Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA IV : PENGENALAN BATUAN METAMORF

MUHAMMAD FIRMAN ANANDA TAUFIQ

D111211017

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan Allah Subhanallahu Wa ta’ala atas rahmat dan

hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tentang Pengenalan

Batuan beku sesuai pada waktu yang di tentukan.

Laporan ini di susun dengan tujuan tugas kuliah yang akan membantu dalam

upaya pembelajaran. Hak para pembaca untuk mengoreksi kesalahan kesalahan yang ada

dalam laporan penelitian ini guna mencapai suatu keinginan belajar yang besar.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua

pihak atas didikan, dorongan, dan konstribusinya dalam penyelesaian laporan ini.

Terutama kepada Allah Subhanallahu Wa ta’ala, orang tua, dosen dan asisten selaku tim

pembimbing

Penulis mengetahui bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih

terbatasnya waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu mohon segala saran dan

kritik demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan dapat menjadi manfaat

bagi penulis dan pembaca umumnya.

 Gowa, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................iii

DAFTAR TABEL......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................

1.2 Rumusan masalah........................................................................

1.3 Tujuan praktikum.........................................................................

1.4 Ruang Lingkup.............................................................................

Bab II Pengenalan Batuan Metamorf....................................................

2.1 Siklus Pembentukan Batuan.........................................................

2.2 Jenis Jenis Batuan Metamorf.........................................................

2.3 Batuan Metamorf..........................................................................

2.4 Proses Pembentukan Batuan Metamorf..........................................

Bab III Metodologi.................................................................................

3.1 Alat dan Bahan.............................................................................

3.2 Tahapan Praktikum.......................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................

4.1 ST-01..........................................................................................

ii
4.2 ST-02..........................................................................................

4.3 ST-03..........................................................................................

4.4 ST-04..........................................................................................

4.5 ST-05..........................................................................................

4.6 ST-06..........................................................................................

4.7 ST-07..........................................................................................

BAB V PENUTUP......................................................................................

5.1 Kesimpulan..................................................................................

5.2 Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan terutama tentang kulit

bumi baik mengenai komposisi struktur dan sejarahnya. Dalam kehidupan dimuka bumi

ini, kulit bumi (daratan) terdiri dari macam macam Batuan. Batuan Batuan Beku ini berasal

dari akibat pendinginan magma atau meletusnya gunung merapi. Perubahan bentuk

Batuan ini dikarenakan proses alamiah hujan, erosi, banjir, angin, kemudian terkikisnya

Batuan ini terbawa oleh aliran. Dalam hal ini unsur yang terdapat didaratan yaitu (tanah,

Batuan, pasir) yang mempunyai partikel dan sifat sifatnya dengan Fraksi volume 10%,

20%, 30%, 40% dan 50% (Handayani, 2011).

Batuan metamorf terbentuk oleh proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi

pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi dalam

keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi

baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan Suhu (T)

tertentu.Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang

mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan

terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia
tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk

pelapukan dan diagenesis (Zuhdi, 2019).

Penelitian ini menjadi salah satu bentuk pendidikan dalam pengenalan Batuan

Metamorf, warna, tekstur, struktur, dan juga nama nama Batuan Metamorf yang sedang

di teliti. Oleh karena itu penulis akan membuat laporan mengenai deskripsi deskripsi

sampel Batuan Beku yang telah disediakan di Laboratorium Eksplorasi Mineral Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan metamorf.

2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur dan tekstur pada pendeskripsian batuan

metamorf.

3. Mahasiswa dapat mendeskripsikan batuan metamorf berdasarkan sifat fisik dan

dapat menyimpulkan nama batuan tersebut berdasarkan hasil deskripsinya.

1.3 Tujuan Pratikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini sebagai berikut.

2
1. Mampu mengetahui proses terbentuknya Batuan Metamorf.

2. Mampu mendeskripsikan struktur Batuan Metamorf.

3. Praktikan mampu menentukan nama Batuan Metamorf.

4. Praktikan dapat menentukan Jenis Batuan Metamorf pada lembar deskripsi.

1.4 Ruang Lingkup

Praktikum kali ini dilakukan pada hari senin, 12 Oktober 2021 pukul 11.20 Wita di

Laboratorium Explorasi Mineral Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Percobaan kali ini

yang diidentifikasi adalah Batuan Metamorf. Batuan akan dideskripsikan dengan melihat

struktur dan tekstur serta menentukan nama Batuan tersebut.

3
BAB II

PENGENALAN BATUAN METAMORF

4
2.1 Siklus Pembentukan Batuan

Siklus batuan adalah suatu proses dalam pembentukan batuan. Berdasarkan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh ahli geologi, diketahui bahwa pembentukan

batuan membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama, bahkan Melalui bisa

hingga jutaan tahun (Amalia, 2021).

Gambar 2.1 Adaptasi Siklus Batuan dari James Hutton

siklus batuan diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat di antara ketiga jenis

batuan. Adapun jenis batuan tersebut adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan

metamorf. Batuan beku dapat dikatakan sebagai “nenek moyang” karena batuan lainnya

terbentuk dari hasil perubahan-perubahan yang ada pada batuan beku tersebut (Amalia,

2021).

5
Dengan demikian, siklus batuan juga dapat didefinisikan sebagai proses perubahan

antara satu kelompok batuan menjadi kelompok batuan lainnya. Siklus batuan pertama

kali dikemukakan oleh James Hutton pada abad ke 18. Adapun proses pada siklus batuan

adalah sebagai berikut (Amalia,2021).

1. Pembekuan magma

Siklus batuan bermulai dari terbentuknya batuan beku akibat adanya pendinginan

dan pembekuan magma dalam bentuk lelehan silikat. Lelehan silikat kemudian mengalami

proses penghabluran melalui erupsi gunung berapi.

2. Pelapukan batuan beku

Batuan beku yang keluar dari gunung berapi tersebut kemudian tersingkap di

permukaan bumi dan bersentuhan dengan atmosfer atau hidrosfer. Hal ini yang

menyebabkan suatu batuan beku mengalami pelapukan sehingga menjadi hancur (Amalia,

2021).

3. Pergerakan batuan

Batuan beku yang telah hancur tersebut kemudian akan bergerak atau

berpindah bisa karena aliran air (baik di atas ataupun bawah permukaan) ataupun

angin. Pergerakan ini akan terjadi secara terus menerus (Amalia, 2021).

4. Sedimentasi

Hasil pergerakan batuan beku yang sudah hancur itu kemudian mengendap

di tempat-tempat tertentu hingga menumpuk lalu mengeras kembali. Proses ini

6
dinamakan sedimentasi dan menghasilkan batuan sedimen. Hal ini dikarenakan

adanya perekatan senyawa mineral dalam larutan batuan tersebut (pergerakan

batuan dengan air) (Amalia, 2021).

5. Metamorfis

Apabila batuan sedimen mengalami peningkatan tekanan dan suhu akibat

pengendapan, maka terjadi perubahan pada bentukan batuan tersebut. Penyesuaian akan

lingkungan akan menyebabkan batuan sedimen berubah bentuk menjadi batu an malihan

atau batuan metamorf (Amalia, 2021).

6. Pencairan magma kembali

Batuan metamorf yang sudah terbentuk seiring berjalannya waktu akan mengalami

peningkatan tekanan dan suhu sehingga akan kembali meleleh dan berubah menjadi

magma. Lalu siklus batuan terulang kembali (Amalia, 2021).

Siklus batuan adalah konsep dasar dalam geologi yang menggambarkan transisi

yang memakan waktu demi waktu dalam skala geologis di antara tiga jenis batuan utama:

sedimen, metamorf, dan beku (Gambar 7.14). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar

7.14, sumber batuan utama adalah magma yang terangkat keatas. Proses terangkatnya

magma ini bisa disebabkan oleh pergerakan lempeng, intrusi dan yang paling utama

adalah karena tekanan. Ketika magma terangkat keatas, maka suhunya akan mendingin

dan akan menjadi batuan beku apakah itu plutonik ataupun vulkanik. Jika batuan beku ini

terintrusi oleh magma lagi, maka batuan beku ini bisa menjadi batuan metamorfosa

dengan berbagai tingkat (Grade) Namun, ketika batuan beku ini terexpose dipermukaan

7
tanah akibat erosi dan proses alam lainnya, maka batuan beku ini akan mengalami

pelapukan. Proses pelapukan batuan yang terexpose ini bisa saja disebabkan oleh

pelapukan fisika, kimia ataupun pelapukan biologi. Setelah mengalami pelapukan batuan

akan menjadi sedimen berukuran kecil dan akhirnya di transportasikan oleh agen

transportasi (gravitasi, air, angina dan gletser). Transportasi ini berakhir pada zona

dimana sedimen tersebut akan diendapkan. Setelah diendapkan sedimen tersebut

terkubur oleh sedimen yang diendapkan diatasnya dan mengalami proses pembentukan

batuan sedimen yaitu pemadatan dan penyemenan. Batuan sedimen ini jika terkubur pada

kedalaman yang cukup dalam, maka akan mengalami tekanan dan suhu yang cukup

sehingga berubah menjadi batuan metamorfosa. Namun jika batuan sedimen ini terangkat

oleh proses tektonik, maka batuan sedimen ini akan mengalami pelapukan lagi dan jadi

sedimen lagi Batuan sedimen ini bisa menjadi batuan metamorfosa, ini bisa juga

disebabkan oleh intrusi magma dan kemudian batuan sedimen ini akan menjadi batuan

metamorfosa. Selain itu intrusi magma juga bisa mengakibatkan batuan sedimen ataupun

metamorfosa melebur menjadi magma kembali.

2.2 Jenis Jenis Batuan Metamorf

Adapun Jenis Jenis Batuan Metamorf sebagai berikut.

1. Batuan Metamorf Kontak

Jenis batuan metamorf yang pertama adalah jenis batuan metamorf kontak.Batuan

metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang mengalami metamorfose

sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat dari adanya

aktivitas magma. Beberapa orang mengatakan batuan metamorf kontak ini adalah batuan

8
yang terbentuk karena adanya pengaruh dari penerobosan magma pada suhu yang

sangat tinggi. Karena suhu sangat tinggi itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan

bentuk maupun perubahan warna pada batuan. Contoh dari batuan metamorf kontak

adalah batu kapur yang berubah menjadi sebuah batu marmer (Nafisah, 2019).

Batuan metamorf kontak adalah jenis batuan metamorf yang telah mengalami suatu

proses metamorfosis sebagai akibat dari adanya suhu dan tekanan yang sangat tinggi

atau sebagai akibat dari suatu aktivitas pada magma (Pratama, 2020).

Ga

mbar 2.2 Batu Marmer

9
2. Batuan Metamorf Dinamo

Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan

metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat

adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu yang lama,

serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya tenaga endogen.

Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian atas kerak bumi. Adanya

tekanan dengan arah berlawanan mengekibatkan terjadinya perubahan butiran- butiran

mineral ada yang berbentuk pipih dan ada pula yang kembali menjadi bentuk kristal.

Beberapa jenis batuan metamorf ini berubah menjadi batuan hablur. Contohnya adalah

batuan serbuk dan juga serpih. Contoh lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu

lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di

daerah- daerah patahan ataupun lipatan

Gambar 2.3 Batu Lumpur

3. Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak

pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorfose

10
sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada magma. Pengaruh dari

gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral dari batuan ini.

Contoh dari batuan metamorf kontak pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium

berubah menjadi turmalin atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu

batu kuarsa dengan gas florium dan berubah menjadi topas.

Gambar 2.4 Batu Topaz

2.3 Batuan Metamorf

Batuan metamorf terbentuk oleh proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi

pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi dalam

keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi

baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan temperatur (T)

tertentu.Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang

11
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan

terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia

tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk

pelapukan dan diagenesis. Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung

sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya

kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna

menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang

sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan

batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat (Zuhdi, 2019).

Setelah mengalami diagenesis, batuan sedimen dan batuan beku akan

berubah lebih lanjut di bawah pengeruh temperatur (T) dan tekanan (P) yang

tinggi; seringkali kristalisasi kembali berlangsung melalui penambahan atau

penghilangan zat. Berdasarkan cara cara pembentukannya sebagai berikut

(prasetia, 2010).

a. Metamorfosis kontak, terjadi pada kontak sebuah intrusi magma,

batuan yang berada di sampingnya terbakar oleh T tinggi, P rendah.

b. Metamorfosis dinamo, terjadi pada deformasi lokal yang intensif,

dimulai dengan breksi patahan, kemudian milonit oleh T rendah dan P

rendah.

c. Metamorfosis regional, terjadi pada daerah yang lebih luas dibanding tipe

sebelumnya dan erat dengan pembentukan pegunungan dan deformasi

T rendah hingga tinggi, p rendah hingga tinggi.

12
Endapan Diagenesis metamorfosis Ultra
rendah menengah tinggi Metamorfosis
Tabel 2.1 Asal

Lempung Batulempung Skis mika Gneis Granit Batuan Metamorf


Sabak,
pilit
Lumpur Batu Marmer
kapur gamping
pasir Batu kuarsit Skis mika gneis Granit
pasir 2.4

Proses

Pembentukan Batuan Metamorf

Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan

oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan batuan

akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia, baik fluida

ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan

aktivitas kimia). Proses metamorfosa sendiri sebenarnya merupakan proses isokimia, di

mana tidak adanya penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami

metamorfosa. Adapun temperatur yang berkisar biasanya antara 200C – 800C, tanpa

melalui fase cair (Islami, 2018).

Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut

sehingga mengakibatkan proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain sebagai

berikut (Islami, 2018).

1. Perubahan Temperatur

Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti

adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient

geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat

13
adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu

massa batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya

metamorfosa umumnya berkisar pada suhu 150C ± 50C. Hal ini ditandai

dengan munculnya mineral-mineral Mg, yaitu carpholite, glaucophane,

lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane. Sedangkan untuk

batas atasnya berkisar pada suhu 650C – 1100C, tepatnya sebelum

proses pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya.

2. Perubahan Tekanan

Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada

dasarnya bervariasi. Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat

terjadi mendekati tekanan permukaannya, di mana besarnya beberapa bar

saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks

ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.

3. Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir

batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini

dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon

dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas

tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk

membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.

14
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Pulpen, berfungsi sebagai alat tulis hasil pengamatan batuan beku.

Gambar 3.1 Pulpen

2. Pensil, berfungsi sebagai alat untuk menggambar sketsa batuan beku.

15
Gambar 3.2 Pensil

3. Pensil warna, berfungsi memberi warna pada sketsa agar nampak asli.

Gambar 3.3 Pensil warna

4. Paku, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral. (skala 6 ̶ 6,5)

Gambar 3.4 Paku

5. Kikir tembaga, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 6,5 ̶

7)

16
Gambar 3.5 Kikir tembaga

6. Lup geologi, digunakan untuk melihat komposisi mineral yang ukurannya kecil

Gambar 3.6 Lup geologi

7. Kawat tembaga, digunakan sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 3)

Gambar 3.7 Kawat Tembaga

8. Penggaris, berfungsi untuk mengukur mineral.

Gambar 3.8 Penggaris


17
9. Buku Rock and Minerals, digunakan sebagai sumber informasi dalam mencari jenis

mineral beserta sifat fisiknya.

Gambar 3.9 Buku Rock and Minerals

10. Kaca, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 5,5 ̶ 6)

Gambar 3.10 Kaca

11. Magnet, berfungsi untuk mengetes mineral mana yang termasuk logam dan non

logam.

18
Gambar 3.11 Magnet

Gambar 3.12 Kamera Handphone

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut

1. Lembar deskripsi berfungsi sebagai tempat untuk mencatat deskripsi mineral.

19
Gambar 3.12 Lembar Deskripsi

20
2. HCl 0,5 M digunakan untuk memeriksa sifat korosit dan serta nilai PH dari mineral.

Gambar 3.13 HCl 0,5 M

3. Sampel, sebagai bahan yang akan di deskripsikan

Gambar 3.14 Batuan Sampel

21
3.2 Tahapan Praktikum

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2. Mengamati objek praktikum berupa sampel batuan metamorf

3. Melakukan deskripsi mineral sesuai dengan lembar deskripsi batuan metamorf yang

telah disediakan yang terdiri dari warna segar dan warna lapuk batuan, menentukan

struktur dan tekstur batuan, hingga menentukan nama batuan, serta mencari tahu

genesis batuan metamorf tersebut dan kegunaannya.

4. Mengambil dokumentasi batuan atau objek praktikum beserta pembandingnya.

5. Ulangi langkah 2-4 untuk objek praktikum lainnya.

22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 ST-01

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan diketahui bahwa jenis

batuan ini merupakan Metamorf lokal. Tekstur termasuk kristaloblastik yaitu idioblastik

dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk euhedral (baik). Strukturnya

termasuk Hornfelsik karena pada jenis ini tidak ditemukan tidak menunjukkan cleavage

(belahan), yang memiliki warna segar yaitu putih dan warna lapuknya kekuningan.

Jadi dapat disimpulkan batuan tersebut merupakan batuan marmer.

Gambar 4.1 Marmer

4.2 ST-02

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan diketahui jenis batuan ini

adalah Metamorfosa Regional. Teksturnya yaitu blastifitik karena masih terdapat sisa

23
tekstur ofitik pada batuan asalnya (batuan beku). Memiliki struktur foliasi yaitu

gneistosa dimana pada batuan ini terdapat mineral mika dan mineral granular

Sehingga dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah Gneiss.

Gambar 4.2 Gneiss

4.3 ST-03

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa sampel berwarna segar abu-

abu dengan warna lapuk cokelat. Termasuk jenis metamorf regional dengan tekstur

kristaloblastik dan struktrunya yaitu foliasi, maka dapat disimpulkan batuan ini adalah

batu sekis.

24
Gambar 4.3 Sekis

4.4 ST-04

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa sampel termasuk jenis batuan

regional berwarna hijau kehitaman dengan struktur foliasi, schistosa dimana komposisi

kepingan mineral seperti mika, talk, terlihat jelas. Teksturnya termasuk kristaloblastik

yaitu tekstur yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses metamorfisme dan

tekstur batuan asal sudah. Berdasarkan strukturnya yang foliasi dapat diketahui bahwa

pengaruh metamorfisme yang dominan pada saat pembentukan batuan ini adalah

tekanan. Tekanan mengakibatkan mineral-mineral yang pipih mengelompok dan

membentuk penjajaran mineral . berdasarkan deskripsi yang dilakukan maka dapat

disimpulkan nama batuan ini adalah serpentin.

25
Gambar 4.4 Serpentin

4.5 ST-05

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa sampel berwarna segar hitam

dengan warna lapuk cokelat. Kristanilitasnya adalah hipokristalin yaitu batuannya

terdiri dari kristal dan kaca, granularitas porfiritik yang mineralnya berukuran kasar dan

halus. Bentuk kristalnya adalah euhedral atau kristal yang sempurna, hubungan antar

kristal termasuk dalam equigranular yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir

sama. Batuan termasuk teralterasi, maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah

Basalt porfiri.

26
Gambar 4.5 Serpentin Muskovit

4.6 ST-06

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui struktur batuan ini adalah hornfelsik

dan teksturnya adalah granoblastik. Dan jenis batuan ini adalah metamorfisme

thermal. Warna segar batuan ini adalah putih kekuningan dan warna lapuk batuan ini

adalah

Gambar 4.6 Kuarsit

27
4.7 ST-07

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa jenis batuan adalah metamorf

regional dengan struktur foliasi dan teksturnya kristaloblastik. Jadi berdasarkan hasil

deskripsi nama batuan tersebut adalah filit. Warna segar batuan ini adalah hitam dan

warna lapuk dari batuan ini adalah abu abu.

Gambar 4.7 Filit

28
29

Anda mungkin juga menyukai