Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

DEBIT AIR TANAH

Disusun Oleh
Nama : Raden Syafiq Tysoni Natadisastra
NPM : 140710220048
Kelompok :5
Nama Asisten : Andhika Nugraha

LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
MODUL V
DEBIT AIR TANAH
RABU, 5 OKTOBER 2022

I. Tujuan Praktikum
1.1. Praktikan mampu memahami proses terjadinya air tanah.
1.2. Praktikan mampu memahami perhitungan debit air tanah.
1.3. Praktikan mampu menentukan debit air tanah.

II. Alat dan Fungsi


2.1. Alat Tulis
Berfungsi sebagai alat bantu pengukuran saat praktikum
2.2. Pensil Warna
Sebagai media dalam membedakan bebatuan
2.3. Penggaris
Sebagai alat bantu pengukuran saat praktikum
2.3 Kalkulator Scientific
Sebagai alat bantu pengukuran saat praktikum

III. Teori Dasar


3.1 Pengertian Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai
hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi) yang lazimnya
disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, daratan
luas yang berpegunungan dengan lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan
aluvialnya. Morfologi menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi dan
pengendapan, tebal tanah, ketersediaan air, serta vegetasi yang dominan.

3.2 Pengertian Debit Air Tanah


Debit air tanah dapat didefinisikan sebagai 'aliran keluar air dari sistem
air tanah di atau dekat permukaan air tanah'. Debit aliran adalah laju air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam sistem SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt).
Rumus Pengukuran Debit aliran (Q)
𝑉
𝑄 = …(1)
𝑡
Dimana:
𝑄 = Debit aliran (𝑚3 ⁄𝑡)
𝑉 = Volume Air (𝑚3 )
𝑡 = Waktu Pengukuran (detik)

3.3 Hukum Darcy dan Penurunannya (dalam menghitung debit)


Pada abad ke-19, insinyur pekerjaan air Prancis Henri Darcy
menerbitkan laporannya yang sekarang terkenal tentang pergerakan atau aliran air
tanah di media berpori (Darcy, 1856). Darcy menemukan bahwa laju aliran air
melalui kolom pasir berhubungan dengan permeabilitas jenis pasir yang
digunakan, dan perbedaan ketinggian muka air pada titik pengukuran. Rumusan
matematis dari hubungan ini telah menghasilkan Hukum Darcy yang terkenal.
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu
fluida mengalir melalui media berpori seperti batu.

Gambar 1. Eksperimen Darcy


(Sumber: Robert J. Kodoatie, 2012)

𝑄
𝑞 = 𝐴 …(2)

dimana:
Q =debit aliran
A =luas potongan
L =satuan panjang
T =satuan waktu
q(flux) dapat disebut juga laju aliran dibagi luas potongan melintang dan
mempunyai dimensi sama dengan kecepatan. Oleh karena itu kadang-
kadang dikenal sebagai Kecepatan Darcy atau Darcy flux. Dari hasil
percobaan Darcy disebutkan bahwa (Kodoatie, 1996; Toth, 1990):

∆ℎ = ℎ2 − ℎ1 … (3)

1
= ∆𝑙 … (4)
𝑙2 −𝑙1

sehingga dapat ditulis:

∆ℎ 𝑑ℎ
𝑞 = −𝐾 ∆𝑙 = −𝐾 𝑑𝑙 = −𝐾𝑖 … (5)

Dimana:
K adalah Konduktivitas Hidraulik (Hydroulic Conductivity\ yang
mempunyai satuan L/T
H disebut ketinggian hidraulik (hydroulic head)
dh/dl disebut gradien hidraulik (Non dimensional)
Dalam hal ini:
Ah = h2 - hl = - (negatif) dan
AI = l2-l1 =+(positif)

Dalam mengaplikasikan Hukum Darcy untuk analisis aliran air tanah


dilakukan suatu pendekatan sengan asumsi bahwa suatu fragmen
butiran-butiran tanah (pasir, lanau atau lempung) yang 'nembentuk
media porous digantikan dengan suatu kontinum di mana dapat
didefinisikan menjadi earameter-parameter makroskopik seperti
konduktivitas hidraulik, porositas dll. Perlu dipahami juga cahwa aliran
air di dalam tanah mengikuti prinsip-prinsip dasar hidraulika yang
bersifat laminer yaitu antara lain: alirannya bergerak dengan kecepatan
sangat kecil dan angka Reynolds yang kecil pula.

∆𝜑 𝜑2 −𝜑1
𝑄 = −𝐴𝐾 = −𝐴𝐾 …(6)
𝑠 𝑠

Dimana:
Q = Laju Aliran Air (𝑚3 ⁄𝑠)
A = Luas Area Penampang (𝑚2 )
K = Koefisien permeabilitas kolom pasir (𝑚⁄𝑠)
𝜑1 , 𝜑2 = Ketinggian air dalam tabung di atas referensi (𝑚)
𝑠 = Jarak antara kedua tabung. (𝑚)

Ekspresi diagram Hukum Darcy

Gambar 2. Pengaturan laboratorium Darcy.


(Sumber: Johannes C. Nonner, 2003)

3.4 Proses Terjadinya Air Tanah


Siklus Hidrologi merupakan Sebuah siklus pembuatan air secara terus
menerus. Air lautan dan air daratan menguap (Evaporasi) yang kemudian menjadi
uap air yang kemudian mengalami perpindahan dengan bantuan sirkulasi
atmosfer. Uap air kemudian mengembun dan mengendap di daratan dan lautan.
Air yang diendapkan dapat dicegat oleh vegetasi, menjadi aliran darat di atas
permukaan tanah, meresap ke dalam tanah, mengalir melalui tanah sebagai aliran
bawah permukaan, atau dibuang sebagai limpasan permukaan. Penguapan dari
permukaan tanah terdiri dari penguapan langsung dari permukaan tanah dan
vegetasi, dan transpirasi melalui daun tanaman. Secara kolektif proses ini disebut
evapotranspirasi. Air resapan dapat meresap lebih dalam untuk mengisi ulang air
tanah dan kemudian menjadi aliran mata air atau rembesan ke sungai untuk juga
menjadi aliran sungai.
Gambar 3. Siklus Hidrologi dengan Neraca air rata-rata tahunan global dalam
bentuk unit
(Sumber: David K. Todd; Larry W. Mays, 2005)

3.5 Lapisan Air Tanah


Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan
bumi. Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat
lubang pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan
bumi ini disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan
kadar kedap air dari batuan yang melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis
akuifer, yaitu:
3.5.1 Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Akuifer yang lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang
tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sama dengan atmosfer.
Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan
akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer.
3.5.2 Akuifer setengah bebas (semi unconfined aquifer)
Akuifer yang lapisan bawahnya merupakan lapisan kedap air,
sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga
pada lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air.
3.5.3 Akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer)
Akuifer yang lapisan di atas atau di bawahnya masih mampu
meloloskan atau dilewati air meskipun sangat kecil (lambat).
3.5.4 Akuifer terkungkung (confined aquifer)
Akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan
yang kedap air, serta memiliki tekanan jenuh lebih akbar asal pada
tekanan atmosfer.

Gambar 4. Skema Lapisan Air Tanah


(Sumber: Fissa Septy Primawati, 2016)

3.6 Jenis-Jenis Air Tanah


Ada beberapa jenis air tanah, yang pengklasifikasiannya berdasarkan
letak dan kondisinya di dalam lapisan tanah. Jenis-jenis air tanah (Herlambang,
2005) dapat dibedakan atas :
3.6.1 Air Tanah Freatis, merupakan air tanah dangkal, yang terletak di
antara air permukaan dan lapisan kedap air (impermeable layer).
3.6.2 Air Tanah Artesis, merupakan air tanah dalam, yang terletak di
antara lapisan akuifer dengan lapisan batuan kedap air (akuifer
terkekang).
3.6.3 Air Tanah Meteorit, merupakan air tanah yang berasal dari proses
presipitasi (hujan) dari awan, yang mengalami kondensasi bercampur
debu meteorit.
3.6.4 Air Tanah Baru (Juvenil), merupakan air tanah yang terbentuk
dari dalam bumi karena intrusi magma. Air tanah juvenil biasanya
ditemukan dalam bentuk air panas (geyser).
3.6.5 Air Konat, merupakan air tanah yang terjebak pada lapisan batuan
purba sehingga sering disebut fossil water.
Menurut Sosrodarsono (2006), bila ditinjau dari aspek pengembangan
sumber daya air, maka air tanah dapat diklasifikasikan dalam lima jenis sesuai
dengan keadaan dan kondisi masing-masing air tanah, yakni :
3.6.6 Air tanah dataran alluvial; Volume air tanah dalam dataran
alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran dan permeabilitas dari akuifer
yang terbentuk dalam alluvium dan dilluvium yang mengendap dalam
dataran. Air tanah dataran alluvial terbagi atas air susupan (influent
water), air tanah di lapisan yang dalam, dan air tanah sepanjang pantai.
3.6.7 Air tanah di dalam kipas detrital; Endapan kipas detrital terbagi
atas endapan di atas kipas, dan di bagian ujung bawah kipas. Endapan di
atas kipas terdiri atas lapisan pasir dan kerikil yang tidak terpilih,
sedangkan endapan yang menuju ke arah ujung bawah kipas cendrung di
dominasi oleh lempung.
3.6.8 Air tanah di dalam terras dilluvial; Air tanah dalam terras
dilluvial yang tertutup dengan endapan terras yang agak tebal ditentukan
oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari terras. Kondisinya
pada lembah terdapat akuifer yang tebal dan biasanya terdapat mata air
pada batuan dasar yang dangkal, sedangkan jika terras dilluvial
bersambung dengan gunung api dan endapannya juga bersambung
dengan endapan kasar gunung api, maka pengisian air tanah akan
menjadi besar.
3.6.9 Air tanah di kaki gunung api; Kaki gunung api memiliki
topografi dan geografi yang khas maka air tanahnya mempunyai
karakteristik tersendiri. Kaki gunung api yang tinggi mengakibatkan
curah hujan tinggi, fragmen-fragmen gunung api memiliki ruang-ruang
yang banyak sehingga mudah menyalurkan air tanah serta memiliki mata
air di ujung terras, dan pada dasar aliran lava banyak retakan dan ruang,
maka air tanah dengan mudah melalui dasar sepanjang lembah tersebut.
3.6.10 Air tanah di zone retakan; Lapisan-lapisan tanah tersier
mempunyai kepadatan yang tinggi, porositas efektif antar butir tanah
adalah kecil. Koefisien permeabilitasnya adalah berkisar 10-4 sampai
10-6 cm/detik dan tidak berbentuk akuifer. Akan tetapi jika terdapat zone
retakan yang memotong lapisan-lapisan ini, maka di dalamnya terisi air
celah.

3.7 Jenis-Jenis Sumur


3.7.1 Sumur Gali
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih
bagi masyarakat di pedesaan, maupun perkotaan. Sumur gali
menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat
dengan permukaan tanah, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan maupun
untuk limbah rumah tangga. Widiyanti (2004) mendefinisikan Sumur
gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi,
syarat lokasi untuk dibangunnya sebuahsumur gali, hal ini diperlukan
agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Berikut merupakan beberapa jenis dari sumur gali :
• Sumur dangkal (air tanah dangkal), merupakan cara
mengambil air yang banyak dipakai di Indonesia. Sumur
hendaknya terletak di tempat yang aliran air tanahnya tidak
tercemar. Bila disekeliling sumur ini berada di hulu aliran
air tanah dan sedikitnya 10 – 15 meter dan sumber
pencemaran tersebut.
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air
dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian
pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-
garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-
masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi
sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran
juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang
dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat
air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal
dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum
melaui sumur-sumur dangkal (Permatasari, 2016).
• Sumur dalam (air tanah dalam), Air tanah dalam dikenal
juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan
kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut
disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak
menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami
air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke
permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini
harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya
sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300
m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah
ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam
keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. . Jika
air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan
pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini
(Sumantri, 2010).

3.8 Stream, Water Table, Piezometric Level


3.8.1 Stream
Stream atau kita ketahui dengan disebut sungai kecil, sebuah
permukaan air yang terbentuk dari Air hujan, Salju, atau air tanah,
dimana air bergerak dari daerah tinggi menuju daerah rendah.
3.8.2 Water Table
Water table atau sering disebut juga Muka Air merupakan
sebuah permukaan air di mana tekanan fluidanya dalam pori-pori dari
sebuah media porous adalah sama dengan tekanan atmosfir. Tinggi muka
air tanah ini sama dengan tinggi muka air pada suatu sumur, ataupun
tinggi muka air dalam alat piezometer.
3.8.3 Piezometric level
Piezometric level atau yang sering disebut juga Permukaan
Pesometrik merupakan tekanan fluida yang berada di bawah tanah/
Tekanan air tanah.

3.9 Confined dan Unconfined Akuifer


3.9.1 Confined Akuifer
Akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan
yang kedap air, serta memiliki tekanan jenuh lebih akbar asal pada
tekanan atmosfer.
Gambar 5. Representasi Confined Akuifer
(Sumber: Johannes C. Nonner, 2003)

3.9.2 Unconfined Akuifer


Akuifer yang lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang
tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sama dengan atmosfer.
Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan
akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer.

Gambar 6. Ilustrasi Unconfined Akuifer


(Sumber: Johannes C. Nonner, 2003)

3.10 Pemanfaatan Air Tanah


Menurut Kodoatie (2012), air yang berasal dari dalam tanah bermanfaat
unutk sumber air bagi flora, fauna, dan manusia. Selain itu, air merupakan bagian
utama dari siklus hidrologi. Air dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan
sehari-hari seperti; Kebutuhan rumah tangga (mandi, mencuci, memasak, dan
minum), Irigasi (sumber air bagi pertanian), Sebagai sumber air industri, misalnya
industri tekstil dimanfaatkan untuk pencelupan, industri kulit untuk
membersihkan kulit, dan lain-lain. Pembangkit listrik, Sebagai laboratorium
alam, karena sungai bawah tanah memiliki biota, sistem hidrologi, dan unsur lain
yang spesifik. Untuk wisata dan olahraga ekstrim seperti caving, cave diving, dan
black water rafting.

IV. Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan apa yang dimaksud akuifer, akuiklud, akuitard, dan akuifug! (tuliskan
pula contoh batuan nya)
2. Jelaskan perbedaan permeabilitas dan porositas!
3. Sebutkan beberapa koefisien permeabilitas batuan (sertakan sitasi/referensi)!
Jawaban :
1.
1. Akuifer, adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa
sehingga dapat meyimpan dan mengalirkan airtanah yang cukup berarti
seperti batupasir, dan batugamping.
2. Akuiklud, adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak
dapat mengalirkan airtanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung,
shale, tuf halus.
3. Akuitar, adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan airtanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria,
serpih, napal, dan batulempung.
4. Akuiflug, adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan airtanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun
ada air pada lapisan batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan
batuan saja seperti granit, batuan-batuan yang kompak, keras dan padat.

2. Porositas merupakan ruang yang terbentuk di antara mineral-mineral


pembentuk batuan sedimen. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas
Baik, Porositas Sedang, Porositas Buruk.
Permeabilitas merupakan kemampuan sebuah batuan sedimen dapat meloloskan
air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik,
permeabilitas sedang, permeabilitas buruk.

3.

Gambar 7. Koefisien permeabilitas batuan umum


(Sumber: Johannes C. Nonner, 2003)
Daftar Pustaka
Badaruddin, Kadir, H. S., & Nisa, K. (2021). Buku Ajar Hidrologi Hutan. Banjarmasin: CV. Batang.

Kodoatie, R. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Nonner, J. C. (2003). Introduction to Hydrogeology. Tokyo: A.A. Balkema Publishers/Lisse.

Panguriseng, D. (2018). Pengelolaan Air Tanah. Makassar: Pena Indis.

Primawati, F. S. (2016). SISTEM PENJERNIHAN AIR GROUNDTANK LPPMP UNY SEBAGAI AIR
MINUM DENGAN MEMANFAATKAN KARBON AKTIF BATOK KELAPA, PASIR AKTIF PANTAI
INDRAYANTI, DAN KERIKIL AKTIF KALI KRASAK. Yogyakarta: ePrints@UNY.

Puspitasari, H. R. (2014). KONSERVASI LAHAN PERTANIAN DI DESA KALEGEN KECAMATAN


BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG. Yogyakarta: ePrints@UNY.

Todd, D. K., & Mays, L. W. (2005). Groundwater Hydrology; Third Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Wilson, E. (1993). Hidrologi Teknik; Edisi Keempat. London: ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai