D111211017
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan Allah Subhanallahu Wa ta’ala atas rahmat dan
Laporan ini di susun dengan tujuan tugas kuliah yang akan membantu dalam
upaya pembelajaran. Hak para pembaca untuk mengoreksi kesalahan kesalahan yang ada
dalam laporan penelitian ini guna mencapai suatu keinginan belajar yang besar.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua
pihak atas didikan, dorongan, dan konstribusinya dalam penyelesaian laporan ini.
Terutama kepada Allah Subhanallahu Wa ta’ala, orang tua, dosen dan asisten selaku tim
pembimbing
Penulis mengetahui bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih
terbatasnya waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu mohon segala saran dan
kritik demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan dapat menjadi manfaat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................
4.1 ST-01..........................................................................................
ii
4.2 ST-02..........................................................................................
4.3 ST-03..........................................................................................
4.4 ST-04..........................................................................................
4.5 ST-05..........................................................................................
4.6 ST-06..........................................................................................
4.7 ST-07..........................................................................................
BAB V PENUTUP......................................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................
5.2 Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan terutama tentang kulit
bumi baik mengenai komposisi struktur dan sejarahnya. Dalam kehidupan dimuka bumi
ini, kulit bumi (daratan) terdiri dari macam macam Batuan. Batuan Batuan Beku ini berasal
dari akibat pendinginan magma atau meletusnya gunung merapi. Perubahan bentuk
Batuan ini dikarenakan proses alamiah hujan, erosi, banjir, angin, kemudian terkikisnya
Batuan ini terbawa oleh aliran. Dalam hal ini unsur yang terdapat didaratan yaitu (tanah,
Batuan, pasir) yang mempunyai partikel dan sifat sifatnya dengan Fraksi volume 10%,
pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi dalam
keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi
baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan Suhu (T)
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan
terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia
tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk
Penelitian ini menjadi salah satu bentuk pendidikan dalam pengenalan Batuan
Metamorf, warna, tekstur, struktur, dan juga nama nama Batuan Metamorf yang sedang
di teliti. Oleh karena itu penulis akan membuat laporan mengenai deskripsi deskripsi
sampel Batuan Beku yang telah disediakan di Laboratorium Eksplorasi Mineral Fakultas
metamorf.
2
1. Mampu mengetahui proses terbentuknya Batuan Metamorf.
Praktikum kali ini dilakukan pada hari senin, 12 Oktober 2021 pukul 11.20 Wita di
Laboratorium Explorasi Mineral Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Percobaan kali ini
yang diidentifikasi adalah Batuan Metamorf. Batuan akan dideskripsikan dengan melihat
3
BAB II
4
2.1 Siklus Pembentukan Batuan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh ahli geologi, diketahui bahwa pembentukan
batuan membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama, bahkan Melalui bisa
siklus batuan diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat di antara ketiga jenis
batuan. Adapun jenis batuan tersebut adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Batuan beku dapat dikatakan sebagai “nenek moyang” karena batuan lainnya
terbentuk dari hasil perubahan-perubahan yang ada pada batuan beku tersebut (Amalia,
2021).
5
Dengan demikian, siklus batuan juga dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
antara satu kelompok batuan menjadi kelompok batuan lainnya. Siklus batuan pertama
kali dikemukakan oleh James Hutton pada abad ke 18. Adapun proses pada siklus batuan
1. Pembekuan magma
Siklus batuan bermulai dari terbentuknya batuan beku akibat adanya pendinginan
dan pembekuan magma dalam bentuk lelehan silikat. Lelehan silikat kemudian mengalami
Batuan beku yang keluar dari gunung berapi tersebut kemudian tersingkap di
permukaan bumi dan bersentuhan dengan atmosfer atau hidrosfer. Hal ini yang
menyebabkan suatu batuan beku mengalami pelapukan sehingga menjadi hancur (Amalia,
2021).
3. Pergerakan batuan
Batuan beku yang telah hancur tersebut kemudian akan bergerak atau
berpindah bisa karena aliran air (baik di atas ataupun bawah permukaan) ataupun
angin. Pergerakan ini akan terjadi secara terus menerus (Amalia, 2021).
4. Sedimentasi
Hasil pergerakan batuan beku yang sudah hancur itu kemudian mengendap
6
dinamakan sedimentasi dan menghasilkan batuan sedimen. Hal ini dikarenakan
5. Metamorfis
pengendapan, maka terjadi perubahan pada bentukan batuan tersebut. Penyesuaian akan
lingkungan akan menyebabkan batuan sedimen berubah bentuk menjadi batu an malihan
Batuan metamorf yang sudah terbentuk seiring berjalannya waktu akan mengalami
peningkatan tekanan dan suhu sehingga akan kembali meleleh dan berubah menjadi
Siklus batuan adalah konsep dasar dalam geologi yang menggambarkan transisi
yang memakan waktu demi waktu dalam skala geologis di antara tiga jenis batuan utama:
sedimen, metamorf, dan beku (Gambar 7.14). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
7.14, sumber batuan utama adalah magma yang terangkat keatas. Proses terangkatnya
magma ini bisa disebabkan oleh pergerakan lempeng, intrusi dan yang paling utama
adalah karena tekanan. Ketika magma terangkat keatas, maka suhunya akan mendingin
dan akan menjadi batuan beku apakah itu plutonik ataupun vulkanik. Jika batuan beku ini
terintrusi oleh magma lagi, maka batuan beku ini bisa menjadi batuan metamorfosa
dengan berbagai tingkat (Grade) Namun, ketika batuan beku ini terexpose dipermukaan
7
tanah akibat erosi dan proses alam lainnya, maka batuan beku ini akan mengalami
pelapukan. Proses pelapukan batuan yang terexpose ini bisa saja disebabkan oleh
pelapukan fisika, kimia ataupun pelapukan biologi. Setelah mengalami pelapukan batuan
akan menjadi sedimen berukuran kecil dan akhirnya di transportasikan oleh agen
transportasi (gravitasi, air, angina dan gletser). Transportasi ini berakhir pada zona
terkubur oleh sedimen yang diendapkan diatasnya dan mengalami proses pembentukan
batuan sedimen yaitu pemadatan dan penyemenan. Batuan sedimen ini jika terkubur pada
kedalaman yang cukup dalam, maka akan mengalami tekanan dan suhu yang cukup
sehingga berubah menjadi batuan metamorfosa. Namun jika batuan sedimen ini terangkat
oleh proses tektonik, maka batuan sedimen ini akan mengalami pelapukan lagi dan jadi
sedimen lagi Batuan sedimen ini bisa menjadi batuan metamorfosa, ini bisa juga
disebabkan oleh intrusi magma dan kemudian batuan sedimen ini akan menjadi batuan
metamorfosa. Selain itu intrusi magma juga bisa mengakibatkan batuan sedimen ataupun
Jenis batuan metamorf yang pertama adalah jenis batuan metamorf kontak.Batuan
sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat dari adanya
aktivitas magma. Beberapa orang mengatakan batuan metamorf kontak ini adalah batuan
8
yang terbentuk karena adanya pengaruh dari penerobosan magma pada suhu yang
sangat tinggi. Karena suhu sangat tinggi itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna pada batuan. Contoh dari batuan metamorf kontak
adalah batu kapur yang berubah menjadi sebuah batu marmer (Nafisah, 2019).
Batuan metamorf kontak adalah jenis batuan metamorf yang telah mengalami suatu
proses metamorfosis sebagai akibat dari adanya suhu dan tekanan yang sangat tinggi
atau sebagai akibat dari suatu aktivitas pada magma (Pratama, 2020).
Ga
9
2. Batuan Metamorf Dinamo
Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan
metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat
adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu yang lama,
serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya tenaga endogen.
Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian atas kerak bumi. Adanya
mineral ada yang berbentuk pipih dan ada pula yang kembali menjadi bentuk kristal.
Beberapa jenis batuan metamorf ini berubah menjadi batuan hablur. Contohnya adalah
batuan serbuk dan juga serpih. Contoh lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu
lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di
pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorfose
10
sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada magma. Pengaruh dari
gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral dari batuan ini.
Contoh dari batuan metamorf kontak pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium
berubah menjadi turmalin atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu
pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi dalam
keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi
baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan temperatur (T)
11
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan
terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia
sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya
kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna
menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang
sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan
batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat (Zuhdi, 2019).
berubah lebih lanjut di bawah pengeruh temperatur (T) dan tekanan (P) yang
(prasetia, 2010).
rendah.
c. Metamorfosis regional, terjadi pada daerah yang lebih luas dibanding tipe
12
Endapan Diagenesis metamorfosis Ultra
rendah menengah tinggi Metamorfosis
Tabel 2.1 Asal
Proses
oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan batuan
akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia, baik fluida
ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan
mana tidak adanya penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami
metamorfosa. Adapun temperatur yang berkisar biasanya antara 200C – 800C, tanpa
Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut
1. Perubahan Temperatur
geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat
13
adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu
metamorfosa umumnya berkisar pada suhu 150C ± 50C. Hal ini ditandai
proses pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya.
2. Perubahan Tekanan
3. Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir
dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon
dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas
tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk
14
BAB III
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
A. Alat
15
Gambar 3.2 Pensil
3. Pensil warna, berfungsi memberi warna pada sketsa agar nampak asli.
4. Paku, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral. (skala 6 ̶ 6,5)
5. Kikir tembaga, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 6,5 ̶
7)
16
Gambar 3.5 Kikir tembaga
6. Lup geologi, digunakan untuk melihat komposisi mineral yang ukurannya kecil
7. Kawat tembaga, digunakan sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 3)
10. Kaca, berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan mineral (skala 5,5 ̶ 6)
11. Magnet, berfungsi untuk mengetes mineral mana yang termasuk logam dan non
logam.
18
Gambar 3.11 Magnet
B. Bahan
19
Gambar 3.12 Lembar Deskripsi
20
2. HCl 0,5 M digunakan untuk memeriksa sifat korosit dan serta nilai PH dari mineral.
21
3.2 Tahapan Praktikum
3. Melakukan deskripsi mineral sesuai dengan lembar deskripsi batuan metamorf yang
telah disediakan yang terdiri dari warna segar dan warna lapuk batuan, menentukan
struktur dan tekstur batuan, hingga menentukan nama batuan, serta mencari tahu
22
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 ST-01
batuan ini merupakan Metamorf lokal. Tekstur termasuk kristaloblastik yaitu idioblastik
termasuk Hornfelsik karena pada jenis ini tidak ditemukan tidak menunjukkan cleavage
(belahan), yang memiliki warna segar yaitu putih dan warna lapuknya kekuningan.
4.2 ST-02
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan diketahui jenis batuan ini
adalah Metamorfosa Regional. Teksturnya yaitu blastifitik karena masih terdapat sisa
23
tekstur ofitik pada batuan asalnya (batuan beku). Memiliki struktur foliasi yaitu
gneistosa dimana pada batuan ini terdapat mineral mika dan mineral granular
4.3 ST-03
abu dengan warna lapuk cokelat. Termasuk jenis metamorf regional dengan tekstur
kristaloblastik dan struktrunya yaitu foliasi, maka dapat disimpulkan batuan ini adalah
batu sekis.
24
Gambar 4.3 Sekis
4.4 ST-04
regional berwarna hijau kehitaman dengan struktur foliasi, schistosa dimana komposisi
kepingan mineral seperti mika, talk, terlihat jelas. Teksturnya termasuk kristaloblastik
yaitu tekstur yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses metamorfisme dan
tekstur batuan asal sudah. Berdasarkan strukturnya yang foliasi dapat diketahui bahwa
pengaruh metamorfisme yang dominan pada saat pembentukan batuan ini adalah
25
Gambar 4.4 Serpentin
4.5 ST-05
terdiri dari kristal dan kaca, granularitas porfiritik yang mineralnya berukuran kasar dan
halus. Bentuk kristalnya adalah euhedral atau kristal yang sempurna, hubungan antar
kristal termasuk dalam equigranular yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir
sama. Batuan termasuk teralterasi, maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah
Basalt porfiri.
26
Gambar 4.5 Serpentin Muskovit
4.6 ST-06
dan teksturnya adalah granoblastik. Dan jenis batuan ini adalah metamorfisme
thermal. Warna segar batuan ini adalah putih kekuningan dan warna lapuk batuan ini
adalah
27
4.7 ST-07
regional dengan struktur foliasi dan teksturnya kristaloblastik. Jadi berdasarkan hasil
deskripsi nama batuan tersebut adalah filit. Warna segar batuan ini adalah hitam dan
28
29