pengedapkan pada periode antara penurunan muka air laut relatif dengan
penaikan mukaair laut relatif yang terjadi kemudian. TST merupakan Sistem
track dimana pengendapkan terjadi pada suatu bagian dari fasa penaikan
muka air laut relatif, pada saat laju pertambahan volume akomodasi lebih
tinggi dibanding laju pemasokan sedimen/retrogradasi (Hidayat.I, 2015).
M. EKAR DAENG P 28
a) Upper Fan
Upper fan berada pada kedalaman 15 meter sampai 70 puluh meter
dengan lebar bisa mencapai 850 meter. Kecepatan aliran yang sangat
cepat pada daerah ini menyebabkan proses pendapan sedimen tanpa
struktur sedimen atau perlapisan yang kasar (Nichols, 1999). Hal ini
ditandai dengan pola pengendapan Tipe 1, dimana CU (mengkasar ke
atas) terjadi ketika suplai sedimen > akomodasi atau biasa disebut
dengan progradasi yang dibentuk akibat penurunan muka air laut,
b) Lower Fan
Daerah lower fan merupakan daerah terluar dari kipas bawah laut,
dimana material yang diendapkan di daerah ini umumnya berupa pasir
halus, lanau dan lempung (Nichols, 1999). Dimana, FU (menghalus ke
atas) termasuk golongan pengendapan Tipe 2, pada golongan
pengendapan ini, terjadi retrogradasi set fase air laut yang terjadi selama
pembentukan cenderung transgresi, bisa dilihat dari kehadiran batupasir.
Pada proses retrogradasi terjadi kenaikan muka air laut.
M. EKAR DAENG P 29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
M. EKAR DAENG P 30
DAFTAR PUSTAKA